2. Farmakokinetik
Arbsorbsi
Salbutamol memiliki waktu yang beragam dalam onset obatnya, tergantung dari
sediaan yang diberikan. Onset obat tercapai dalam 25 menit dengan pemberian ventolin HFA
inhaler, 0,5-2 jam dengan pemberiaan nebulasi dan 2-3 jam dengan pemberian oral. Pada
pemberian inhalasi, kadar puncak di plasma akan dicapai dalam 2-5 jam dan 2-2,5 jam bila
diberikan melalui oral (Medscape, 2015).
Distribusi
Salbutamol berikatan dengan protein plasma sebanyak 10%. Salbutamol merupakan
obat golongan selektif β2 agonist yang memiliki kadar ikatan protein plasma yang paling
rendah (Terbutalin: 14-25% dan fenoterol 35-40%) (Hocchhaus, 1992).
Metabolisme
Setelah pemberian oral, salbutamol diserap dari saluran pencernaan dan
mengalami metabolisme di hepar. Metabolit utama pada manusia adalah fenoliksulfat, yang
tidak memiliki aktivitas farmakologis. Salbutamol juga dapat dimetabolisme oleh deaminasi
oksidatif dan/atau konjugasi dengan glukuronida. Bioavailibilatas oral salbutamol adalah
sekitar 50%. Untuk salbutamol dengan pemberian inhalasi, efek obat akan langsung bekerja di
otot polos saluran nafas tanpa melewati metabolisme pertama oleh hepar sehingga efek obat
yang bekerja lebih banyak dari pada pemberian oral (GlaxoSmithKline, 2014).
Ekskresi
Salbutamol memiliki waktu paruh sekitar 4-6jam dan diekskresikan sebagian melalui
ginjal dan sebagian dimetabolisme untuk menjadi bentuk tidak aktif berupa 4'-O-sulfat
(fenolik sulfat) yang juga terutama diekskresikan diurin. Salbutamol dan metabolitnya
diekskresikan dalam urin (>80%) dan feses (5% sampai 10%). Feses adalah sebagian rute
kecil dari ekskresi salbutamol. Mayoritas dari dosis salbutamol diberikan secara intravena,
oral ataupun inhalasi diekskresikan dalam waktu 72jam.
3. Farmakodinamik
Salbutamol merupakan obat golongan selektif β2 agonist dengan kerja cepat (Short
acting β2 agonist/ SABAs). Saat ini obat-obat agnonis adrenoseptor selektif β2 merupakan
simpatomimetik yang paling banyak digunakan sebagai pengobbatan asma. Agonis
adrenoseptor memiliki beberapa efek farmakologik yang penting dalam pengobatan asma,
yaitu melemaskan otot polos saluran nafas dan menghambat pengeluaran mediator
bronkokonstriksi dari sel-sel mast yang dimana dikategorikan sebagai obat pelega atau
bronkodilator pada pasien asma. Kerja salbutamol ini selektif pada reseptor β2 yang terdapat
pada bronkus sehingga tidak merangsang reseptor adrenergik lain (dengan sedikit atau tidak
merangsang dari β1 adrenoseptordariotot jantung). Salbutamol bekerja dengan cara
merangsang enzim adenil siklase untuk meningkatkan sintesis daric AMP intrasel.
Peningkatan dari kadar cAMP intrasel ini akan memacu terjadinya bronkodilatasi pada pasien
asma. Efek nyata yang dirasakan pasien adalah relaksasi otot saluran naffas sehingga nafas
menjadi lega (Boushey, 2007; GlaxoSmithKline, 2014).
Selain itu, perangsangan persarafan adrenergic oleh salbutamol ini dapat menyebabkan
inaktivasi dari sel mast yang mengakibatkan mediator kimia seperti prostaglandin D2,
Leukotrein C4 dan D4, serta histamin tidak keluar dan menyebabkan terjadinya sindrom
gejala klinis pada asma.Efek yang lainnya adalah perangsangan pada mukosa sillia saluran
1
nafas untuk meningkatkan aksinya agar mendorong mukus-mukus yang menghambat saluran
nafas keluar (Dunn et al., 2000; Galbraith et al., 1994).
2
6. Bentuk Sediaan Obat (BSO), Sediaan dan Dosis
Oral :
Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan penderita yang peka awali dengan dosis awal
2 mg) 3-4 kali sehari; dosis maksimal 8mg dalam dosis tunggal (tetapi jarang
memberikan keuntungan ekstra atau dapat ditoleransi dengan baik). Anak-anak dibawah 2
tahun : 100 mcg/kg 4 kali sehari (unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2
mg 3-4 kali sehari. Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu.
Injeksi
injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal 5mcg/menit,
disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20 mcg/menit, atau lebih bila
perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1 mcg/kg/menit (unlicensed).
Inhalasi
Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh diberikan
sampai 4 kali sehari. Anak-anak : 100mcg (1 semprot), dapat ditingkatkan sampai 200 mcg (2
semprot) bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari. Profilaksis
pada exercise-induced bronchospasm, Dewasa 200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1
semprot), ditingkatkan sampai 200mcg (2 semprot) bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa 200-
400 mcg; untuk gejala yang menetap boleh diberikan sampai 4 kali sehari; anak-anak
200mcg. Profilaksis untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-anak 200
mcg.
8. Interaksi Obat
a. Dengan Obat Lain :
Peningkatan efek / toksisitas : Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin
terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi.
Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor,
Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin,
Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan.
Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan
bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane).
b. Penurunan efek:
Penggunaan bersama dengan Beta Adrenergic Blocker (contohnya:
Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol. Level/efek Salbutamol dapat turun
bersama dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin,
Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat
menginduksi CYP3A4.4
c. Dengan Makanan :
Penggunaan Caffein dapat menyebabkan stimulasi CNS.
4