1.1.1 Definisi
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara
aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan
mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga
akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang
tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
1.1.2 Klasifikasi
1. Periferal Pain. Periferal pain ini terbagi menjadi 3 yaitu nyeri permukaan
(superfisial pain), nyeri dalam (deep pain), nyeri alihan (reffered pain). Nyeri
alihan ini maksudnya adalah nyeri yang dirasakan pada area yang bukan
3. Psychogenic Pain. Nyeri ini dirasakan tanpa adanya penyebab organik, tetapi
4. Phantom Pain. Phantom Pain ini merupakan perasaan pada bagian tubuh yang
sudah tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari
Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang telah
diangkat.
jaringan sekitar.
menghilang.
2. Steady. Yaitu sifat nyeri yang timbul menetap dan dirasakan dalam waktu
yang lama.
3. Paroxysmal. Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali
timbul kembali.
4. Intractable Pain. Yaitu sifat nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi.
1. Nyeri Ringan yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang rendah.
2. Nyeri Sedang yaitu nyeri yang menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan juga
reaksi psikologis.
3. Nyeri Berat yaitu nyeri yang berada dalam intensitas yang tinggi.
1. Nyeri Akut. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada
fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut pada umumnya akan menunjukkan
2. Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu
lebih lama dan pada umumnya penderita sering sulit mengingat sejak kapan
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah :
b. Arti Nyeri : Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak,
c. Persepsi Nyeri : Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif dari
d. Toleransi Nyeri : Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan,
rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri, pengalaman masa lalu,
nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia,
dan lain-lain.
1.1.4 Etiologi
b. Trauma. Trauma ini juga terbagi menjadi beberapa macam. Penyebab trauma ini
terbagi menjadi :
1. Mekanik. Rasa nyeri yang diakibatkan oleh mekanik ini timbul akibat ujung-
ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Contoh dari nyeri akibat trauma
mekanik ini adalah akibat adanya benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
2. Thermis. Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
3. Khemis. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang
4. Elektrik. Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar.
a) Neoplasma Jinak.
b) Neoplasma Ganas.
c. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah. Hal ini dapat
dicontohkan pada pasien dengan infark miokard akut atau pun angina pektoris
e. Trauma psikologis.
1.1.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga
stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga
a. Gangguam tidur
h. Depresi
1.1.7 Komplikasi
a. Edema Pulmonal
b. Kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
1.1.9 Penatalaksanaan
e. Non farmakologi :
a) Kompres dingin
1. Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
2. Plasebo
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
2.1.1 Pengkajian
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif. Selain itu
terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai mngkaji respon nyeri
1) P (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah
2) Q (Quality)
lain.
3) R (Region)
lain-lain.
4) S (Skala)
5) T (Time)
c. Respon fisiologis
1) Respon simpatik
d) Dilatasi pupil
2) Respon parasimpatik
a) Pucat
b) Ketegangan otot
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain perubahan
e. Respon afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam melakuk
2) Skala nyeri
2.1.4 Implementasi
intervensi keperawatan.
1.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan