Matriks Draft Ruu Perikanan Senin 13 Februari 2017
Matriks Draft Ruu Perikanan Senin 13 Februari 2017
1
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
3
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN LINGKUP
PENGATURAN
Pasal 2 Pasal 2
Penyelenggaraan Perikanan dilakukan
berdasarkan asas:
a. kedaulatan; Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas
kedaulatan” adalah hak negara dan
bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan Perikanan
yang menjamin hak atas Pangan bagi
rakyat dan yang memberikan hak bagi
9
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 3 Pasal 3
Penyelenggaraan Perikanan bertujuan Cukup jelas.
untuk:
a. mengoptimalkan pengelolaan dan Huruf a
pemanfaatan Perikanan; Cukup jelas.
b. menjamin kelestarian Sumber Daya Huruf b
Ikan dan Lingkungan Sumber Daya Cukup jelas.
Ikan;
c. meningkatkan ketersediaan dan Huruf c
konsumsi sumber protein hewani Cukup jelas.
yang memenuhi standar mutu dan
keamanan pangan;
d. meningkatkan ketersediaan bahan Huruf d
12
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 4 Pasal 4
Lingkup pengaturan penyelenggaraan Cukup jelas.
Perikanan meliputi:
a. perencanaan;
b. pengelolaan;
c. usaha;
d. kapal dan
pelabuhan/kesyahbandaran;
e. sistem data dan informasi;
f. pungutan Perikanan;
g. penelitian dan pengembangan;
h. pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan;
i. Konservasi;
j. kerja sama internasional;
k. pengawasan;
l. larangan;
m. pengadilan; dan
n. penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
BAB III
PERENCANAAN PERIKANAN
Pasal 5 Pasal 5
Dalam penyelenggaraan Perikanan, Cukup jelas.
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya
menyusun perencanaan Perikanan.
13
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
14
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 7 Pasal 7
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud Cukup jelas.
dalam Pasal 5 paling sedikit memuat
kebijakan dan strategi.
(2) Kebijakan dan strategi sebagaimana
dimaksud dalam pada ayat (1)
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 8 Pasal 8
(1) Perencanaan Perikanan disusun oleh Cukup jelas.
Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Perencanaan Perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun di
tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.
(3) Perencanaan Perikanan ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota menjadi rencana
Perikanan baik jangka pendek, jangka
menengah, maupun jangka panjang.
Pasal 9 Pasal 9
Perencanaan Perikanan sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud dalam Pasal 8 menghasilkan:
a. rencana Perikanan nasional;
b. rencana Perikanan provinsi; dan
c. rencana Perikanan kabupaten/kota.
Pasal 10 Pasal 10
(1) Rencana Perikanan nasional Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a menjadi pedoman untuk
menyusun perencanaan Perikanan di
tingkat provinsi.
(2) Rencana Perikanan provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b menjadi pedoman untuk
menyusun perencanaan Perikanan di
tingkat kabupaten/kota.
15
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB IV
PENGELOLAAN PERIKANAN
Bagian Kesatu
Kebijakan Pengelolaan Perikanan
Pasal 11 Pasal 11
(1) Kebijakan Pengelolaan Perikanan Cukup jelas.
dalam wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dilakukan untuk
melindungi, memanfaatkan, dan
melestarikan Sumber Daya
Perikanan secara optimal dan
berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan potensi Sumber
Daya Perikanan Indonesia.
(2) Dalam pengelolaan Perikanan
Pengelolaan perikanan yang dimaksud
sebagaimana dimaksud pada ayat bisa lebih pada nilai konservasi dan
(1), untuk kepentingan penangkapan
pengelolaan mengenai ekosistem
Ikan dan pembudidayaan Ikan services spt: wisata bahari.
diberikan pengakuan terhadap
Untuk penangkapan/budidaya tetap
hukum adat dan/atau sistem
pemerintah yg menjadi penentu,
pengelolaan perikanan berbasis
karena dalam hal ini masyarakat
masyarakat yang memiliki kearifanharus dibiasakan dulu menaati
lokal untuk menjaga kelestarian dan
peraturan, jangan terlalu diberi
kesejahteraan. kebebasan penuh (krn belum
terbiasa), kecuali sudah ada hukum
Catatan: Perlu dikonfirmasi ke pakar adat tertulis (spt: perdes)
tekait konsep Hak Pengelolaan
Perikanan oleh masyarakat adat atau
kearifan lokal.
Pasal 12 Pasal 12
(1) Untuk mendukung kebijakan Ayat (1)
Pengelolaan Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 Menteri
menetapkan:
16
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
17
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 14 Pasal 14
Kawasan konservasi perairan Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (1) huruf r dan jenis Ikan yang
dilindungi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) huruf u diperuntukkan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, pariwisata, dan/atau
kelestarian Sumber Daya Perikanan.
Pasal 15 Pasal 15
Pemerintah Pusat mengatur pemasukan, Yang dimaksud dengan “transit”
pengeluaran, dan/atau transit jenis adalah tempat singgah sementara
calon induk, induk, dan/atau benih Ikan jenis calon induk, induk, dan/atau
ke dalam dan ke luar wilayah benih Ikan sebelum sampai di tempat
Pengelolaan Perikanan Negara Kesatuan atau negara yang dituju.
Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan “calon induk
Ikan” adalah Ikan hasil seleksi yang
dipersiapkan untuk dijadikan induk.
Pasal 23 Pasal 23
(1) Setiap Orang yang melakukan usaha Cukup jelas.
Perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (2) di wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib
memiliki SIUP.
(2) Setiap Orang dapat memiliki satu
jenis atau gabungan beberapa jenis
usaha Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2).
Pasal 24 Pasal 24
(1) Kewajiban memiliki SIUP Ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Cukup jelas.
23 ayat (1), dikecualikan bagi Nelayan
Kecil dan/atau Pembudi Daya Ikan
Kecil.
(2) Nelayan Kecil dan Pembudi Daya Ayat (2)
Ikan Kecil sebagaimana dimaksud Pendaftaran diri dilakukan untuk
26
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
28
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
34
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 43 Pasal 43
(1) Setiap Orang yang melakukan usaha Ayat (1)
pengangkutan Ikan wajib memiliki Cukup jelas.
SIUP.
(2) Setiap Orang yang memiliki dan/atau Ayat (2)
mengoperasikan kapal pengangkut Cukup jelas.
Ikan berbendera Indonesia yang
digunakan untuk melakukan
pengangkutan Ikan di wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib
memiliki SIKPI.
(3) Setiap Orang yang memiliki dan/atau Ayat (3)
mengoperasikan kapal pengangkut Cukup jelas.
Ikan berbendera asing yang
digunakan untuk melakukan
pengangkutan Ikan di wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib
memiliki SIKPI.
(4) Setiap Orang yang mengoperasikan Ayat (4)
kapal pengangkut Ikan sebagaimana Yang dimaksud dengan “SIKPI asli“
dimaksud pada ayat (1) wajib adalah SIKPI yang bukan fotocopy
membawa SIKPI asli. dan/atau salinan yang mirip dengan
35
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 44 Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha Cukup jelas.
pengangkutan Ikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 serta SIUP dan
SIKPI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Kelima
Usaha Pengolahan Ikan
Pasal 45 Pasal 45
Usaha pengolahan Ikan bertujuan untuk Yang dimaksud dengan “usaha
meningkatkan nilai tambah Hasil Pengolahan Ikan” adalah rangkaian
Perikanan yang memenuhi kelayakan kegiatan dan/atau perlakuan dari
pengolahan Ikan, sistem jaminan mutu,
bahan baku Ikan sampai menjadi
dan keamanan Hasil Perikanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- produk akhir.
undangan.
Pasal 46 Pasal 46
(1) Setiap Orang yang melakukan usaha Ayat (1)
pengolahan Ikan dan produk Yang dimaksud dengan “Kelayakan
Perikanan wajib memenuhi dan pengolahan” adalah suatu kondisi
yang memenuhi prinsip dasar
menerapkan persyaratan kelayakan
pengolahan, yang meliputi konstruksi,
pengolahan Ikan, sistem jaminan tata letak, higienis, seleksi Bahan
mutu, dan keamanan hasil Perikanan. Baku dan teknik pengolahan.
Pasal 47 Pasal 47
(1) Setiap Orang yang memenuhi dan Cukup jelas.
menerapkan persyaratan kelayakan
pengolahan Ikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)
dibuktikan dengan sertifikat
kelayakan pengolahan.
(2) Setiap Orang yang memenuhi dan
menerapkan persyaratan penerapan
sistem jaminan mutu Hasil
Perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1) harus
dibuktikan dengan sertifikat
penerapan program manajemen
mutu terpadu.
Pasal 48 Pasal 48
(1) Untuk menghasilkan produk Ayat (1)
pengolahan Perikanan yang Yang dimaksud dengan “produk dari
memenuhi kelayakan pengolahan hasil pengolahan Perikanan” adalah
Ikan, sistem jaminan mutu, dan
setiap bentuk produk pangan yang
keamanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45, Pemerintah Pusat berupa Ikan utuh atau produk yang
37
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 49 Pasal 49
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Prasarana pengolahan Hasil Perikanan
sesuai dengan kewenangannya dapat berupa:
menyediakan atau memfasilitasi a. tempat pengolahan Hasil Perikanan;
prasarana pengolahan Hasil Perikanan. dan
b. instalasi penanganan limbah.
Pasal 50 Pasal 50
(1) Pemerintah Pusat mendorong Cukup jelas.
peningkatan nilai tambah produk
hasil Perikanan.
(2) Pemerintah Pusat dapat membatasi
pengeluaran bahan baku industri
pengolahan Ikan ke luar negeri untuk
menjamin ketersediaan bahan baku
di dalam negeri.
(3) Ketentuan mengenai peningkatan
nilai tambah produk Hasil Perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dan pembatasan pengeluaran bahan
baku industri pengolahan Ikan ke
luar negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 51 Pasal 51
(1) Untuk menunjang ketersediaan bahan Cukup jelas.
baku industri pengolahan Ikan dalam
38
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 52 Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha Cukup jelas.
pengolahan Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45, persyaratan
kelayakan pengolahan Ikan, sistem
jaminan mutu, dan keamanan hasil
Perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46, prasarana pengolahan Hasil
Perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49, dan sistem logistik Ikan
nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 diatur dengan Peraturan
Menteri.
Bagian Keenam
Usaha Pemasaran Ikan
Pasal 53 Pasal 53
Usaha pemasaran Ikan bertujuan untuk Yang dimaksud dengan “usaha
39
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 54 Pasal 54
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Cukup jelas.
sesuai dengan kewenangannya
mengembangkan sistem pemasaran
produk Hasil Perikanan melalui:
a. penyimpanan;
b. transportasi;
c. pendistribusian; dan
d. promosi.
Pasal 55 Pasal 55
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Prasarana pemasaran Hasil Perikanan
sesuai dengan kewenangannya dapat berupa:
menyediakan atau memfasilitasi a. tempat penjualan Hasil Perikanan;
prasarana pemasaran Hasil Perikanan. b. jalan distribusi; dan
c. instalasi penanganan limbah.
Pasal 56 Pasal 56
(1) Pemerintah Pusat berkewajiban Cukup jelas.
menyelenggarakan dan memfasilitasi
kegiatan usaha pemasaran Hasil
Perikanan baik di dalam negeri
maupun ke luar negeri.
(2) Pengeluaran hasil produksi usaha
Perikanan ke luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan
apabila produksi dan pasokan di
dalam negeri telah mencukupi
kebutuhan konsumsi nasional.
(3) Pemasukan Hasil Perikanan dari luar
negeri harus memperhatikan hasil
panen, hasil tangkapan, musim Ikan,
iklim, dan cuaca di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
40
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 57 Pasal 57
Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha Cukup jelas.
pemasaran Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 dan sistem
pemasaran produk Hasil Perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54,
diatur dalam Peraturan Menteri.
BAB VI
KAPAL, PELABUHAN, DAN
SYAHBANDAR PERIKANAN
Bagian Kesatu
Kapal Perikanan
Pasal 58 Pasal 58
Kapal Perikananberdasarkan fungsinya
meliputi:
a. kapal penangkap Ikan; Huruf a
Yang dimaksud dengan “kapal
penangkap Ikan” adalah kapal yang
digunakan untuk menangkap Ikan,
termasuk menampung, menyimpan,
mendinginkan, dan/atau
mengawetkan Ikan.
b. kapal pengangkut Ikan; Huruf b
Yang dimaksud dengan “Kapal
pengangkut Ikan” adalah kapal yang
memiliki palka dan/atau secara
khusus digunakan untuk
mengangkut, memuat, menampung,
mengumpulkan, menyimpan,
mendinginkan, dan/atau
mengawetkan Ikan.
c. kapal penyangga; Huruf c
Yang dimaksud dengan “Kapal
penyangga” adalah kapal yang
berfungsi untuk menyangga
operasional kapal penangkap Ikan
tertentu, dalam satu kesatuan sistem
41
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 59 Pasal 59
(1) Setiap Orang yang membangun, Ayat (1)
memasukkan dari luar negeri, atau Dalam rangka pengendalian
memodifikasi Kapal Perikanan wajib pemanfaatan Sumber Daya Ikan,
mendapat persetujuan Menteri. penataan dan pengendalian terhadap
42
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 60 Pasal 60
(1) Kapal Perikanan berbendera Cukup jelas.
Indonesia yang melakukan
Penangkapan Ikan di wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib
menggunakan nakhoda dan anak
buah kapal berkewarganegaraan
Indonesia.
(2) Kapal Perikanan berbendera asing
yang melakukan Penangkapan Ikan
di ZEEI wajib menggunakan anak
buah kapal berkewarganegaraan
Indonesia paling sedikit 70% (tujuh
puluh persen) dari jumlah anak buah
kapal.
Pasal 61 Pasal 61
(1) Setiap Orang yang Cukup jelas.
berkewarganegaraan negara Indonesia
yang memiliki Kapal Perikanan yang
dioperasikan di wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Laut Lepas wajib
didaftarkan terlebih dahulu sebagai
Kapal PerikananIndonesia.
(2) Pendaftaran Kapal Perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilengkapi dengan dokumen:
a. bukti kepemilikan;
b. identitas pemilik; dan
c. surat ukur.
43
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 62 Pasal 62
Pendaftaran Kapal Perikanan yang dibeli Cukup jelas.
atau diperoleh dari luar negeri dan sudah
terdaftar di negara asal untuk didaftar
sebagai Kapal Perikanan Indonesia, selain
dilengkapi dengan dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) harus
dilengkapi pula dengan surat keterangan
penghapusan dari daftar kapal yang
diterbitkan oleh negara asal.
Pasal 63 Pasal 63
Setiap Kapal Perikanan Indonesia harus Tanda pengenal Kapal Perikanan
diberi tanda pengenal kapal Perikanan. dapat berupa tanda selar, tanda
daerah Penangkapan Ikan, tanda jalur
Penangkapan Ikan, dan/atau tanda
alat Penangkapan Ikan .
Pasal 64 Pasal 64
(1) Setiap kapal penangkap Ikan Ayat (1)
berbendera asing yang tidak memiliki Kewajiban menyimpan alat
izin Penangkapan Ikan selama berada Penangkapan Ikan di dalam palka
di wilayah Pengelolaan Perikanan diberlakukan bagi setiap Kapal
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Perikananberbendera asing yang
wajib menyimpan alat Penangkapan melintasi perairan Indonesia, alur laut
Ikan di dalam palka. kepulauan Indonesia (ALKI), dan ZEEI.
(2) Setiap kapal penangkap Ikan Ayat (2)
berbendera asing yang telah memiliki Cukup jelas.
izin Penangkapan Ikan wajib
menyimpan alat Penangkapan Ikan di
dalam palka selama berada di luar
daerah Penangkapan Ikan yang
diizinkan di wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia.
Pasal 65 Pasal 65
Kapal penangkap Ikan berbendera Cukup jelas.
Indonesia yang dipergunakan oleh
Nelayan Kecil dapat menggunakan 2
44
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 66 Pasal 66
Ketentuan lebih lanjut mengenai kapal Cukup jelas.
Perikananan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 sampai dengan Pasal 66
diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Pelabuhan Perikanan
Pasal 67 Pasal 67
(1) Pelabuhan Perikanan merupakan Cukup jelas.
pendukung kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan
lingkungannya, mulai dari
praproduksi, produksi,
pascaproduksi, pengolahan, dan
pemasaran.
(2) Pelabuhan Perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai
fungsi:
a. pemerintahan; dan
b. pengusahaan.
(3) Fungsi pemerintahan pada Pelabuhan
Perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, merupakan
fungsi untuk melaksanakan
pengaturan, pembinaan,
pengendalian, pengawasan, serta
keamanan dan keselamatan
operasional Kapal Perikanan di
pelabuhan Perikanan.
(4) Fungsi pengusahaan pada Pelabuhan
Perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, merupakan
fungsi untuk melaksanakan
pengusahaan berupa penyediaan
dan/atau pelayanan jasa Kapal
Perikanandan jasa terkait di
pelabuhan Perikanan.
(5) Fungsi pemerintahan sebagaimana
45
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 68 Pasal 68
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Ayat (1)
Daerah sesuai dengan kewenangannya Cukup jelas.
menyelenggarakan dan membina
pengelolaan pelabuhan Perikanan.
(2) Dalam penyelenggaraan dan Ayat (2)
pembinaan sebagaimana dimaksud Cukup jelas.
pada ayat (1), Menteri menetapkan:
a. rencana induk PelabuhanHuruf a
Perikanan secara nasional; Cukup jelas.
b. klasifikasi pelabuhan Perikanan; Huruf b
Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
termasuk diantaranya Pelabuhan
Perikanan samudera, pelabuhan
Pelabuhan Perikanan nusantara dan
Pelabuhan Perikanan pantai.
c. pengelolaan pelabuhan Perikanan; Huruf b
Cukup jelas.
d. persyaratan dan/atau standar Huruf c
teknis dalam perencanaan, Cukup jelas.
pembangunan, operasional,
pembinaan, dan pengawasan
pelabuhan Perikanan;
e. wilayah kerja dan pengoperasian Huruf c
Pelabuhan Perikanan yang meliputi Untuk mendukung dan menjamin
bagian perairan dan daratan kelancaran operasional pelabuhan
tertentu yang menjadi wilayah kerja Perikanan, ditetapkan batas-batas
dan pengoperasian pelabuhan wilayah kerja dan pengoperasian
Perikanan; dan dalam koordinat geografis. Dalam hal
wilayah kerja dan pengoperasian
Pelabuhan Perikanan berbatasan
dan/atau mempunyai kesamaan
kepentingan dengan instansi lain,
penetapan batasnya dilakukan melalui
koordinasi dengan instansi yang
bersangkutan.
47
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 69 Pasal 69
Setiap Orang yang mengoperasikan kapal Cukup jelas.
penangkap Ikan dan/atau kapal
pengangkut Ikan wajib mendaratkan
seluruh Ikan tangkapannya di Pelabuhan
Perikanan yang ditetapkan atau
pelabuhan lainnya yang ditunjuk.
Pasal 70 Pasal 70
Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
Pelabuhan Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 sampai dengan
Pasal 69 diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Syahbandar Perikanan
Pasal 71 Pasal 71
(1) Dalam rangka keselamatan Ayat (1)
operasional kapal Perikanan, ditunjuk Yang dimaksud dengan “syahbandar
syahbandar di pelabuhan Perikanan. di pelabuhan Perikanan” adalah
syahbandar yang ditempatkan secara
khusus di Pelabuhan Perikanan untuk
pengurusan administratif dan
menjalankan fungsi menjaga
keselamatan pelayaran.
(2) Syahbandar di Pelabuhan Perikanan Ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas dan wewenang:
a. menerbitkan Surat Persetujuan Huruf a
Berlayar; Cukup jelas.
b. mengatur kedatangan dan Huruf b
keberangkatan kapal Perikanan; Cukup jelas.
c. memeriksa ulang kelengkapan Huruf c
dokumen kapal Perikanan; Cukup jelas.
d. memeriksa teknis dan nautis Kapal Huruf d
Perikanandan memeriksa alat Cukup jelas.
Penangkapan Ikan, dan alat bantu
Penangkapan Ikan;
e. memeriksa dan mengesahkan Huruf e
48
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
49
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 72 Pasal 72
(1) Setiap Kapal Perikanan yang Cukup jelas.
melakukan kegiatan Perikanan wajib
memiliki surat laik operasi Kapal
Perikanan tanpa dikenai biaya.
(2) Surat laik operasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
oleh pengawas Perikanan setelah
memenuhi persyaratan administrasi
dan kelayakan teknis.
Pasal 73 Pasal 73
(1) Setiap nakhoda yang mengoperasikan Cukup jelas.
Kapal Perikanan yang akan berlayar
melakukan Penangkapan Ikan
dan/atau pengangkutan Ikan dari
Pelabuhan Perikanan wajib memiliki
surat persetujuan berlayar.
(2) Surat persetujuan berlayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh syahbandar setelah
Kapal Perikananmendapatkan surat
laik operasi.
Pasal 74 Pasal 74
Dalam hal Kapal Perikanan berada Cukup jelas.
dan/atau berpangkalan di luar
pelabuhan Perikanan, surat persetujuan
berlayar diterbitkan oleh syahbandar
setempat, setelah memperoleh surat laik
operasi dari pengawas Perikanan yang
ditugaskan pada pelabuhan setempat.
Pasal 75 Pasal 75
Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
syahbandar Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71, surat laik
operasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 72, dan surat persetujuan berlayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
dan Pasal 74 diatur dalam Peraturan
50
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB VII
SISTEM DATA DAN INFORMASI
PERIKANAN
Pasal 76 Pasal 76
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Cukup jelas.
Daerah sesuai dengan
kewenangannya berkewajiban
membangun, menyusun,
mengembangkan, dan menyediakan
sistem data dan informasi Perikanan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan dengan
cara pengumpulan, pengolahan,
analisis, penyimpanan, penyajian, dan
penyebaran data:
a. potensi Perikanan;
b. pergerakan Ikan ;
c. sarana dan prasarana Perikanan;
d. produksi Perikanan;
e. pascaproduksi Perikanan;
f. pengolahan Perikanan;
g. pemasaran Perikanan; dan
h. sosial ekonomi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengelolaan
Sumber Daya Ikan dan
pengembangan sistem bisnis
Perikanan.
Pasal 77 Pasal 77
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Cukup jelas.
Daerah sesuai dengan
kewenangannya mengadakan pusat
informasi Perikanan untuk
menyelenggarakan sistem data dan
informasi Perikanan yang sistematis,
lengkap, dan terintegrasi.
(2) Sistem data dan informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk:
a. Perencanaan Perikanan;
b. pengelolaan Perikanan;
51
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 78 Pasal 78
(1) Sistem data dan informasi Ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Cukup jelas.
77 ayat (1) meliputi:
a. basis data;
b. jejaring sumber informasi; dan
c. sumber daya manusia untuk
manajemen sistem data dan
informasi.
(2) Basis data sebagaimana dimaksud Ayat (2)
pada ayat (1) huruf a diperoleh Cukup jelas.
melalui kegiatan inventarisasi
Perikanan.
(3) Basis data sebagaimana dimaksud Ayat (3)
pada ayat (2) paling sedikit memuat
informasi mengenai:
a. wilayah pengelolaan Perikanan; Huruf a
Cukup jelas.
b. potensi dan ketersediaan Sumber Huruf b
Daya Ikan; Cukup jelas.
c. status dan kriteria Perikanan; Huruf c
Cukup jelas.
d. jenis Ikan; Huruf d
Jenis Ikan antara lain meliputi:
a. Ikan bersirip (pisces);
b. udang, rajungan, kepiting, dan
sebangsanya (crustacea);
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita,
siput, dan sebangsanya (mollusca);
d. ubur-ubur dan sebangsanya
(coelenterata);
e. tripang, bulu babi, dan
sebangsanya (echinodermata);
f. kodok dan sebangsanya
52
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 79 Pasal 79
(1) Penyelenggaraan sistem data dan Cukup jelas.
53
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 80 Pasal 80
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Cukup jelas.
sesuai dengan kewenangnnya menjamin
kerahasiaan informasi Perikanan yang
berkaitan dengan data log book
penangkapan dan pengangkutan Ikan,
data yang diperoleh dari pengamat, dan
data perusahaan dalam proses perizinan
usaha Perikanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 81 Pasal 81
Pemerintah Pusat wajib membangun Cukup jelas.
jaringan informasi Perikanan dengan
lembaga lain, baik di dalam maupun di
luar negeri.
Pasal 82 Pasal 82
Sistem informasi Perikanan harus dapat Cukup jelas.
diakses dengan mudah dan cepat oleh
seluruh pengguna informasi Perikanan.
Pasal 83 Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem Cukup jelas.
data dan informasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 sampai dengan
Pasal 82 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB VIII
PUNGUTAN PERIKANAN
Pasal 84 Pasal 84
(1) Setiap Orang yang memperoleh Cukup jelas.
manfaat langsung dari Sumber Daya
54
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 85 Pasal 85
Pungutan Perikanan sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud dalam Pasal 84 digunakan
untuk penyelenggaraan Perikanan dan
kegiatan konservasi Sumber Daya Ikan
dan lingkungannya.
Pasal 86 Pasal 86
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
pungutan Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2)
huruf a diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pungutan Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2)
huruf b masing-masing diatur dengan
Peraturan Daerah.
BAB IX
KONSERVASI PERIKANAN
55
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 87 Pasal 87
(1) Untuk menjamin perlindungan, Ayat (1)
pelestarian, dan pemanfaatan Sumber Yang dimaksud dengan “konservasi
Daya Ikan dilakukan usaha Sumber Daya Ikan” adalah upaya
konservasi Sumber Daya Ikan. perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan Sumber Daya Ikan ,
termasuk ekosistem, jenis, dan
sumber daya genetik untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragaman
Sumber Daya Ikan .
(2) Konservasi Sumber Daya Ikan Ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Yang dimaksud dengan “konservasi
dilakukan melalui konservasi ekosistem” adalah upaya melindungi,
ekosistem, jenis Ikan, dan sumber melestarikan, dan memanfaatkan
daya genetik Ikan. fungsi ekosistem sebagai habitat
penyangga kehidupan biota perairan
pada waktu sekarang dan yang akan
datang.
Pasal 88 Pasal 88
(1) Konservasi ekosistem sebagaimana Ayat (1)
dimaksud Pasal 87 ayat (2) dilakukan Tipe ekosistem yang terkait dengan
56
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 89 Pasal 89
Konservasi jenis Ikan sebagaimana Cukup jelas.
dimaksud dalam Pasal 87 ayat (2)
dilakukan melalui:
a. penggolongan jenis Ikan ;
b. penetapan status perlindungan jenis
Ikan ;
c. pemeliharaan; dan
d. pengembangbiakan.
Pasal 90 Pasal 90
Konservasi sumber daya genetik Ikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
ayat (2) dilakukan melalui upaya:
a. pemeliharaan; Huruf a
Cukup jelas.
b. pengembangbiakan; Huruf b
Cukup jelas.
c. penelitian; dan Huruf c
Cukup jelas.
d. pelestarian gamet. Huruf d
Pelestarian gamet merupakan suatu
upaya pelestarian sumber daya
57
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 91 Pasal 91
Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
Konservasi Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 87 sampai dengan
Pasal 90 diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB X
PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PERIKANAN
Pasal 92 Pasal 92
(1) Pemerintah Pusat dan/atau Ayat (1)
Pemerintah Daerah sesuai dengan Cukup jelas.
kewenangannya menyelenggarakan
kegiatan penelitian dan
pengembangan Perikanan dalam
rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
dibutuhkan untuk mendukung
pembangunan Perikanan.
(2) Penelitian dan pengembangan Ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Cukup jelas.
bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang
Perikanan sebagai upaya
mempercepat pembangunan
Perikanan.
(3) Penelitian dan Pengembangan Ayat (3)
Perikanan sebagaimana dimaksud Yang dimaksud dengan “kode etik”
pada ayat (1) harus memperhatikan adalah norma atau acuan moral yang
harus dipatuhi oleh peneliti dalam
kelestarian lingkungan, kearifan lokal,
melaksanakan kegiatan penelitian
dan kode etik. untuk mengembangkan ilmu
58
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 93 Pasal 93
(1) Pelaksanaan kegiatan penelitian dan Ayat (1)
pengembangan Perikanan Penelitian dan pengembangan yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal dilaksanakan oleh lembaga penelitian
92 dilaksanakan oleh: dan pengembangan milik Pemerintah
termasuk juga penelitian dan
pengembangan yang dilaksanakan
oleh lembaga pemerintah
nondepartemen, badan usaha milik
negara (BUMN), dan/atau badan
usaha milik daerah (BUMD).
a. perorangan; Huruf a
Cukup jelas.
b. perguruan tinggi; Huruf b
Cukup jelas.
c. lembaga swadaya masyarakat; Huruf c
dan/atau Cukup jelas.
d. lembaga penelitian dan Huruf d
pengembangan milik pemerintah Cukup jelas.
atau swasta.
(2) Pelaksana penelitian dan Ayat (2)
pengembangan Perikanan Dalam kaitan pelaksanaan penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pengembangan di bidang
dapat melakukan kerja sama dengan: Perikanan sering dilakukan kerja
sama antar negara. Hal yang demikian
dilakukan, antara lain, berhubungan
dengan:
a. karakteristik Sumber Daya Ikan
yang tidak mengenal batas
administrasi negara;
b. tuntutan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang Perikanan;
c. pelaksanaan ketentuan dari
perjanjian internasional; dan
d. perkembangan tuntutan
konsumen terhadap jaminan
keamanan dan mutu hasil
Perikanan.
a. pelaku usaha Perikanan; Huruf a
Cukup jelas.
b. asosiasi Perikanan; dan/atau Huruf b
Cukup jelas.
59
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 94 Pasal 94
(1) Hasil penelitian dan pengembangan Cukup jelas.
Perikanan bersifat terbuka untuk
semua pihak kecuali penelitian
tertentu yang dinyatakan oleh
Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah tidak untuk
dipublikasikan.
(2) Hasil penelitian dan pengembangan
Perikanan dapat dipergunakan untuk:
a. meningkatkan kemandirian dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang Perikanan;
b. mengungkapkan dan memahami
potensi dan permasalahan Sumber
Daya Ikan dan lingkungannya
serta mengembangkan teknologi
Pengelolaan Perikanan dan
konservasi Sumber Daya Ikan ; dan
c. menyiapkan dan menyediakan
basis ilmiah yang kuat dan
teknologi tepat guna sebagai kunci
dalam menyusun kebijakan
pengelolaan dan pengembangan
usaha Perikanan agar lebih efektif,
efisien, ekonomis, berdaya saing
tinggi, dan ramah lingkungan serta
menghargai kearifan tradisi/budaya
lokal.
Pasal 95 Pasal 95
(1) Warga negara asing dan/atau badan Cukup jelas.
60
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB XI
PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN
PENYULUHAN PERIKANAN
Pasal 97 Pasal 97
61
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 98 Pasal 98
(1) Pendidikan dan pelatihan Cukup jelas.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
62
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Pasal 99 Pasal 99
Ketentuan lebih lanjut mengenai Cukup jelas.
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97
dan Pasal 98 diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB XII
KERJA SAMA INTERNASIONAL
63
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB XIII
PENGAWASAN PERIKANAN
Perlu ada pasal yang mengatur
tentang pengaturan pengawas di
setiap kawasan, maksudnya: setiap
kawasan perairan harus ada pengawas
yang bertanggung jawab, minimal ada
kalimat yang menegaskan bahwa
setiap kawasan (kecamatan pesisir)
harus ada pengawas (terutaa
kuantitas), hal ini menjadi dasar
ditambahnya petugas pengawas.
Karena apapun peraturan yang
sempurna dibuat, jika pengawasan
tidak maksimal maka percuma dibuat
aturan
Pasal 102 Pasal 102
Pengawasan Perikanan dilaksanakan Cukup jelas.
untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan Perikanan dan
terciptanya tertib pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
Perikanan.
65
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
66
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
67
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB XIV
LARANGAN
BAB XV
PENGADILAN PERIKANAN
Punishment harus
disesuaikan/diintegrasikan dengan
KUHP, karena umumnya pelanggaran
yang telah dilakukan oleh pihak
tertentu kemudian diserahkan kepada
pihak kepolisian, dan disitulah terjadi
multi tafsir mengenai penerapan
sanksi yang akan diberikan
Pasal 119 Pasal 119
(1) Untuk mengadili tindak pidana di Cukup jelas.
bidang Perikanan dibentuk
pengadilan khusus yang berada di
lingkup peradilan umum.
(2) Pengadilan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan
pengadilan Perikanan yang berwenang
untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus tindak pidana di bidang
Perikanan.
(3) Pengadilan Perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
berkedudukan di pengadilan negeri.
(4) Pembentukan pengadilan Perikanan
74
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB XVI
PENYIDIKAN, PENUNTUTAN, DAN
PEMERIKSAAN DI SIDANG
PENGADILAN
Bagian Kesatu
Penyidikan
75
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
76
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
78
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Bagian Kedua
Penuntutan
80
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Bagian Ketiga
Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
84
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
85
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB XVII
SANKSI ADMINISTRATIF
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
96
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
BAB XIX
KETENTUAN PERALIHAN
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
99
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
Disahkan di Jakarta
pada tanggal ...
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...
YASONNA H. LAOLY
Universitas Mataram:
100
Matriks RUU Perikanan 13 Februari 2017
Pusat Perancangan Undang-Undang
Badan Keahlian DPR RI
101