Anda di halaman 1dari 10

POLA PENGOBATAN PASIEN SCHIZOPRENIA

PROGRAM RUJUK BALIK DI PUSKESMAS MUNGKID


PERIODE JANUARI-JUNI 2014

Hariyani, Fitriana Yuliastuti , Tiara Mega Kusuma


Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Magelang

Intisari

Schizoprenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang diakibatkan oleh


kerusakan pada otak. Salah satu penanganan schizoprenia adalah dengan
memberikan antipsikotik untuk mencegah gejala yang timbul, dimana antipsikotik
merupakan terapi yang efektif mengobatinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengobatan pasien
schizoprenia Program Rujuk Balik di Puskesmas Mungkid. Metode yang
digunakan adalah survei analitik dengan pengambilan data secara retrospektif.
Penelitian ini dilakukan pada 42 rekam medik pasien periode Januari-Juni
2014 yang menerima pengobatan antipsikotik dan dianalisa dengan analisis
deskriptif. Data yang diperoleh menunjukkan pasien pada terapi tunggal
antipsikotik yang paling banyak digunakan adalah haloperidol (54,93%) dan pada
terapi kombinasi antipsikotik yang paling banyak digunakan adalah haloperidol
dan klorpromazin (61,91%). Kategori pengobatan yang paling banyak digunakan
adalah pengobatan dengan antipsikotik tipikal, sedangkan untuk kesesuaian dosis
dan aturan pakai obat antipsikotik yang digunakan adalah 97,18% sudah sesuai
dan 2,82% tidak sesuai dengan standar pengobatan.

Kata kunci : Pola pengobatan, Antipsikotik, Program Rujuk Balik.

1
Abstract

Hariyani, Fitriana Yuliastuti, Tiara Mega Kusuma


Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Magelang

THE TREATMENT PATTENT OF SCHIZOPRENIA PATIENT BEHIND


RECONCILIATION PROGRAM IN PRIMARY HEALTH CARE
MUNGKID PERIOD JANUARY-JUNI 2014, Schizoprenia is one of
psychiatric disorders that caused by brain damage. One way of schizoprenia
handling is giving antipsychotics to prevent the symptoms, that antipsychotics
was effective therapy to treat it.
This study aims to determine the treatment pattern of schizoprenia patient
behind reconciliation program at Puskesmas Mungkid. The method used is
analytical survey with retrospective data collection.
This research were conducted to 42 medical records of patients period
January-Juni 2014 which receive antipsychotics medication and were analyzed
with descriptive analysis. Obtained data shows that the most single therapy of
antipsychotics is haloperidol (54,93%) and combined therapy was haloperidol
and chlopromazine (61,91%). The most treatment category of schizoprenia is the
typical antipsychotic treatmemt (92,96%), while for suitability dose and the rules
of use of antipsychotic drugs most widely used 97,18% and 2,82% was
appropriate and not according to the standar treatment,

Keywords : Schizoprenia, Antipsychotic, Behind Reconciliation Program

PENDAHULUAN

Schizoprenia merupakan penyakit pengobatan menunjukkan hasil,


atau gangguan jiwa kronis yang pasien masih menghadapi
dialami oleh 1% penduduk. Gejala- konsekuensi penyakit ini yaitu
gejala yang serius dan pola kehilangan kesempatan bekerja,
perjalanan penyakit yang kronis stigma dari masyarakat, dan gejala
berakibat disabilitas pada pasien sisa serta efek samping obat ¹⁰.
schizoprenia. Di rumah sakit jiwa, Schizoprenia adalah suatu gangguan
sekitar 80% pasien yang dirawat jiwa berat yang ditandai dengan
dengan gangguan schizoprenia. Hasil penurunan atau ketidakmampuan
penelitian menunjukkan 25% pasien berkomunikasi, gangguan realitas
schizoprenia dapat sembuh, 25% (halusinasi atau waham), efek tidak
dapat mandiri, 25% membutuhkan wajar atau tumpul, gangguan kognitif
bantuan, dan 25% kondisi berat. (tidak mampu berfikir abstrak) serta
Pengobatan pada schizoprenia yang mengalami kesukaran melakukan
seksama dan teratur sesuai anjuran aktifitas sehari-hari.
akan mengurangi dan mengontrol Obat-obatan yang digunakan
gejala penyakit. Walaupun untuk mengobati schizoprenia

2
disebut antipsikotik. Antipsikotik 1. Pola pengobatan
merupakan terapi obat-obatan Pola pengobatan yaitu meliputi
pertama yang efektif mengobati prosentase penggolongan obat,
schizoprenia ⁴. prosentase obat generik dan non
Obat antipsikotik dibagi menjadi generik, prosentase jumlah item
2 yaitu antipsikotik golongan per 1 lembar resep, prosentase
pertama (antipsikotik tipikal) dan kombinasi obat, dan prosentase
antipsikotik golongan kedua kesesuaian dosis dan aturan pakai.
(antipsikotik atipikal)¹³. 2. Resep pasien schizoprenia
Pelayanan Program Rujuk Balik
adalah Pelayanan Kesehatan yang C. Populasi dan Sampel
diberikan kepada penderita penyakit Populasi pada penelitian ini
kronis dengan kondisi stabil dan adalah semua lembar resep pasien
masih memerlukan pengobatan atau schizoprenia program rujuk balik,
asuhan keperawatan jangka panjang sedangkan sampel menggunakan
yang dilaksanakan di Faskes Tingkat metode sampling jenuh dimana
Pertama atas rekomendasi/rujukan semua anggota populasi digunakan
dari dokter spesialis/sub spesialis sebagai sampel¹². Jadi sampel pada
yang merawat². Salah satu penyakit penelitian ini yaitu semua lembar
yang termasuk pelayanan Program resep pasien schizoprenia Program
Rujuk Balik yaitu schizoprenia. Rujuk Balik Di Puskesmas Mungkid
Puskesmas Mungkid merupakan Periode Januari-Juni 2014.
salah satu Puskesmas di Kabupaten
Magelang yang melayani Program D. Intrumen dan Metode
Rujuk Balik. Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan untuk Instrumen yang digunakan
mengetahui karakteristik pasien dan untuk mengumpulkan data adalah
pola pengobatan pasien Program resep-resep pasien schizoprenia di
Rujuk Balik di Puskesmas Mungkid Puskesmas Mungkid yang
Kabupaten Magelang. sebelumnya dilakukan pengamatan
melalui medical record. Pengambilan
METODE PENELITIAN data dilakukan dengan metode
retrospektif terhadap resep (data
A. Desain Penelitian sekunder) pada pasien schizoprenia
Penelitian ini merupakan periode Januari-Juni 2014.
penelitian survei analitik yang
diarahkan untuk menjelaskan suatu E. Analisis Data
keadaan atau situasi¹⁰. Pengambilan Metode analisis data
data dilakukan dengan metode menggunakan statistik deskriptif
retrospektif terhadap resep-resep yaitu dengan cara mendiskripsikan
pada pasien schizoprenia. atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
B. Definisi Operasional bermaksud membuat kesimpulan
Batasan pengertian penelitian yang berlaku untuk umum atau
yang dilakukan adalah sebagai generalisasi ¹⁰.
berikut :

2
HASIL DAN PEMBAHASAN laki, dikarenakan laki-laki
Proses pengambilan data merupakan tiang keluarga sehingga
dilaksanakan pada bulan Januari- bila timbul gejala yang tidak dapat
Maret 2015 dimulai dengan diatasi, keluarga akan lebih cepat
melakukan pencatatan data rekam membawanya ke Rumah Sakit.
medis dan lembar resep pasien
schizoprenia Program Rujuk Balik di 2. Umur
Puskesmas Mungkid Periode Tabel 2. Karakteristik pasien
Januari-Juni 2014, dan didapatkan 42 berdasarkan umur.
lembar resep pasien schizoprenia.
Umur Prosentase
A. Karakteristik Pasien Pasien Jumlah (%)
1. Jenis Kelamin (Tahun)
Tabel 1. Karakteristik pasien 17-25 4 orang 9,52
berdasarkan jenis kelamin 26-35 19 orang 45,24
36-45 11 orang 26,19
Jenis Prosentase 46-55 2 orang 4,76
Jumlah
kelamin (%) >56 6 orang 14,29
Laki-laki 23 orang 54,76 Total 42 orang 100
Wabita 19 orang 45,24
Total 42 orang 100 Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
dilihat bahwa pasien yang berumur
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat 26-35 tahun paling banyak menderita
bahwa penderita schizoprenia dengan schizoprenia yaitu sebanyak 19 orang
jenis kelamin laki-laki lebih banyak (45,24%), dan diurutan kedua pada
dibandingkan dengan jenis kelamin rentang usia 36-45 tahun sebanyak
wanita. Penderita laki-laki sebanyak 11 orang (26,19%). Hasil penelitian
23 penderita (54,76%), sedangkan ini sesuai dengan teori yang
penderita perempuan sebanyak 19 menyatakan bahwa pria mempunyai
penderita (45,24%).Hal ini sesuai onzet schizoprenia lebih awal
dengan Kaplan ⁷ yang menyatakan daripada wanita. Usia puncak untuk
bahwa laki-laki lebih mungkin laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun,
daripada wanita untuk terganggu sedangkan untuk wanita usia puncak
oleh gejala negatif dan wanita lebih adalah 25 sampai 35 tahun ⁷. Pada
mungkin memiliki fungsi sosial yang kelompok usia 26 sampai 45 tahun
lebih baik daripada laki-laki. Hal merupakan usia produktif yang
inijuga sesuai dengan teori yang cenderung terkena schizoprenia.
menyatakan bahwa prognosis dan Pada kelompok ini gejala sudah
perjalanan penyakit pada laki-laki dapat dilihat, walaupun beberapa
lebih buruk dibandingkan pada tahun sebelumnya sudah muncul
penderita wanita sehingga lebih cepat namun belum terlihat ⁴. Hal ini
terlihat. Penyebabnya dapat karena disebabkan pula pada usia muda
faktor genetik, lingkungan atau terdapat faktor lingkungan yang
pengaruh dari dalam diri sendiri ⁹. dapat mempengaruhi perkembangan
Pengaruh kultur juga dapat emosional, sedangkan pada usia tua
mempengaruhi tingginya pasien laki- dipengaruhi oleh faktor biologik ⁶.

3
C. Penggunaan Obat Generik
B. Golongan Obat Antipsikotik Hasil penelitian data obat
Penggolongan obat antipsikotik generik yang digunakan pada
yang digunakan di Puskesmas pengobatan pasien schizoprenia di
Mungkid dapat dilihat dari tabel Puskesmas Mungkid ditampilkan
3sebagai berikut : dalam tabel 4 berikut ini :
Tabel 3. Persentase golongan obat Tabel 4. Persentase Penggunaan
antipsikotik Obat Generik

Golongan obat Persentase Persentase


Jml Golongan obat Jml
antipsikotik (%) (%)
Tipikal 66 92,96 Obat generik 71 100
Atipikal 3 4,22 Obat non generik 0 0
Tipikal-atipikal 3 2,82 Total 71 100
Total 71 100
Dari tabel 4 diatas dapat
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 42 lembar
dilihat bahwa golongan obat sampel menggunakan obat generik
antipsikotik yang paling banyak semua yaitu 100 %. Puskesmas
digunakan adalah antipsikotik Mungkid wajib menggunakan obat
golongan tipikal dari pada generik dalam setiap pengobatan dan
antipsikotik golongan atipikal atau peresepannya, hal ini juga
kombinasi antipsikotik golongan mewajibkan dokter menuliskan resep
tipikal dan atipikal. Pengobatan dengan obat generik. Selain itu obat
psikosis dengan obat golonga tipikal schizoprenia yang diperoleh
yaitu sebanyak 66 penderita Puskesmas Mungkid dari Dinas
(92,96%). Kesehatan Kabupaten Magelang
Pada penelitian ini pada periode itu adalah obat generik
antipsikotik yang paling banyak semua.
digunakan adalah golongan tipikal. Hasil penelitian ini juga sudah
Obat schizoprenia golongan tipikal sesuai dengan Peraturan Menteri
mempunyai tempat dalam Kesehatan Republik Indonesia
manajemen psikosis, antara lain Nomor
untuk pasien yang kurang mampu HK.02.02/MENKES/068/I/2010
atau pada keadaan dimana pasien tentang kewajiban menggunakan
tersebut sudah stabil dengan obat generik di fasilitas pelayanan
antipsikotik tersebut dengan efek kesehatan pemerintah menyebutkan
samping yang masih diterima oleh bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
pasien. Penggunaan obat tipikal pemerintah, pemerintah daerah wajib
digunakan lebih banyak daripada menyediakan obat generik untuk
penggunaan obat golongan atipikal kebutuhan pasien rawat jalan dan
karena harga obat golongan tipikal rawat inap dalam bentuk
lebih murah dibandingkan obat formularium, dokter yang bertugas di
golongan atipikal. fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah wajib menulis resep obat

4
generik bagi semua pasien sesuai digunakan adalah antipsikotik
indikasi medis ¹. golongan tipikal yaitu haloperidol di
urutan pertama dan chlorpromazine
D. Item Obat Yang Digunakan di urutan kedua. Hal ini sesuai
Hasil penelitian yang dengan penelitian Fahrul ³, dimana
menunjukkan item obat yang penggunaan haloperidol
digunakan pada pengobatan pasien dimaksudkan karena haloperidol
schizoprenia di Puskesmas Mungkid merupakan antipsikotik yang
ditampilkan dalam tabel 5 berikut mempunyai potensi tinggi. Efek
ini: terhadap sistem otonom dan efek
Tabel 5. Persentase item obat antikolinergiknya sangat minimal.
antipsikotik yang digunakan : Sedangkan clorpromazine yang
menempati urutan kedua
Persentase dimaksudkan karena clorpromazine
Nama Obat Jml
(%) memiliki efek samping sedatif kuat
Haloperidol 39 38,03 yang digunakan terhadap sindrom
Chlorpromazine 27 54,93 psikosis dengan gejala gaduh,
Risperidon 5 7,04 gelisah, hiperaktif, sulit tidur,
Total 71 100 kekacauan pikiran, perasaan dan
perilaku. Sedangkan haloperidol
Jumlah persentase penggunaan yang memiliki efek samping sedatif
antipsikotik jika dilihat dari jenis lemah, digunakan terhadap sindrom
obatnya, obat haloperidol adalah obat positif, dengan gejala dominan antara
yang sering digunakan untuk lain halusinasi, waham, apatis,
penanganan schizoprenia sebanyak menarik diri, hipoaktif, kehilangan
39 penderita (54,93%) kemudian minat dan inisiati, dan perasaan
chlorpromazine sebanyak 27 tumpul. Dalam pembahasan
penderita (38,03%) dan yang jarang sebelumnya juga dijelaskan bahwa
digunakan adalah risperidon antipsikotik golongan tipikal
sebanyak 5 penderita (7,04%). (haloperidol) lebih murah harganya
Terapi pilihan pertama yang dibandingkan dengan obat golongan
digunakan untuk pengobatan atipikal (risperidon).
schizoprenia adalah antipsikotik
golongan kedua (atau dikenal juga E. Kombinasi Obat
sebagai antipsikotik atipikal). 1. Kombinasi obat
Antipsikotik golongan kedua antipsikotik
memiliki sedikit atau bahkan tidak Kombinasi obat yang digunakan
menimbulkan terjadinya efek pada pengobatan pasien
ekstrapiramidal. Kelebihan lainnya schizoprenia di Puskesmas
adalah kecenderungan untuk Mungkid dapat dilihat pada tabel
menyebabkan tardive dyskinesia 6 sebagai berikut :
yang minimal atau tidak sama Tabel 6. Persentase kombinasi
sekali¹³. obat antipsikotik
Hasil penelitian berbeda
dengan Sukandar³ dimana obat Perse
Jenis antipsikotik Jml
antipsikotik yang paling banyak ntase

5
(%) Tabel 7. Persentase kombinasi
Terapi tunggal obat antipsikotik dengan obat
- Haloperidol 11 26,19 lain
- Risperidon 3 7,14
Terapi kombinasi Perse
-Chlorpromazine- 26 61,91 Jenis antipsikotik Jml ntase
Haloperidol
(%)
- Chlorpromazine- 1 2,38
Haloperidol - Antipsikotik- 37 84,09
- Chlorpromazine- 1 2,38 Antikolinergik
Haloperidol-risperidon - Antipsikotik- 3 6,82
Antidepresiva
Total 42 100 - Antipsikotik- 1 2,27
Benzodiazepin
Pada tabel 6 diatas dapat dilihat - Antipsikotik- 3 6,82
bahwa terapi kombinasi item obat vitamin
antipsikotik yang banyak digunakan Total 44 100
adalah kombinasi chlorpromazine
dan haloperidol sebanyak 26 Dari tabel 7 diatas dapat dilihat
penderita (61,91%). Kombinasi bahwa kombinasi obat
antara chlorpromazine dengan antipsikotik dengan obat
haloperidol bertujuan untuk antikolinergik (triheksipenidil)
memperkuat khasiat antipsikotik dan paling sering digunakan yaitu 37
efek sedatif. Hal ini sesuai dengan pasien (84,09%). Obat
Tjay¹⁵yang menyatakan bahwa antikolinergik (triheksipenidil)
chlorpromazine memiliki khasiat ditambahkan pada pengobatan
antipsikotik lemah tetapi memiliki psikosis dimaksudkan untuk
efek sedatif yang kuat, sedangkan mengurangi efek samping
haloperidol memiliki khasiat antipsikotika, terutama gejala
antipsikotik kuat, tetapi efek ekstrapiramidal . Sedangkan
sedatifnya rendah. amitriptylin yang merupakan
salah satu obat antidepresive
2. Kombinasi obat juga sering ditambahkan pada
antipsikotik dengan obat pengobatan psikosis yang
lain bertujuan untuk mengurangi
Antipsikotik kadang depresi yang timbul sesudah
dikombinasikan dengan obat lain psikosis. Kombinasi antipsikotik
apabila penggunaan antipsikotik dengan antidepresiva sebanyak 3
kurang menghasilkan efek yang pasien (6,82%). Antipsikotik
diinginkan atau untuk juga sering dikombinasikan
menanggulangi efek samping dengan vitamin dan mineral. Hal
obat antipsokotika ¹⁵. Hasil ini berdasarkan penemuan
penilitian penggunaan kombinasi bahwa sering ditemukannya
obat antipsikotik dengan obat pasien schizoprenia mengalami
lain di Puskesmas Mungkid defisiensi vitamin dan mineral.
ditampilkan dalam tabel 7 Pada penelitian ini obat
sebagai berikut: antipsikotik yang

6
dikombinasikan dengan vitamin diatas dapat dilihat bahwa 97,18 %
berjumlah 3 pasien (6,82%). obat antipsikotik yang digunakan di
Untuk menanggulangi efek rasa Puskesmas Mungkid untuk
takut dan gelisah obat pengobatan pasien schizoprenia,
antipsikotik sering juga dosis dan aturan pakai sudah sesuai
dikombinasikan dengan obat dengan standar pengobatan
golongan benzodiazepin yaitu berdasarkan Textbook Of
alprazolam dengan jumlah 1 Therapeutics Drug And Disease
pasien (2,27%). Management “Schizoprenia”¹¹ ,
sedangkan yang tidak sesuai dengan
F. Kesesuaian Dosis dan Aturan standar pengobatan adalah sebesar
Pakai 2,82 %. Ketidak sesuaian dosis dan
. Hasil penelitian yang menunjukkan aturan pakai dapat dilihat pada
kesesuaian dosis dan aturan pakai penggunaan chlorpromazine 100 mg
pada pengobatan pasien schizoprenia dengan aturan pakai sehari satu kali.
di Puskesmas Mungkid ditampilkan Penggunaan chlorpromazine sehari
dalam tabel 8 berikut ini : 100 mg dimaksudkan untuk
Tabel 8. Persentase kesesuaian mengurangi efek kolinergik yang
dosis dan atuan pakai timbul karena pemakaian
chorpromazine. Hal ini sesuai
Nama obat Atu Dosis Jml Sesuai dengan teori yang menyatakan
ran Terap /tidak bahwa antipsikotik (khususnya
pak i sesuai
ai mg/hr
antipsikotik golongan pertama dan
Chlorproma 1x1 200- 2 Tidak klozapin) harus dikurangi secara
zine 100 mg tab 600 sesuai pelan-pelan sebelum terapi
Chlorproma 2x1 200- 25 Sesuai dihentikan untuk menghindari gejala
zine 100 mg tab 600 putus obat yang menyebabkan
Haloperidol 2x1 3-20 29 Sesuai
munculnya efek kolinergik ¹³.
1,5 mg tab
Haloperidol 1x1 3-20 9 Sesuai
5 mg tab Kesimpulan dan Saran
Haloperidol 2x1 3-20 1 Sesuai A. Kesimpulan
5 mg tab Berdasarkan hasil analisa dan
Risperidon 2x1 2-6 4 Sesuai pembahasan mengenai Pola
2 mg tab
Risperidon 2x½ 2-6 1 Sesuai
Pengobatan Pasien Schizoprenia
2 mg tab Program Rujuk Balik Di Puskesmas
Total 71 Mungkid Kabupaten Magelang
Periode Januari-Juni 2014 dengan
Salah satu unsur penting dalam sampel sebanyak 42 lembar resep,
penggunaan obat untuk mencapai maka dapat ditarik kesimpulan
efek terapi yang optimal adalah dosis sebagai berikut :
obat dan aturan pakai. Penggunaan 1. Berdasarkan karakteristik
obat yang rasional, mensyaratkan pasien, paling banyak diderita oleh
bahwa pasien menerima obat-obatan pasien dengan jenis kelamin laki-laki
yang sesuai pada kebutuhan individu sebesar 54,76 % dengan rentang usia
mereka sendiri, untuk suatu periode 25-35 tahun sebesar 45,24 %
waktu yang memadai. Dari tabel 8

7
2. Pola pengobatan pasien 2. Anonim, 2014b, Panduan
schizophrenia untuk golongan obat Praktis Program Rujuk Balik
antipsikotik paling banyak digunakan Bagi peserta JKN.
adalah golongan tipical sebesar 92,96 3. Fahrul, Mukaddas Alwiyah,
%, penggunaan obat generik sebesar Faustine I., 2014, Rasionalitas
100 %, obat antipsikotik yang sering Penggunaan Antipsikotik Pada
digunakan adalah haloperidol yaitu Pasien Skizofrenia Di Instalasi
sebesar 54,93 %, untuk kombinasi Rawat Inap Jiwa RSD Madani
obat antipsokotik paling banyak Provinsi Sulawesi Tengah
digunakan yaitu kombinasi antara Periode Januari-April 2014,
obat chlorpromazine dengan Online Jurnal of Natural
haloperidol sebesar 61,91 %, Science, Vol.3(2) : 18-29.
sedangkan untuk kesesuaian dosis 4. Irmansyah M., 2005, Skizofrenia
dan aturan pakai obat antipsikotik Bisa Mengenai Siapa Saja,
yang digunakan di Puskesmas Majalah Kesehatan Jiwa No. 3,
Mungkid adalah 97,18 % sudah Jakarta.
sesuai dan 2,82 % tidak sesuai 5. Jarut Yulia, M., Fatimawali,
dengan pedoman pengobatan pasien Wiyono W.I., 2013, Tinjauan
Schizoprenia berdasarkan Textbook Penggunaan Antipsikotik Pada
Of Therapeutics Drug And Disease Pengobatan Skizofrenia Di
Management “Schizoprenia”¹¹. Rumah Sakit Prof. DR. V. L.
Ratumbuysang Manado Periode
B. Saran Januari 2013-Maret 2013,Jurnal
1. Untuk penelitiannya Ilmiah Farmasi, UNSRAT, Vol.
selanjutnya sebaiknya ditambah 2 No.03.
untuk periode waktunya agar 6. Kaplan H.I., Sadock B.J., Greb
sample yang didapat lebih Jack, 1997, Sinopsis Psikiatri
banyak, serta tidak hanya pada Edisi ke-7, Terjemahan.
pasien Program Rujuk Balik. Binarupa Aksara, Jakarta.
2. Interaksi obat agar dibahas 7. Kaplan H.I., Sadock B.J., Greb
lebih luas sehingga nantinya Jack, 2010, Sinopsis Psikiatri
dapat lebih bermanfaat dalam Jilid satu, Binarupa Aksara
perkembangan ilmu pengetahuan Publisher.
di bidang kesehatan dan pada 8. Keliat Budi, 2012, Manajemen
khususnya di bidang farmasi. Kasus Gangguan Jiwa, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
9. Lehman A.F., Lieberman J.A.,
Dixon L.B., et al. 2004, Practice
Pustaka Acuan Guideline for The Treatment of
1. Anonim, 2010, Peraturan Patient with Schizoprenia.
Menteri Kesehatan Republik 10. Notoatmodjo Soekidjo, 2012,
Indonesia No. 068 Tentang Metodologi Penelitian
Kewajiban Menggunakan Obat Kesehatan, PT Rineka Cipta,
Generik Di Fasilitas Pelayanan Jakarta.
Kesehatan Pemerintah. 11. Quan David, Helms Richard A.,
2006, Textbook Of Therapeutics

8
Drug And Disease Managemen,
Dalam Mary A., And Glen L.,
Stimmal, “Schizoprenia”,
Lippincott Williams And
Wilkins, Stimmel.
12. Sugiyono, 2012, Metode
Penelitian Kuantiatif , Kualitatif,
dan R&D, ALFA BETA.
13. Sukandar Elin, Andarjati, Sigit
Joseph I., Kusnandar, 2008, ISO
Farmakoterapi, PT ISFI
Jakarta.
14. Tjay Tan Hoan, Rahardja
Kirana, 2007, Obat-Obat
Penting Khasiat, Penggunaan,
Dan Efek-Efek Sampingnya, PT
Elex Media Komputindo
Kelompok Kompas-Gramedia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai