1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Allah azza wa jalla, Rabb semesta alam yang telah memberikan
limpahan dan rahmat-Nya serta kemudahan bagi hamba-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ilmiah ini .
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan
makalah ilmiah ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan pengarahan serta dukungan semangat kepada penulis .
Akhir kata, penulis berharap kiranya makalah ilmiah ini tidak hanya berguna bagi
pengetahuan penulis saja, akan tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh rekan-rekan sejawat
untuk perkembangan profesi kebidanan .
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi
masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan
umur angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per
1.000 kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334
(1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup
meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat
dari dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun (2003).
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di dihampir seluruh wilayah Indonesia.
Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu
22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar
tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan masih menjadi kendala.
Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis
tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan
inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan
telah meningkat, tetapi masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar
daerah masih tajam.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I PENDAHULUAN 3
DAFTAR ISI 5
BAB II PEMBAHASAN 6
BAB III KESIMPULAN 24
DAFTAR PUSTAKA 26
4
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan
janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi
hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11 g/dl. Rendahnya kapasitas darah untuk
membawa oksigen memicu kompensasi tubuh dengan memacu jantung meningkatkan curah
jantung (Tarwoto, 2007).
Anemia sering terjadi pada ibu hamil, angkanya kira-kira 60%, insiden ini tergantung pada
lokasi geografis dan keadaan sosial ekonomi (Tarwoto, 2007). Anemia kehamilan di
Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi
berbeda (Manuaba, 2001).
Pada ibu hamil, jenis anemia yang sering terjadi akibat defisiensi besi (80%), defisiensi asam
folat, dan anemia sel sabit (Tarwoto, 2007). Anemia yang terkait dengan kehamilan hampir
95% adalah anemia defisiensi besi (Varney, 2002).
b. Pusing, lemah
c. Nyeri kepala
5
d. Luka pada lidah
e. Kulit pucat
1. Trimester I
a. Abortus
b. Missed Abortion
c. Kelainan kongenital
2. Trimester II-III
a. Persalinan prematurus
b. Perdarahan antepartum
6
d. Asfiksia intrauterin sampai kematian
g. IQ rendah
3. Saat inpartu
4. Pascapartus
b. Retensio plasenta
a. Tingkat Pendidikan
7
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dapat menyebabkan kurangnya
pengetahuan yang didapat tentang gizi selama masa hamil dan bahaya anemia pada
kehamilan (Manuaba, 2001).
b. Pekerjaan
Anemia defisiensi zat besi mencerminkan kemampuan sosial ekonomi masyarakat untuk
dapat memenuhi kebutuhannya dalam jumlah dan kualitas gizi (Manuaba, 2001).
c. Umur
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada
kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya,
sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini (Amiruddin, 2007).
d. Status Gizi
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal (Lubis,
2003).
e. Suku Bangsa
Salah satu jenis anemia spesifik adalah anemia sel sabit, yaitu anemia yang secara genetik
diturunkan dan terutama mengenai warga kulit hitam. Orang kulit hitam memiliki
hemoglobin 1 gr/dl lebih rendah dari orang kulit putih tanpa mempedulikan tingkat sosial
ekonomi. Anemia spesifik lainnya adalah thalasemia, yang banyak ditemukan pada
keturunan Mediterania (Curtis, 1999).
8
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindak lanjut yang memadai
untuk mengatasi anemia sebelum persalinan sangat penting dilakukan. Untuk melakukan
hal tersebut bidan harus (IBI, 2003) :
a. Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke 28.
b. Beri tablet besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut.
c. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal, tentang perlunya minum tablet zat
besi, makanan yang mengandung zat besi serta kaya vitamin C, serta menghindari minum
kopi atau teh atau susu dalam 1 jam sebelum atau sesudah makan.
d. Jika prevalensi malaria tinggi, selalu ingatkan ibu hamil untuk berhati-hati agar tidak
tertular penyakit malaria.
e. Jika ditemukan atau diduga anemia, berikan 2-3 kali 1 tablet besi per hari.
f. Rujuk ibu hamil degan anemia untuk pemeriksaan terhadap penyakit cacing atau parasit
atau penyakit lainnya, dan sekaligus untuk pengobatannya.
g. Jika diduga anemia berat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya.
h. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat dan rencanakan untuk bersalin di rumah sakit.
i. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet besi sampai 4-6 bulan setelah
persalinan.
a. Polindes
9
b. Puskesmas
c. Rumah sakit
2) Diagnosis thalasemia dengan slektroforesis Hb, bila ternyata pembawa sifat, perlu tes pada
suami untuk menentukan risiko pada bayi.
10
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang
paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I. kurang lebih 6 minggu setelah haid
terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60%-80% primigravida dan 40%-60% multigravida
mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000
kehamilan.
Belum diketahui pasti penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum, namun beberapa faktor
pengaruh antara lain :
- Faktor predisposisi, yaitu primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
- Faktor organik, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolik
karena kehamilan, dan resistensi ibu yang menurun.
- Faktor psikologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, penurunan klorida urin, selanjutnya tejadi
hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya
toksik. Pemakaian cadangan karbohidtrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan elserasi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan
lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gestasional.
Manifestasi Klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu :
Tingkat I, Muntah terus-menerus yangmempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa
lemah, nafsu makan tidak ada, BB menurun, dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien
naik sekitar 100X/mnt, TD sistollik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata
cekung.
Tingkat II, Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang
naik, dan mata sedikit ikterik. BB pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria,
konstipasi, dan nafas berbau aseton.
Tingkat III, Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti, nadi
kecil dan cepat, suhu meningkat, dan TD makin turun.
11
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan elektrolit darah dan urin.
Komplikasi
Ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental serta payah
hati dengan gejala timbulnya ikterus.
Diagnosis
Dari anamnesis, didapatkan amenorhe, tanda kehamilan muda, dan muntah terus menerus.
Pada pemeriksan fisik didapatkan keadaan pasien lemah apatis sampai koma, nadi meningkat
sampai 100x/mnt, suhu meningkat, TD turun, atau ada tanda dehidrasi lain. Pada pemeriksaan
elektrolit darah ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urin kadar
klorida dan dapat ditemukan keton.
Diagnosis Banding
Muntah karena gastritis, ulkus peptikum, hepatitis, kolesistitis, pielonefritis.
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis.
Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan fisiologis.
Makan sedikit-sedikit, tetapi sering. Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering
dengan the hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan
berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau hangat.
Defekasi teratur
Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu :
Penderita di isolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Kalori diberikan secara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3
lt/hr.
Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan.
Bila selama 24jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba berikan
minuman dan makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.
Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan.
12
Pada keadaan lebih berat berikan antimetik seperti metoklopramid, disiklomin, hidroklorida
atau klorpromazin.
Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta
menghilangkan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakngi hiperemesis.
Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada tingkat yang
berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.
A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan.
(Hellen Farrer, 1999, hal : 112)
B.Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah
13
3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar,
1998 )
1.Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan
ibu terhadap janin.
2.Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
3.Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
C.Patologi
Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa
terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut
pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis.1.Hepar
jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial.2.Jantung
terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensepalopati
Wirnicke.3.Otak
ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.4.Ginjal
D.Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam
14
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung ( sindroma mollary-weiss ), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
F.Penanganan
1.Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamiloan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara :
a.Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b.Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tetapi sering.
c.Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan
roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
d.Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.
e.Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin.
f.Usahakan defekasi teratur.
2.Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan pengobatan.
a.Tidak memberikan obat yang teratogen.
b.Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
c.Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
d.Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
e.Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
3.Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a.Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran udara baik.
Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk.
16
Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau
menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
b.Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi
tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan
dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c.Terapi parental
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin, khususnyvitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk
dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas.
d.Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi,
ikterius, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ
vital.
G. Prognosis
17
MACAM-MACAM ABORTUS DAN CARA PENANGANANNYA
1. Abortus spontan
4. Abortus septik
Abortus spontan
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
18
adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam
lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.
Abortus septik
adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi
jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus
tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi
penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.
Penanganan
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau
adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan
tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
3. Jika perdarahan :
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,khususnya jika ditemukan uterus
yang lebih besar dari yang diharapkan,mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol
atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
19
Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
20
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.
21
Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak
diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
22
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks.
23
BAB III
KESIMPULAN
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan
janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi
hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11 g/dl. Rendahnya kapasitas darah untuk
membawa oksigen memicu kompensasi tubuh dengan memacu jantung meningkatkan curah
jantung (Tarwoto, 2007).
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang
paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I. kurang lebih 6 minggu setelah haid
terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60%-80% primigravida dan 40%-60% multigravida
mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1000
kehamilan.
1. Abortus spontan
4. Abortus septik
Abortus spontan
adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam
lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.
Abortus septik
adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi
jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus
tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi
penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius,
Jakarta : 2002
Saifudin A.B. 2002 . buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: YBP-SP
26