PENDAHULUAN
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama
kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
Oleh karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi
56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007)
menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan
eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang
dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan
terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar
proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun
masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi
yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 57,48% dan tahun
prevalensi ASI eksklusif sampai 6 bulan rata-rata perbulan tahun 2011 yaitu
yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, upaya peningkatan kualitas
hidup manusia harus dimulai sejak dini yaitu sejak masih dalam kandungan
hingga usia balita. Dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung pada
(Zainuddin, 2008)
Pada masa kehamilan perlu dipersiapkan tentang pengetahuan, sikap,
perilaku dan keyakinan ibu tentang menyusui, asupan gizi yang cukup, perawatan
payudara dan persiapan mental agar mereka siap secara fisik dan psikis untuk
menerima, merawat dan menyusui bayinya sesuai dengan anjuran pemberian ASI
eksklusif hingga bayi berusia enam bulan dan tetap menyusui hingga anaknya
tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Depkes, 2007; Minarto, 2011)
2
optimal yaitu Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes) Nomor 237 tahun 1997
tentang pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes No. 450/2004 tentang
pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990,
menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004,
Indonesia no.450/MENKES/SK/VI/2004
Undang-undang no. 7/1997 tentang pangan serta Peraturan Pemerintah No.
69/1999 tentang label dan iklan pangan. Dalam Kepmenkes no. 237/ 1997 antara
lain diatur bahwa sarana pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau
sumbangan susu formula bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang
mengesahkan Peraturan daerah tentang ASI melalui Perda no. 6 tahun 2010.
Tujuan dari pengaturan ASI Eksklusif adalah untuk menjamin terpenuhinya hak
dalam pemberian ASI Eksklusif. Hak seorang ibu untuk mendapatkan informasi
tentang Inisiasi Menyusu Dini dan kolostrum, serta kesempatan ibu bersalin dan
bayi untuk melakukan inisiasi menyusu ini, dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1, 2,
3
wajib menyediakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang manfaat
Inisiasi Menyusu dini (IMD) dan wajib memberikan kesempatan dan membantu
ibu dan bayi melakukan inisiasi menyusu dini. Kemudian, pasal 11 ayat 2
membantu ibu melakukan pemberian kolostrum pada bayi (Perda No. 6 Tahun
2010).
IMD dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari 10
Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI)) tahun 1992. Di dalam
langkah keempat tertulis “bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi
lahir” yaitu dengan metode breast crawl dimana setelah bayi lahir lalu didekatkan
di perut ibu dan dibiarkan merangkak untuk mencari sendiri puting ibunya dan
dan 4 dalam menanggulangi mortalitas dan malnutrisi pada anak (Bhutta et al,
2008 ; Dadhich and Agarwal, 2009). Alasan yang menjadi penyebab kegagalan
makanan prelaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar,
menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta
ibu ingin mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati & Syafiq melaporkan
faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan
pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan
4
terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan
untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah
melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para
pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6
bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan makanan
pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO, 2010).
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody
penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan
melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut,
semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia,
2009)
6
Selain itu inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. selama 6 bulan pertama dapat
mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko
besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif terhadap
terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah
kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada
a. Kolostrum
setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai
hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan
proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan
seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup
yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
dari usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml per
feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu.
7
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI Mature
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi
ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak menggumpal jika
dipanaskan
8
9 Vitamin B12 Ug 0.05 0.1
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua
kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa
lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang sudah
mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan
sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat
9
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat
b. Protein
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.
Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65 : 35,
sedangkan dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya
protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang
dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan
bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe
yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
c. Lemak
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan
hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan
akan berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung
10
enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak
bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak
PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat
dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam
linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang
d. Mineral
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral
jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi
e. Vitamin
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum
11
mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI
diproduksi sebanyak 10- ± 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi
yang mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan
tetap menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada
ibu pada tingkat yang berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat
mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya
berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada
bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (Depkes, 2005).
dirasakan yaitu (1) ASI sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan
tubuh (3) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4)
12
(6) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan. (7) Mengandung asam
lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang
diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8) Mengurangi resiko terkena penyakit
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98%
bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi
mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan kapan saja
(8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010; Aprilia,
2009).
membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau
peralatan (2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit
13
(hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi
akan sakit, (3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI
ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat (5) Pemberian
ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI
a. Faktor Menyusui
inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot
sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui .
ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi
sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak
14
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain
yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,
benar tentang ASI ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk
kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal.
susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian atau nasi sebagai
2. Lingkungan
15
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan
ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh
lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996)
banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat.
3. Pengalaman
Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita semenjak
16
tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya
dan sebaliknya
4. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
(suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa
seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil
adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan
Perilaku atau keterampilan adalah hasil dari latihan yang berulang, yang dapat
disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari
sikapnya.
(predisposing factors) yang meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c)
kepercayaan; (d) tradisi; (e) unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu dan
dan sarana yang tersedia dan; 3) faktor pendorong (reinforcing factors) yang
meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti teman, orang tua, dan petugas
kesehatan. Begitu pula dengan perilaku pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan
pemberian ASI Eksklusif baik oleh ibu maupun petugas kesehatan terutama
bidan, semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor faktor tersebut diatas. Faktor
18
dan pengetahuan ibu, maupun petugas kesehatan khususnya bidan (Aprilia,
2009).
Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative: BFHI) tahun 1992. Di
dalam langkah keempat tertulis “bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit
setelah bayi lahir” dengan memfokuskan pada kemampuan alami yang ‘ajaib’
bagaimana bayi memulai menyusu dengan cara bayi merangkak di dada ibunya
yang disebut breast crawl dan penjelasannya yaitu “Setiap bayi, saat diletakkan
(Yohmi, 2009).
Tahun 2006 BFHI merevisi penjelasan langkah ke-4 ini menjadi ‘Letakkan
bayi dalam posisi tengkurap di dada ibunya, kontak kulit-ke-kulit dengan ibu
segera setelah lahir paling sedikit selama 1 jam dan dorong ibu mengenali tanda-
tanda bayi siap menyusu, dan bila perlu tawarkan bantuan”. Dalam hal ini yang
ditekankan adalah pentingnya kontak kulit-ke- kulit dan kesiapan bayi (Yohmi,
2009).
19
1). Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
2) Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
2 jam pertama.
3) Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang
Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi yang baru lahir
neonatus 2,5 kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai
setelah 24 jam dibanding menyusui yang dimulai dalam satu jam pertama
setelah lahir. Di Nepal, neonatus 1,4 kali lebih mungkin untuk meninggal jika
20
bahwa sekitar seperlima dari semua kematian bayi (22% di Ghana dan 19% di
Nepal) dapat dihindari jika ASI mulai diberikan dalam satu jam pertama
kehidupan semua bayi yang baru lahir. Manfaat inisiasi menyusu dini
khususnya bagi bayi prematur dan berat lahir rendah (Lucas et al, 1994; Lucas
& Cole, 1990). IMD dan ASI ekslusif selama 6 bulan merupakan kontribusi
menyusu dalam 30 menit setelah lahir kemungkinan besar akan menyusu dalam
jangka waktu yang lama (Gupta, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq
adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang
adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq,
2010).
21
2.10 Manajemen Laktasi
1. Pengertian
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang
(Depkes, 2005).
2. Periode dalam manajemen laktasi
a. Pada masa kehamilan (antenatal)
Hal-hal yang perlu dilakukan pada masa kehamilan :
1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang keunggulan
ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative
hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai meyusui bayi.
Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan,
22
1) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2
bayi
2) Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)
3) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap
hari. Ibu menyusui harus makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya dan
Teknik menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari
bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan puting
susu menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang
benar, dapat dilihat antara lain (1) tubuh bagian depan menmpel pada tubuh
ibu, (2) dagu bayi menempel pada payudara (3) dada bayi menempel pada dada
ibu (4) mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka (5) sebagian
23
besar areola tidak tampak, (6) bayi menghisap dengan dalam dan perlahan (7)
bayi tampak tenang dan puas pada akhir menyusu, (8) terkadang terdengar
suara bayi menelan (9) puting susu tidak terasa sakit atau lecet (Depkes, 2005).
BAB III
KESIMPULAN
Asi Eksklusif merupakan hal yang sangat penting bagi bayi karena
sehat. Karena itu diperlukan upaya sosialisasi dan promosi ASI eksklusif
24
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, 2009. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan. Universitas Sumatra Utara
.
Aprilia, Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif Kepada Bidan Di
Kabupaten Klaten. Tesis Universitas Diponegoro Semarang 2009.
Apurba et al. Infant and Young Child-feeding Practices in Bankura District, West Bengal, India. J
Health Popul Nutr. 2010 June; 28(3): 294–299
Bergstrom, A., Okong, P., & Ransjo-Arvidson, A. Immediate maternal thermal response to skin-to-skin
care of newborn. Acta Paediatr, 96(5), 655-658, 2007
Bhutta ZA, Ahmed T, Black RE, Cousens S, Dewey K, Giugliani E, et al. What works? Interventions
for maternal and child undernutrition and survival. Lancet. 2008;371:417–40
Dadhich JP, Agarwal RK. Mainstreaming early and exclusive breastfeeding for improving child
survival. Indian Pediatr. 2009;46:11–7
25
Dahlan, S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan ed.3. Jakarta : Salemba Medika
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Dinesh K. Et al. Influence of Infant Feeding Practices on Nutritional Status of Under Five Children.
Indian Journal of Pediatrcs, Vol 73-May, 2006
Dyson L, McCormick F, and Renfrew MJ. Interventions for promoting the initiation of breastfeeding
(Review). The Cochrane Library 2007, Issue 4
Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood BR. Delayed
breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality. Pediatrics.
2006;117:380-6.
Kirkwood BR, Amenga-Etegos S, Owusu-Agyei S, Hurt LS. Effect of early infant feeding practices on
infection-specific neonatal mortality: an investigation of the causal links with
observational data from rural Ghana. Am J Clin Nutr. 2007;86:1126–31
Ertem IO, Votto N and Leventhal JM. The timing and predictors of early termination of breastfeeding.
Pediatrics 2001: 107; 543-548. Available at
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/107/3/543
Fikawati, S. dan Syafiq, A. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif Dan Inisiasi
Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, kesehatan, vol. 14, no. 1, juni 2010: 17-24
Giugliani ERJ. Common problems during lactation and their management. J Pediatr (Rio J) 2004; 80
(5 Suppl): S147-S154
Gupta, A., 2007. Initiating breastfeeding within one hour of birth. Presented at Thirty Fourth Session
of the Standing Committee on Nutrition
Hadju, V., 1997. Penentuan Status Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Makassar
26
Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Inisiasi Menyusui Dini
dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan.
Universitas Hasanuddin Makassar
Hidayat dkk, 2004. Upaya Pemeliharaan Kesehatan dan status Gizi Bayi Berat Badan Lahir Rendah.
Media Gizi dan Keluarga, Juli Vol 28.
Katherine et al, 2005. The CDC guide to breastfeeding intervention. Department of health and human
services CDC.
Kori B. Flower, et al. 2008. Understanding Breastfeeding Initiation and Continuation in Rural
Communities: A Combined Qualitative/Quantitative Approach. Matern Child
Health J. 2008 May ; 12(3): 402–414
Kurniawati, D., 2005. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi Energi dan Status
Gizi Balita di Desa Tawangharjo Kecamatan Widarijaksa Kabupaten Pati Tahun
2005. Skripsi diterbitkan. Semarang: Universitas Semarang
Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Lucas, A.M. et al. A randomized multicentre study of human milk versus formula and later
development in preterm infants. Arch Dis Child. 70: F141-F146 (1994).
Lucas, A. & Cole, T.J. Breast milk and neonatal necrotising enterocolitis. The Lancet. Dec 22-29;336
(8730): 1519-1523 (1990).
Luke, et al. Breast-Feeding Patterns, Time to Initiation, and Mortality Risk among Newborns in
Southern Nepal. J. Nutr. 138: 599–603, 2008
Minarto, 2011. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014. Online
(www.gizikia.depkes.go.id, diakses 18 Februari 2012)
Muchina EN and PM Waithaka. Relationship betwen breastfeeding practices and nutritional status of
children aged 0-24 months in Nairobi, Kenya. Ajfand Online Vol. 10 No.4 April
2010.
Mullany, L.C. et al. Breast-feeding patterns, time to initiation, and mortality risk among newborns in
Southern Nepal. J Nutr. 138: 599-603 (2008).
27
Mushaphi et al. Infant-feeding practices of mothers and the nutritional status of infants in the Vhembe
District of Limpopo Province. S Afr J Clin Nutr 2008;21(2):36-41
Owor M, Tumwine JK and JK Kaukauna. Socio-economic risk factors for severe protein energy
malnutrition among children in Mulago Hospital Kampala.
E.Afr.Me.J.2000;Vol.77(9): 471-474
Pedoman penulisan Tesis dan Disertasi ed.4. Program Pascasarjana Universitas Hasanudin Makassar
2009
Prasad, Bindeshwar, and Anthony M de L Costello. Impact and Sustainability of a “Baby Friendly”
Health Education Intervention at a District Hospital in Bihar, India. British Medical
Journal. 310 (11 March 1995):621-623)
Putra A. Analisis Praktek Bidan dalam Pelayanan bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir 0-7 Hari
(Minggu Pertama) Pasca Persalinan di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten
Solok Tahun 2007 (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Alahan Panjang).
Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Indonesia, 2007
Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusatara
Siregar, A. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu melahirkan. Tesis tidak
diterbitkan. Bagian Gizi Kesehatan Mayarakat FKM Universitas Sumatera Utara
Soekirman, 2000. Gizi, Morbiditas dan Mortalits Bayi di Indonesia. Gizi Indonesia Vol X no.1
Suraji, R. 2003. Manajemen Laktasi. Program Manajemen laktasi Perkumpulan Perinatologi di RSU
Tapak Tuan, Aceh.
UNICEF, 2007. Breast Crawl ; Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl, Breast Crawl.org
World Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding Promotion and Support in
Developing Countries. 2003
Yang Q, Wen SW, Dubois L, Chen Y, Walker MC, Krewski D. Determinants of breast-feeding and
weaning in Alberta, Canada. J Obstet Gynaecol Can. 2004 Nov; 26(11):975-81
28
Yohmi, E. 2009. Inisiasi menyusu dini. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Online (www. Idai.or.id, diakses
18 Februari 2012)
Zainuddin, 2008. Pengaruh Konseling Ibu Hamil Terhadap Inisiasi Menyusu Dini Di Kabupaten
Pangkep Tahun 2008. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin Makassar
29