TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
berhubungan dari berbagai faktor fisiologis, biokimia, klinis, dan metabolik yang
3.2 Etiologi
14
15
produk dari sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma
2004).
3.3 Epidemiologi
overweight dan obesitas (NCHS, 2001). Data dari survey populasi nasional yang
25-29,9 kg/m2) meningkat sedikit, yaitu dari 30,5% menjadi 34%, dimana
prevalensi obesitas (BMI 30 kg/m2) meningkat 2 kali, yaitu dari 12.8% menjadi
16
27%. Prevalensi obesitas meningkat secara progresif pada umur 20-50 tahun,
namun mengalami penurunan pada umur 60 tahun (NCHS, 2001 & Flegal, 1998).
Studi epidemiologi di Cina terhadap 2776 orang dewasa yang berumur 20-94
tahun, diperoleh prevalensi overweight dan obesitas adalah 29,5% dan 4,3% yang
sebagian besar adalah wanita. Lebih dari sepertiga responden memiliki kadar lipid
yang abnormal, TGT sebesar 10,8%, 9,8% mengalami diabetes tipe 2, hipertensi
58,4%, sekitar 21% dan 29,3% memiliki kolesterol total dan kadar trigliserida
2002).
sindrom metabolik 15,8% dari 1.125 orang Mexico-Amerika dan kulit putih yang
berusia antara 25-64 tahun yang sedikitnya ditemukan dengan dua faktor risiko
dan 4,8% dengan tiga faktor risiko dengan menggunakan kriteria WHO. Hasil
penelitian Framingham Off spring Study menemukan prevalensi pada pria sebesar
29,4% dari 1.144 pria dan 23,1% wanita berusia antara 26-82 tahun (Adrianjah &
adam, 2006).
sindrom metabolik lebih tinggi pada pria muda dibanding wanita. Namun, seiring
dengan perubahan pola dan taraf hidup. Data dari Himpunan Studi Obesitas
(Fattah, 2006). Penelitian di Makassar yang melibatkan 330 orang pria berusia
17
antara 30-65 tahun dan menggunakan kriteria NCEP ATP III dengan ukuran
lingkar pinggang yang disesuaikan untuk orang Asia (menurut klasifikasi usulan
WHO untuk orang dewasa, yaitu ≥90 cm untuk pria dan ≥80 cm untuk wanita),
ditemukan prevalensi sebesar 33,9%. Prevalensi lebih tinggi yaitu sebesar 62,0%
ditemukan pada subyek dengan obesitas sentral (Adrianjah & adam, 2006; Ford,
2002).
3.4 Patofisiologi
mekanisme yang jelas belum diketahui secara pasti. Obesitas yang diikuti dengan
sirkulasi. Keadaan ini disebut dengan stres oksidatif. Meningkatnya stres oksidatif
antara lain diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2,
angiopati diabetik, dan pusat dari semua angiopati diabetik adalah hiperglikemia
yang menginduksi stres oksidatif melalui 3 jalur, yaitu; peningkatan jalur poliol,
18
Farmacia, 2007).
Hingga saat ini ada tiga definisi sindrom metabolik yang telah diajukan,
yaitu definisi WHO, NCEP ATP-III dan International Diabetes Federation (IDF).
Ketiga definisi tersebut memiliki komponen utama yang sama dengan penentuan
Tabel 3.1 Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik menurut WHO, NCEP-ATP III dan IDF
Criteria diagnosis
Kriteria diagnosis
ATP III : 3
Komponen WHO: IDF
komponen di
Resistensi insulin plus :
bawah ini
Obesitas Waist to hip ratio : Lingkar perut : Lingkar perut :
abdominal/ Laki-laki : > 0,9 Laki-laki: 102 cm Laki-laki: ≥90 cm
sentral Wanita : > 0,85 atau Wanita : >88 cm Wanita : ≥80 cm
IMB >30 Kg/m
Pada tahun 1988, Alberti dan Zimmet atas nama WHO menyampaikan
Density Lipoprotein (HDL-C) <35 mg/dL untuk pria; <39 mg/dL untuk wanita, 5.
>0,85) dani ndeks massa tubuh (IMT) >30 kg/m2; dan 6. mikroalbuminuria (Urea
Sindrom metabolik dapat terjadi apabila salah satu dari 2 kriteria pertama dan 2
dari empat kriteria terakhir terdapat pada individu tersebut. Jadi, kriteria WHO
20
mellitus, dan atau Resistensi Insulin yang disertai sedikitnya 2 faktor risiko lain,
adalah NCEP-ATP III, yaitu apabila seseorang memenuhi 3 dari 5 kriteria yang
mg/dL untuk pria, dan <50 mg/dL untuk wanita; tekanan darah>130/85 mmHg;
dan kadar glukosa darah puasa >110 mg/dL. Suatu kepastian fenomena klinis
yang terjadi yaitu obesitas sentral menjadi indikator utama terjadinya SM sebagai
(lingkar perut >90 cm untuk pria Asia dan lingkar perut >80 cm untuk wanita
Asia) ditambah 2 dari 4 faktor berikut : 1. Trigliserida >150 mg/dL (1,7 mmol/L)
(1,03 mmol/L) pada pria dan <50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita atau sedang
sistolik>130 mmHg atau diastolik >85 mmHg atau sedang dalam pengobatan
hipertensi; 4. Gula Darah Puasa (GDP) >100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau diabetes
tipe 2. Hingga saat ini masih ada kontroversi tentang penggunaan kriteria
sehingga ketiga definisi di atas merupakan yang paling sering digunakan. Kriteria
diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga dapat dengan lebih mudah
kriteria diagnosis NCEP-ATP III, adalah adanya perbedaan nilai “normal” lingkar
pinggang antara berbagai jenis etnis. Oleh karena itu, pada tahun 2000, WHO
mengusulkan lingkar pinggang untuk orang Asia ≥90 cm pada pria dan wanita
macam faktor risiko sindrom metabolik, antara lain adalah gaya hidup (pola
makan, konsumsi alkohol, rokok, dan aktivitas fisik), sosial ekonomi dan genetik
serta stres.
Gaya hidup
metabolik tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti life sedentarian, pola
konsumsi yang tidak seimbang, Studi yang dilakukan oleh Research Triangle
institute International, dan dibiayai oleh CDC's Division of Nutrition and Physical
Activity menggunakan latar belakang data dari survei nasional di Amerika yang
obesitas/berat badan lebih dan jumlah jam yang dipakai anak-anak untuk nonton
TV (Arief, 2008).
penyakit. Fast food jarang menyajikan makanan berserat. Menu yang tersaji
Indonesia meningkat (10,4% dari total konsumsi energi pertahun dan 18,7% tahun
seluruh penduduk (99%) umur 15 tahun ke atas kurang mengkonsumsi sayur dan
buah. Lebih banyak penduduk kurang beraktivitas (84,9%) dibanding yang tidak
tekanan darah. Pada dasarnya, saat ini sudah diterima bahwa exercise pada level
moderate dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada pasien dengan
hipertensi esensial ringan hingga sedang. Aktivitas fisik juga memberikan efek
yang signifikan terhadap kadar lipid darah. The Pawtucket Hearth Study grup
bahwa insiden hipertensi 20 hingga 40% lebih rendah pada mereka yang
melakukan aktivitas olahraga sedikitnya 5 jam per minggu daripada mereka yang
kronis. Penelitian yang dilakukan oleh Lipid Research Program Prevalence Study
Yang terpenting dari rokok adalah jumlah batang rokok yang dihisap,
bukan lamanya waktu seseorang telah merokok (Soeharto, 2004). Orang yang
merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua
memediasi efek yang kurang baik dari rokok yang mengandung banyak radikal
bebas seperti radikal superoxide anion dan hidroksil yang menurunkan NO (nitrit
bahwa merokok dapat merusak kerja insulin secara akut, pada subjek baik yang
(Targher, 1999).
24
Genetik
fenotip. Pada akhir tahun 2002, lebih dari 300 gene, penanda dan kromosom telah
mengidentifikasi 68 Quantitative Trait Loci (QTLs) manusia dan 168 QTLs dari
bahwa terdapat beberapa gen yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas. Gen
the beta-3 adrenergic receptor (ADBR3) adalah gen yang paling banyak di uji dan
telah menunjukkan hubungan dengan terjadinya obesitas. Gen-gen lain yang juga
telah diteliti dalam lima model penelitian berbeda yang dapat mempengaruhi
obesitas adalah gen LEPR, gen ADBR2, gen LEP,gen UCP2, Gen UCP3, gen
faktor genetik merupakan penentu utama, sedangkan pada orang lain faktor
seorang anak obesitas 40% bila salah seorang dari orangtuanya obesitas dan
sebesar 80% jika kedua orang tuanya obesitas serta 7% jika kedua orangtuanya
Sosial Ekonomi
Umumnya prevalensi obesitas lebih tinggi pada wanita dan orang dengan
obesitas lebih banyak ditemukan pada mereka dengan sosial ekonomi rendah,
yaitu sekitar 6-12 kali lebih banyak dibanding mereka dengan sosial ekonomi
menghubungkan antara status sosial ekonomi dan obesitas pada tahun 1989
dengan kelompok wanita dengan sosial ekonomi status tinggi (Crawford et al,
2005).
artinya kejadian obesitas lebih sering ditemukan pada golongan sosial ekonomi
Amerika Serikat dan Mesir, 70% wanita da 48% pria mengalami overweight dan
dokter pada studi empiris di Afrika Utara dan Senegal ditemukan bahwa
responden di Afrika Utara lebih berpendidikan dan mempunyai akses yang lebih
Afrika Utara lebih besar 6,6 kali dibandingkan di Senegal. Rata-rata BMI di
Afrika Utara adalah 27,3 dan di Senegal 22,9, dimana prevalensi obesitas di
Afrika Utara sebanyak 27,8% dan di Senegal hanya 6,5% (Misra, 2001).
26
status sosio-ekonomi, terutama untuk wanita tetapi tidak bagi laki-laki atau anak.
Namun bagi negara sedang berkembang tidak demikian terdapat hubungan positif
antara status sosio-ekonomi dengan obesitas bagi kedua gender. Seiring dengan
yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul pada awal tahun 1990-an.
3.7 Penatalaksanaan
pasien yang belum diabetes. Apabila kondisi tersebut ada maka perlu diajukan
dari 2 pilar, yaitu tatalaksana penyebab (berat badan lebih/obesitas dan inaktivitas
fisik) serta tatalaksana faktor risiko lipid dan non lipid (Aru, 2006; John, 2004).
mencapai penurunan berat badan. Latihan fisik dan perubahan pola makan dapat
dilakukan intervensi terhadap gaya hidup yang ketat, meliputi diet, latihan fisik
dan intervensi farmakologik (AHA, 2010; John, 2004). Penurunan berat badan
Demikian pula peningkatan aktifitas fisik dan pengurangan asupan kalori akan
lemak tak jenuh dan produk-produk susu rendah lemak bermanfaat pada sebagian
besar pasien sindrom metabolik. Dokter keluarga efektif dalam membantu pasien