Anda di halaman 1dari 20

ASKEB IBU II (PERSALINAN) DIAN

HUSADA
Laman
 pengertian askeb ibu II persalinan
 VIDEOKU

 Anestasi local, prinsip penjahitan perineum

 tonus uterus dan tinggi fundus uterus

 tekanan darah dan suhu

 pemantauan kala IV

 Melakukan penjahitan luka Episiotomi/laserasi

 penjahitan episiotomy/laserasi

 perkiraan darah yang hilang

 perinium

 kandung kemih

 lochea

Lencana Facebook
NoOrma KudrOtin

Buat Lencana Anda


asiIkk....AsiIikkkkk
Pengikut

Mengenai Saya

Lihat profil lengkapku


nORmaaa
Amazon MP3 Clips

Arsip Blog
 ► 2012 (1)
o ► Juni (1)

tonus uterus dan tinggi fundus uterus


tonus uterus dan tinggi fundus uterus IDENTIFIKASI KONTRAKSI UTERUS DAN PENGKAJIAN
PERDARAHAN PADA KALA IV Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002). Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala
tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002). Kesimpulan : Persalinan
adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan
lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan. Tahapan persalinan adalah : 1. Kala I :
Pembukaan Sevik - 10 cm (lengkap) 2. Kala II : Pengeluaran janin 3. Kala III : Pengeluaran &
pelepasan plasenta 4. Kala IV : Dari lahirnya uri selama 1 - 2 jam Yang dimaksud dengan kala IV
adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri Asuhan Kala IV 1. Fisiologi Kala IV 2. Evaluasi Uterus 3.
Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum 4. Pemantauan Kata IV 1. Fisiologi Kala IV Kala IV
adalah Kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi
ibu 2. Evaluasi uterus Setelah keiahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput
ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan
mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit
uterus tidak berkantraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan
tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi Bimanuat.
3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan
jalan lahir, maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan
mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak
terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-
lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher. Laserasi dapat dikategorikan dalam : 1. Derajat pertama : laseras
mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit. 2. Derajat kedua : laserasi mengenai
mukosa vagina kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit). 3. Derajat ketiga : laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani. 4. Derajat empat : laserasi mengenai
mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk
segera. Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum Indikasi Episiotomi 1. Gawat
janin 2. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun farsep). 3.
Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan. Tujuan
Penjahitan 1. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka 2. Mencegah kehilangan darah 4.
Pemantauan Kala IV Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post
partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat pendarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan
oleh ineksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama Kala IV, pemantauan dilakukan 15
menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. Setelah plasenta
lahir, berikan asuhan yang berupa : 1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang
kontraksi uterus 2. Evaluasi tinggi fundus uteri. Caranya : letakkan jari tangan anda secara
melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat 3. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan 4. Pemeriksaan perineum dari
perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi) 5. Evaluasi kondisi umum ibu dan
bayi 6. Pendokumentasian Penilaian Klinik Kala IV 1. Fundus dan kontraksi uterus. Rangsangan
taktil uterus dilakukan untuk merangsang terjadinya kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini
sangat penting diperhatikan tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus. 2. Pengeluaran
pervaginam pendarahan : Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi normal
atau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml. Lokhea : jika kontraksi uterus kuat,
maka lokea tidak lebih dari saat haid 3. Plasenta dan selaput ketuban. Periksa kelengkapannya
untuk memastikan ada tidaknya bagian yang tersisa dalam uterus 4. Kandung kencing. Yakinkan
bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu involusio uteri 5. Perineum. Periksa
ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina. 6. Kondisi ibu. Periksa vital sign, asupan
makan dan minum 7. Kondisi bayi baru lahir. Apakah bernafas dengan baik ? Apakah bayi
merasa hangat ? Bagaimana pemberian ASI ? Diagnosis 1. Involusi normal Tonus – uterus tetap
berkontraksi Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat Perdarahan – dalam batas normal (100-
300 ml) Cairan – tidak berbau 2. Kala IV dengan penyuli Sub involusi – kontraksi uterus lemah,
TFU diatas pusat. Perdarahan – atonia, laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban Bentuk
Tindakan Dalam Kala IV Tindakan Baik : 1. Mengikat tali pusat 2. Memeriksa tinggi fundus uteri
3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi 4. Membersihkan ibu dari kotoran 5.
Memberikan cukup istirahat 6. Menyusui segera 7. Membantu ibu ke kamar mandi 8. Mengajari
ibu dan keluarga tentang pemeriksaan undus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Pemantauan Lanjut Kala IV Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala
IV adalah : 1. Vital sign - Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/60 mmHg, N >
100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau
perdarahan. 2. Suhu - S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi. 3. Nadi 4. Pernafasan 5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri - Kontraksi tidak baik maka
uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan infeksi oksitosin atau methergin). 6. Perdarahan -
Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang
banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung
kencing). 7. Kandung kencing - Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
Tanda Bahaya Kala IV Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tehtang tanda
bahaya : 1. Demam. 2. Perdarahan aktif 3. Bekuan darah banyak. 4. Bau busuk dari vagina. 5.
Pusing. 6. Lemas luar biasa. 7. Kesulitan dalam menyusui. 8. Nyeri panggul atau abdomen yang
lebih dari kram uterus biasa. Observasi Pasca Persalinan 7 Pokok penting yang harus
diperhatikan pada kala IV : 1. Kontraksi uterus harus baik. 2. Tidak ada perdarahan pervaginam
atau dari alat genital lain. 3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap. 4.
Kandung kencing harus kosong. 5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma. 6. Resume keadaan umum bayi: 7. Resume keadaan umum ibu. Dua jam pertama
setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saia
mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi
sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Petugas atau bidan harus tinggal
bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi. Penanganan : Periksa fundus setiap
15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam. kedua. Jika kontraksi tidak kuat,
masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah
dan mencegah perdarahan pasca persalinan. - Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih,
dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua -
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang
disukainya. - Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering. - Biarkan
ibu beristirahat karena ia telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang
nyaman - Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaan dengan menyusui bayinya. - Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat
tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi. - Jika ibu
perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan
lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca
persalinan. - Ajari ibu atau anggota keluarga tentang : bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi. Selama 2 jam pertama setelah
melahirkan, organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan tidak hamil dan
system tubuh mulai menjadi stabil. Selama beberapa jam bayi yang baru lahir terus menjalani
transisi dari keadaan intrauterine ke ektrauterin. Keterampilan perawat dapat memberi makna
yang besar selama tahap keempat. Penatalaksaan perawatan Hasil akhir yang diharapkan
dalam persalinan tahap keempat dapat mencakup : - Wanita akan memerlukan tidak lebih dari
satu pembalut setiap jam. - Wanita akan berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari 300
ml dalam waktu 6-8 jam setelah melahirkan. - Wanita akan mengutarakan penerimaan terhadap
proses persalinan setelah mengungkapkan kekhawatirannya. - Wanita akan menunjukan
perilaku ikatan batin dengan bayi - Wanita akan mengatakan bahwa ia tidak merasa nyeri
setelah dilakukan tindakan untuk meredakan nyeri Adapun perawatan yang dapat diberikan pada
ibu di kala IV persalinan adalah sebagai berikut : 1. Perawatan kolaboratif Selama tahap
keempat persalinan, perawat harus mengatur perawatan agar mencakup observasi tanda-tanda
vital, usaha untuk meredakan nyeri, penyuluhan kepada ibu, dan perawatan bayi. Selama tahap
keempat persalinan, perawat memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengajar ibu baru. Tanpa
memandang jumlah paritas, ibu baru tetap dapat menperoleh manfaat dari penjelasan mengenai
berbagai tind`kan perawatan selama periode pascapartum. Penyuluhan dikaitkan dengan tujuan,
pengkajian, temuan pengkajian, tindakan keperawatan, dan evaluasi perawatan. 2. Mencegah
perdarahan Pendarahan pascapartum dianggap terjadi jika kehilangan darah mencapai 500 ml
atau lebih dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Suhu, denyut nadi, dan tekanan ibu
diperiksa dan dicatat dan harus berada dalam batas-batas normal. Setelah persalinan yang sulit,
tekanan darah sistolik kurang dari 110 mmHg disertai frekuensi nadi lebih dari 100 denyut/menit
biasanya disebabkan oleh pendarahan atau syok. Uterus harus dipalpasi dengan sering untuk
memastikan uterus tidak berisi darah. Pembalut harus sering diperiksa untuk memastikan darah
yang keluar tidak berlebihan. Uterus yang relaksasi akan mengembangakibat adanya darah dan
bekuan darah, sehingga pembuluh darah pada sisi plasenta tidak terjepit dan ini mengakibatkan
terjadinya pendarahan. Uterus menjadi tidak berfungsi sebagai "jahitan yang hidup", yang
membantu terjadinya kontraksi uterus. Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan,
jumlah lokia akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi. Perawat harus
selalu memeriksa daerah dibawah bokong ibu, demikian pula pembalutnya. Darah dapat
mengalir di antara bokong menuju kain di bawah bokong ibu sementara jumlah yang diserap
pembalut sedikit. Sumber potensial lain perdarahan adalah terbentuknya hematoma di bawah
mukosa vagina atau pada jaringan ikat vulva. Ini dapat terjadi akibat cedera pembuluh darah
selama persalinan atau sewaktu memperbaikan robekan / episiotomi. Perdarahan dapat
berlangsung lambat, tetapi terus - menerus karena darah merembes dari pembuluh darah dan
meregang jaringan di sekitarnya. Hematoma vulva dapat lihat dengan bertambahnya
pembengkakan. Biasanya hematoma terjadi uniteral dan warnanya menjadi keunguan.
Hematoma vagina biasanya hanya ditemukan melalui pemeriksaan manual. Perawatan setelah
prosedur ini mencakup pemantauan seksama daerah perineum dan kehilangan darah, upaya
mempertahankan cairan intravena, pemantauan tanda-tanda vital dan hasil laboratorium. Upaya
mempersiapkan kemungkinan perlunya transfusi, dan memberi antibiotik yang diresepkan
sebagai upaya mencegah infeksi. Apabila perdarahan tampak sebagai tetesan yang terus
menerus dan terlihat memancar, perlu dicurigai adanya laserasi vagina dan serviks atau adanya
pembuluh darah yang tidak diikat pada episiotomi dan kemungkinan besar perlu dilakukan
tindakan bedah untuk memperbaikinya. 3. Syok Hipovolemik Akibat perdarahan dapat terjadi
pada tahap keempat persalinan normal. Identifikasi, diagnosis, dan intervensi yang segera
biasanya dapat dengan cepat memulihkan tekanan darah, nadi, dan tanda-tanda lain. Pemulihan
terjadi jika terdapat volume darah sirkulasi yang memadai untuk tumbuh dan mengompesasi
kehilangan darah atau jika diberikan infus intravena. Tindakan seperti pijatan uterus dan
pemberian oksitosin IV dilakukan untuk mencegah kehilangan darah lebih lanjut. Perawat
kemudian mencatat semua intervensi perawatan dan medis yang telah dikerjakan dan hasilnya
(Luegenbiehl, 1991). Kotak kedaruratan membuat referensi cepat tentang tanda dan gejala
bahaya serta intervensi untuk syok hipovolemik. 4. Mencegah distensi kandung kemih Palpasi
untuk menentukan jumlah distensi (pergangan) kandung kemih. Harus dilakukan sewaktu
melakukan palpasi fundus. Kandung kemih yang penuh akan menekan uterus ke atas dan ke
sebelah kanan garis tengah. Posisi ini akan menyebabkan uterus berelaksasi. Akibatnya, terjadi
perdarahan, distensi kandung kemih dapat terjadi pada atoni dinding kandung kemih. Atoni
menyebabkan retensi urine, yang menciptakan lingkungan yang baik untuk ineksi. 5. Menjaga
keamanan Ibu dibiarkan beristirahat dengan nyaman di tempat tidur. Wanita yang baru saja
merlahirkan perlu terus berada di tempat tidur untuk waktu tertentu agar system tubuhnya dapat
beradaptasi kembali terhadap perubahan volume cairan 6. Mempertahankan kenyamanan
Perawat dapat memberi rasa nyaman kepada wanita dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut : a. Menjelaskan fisiologi normal nyeri setelah melahirkan b. Menolong ibu mempertahkan
kandung kemihnya kosong c. Menempatkan selimut hangat di atas perut ibu d. Memberi
analgesik yang di instruksikan oleh petugas jasa kesehatan e. Anjurkan latihan relaksasi dan
pernafasan 7. Menjaga kebersihan Perawatan perineum akan menambah kenyamanan dan
keamanan ibu (pencegahan infeksi). Pembalut perineum yang bersih ditempatkan pada
tempatnya, bokong dikeringkan, dan pakaian yang basah diangkat sehingga wanita akan
merasa hangat an nyaman. Perawat harus mengenakan sarung tangan bersih sebelum
menyentuh pakaian ibu, pembalut perineum yang kotor atau daerah perineum. Wanita
dianjurkan mengganti pembalutnya setiap kali ke kamar mandi. 8. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan nutrisi Pembatasan asupan makanan dan cairan serta kehilangan
cairan (darah, keringat, atau muntah) selama persalinan dapat membuat wanita tiba-tiba ingin
segera makan dan minum setelah melahirkan. Apabila wanita menerima jenis anastesi lain ahli
anastesi akan menentukan kapan efek anastesi akan hilanga dan ia boleh mulai minum.
Perdarahan yang banyak dapat menjadi tanda serpihan plasenta tertinggal, yang membutuhkan
anastesi umum untuk membuang serpihan plasenta dan menghentikan perdarahan. 9.
Mendukung kebutuhan psikososial orang tua Keadaannya psikososial ibu yang baru dapat
berkisar dari euforia dan sejahtera sampai rasa mengantuk yang ditandai dengan tidak
menyadari apa yang terjadi di lingkungannya. Seperti telah di utarakan sebelumnya, reaksi-
reaksi pertama ibu dan ayah yang baru terhadap anak mereka yang baru lahir sangat bervariasi.
Reaksi-reaksi ini akan menjadi petunjuk bagi tim perinatal dalam membuat rencana perawatan
untuk setiap individu.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.
Gressy Valen20 Juni 2013 19.10

terimakasih
:)
Kritik : Kurang rapi tulisannya !!
perbaiki lagi ya mbak, hehe

Mahasiswi akademi kebidanan Poltekkes Medan

Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...

Beranda
Langganan: Entri (Atom)

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

http://drotinnorma.blogspot.com/p/tonus-uterus-dan-tinggi-fundus-uterus_09.html
kontraski
uterus

 Beranda
 About

dulqueeny
KONTRAKSI UTERUS

Mei 6, 2011 · Filed under Persalinan

Uterus terdiri dari tiga lapisan otot polos, lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular dan
diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang berayaman “tikar”. Seluruh
lapisan otot ini bekerjasama dengan baik, sehingga terdapat pada waktu his yang sempurna
sifat-sifat :
a). Kontraksi yang simetris
b). Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri, dan
c). Sesudah itu terjadi relaksasi
Pengetahuan fungsi uterus dalam masa kehamilan banyak dipelajari oleh Caldeyro-Barcia
dan hasil-hasilnya diajukan pada kongres kedua international Federation of Gynaecology and
Obstetrics di Montreal, Juni 1958. Ia memasukkan kateter polietilen halus kedalam ruang
amnion dan memasang mikrobalon dimiometrium di fundus uteri, ditengah-tengah korpus
uteri dan dibagian bawah uterus . Semuanya kemudian disambung dengann kateter polietilen
halus kealat pencatat ( electrometer ). Dengan demikian dapat diketahui bahwa otot-otot
uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga
tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mm Hg. Pada tiap kontraksi
tekanan tersebut meningkat disebut amplitude atau intensitas his yang mempunyai dua bagian
:
a). Peningkatan tekanan yang agak cepat
b). Penurunan tekanan yang agak lambat

A. HIS (Kontraksi Uterus)


His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena otot-otot polos rahim
yang bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap akan mendorong janin melalui
serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim
ibu.Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis
dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim. Perubahan ini memungkinkan janin bisa
lahir.
His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal
perkiraan persalinan. Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak diketahui, mungkin
karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisa dan
menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan). Persalinan biasanya berlangsung selama
tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan pada kehamilan berikutnya
cenderung lebih singkat (6-8 jam).
Show (sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya merupakan
petunjuk bahwa persalinan segera dimulai tetap: show bisa keluar 72 jam sebelum kontraksi
dimulai kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban
mengalir melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi dokter atau
bidan sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah berlanjut menjadi persalinan
spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum juga dimulai dan
keadaan bayinya baik, biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi resiko
infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim infeksi bisa menyerang ibu
maupun bayinya. Untuk menginduksi persalinan biasanya digunakan oksitosin atau obat yang
serupa.
1. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa saat persalinan semakin mendekat :
Tanda Artinya Kapan terjadi
Perasaan seolah-olah bayi
telah turun ke bawah Lightening, yaitu turunya bayi.
kepala bayi telah masuk ke dalam panggul ibu Mulai dari beberapa minggu sampai beberapa
jam sebelum persalinan dimulai
Keluar cairan dari vagina (jernih, berwarna pink atau sedikit mengandung darah) Show, yaitu
lendir kental yang tertimbun di serviks mulai berdilatasi, lendir ini terdorong ke dalam vagina
Beberapa hari sebelum persalinan di mulai atau pada awal persalinan
Keluar cairan encer yang memancar atau mengeluar dari vagiana Selaput ketuban pecah,
yaitu pecahnya kantung berisi cairan yang mengelilingi bayi selama dalam kandungan Mulai
dari beberapa jam sebelum persalinan di mulai sampai setiap saat selama persalinan
Pola kram yang teratur, yang mungkin dirasakan sebagai nyeri punggung atau kran,
mentruasi Kontraksi, yaitu menkerut & mengendurnya rahim. Semakin kuat & bisa
menyebabkan nyeri karena serviks bergerak di sepanjang jalan lahir Pada awal persalinan

Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan tentang his pada status
wanita tersebut, diantaranya :
• Frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10 menit.
• Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam mmHg. Dalam praktek,
kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi apakah sudah kuat atau masih lemah.
• Aktivitas his adalah frekuensi dan amplitudo diukur dengan unit Montevideo. Contoh :
frekuensi suatu his 3x per 10 menit dan amplitudonya 50 mmHg, maka aktivitas rahim =
3×50= 150 unit Montevideo.
• Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40
detik.
• Datangnya his : apakah datangnya sering, teratur, atau tidak.
• Interval adalah masa relaksasi.
Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh Caldeyro / Barciadaro Amerika latin
(1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot-otot uterus pada waktu relaksasi masih
mempunyai tonus dengan tekanan antara 6-12 mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan
tersebut meningkat.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus disudut tuba dimana
gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah dengan
kecepatan 2 cm, tiap detik mencakup seluruh otot-otot uterus, di sebut fundus dominan. Oleh
karena serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, maka pada setiap his terjadi
perubahan pada serviks :
• Tertarik dan mendatar (eyffacement)
• Membuka (Dilatasi)
2. Aktifitas Uterus (Miometrium)
Pada kehamilan menjelang 7 bulan, bila dilakukan pemeriksaan palpasi atau pemeriksaan
dalam dapat diraba adanya kontraksi-kontraksi kecil dari rahim (kontraksi Braxton / Hicks)
amplitudo 5 mmHg berlangsung sebentar sesudah kehamilan 30 minggu, aktifitas rahim akan
lebih kuat dan lebih sering.
Pada kehamilan diatas 36 minggu dan pada permukaan kala 1, his timbul lebih sering dan
lebih kuat, permukaan serviks 2 cm. Pada akhir kala 1, kontraksi uterus lebih meningkat,
lebih sering dan teratur dengan amplitudo 60 mmHg.
• Pada kala pengeluaran, his menjadi lebih efektif, terkoordinasi, simetris dengan
fundadominan kuat, dan lebih lama (60-90 detik).
• Pada waktu relaksasi, kekuatan tonus uterus kurang dari 12 mmHg, karena dalam keadaan
istirahat.
Adakalanya pada waktu uterus beraktifitas dengan kontraksi maka akan menemukan rasa
nyeri dan sakit rasa his. Perasaan sakit ini mungkin dikarenakan askemia dalam corpus dan
tempat terdapat banyak serabut saraf. Peristiwa ini meneruskan perasaan sakit melalui saraf
sensorik di pleksus hipogastrikus ke sistem saraf pusat. Sakit pinggang sering terasa pada
kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus berkontraksi. Hal ini disebabkan oleh serabut
sensorik turut terangsang, maka dari itu, jika His sempurna dan efisien dengan adanya
dominasi di fundus uteri serta relaksasi bagian bawah uterus dan serviks, perasaan sakit
pinggang dan sakit di bagian bawah ini akan berkurang.
B. Mekanisme His
Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim lebih jelas
lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang
peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi segmen atas
berkontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks
mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui
bayi. Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas seperti :
• Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi
yang disebut retraksi. Sehingga rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke
bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah His hilang akibatnya segmen atas semakin
majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
• Tidak akan ada kemajuan dalam persalinan
Pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos apabila
uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundumikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek. Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan mendeesak dinding perut
ke depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim akan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum fundus uteri
terhambat pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos
apabila uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek. Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut ke
depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim akan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum fundus uteri
terhambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik keatas. Apabila fundus naik
keatas waktu kontraksi maka kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak turun kebawah.
C. Perubahan-perubahan akibat His
Karena adanya kontraksi uterus ( his ) mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain :
• Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras/padat. Karena kontraksi. Tekanan hidrostatis
air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
( effacement) dan terbuka ( latasi )
• Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga ada kenaikan nadi dan
tekanan darah.
• Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi uterus – plasenter berkurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin aspeksia dengan denyut jantung janin diatas 160/menit,
tidak teratur.
D. Pembagian his dan sifat-sifatnya
a. His pendahuluan
His tidak kuat dan tidak teratur
Menyebabkab “show”
b. His pembukan
His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Mulai kuat teratur dan sakit.

c. His pengeluaran ( his mengedan ) atau kala III :


Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama.
His untuk mengeluarakan janin.
Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament.
d. His pelepasan uri ( kala III )
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
e. His pengiring ( kala III )
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri ( merian ), pengecilan rahim dalam beberapa jam atau
hari.
E. Perbedaan antara his sejati dan his palsu.
Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa merasa his palsu atau kontraksi rahim
yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi brayton hisks. Ini merupakan hal yang normal
dan mingkin lebih sering muncul pada sore hari. Mungkin sulit untuk membedakan antara his
sejati dan hbis palsu. Biasanya his palsu tidak sesering dan tidak sekuat his asli. Kadang satu-
satunya cara untuk mengetahui perbedaan antara his sejati dan his palsu adalah melakukan
pemeriksaan dalam untuk bisa mengetahui proses persalinan yang akan terjadi.
Perbedaan antara his palsu dan his sejati.
Jenis perubahan His palsu His sejati
Karakteristik kontraksi Tidak teratur dan tidak semakin sering ( kontraksi Braxton hicks )
Timbul secara teratur dan semakin sering berlangsung selama 30-70 detik.
Pengaruh gerakan tubuh Jika ibu berjalan atau beristirahat atau jika posisi ibu berubah,
kontraksi akan menghilang/terhenti. Meskipun posisisi atau gerakan ibu berubah kontraksi
tetap dirasakan.
Kekuatan kontraksi Biasanya lemah dan tidak semakin kuat ( mungkin tadinya kuat
kemudian melemah ) Kontraksinya semakin kuat
Nyeri karena kontraksi Biasanaya hanya dirasakan di tubuh bagian depan Biasanya berawal
dipunggung dan menjalar kedepan.

1. Tahap-tahap persalinan
Tahap I :mulai dari awal his sampai pembukaan lengkap ( sekitar 10 cm )
Fase awal ( fase laten )
Kontraksi semakin kuat dan teratur
Rasa nyeri masih bersifat minimal
Serviks menipis dan membuka sampai mencapai sekitar 4 cm
jam pada kehamilan selanjutnya
 Fase aktif
Serviks membuka sampai 10 cm
Bagian terendah bayi ( biasanya kepala ) mulai turun kedalam panggul ibu
Ibu mulai merasakan desakan untuk mengedan
Fase ini berlangsung sekitar 5 jam ( pada kehamilan pertama ) dan 2 jam ( pada kehamilan
berikutnya )
Tahap II : mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi keluar dari rahim ibu. Berlangsung
selama 60 menit ( pada kehamilan pertama ) dan 15-30 menit ( pada kehamilan berikutnya ).
 Tahap III : mulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta ( ari-ari ). Biasanya
tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit daja setelah proses berlangsung.
Selama tahap I, ibu dilarang mengedan karena mengedan sebelum pembukaan lengkap akan
me3nghabiskan tenaga dan bisa menyebabkan robekan pada serviks. Denyut jantung ibu dan
bayi diperiksa setiap 15 menit. Jika denyut jantung bayi terlalu cepat atau terlalu lambat,
maka dipertimbangkan untuk melahirkan bayi melalui operasi Caesar atau dengan bantuan
forceps atau tindakan korektif lainnya ( misalnya ibu disuruh berbaring miring kekiri,
menambah jumlah cairan infus atau memberikan O2 melalui selang hidung ).
Selama tahap II, ibu diharuskan mengedan setiap merasakan kontraksi agar bayi terdorong
kevagina. Pemantauan denyut jantung bayi dilakukan setiap 3 menit.
2. Persalinan Spontan
Tehnik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metode Lamaze. Tehnik lainnya
adalah metode leboyer, yang terdiri dari melahirkan diruang gelap dan merendam bayi dalam
air hangat segera setelah dilahirkan. Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama
persalinan digunakan tehnik relaksasi dan pernafasan.
Untuk mempelajari tehnik ini calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di rumah sakit
mauoun klinik bersalin. Pada tehnik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian
tubuhnya kemudian mengendorkannya. Tehnik ini membantu ibu mengendorkan seluruh
tubuhnya ketika rahim berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi. Beberapa jenis
pernafasan bisa membantu ibyu da;lam menghadapi pefrsalinan tahap I ( sebelum
diperbolehkan mengedan ).
 Menarik napas dalam ( untuk membantu ibu rileks ), dilakukan pada awal dan akhir
kontraksi
Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat konttraksi
mencapai puncaknya
Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nfas melalui mulut,
dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan.
Pada stadium II ibu mulai boleh mengedaan dan diselangi dengan menarik nafas cepat dan
pendek. Selama kehamilan ibu dan pasangannya sebaiuknya melakukan tehnik relaksasi dan
pernafasan secara rutin. Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa memantiu calon ibu
dengan memngingatkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap tahap persalinan dan
menenangkannya jika terlihat tegang. Pemijatan bisa mengurangi ketegangan pada calon ibu.

F. Tenaga mengedan ( power )


Tenaga mengedan adalah tenaga yang dimilliki dan dikeluarkan oleh ibu untuk mengeluarkan
bayi atau plasenta. Tenaga ini dihasilkan setelah terjadi pembukaan lengkap dan setelah
ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his dikakrenakan kontraksi otot-
otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdomenal. Tanaga ini
dikeluarakan saat kepala janin sampai pada dasar panggul timbul suatu reflex yang
mengakibatkan pasien Menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan
menekan diacfragmanya kebawah. Tenaga mengejan sanmgat efektif sewaktu kontraksi
rahim. Beberapa mekanisme mengadan yang dibagi dalam beberap[a fase dal;am kala II
diantaranya :
1.Fase laten pada kala II
Kontraksi rahim yang lemah disekitar waktu pembukaan lengkap sering kali dijumpai dan
disebut fase laten kala II. Pada saat ini akan terjadi penyesuaian berupa pemendekan serat-
serat otot rahim yang akan mengurangi ruang dalam rahim sampai otot terakhir membungkus
tepat badan janin. Selama proses tersebut kontraksi rahim melemah atau tidak dapat
dirasakan selang beberapa waktu, kontraksi membaik dan wanita mengalami dorongan yang
semakin kuat untuk mengedan yang bersamaan dengan peningkatan pelepasan oksotosin.
Beberapa upaya untuk mempercepat kala II pada fase laten, diantaranya :
Meminta wanitaa untuk mengedan sekuat-kuatnya
Memberikan oksotosin untuk menguatkan kontraksi
Menunggu pembukaan lengkap dan mengedan dan usaha mengedan spontan dari ibu
2.Fase akhir pada kala II
Fase aktif kala II ditandai dengan penurunan janin dan usaha untuk mengedan tanpa sadar
disebut sebagai bagian panggul dari persalinan. Periode mengejan atau fase penurunan.
Usaha untuk mengejan merupakan usaha untuk mengatur posisi bernafas dan mengejan. Pada
waktu mengambil nafas dalam menahannya dan mengejan sekuat-kuatnya selama sekurang-
kurangnya 10 detik melepaskan nafas dan segera mengambil nafas kembali.
Beberapa efek psikologis menarik nafas dan mengejan yang berkepanjangan pada wanita
dan janin diantaranya:
Sistem tekanan tertutup dengan rongga dada wanita sehingga terjadi penurunan arus balik
vena, penurunan curah jantung dan tekanan darah arteri ibu.
Peningkatan tahanan pembuluh darah tepi dikepala, wajah, lengan dan kaki. Penurunan
kadar oksigen dalam darah ibu dan aliran darah ke plasenta. Peningkatan karbondioksida ibu
sampai ia mengambil nafas.
Peningkatan mendadak tekanan darah ketika mengambil nafas. Menyebabkan pecahnya
pembuluh darah kecil. Distensi mendadak dari kanalis vaginalis dan otot-otot panggul.
Kelelahan ibu
Pada janin kandungan O2 dalam darah menurun dan aliran darah keplasenta menurun,
sehingga O2 yang tersedia untuk janin menurun dan mengakibatkan janin hipoksia.

Usaha mengedan spontan


Dengan usaha mengedan spontan kepada berbagai posisi efek samping yang tidak diharapkan
pada menahan nafas maksimal yang berkepanjangan tidak akan terjadi. Jika seorang wanita
tidak dibutuhkan untuk mengejan dengan cara atau posisi tertentu ia dapat menggunakan
berbagai posisi. Menarik nafas, mengerang atau berteriak ketika berkontrasi.
Usaha mengejan spontan, biasanya terjadi seiring dengan kemajuan kala II dan janin turun
usaha mengedan spontan akan semakin sering. Mengedan spontagn diawali ketika
pembukaan lengkap, kemudian timbul kontraksi dan ibu akan bernafas terus samp[ai terasa
ingi mengedan . di lanjutkan dengan mengedan spontan dan ibu menahan nafas atau bersuara
serta memilih posisinya untuk melahirkan.
Dalam keadaan normal, dasar pangul wsanita membentuk landasan tempat kepala janin dapat
berotasi dan otot-otot yang melapisi panggul juga memberikan bantalan lentur yang
mendorong terjadinya rotasi. Tekanan otot-otot ini. Mendorong respon regangan yang
berperan penting pada gerakan-gerakan utama dari penurunan. Seperti : pleki, rotasi internal
dan rotasi internal.
Bagaimana posisi mengejan yang baik ?
Posisi yang baik untuk mengejan adalah sesuai dengan keinginan dan kenyamanan ibu, tapi
ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan ibu pada saat mengejan, yaitu:
1. Duduk atau setengah duduk, seringkali merupakan posisi yang paling nyaman, di samping
memudahkan penolong persalinan dalam memimpin persalinan pada saat keluarnya kepala
bayi, dan dalam mengamati perineum
2. Menungging atau posisi merangkak, baik dilakukan bila ibu merasakan kepala bayi
tertahan di punggungnya. Posisi ini juga bermanfaat pada bayi yang sulit berputar
3. Jongkok atau berdiri, posisi ini membantu turunnya kepala bila persalinan berlangsung
lambat atau bila ibu tidak mampu mengejan
4. Berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu mencegah ibu mengejan
ketika pembukaan belum lengkap
Posisi yang tidak baik bagi ibu adalah berbaring lurus terlentang. Hal ini dapat menimbulkan
penekanan pada pembuluh darah yang membawa darah untuk janin dan ibu, sehingga mereka
akan memperoleh aliran darah dan oksigen yang lebih sedikit. Selain itu pada posisi ini ibu
akan mengalam kesulitan dalam mengejan
Tips mengejan yang baik.
Ada beberapa tips yang sepertinya pantas untuk dishare :
1. Ingatkan istri untuk selalu menarik napas yang dalam dan mengeluarkan pelan-pelan, cara
ini akan sangat mengurangi rasa sakit ,
2. Sekali lagi tekankan point 1 sebagai ganti dari berteriak jika terasa sakit. Karena berteriak
tidak akan mengurangi rasa sakit malah akan membuang tenaga yang akan sangat dibutuhkan
sewaktu melahirkan ,
3. Pada waktu akan melahirkan beri support ke istri baik support psikologis maupun bantuan
fisik dengan mendukung istri dari belakang saat mengejan ,
4. Sewaktu mengejan ada beberapa hal yang perlu selalu diingatkan ke istri , yang pertama
adalah jangan sampai mengangkat pantat saat mengejan karena dapat merobek vagina. Pada
proses melahirkan pertama kali biasanya akan digunting juga tetapi robek hasil guntingan
beraturan sehingga mudah dijahit sementara robek karena kecelakaan tidak beraturan
sehingga susah pulih ,
5. Sewaktu mengejan ingatkan istri supaya jangan menutup mata karena dapat membuat
pembuluh darah di mata pecah, dan usahakan untuk melihat ke perut dengan bantuan
dorongan suami dari punggung/leher
6. Sebagai persiapan mengejan minta istri untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya
supaya dapat mengejan dalam waktu yang lama, dengan kemampuan mengejan dalam waktu
yang lama insya Allah tidak perlu digunting
7. Sewaktu mengejan jangan sampai ada udara yang keluar dari hidung dan mulut karena
akan mengurangi kekuatan mengejan secara signifikan.
8. Kalau udara keluar saja dilarang apalagi berteriak , sama sekali tidak membantu proses
melahirkan.
G. Jenis-jenis kelainan his
a. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal
bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada bisaa. Keadan umum
penderita biasanya baik, dan rasa nyeri biasanya tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh
umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun janin kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama : dalam hal terakhir ini morbitas ibu dan mortalitas janin naik
keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul
setelah berlangsungya his kuat unutk waktu yangn lama, hal itu dinamakan inersia uteri
sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga
dapat mennimbulkan kelelahan otot-otot uterus. Kecuali pada wanita tidak diberi pengawasan
baik waktu persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakapenilaia yang seksama
untuk menentukan sikap yang harus diambil. Janagan dilakukan tidakan yang tergesa-gesa
untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat
dipakaki sebagai pengangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai terapi
aktif.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten : untuk hal ini diperlukan pengalaman.
Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri. Tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa
persalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran dan atu
pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia
uteri padahal persalinan belum mulai ( fase labour).
b. His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction.
Walaupun pada golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan
penyebab distoksia, namun hal ini dibicarakan juga disinai dalam rangka kelainan his. His
yang terlalu kuat dan terlalu efesien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dimakan partus presipitatus: sifat his
normal, tonus otot diluar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya
partus prespitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir. Khususnya serviks
uteri. Vagian dan perenium,sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan
meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan lingkaran retraksi patologis.
Ligamenta rotunda menjadi tegang lebih jelas teraba, penderita merasa terus menerus dan
menjadigelisah. Akhirnya, apabila tidak diberikan penolong, regangan segmen bawah
melampaui kekuatan jaringan terjadilah repturi uteri.
c. Incoordinati Uterine Action
Disinilah sifat his berubah. Tonus otot uterus meningkat,juga diluar his,dan kontraksi tidak
berlangsung secara biasa karena tidak ada singkronisasi antara kontraksi bagian-bagianya.
Tidak adanya kooedinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his
tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu tonus otot uterus yang menarik dapat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras
dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini disebut
sebagai uncoordinater hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan
persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah. Kelainan his ini menyebabkan
spasmus sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kuvom uteri pada tempat itu. Ini
dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkatan konstrisi. Secara teoritis lingkaran ini terjadi
dimana-mana akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian tas dan sigmen bawah
uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam kecuali kalau
pembukaan sudah lengkap kecuali kalu pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan
dimasukan kedalam kavum uteri. Oleh sebab itu, jika pembukaan belum lengkap, biasanya
tidak mengenal pelayanan ini dengan pasti. Adakalanya persalinan tidak maju karena
kelainan pada serviks yang dinamakan distosia sevikalis. Kelainan ini bisa primer bisa
sekunder.
d. uterus Tonika
Uterus Tonika merupakan obat-obatan(kemasan) yang kerjanya mempengaruhi his. Sumber
dari uterus tonika ini berasal dari hewani, nabati dan sintesis secara umum , kegunaannya
dalam obtetri:
Mempengaaruhi kontraksi rahim akan memperkuat his
Mengurangi pendarahan pada otonia uteri induksi atau stimulus partus
Cara pemakaian hendaknya menurut indikasi yang tepat. Penyalahgunaan obat-obat ini,
kadang-kadang dapat membahayakan jiwa siibu, misalnya dapat terjadi robeknya rahim bila
dipakai oleh orang yang tidak awas akan penggunaannya.
Obat-obatan tersebut antara lain:
a. Pituitrin:
– Pitresin
– Pitosin
Pituitrin adalah ekstrak dari kelenjat hifofisis lobus belakang, sehingga merupakan sumber
hewani. Obat sintesisnya dikenal dengan nama syintocinion, sebagai nama umum disebut
oxitonicine. Kemasan yang sering kita kenal :
Pitocin-piton-hypopisin-pitog-landol. Kerja obat ini memperkuat his yang dudah ada his
dating lebih cepat (efek obat) dan dalam waktu yang lama.
Kegunaannya pada:
Atonia uteri promer ( imertia uteri )
Kala uri ( kala III ) dengan perdarahan
Kala IV dengan atonia uteri
Steinse kuur ( induksi partus secara dulu )
Pada plasenta prepia, setelah pemecahan ketuban dengan maksud supaya perdarahan
berhenti
Pada kuret mola, supaya dinding rahim menjadi lebih tebal dan berkontraksi
Abortus incipiens ( perdarahan banyak )
Kontra indikasi:
Bagian terdepan anak belum turun
Letak lintang, letak rangkap
Robekan rahim mengancam
 Bekas-bekas operasi pada uterus yang hamil
Hipertensi, eklampsia ( syinto dan pitosin boleh ),dll

b. Sycale cornutum
Asal, yaitu :
Ekstrak dari celaviceps purpurea ( kapang gandum )
Sintesis, misalnya medhergin ( Sandoz )
Isinya antara lain :
Ergotamin
Ergotoksin
Etgometrin
Kerjanya :
 Memperkuat kontraksi rahim
Ada efek di luar his, efek kerjanya lama dan pengaruhnya cukup lama. Kemasan yang
tersedia berupa kemasan tincture, extractum, infusum, tablet, dll. Biasanya dipasaran kita
kenal : ergot, ergotrat, ergotamine, ginergen, dan secara injeksi.
Dalam obstetri praktis sering dipakai pada :
Postpartum
Kala nifas
Sub-involusio
 Abortus Incompletus
Post-kuret,dll
Methergin merupakan kemasan sintesis dari pabrik Sandoz. Obat ini sering dipakai pada
perdarahan postpartum, multipara postpartum, section caesarea, dan pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan postpartum. Cara pemberian melalui IV / IM, seperti pada
hidramnion, gemeli, anak besar, operasi obstetric, dan pernah mengalami perdarahan
postpartum. Cara pemberian bisa IV / IM intramural dan per infuse.
c. Chinine ( pil kina )
Kina berasal dari kulit kayu kina, banyak terdapat di Indonesia terutama dipakai untuk
pengobatan malaria. Kerja obat ini memperkuat kontraksi rahim yang sudah ada, kemasannya
yaitu sulfas chihine. Dulu dipakai pada khinine kuur dan steinse kuur.
d. Prostaglandin
Sekarang ini pemakaian PG dalam obstetric, terutama untuk pengeluaran isi rahim
( kehamilan ) kapan saja dalam masa kehamilan, telah banyak dipakai di luar negeri.
Dimedan telah mulai dipakai untuk riset.
e. Morfin
Digunakan sebagai antidotum his yang kuat terus-menerus (tetania uteri).
f. Sandopart
Dibuat sintesis oleh Sandoz dan digunakan untuk stimulasi / induksi partus.
g. Oxsytocin drips
Terdiri atas :
Syntocinon drips
Pitocin drips
Untuk induksi partus dengan indikasi obstetric, dipakai 5-10 UI dalam 500 cc glukosa
/dekstrosa 5 %. Pemberian drips ini harus diawasi setiap saat.Dosis awal 4 tetes per menit,
kemudian dinaikkan tiap 10-15 menit hingga dikehendaki his yang adekuat, maksimum 40
tetes per menit. Syarat pemakaian obat ini harus diawasi serta dicatat DJJ tensi dan kontraksi.
Bahaya pemakaian uterus tonika :
Tetania uteri
 Ruptura uteri
Retensio plasentae

Share this:
 Twitter1
 Facebook

Sukai ini:
Suka Memuat...

Terkait

PEMANTAUAN KONTRAKSI, ROBEKAN JALAN LAHIR DAN PERINIUM, TANDA-


TANDA VITAL, KEBUTUHAN IBU PADA KALA III,dalam "Persalinan"

RETENSIO PLASENTAdalam "Persalinan"

Manajemen Aktif Kala III Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban, Dan Tali Pusatdalam
"Persalinan"

Berikan Balasan
Tulis komentar di sini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:
(wajib)(Alamat takkan pernah dipublikasikan)

(wajib)

WordPress.com( Logout / Ubah )


( Logout / Ubah )
( Logout / Ubah )
( Logout / Ubah )
 nova
o

 Arsip
o Mei 2011 (15)

Pos-pos Terakhir
o PERAWATAN SELAMA PERSALINAN KALA II
o ASUHAN KALA II

o PATOGRAF

o Asuhan Kala IV

o RETENSIO PLASENTA

o ATONIA UTERI

o PEMANTAUAN KONTRAKSI, ROBEKAN JALAN LAHIR DAN PERINIUM, TANDA-TANDA


VITAL, KEBUTUHAN IBU PADA KALA III,

o Manajemen Aktif Kala III Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban, Dan Tali Pusat

o KONTRAKSI UTERUS

o KEBUTUHAN FISIK IBU HAMIL TRIMESTER I, II, III

Mei 2011

S S R K J S M

2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22

23 24 25 26 27 28 29

30 31
 Blog Stats
o 129,557 hits

Heny - Everybody hurts

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | The Greenery Theme.

Ikuti

Follow “dulqueeny”

Get every new post delivered to your Inbox.

Sign me up

Buat situs dengan WordPress.com

%d blogger menyukai ini:

https://dulque
eny.wordpress.
com/2011/05/
06/kontraksi-
uterus/

Anda mungkin juga menyukai