Anda di halaman 1dari 6

Diagnosis Herpes Zoster

 Anamnesisi

Dapat dilakukan secara autoanamnesis ataupun aloanamneis. Pada anamnesis


ditanyakan keluhan utama dan riwayat penyakit serta perjalanan penyakit
yang mendukung penegakan diagnosis. Pada anamnesis di dapatkan keluhan/
gejala klinis berupa nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi, Nyeri
bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai
serangan yang hilang timbul, didapatkan juga keluhan rasa gatal, kesemutan,
panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa ditusuk-tusuk.

Terdapat gejala konstitusi berupa malaise, sefalgia, yang biasanya akan


menghilang setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi limfadenopati
regional. Lesi kulit bersifat unilateral dan biasanya
ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering
di daerah ganglion torakalis. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa,
kemudian terbentuk papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang
menjadi vesikel kemudia menjadi pustul yang akan pecah dan mengering
menjadi krusta dalam 7-10 hari.

 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan bila terdapat gambaran klinis yang


meragukan. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan seperti Tes Tzanck
(adanya perubahan sitologi sel epitel dimana terlihat multi nucleated giant
sel) dan metode PCR untuk mengidentifikasi virus.

Diagnosis Banding

 Drug eruption
Erupsi obat alegik adalah reaksi hipersensitivitas terhadap obat dengan
manifestasi pada kulit yang dapat disertai kelainan mukosa. Manifestasi klinis
berupa ringan hingga berat. Lesi dapat berupa utikari, erupsi makulopapular.

 Dermatitis Kontak Iritan


Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan pada kulit yang disebabkan
oleh kerusakan langsung ke kulit setelah terpapar agen berbahaya. Dermatitis
kontak iritan dapat disebabkan oleh tanggapan phototoxic misalnya tar,
paparan akut zat-zat (asam, basa) atau paparan kronis kumulatif untuk iritasi
ringan (air, detergen, bahan pembersih lemah). Penyebab munculnya dermatitis
jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen,
minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan
vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama
kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan
kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan
kelembaban lingkungan juga ikut berperan.

Manifestasi klinis berupa rasa terbakar, tersengat, sensasi nyeri beberapa menit
setelah terpajan, misalnya terhadap asam, kloroform, methanol. Rasa seperti
tersengat cukup lambat terjadi yaitu dalam 1-2 menit, puncaknya dalam 5-10
menit dan berkurang dalam 30 menit, yang disebabkan oleh aluminium klorid,
fenol, propilen glikol, dan lain-lain. Gejala pada dermatitis kontak iritan akut, kulit
terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema, edema,
bula, dan dapat ditemukan nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan
pada umumnya asimetris. Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan reaksi segera
timbul. Gejala dermatitis kontak iritan kumulatif (kronis) merupakan gejala klasik
berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit menjadi tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus.

 Impetigo Bulosa
Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan
epidermis kulit. Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan
robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary
infection) dari pediculosis, skabies, infeksi jamur dan pada insect bites.
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus beta
hemolitikus grup A (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan
patogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma.

Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada,


punggung dan sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan
dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan
diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar
normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang
berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan
gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada
bagian tengah yang jika disingkirkan memper lihatkan dasar yang merah dan
basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh.

Tatalaksana Herpes Zoster

Terdapat 6 strategi penatalaksanaan herpes zoster yaitu Attract patient early,


Asses patient fully, Antiviral therapy, Analgetik, Antidepressant/antikonvulsant,
dan Allay anxietas-counselling.

Attract patient early mencangkup pasien dan dokter. Pasien tanggap akan
timbulnya penyakit membuat pasien cepat mencari pengobatan ke dokter sebelum
72 jam setelah muncul lesi kulit. Kemampuan dokter mendiagnosis dengan cepat
melalui anamnesis, [emeriksaan fisik dan penunjang.
Asses patient fully
memperhatikan kondisi khusus pasien misalnya usia lanjut, risiko NPH, risiko
komplikasi mata, sindrom Ramsay Hunt, kemungkinan imunokompromais,
kemungkinanan defisit neurologis, dan terkenanya organ dalam.

Antiviral
Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada :
 usia > 50 thn dengan risiko terjadinya NPH
 HZO / sindrom Ramsay Hunt / HZ servikal / HZ sakral
 imunokompromais, diseminata/ generalisata, dengan komplikasi
 anak-anak, usia < 50 tahun dan perempuan hamil diberikan terapi antiviral bila
disertai: risiko terjadinya NPH, HZO/sindrom Ramsay Hunt,
imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan komplikasi.

Dosis antiviral
 Asiklovir dewasa : 5 x 800 mg/hari selama 7-10hari atau
 Asiklovir iv 3x10 mg/kgBB/hari
 Valasiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari atau
Famsiklovir untuk dewasa: 3x250 mg/hari selama 7 hari.

CATATAN

 Pemberian antivirus masih dapat diberikan setelah 72 jam bila masih


timbul lesi baru/ terdapat vesikel berumur < 3 hari.
 Bila disertai keterlibatan organ viseral diberikan asiklovir intravena
10 mg/kgBB, 3x per hari selama 5-10 hari. Asiklovir dilarutkan dalam
100 cc NaCl 0,9% dan diberikan tetes selama satu jam.
 Untuk wanita hamil diberikan asiklovir
 Untuk herpes zoster dengan paralisis fasial/kranial, polineuritis, dan
keterlibatan SSP dikombinasikan dengan kortikosteroid walaupun
keuntungannya belum dievaluasi secara sistematis.

Pengobatan Antivirus pada pasien imunokompromais

 Asiklovir dewasa : 4-5 x 800 mg/hari atau


 Asiklovir iv 3 x 10 mg/kgBB/hari pada highly imunocompromais, multi
semental/diseminata
 Valasiklovir untuk dewasa : 3 x 1 gram/hari atau
 Famsiklovir untuk dewasa : 3 x 500 mg/hari.
 Pada kasus yang hebat selain pemberian IV acyclovir ditambahkan
Interferon Alpha 2a
 Acyclovir resisten diberi Foscarnet
 Pengobatan dapat dilanjutkan dengan terapi supresi terutama bila gejala
klinik belum menghilang : berikan acyclovir 2 x 400 mg perhari atau
Valacyclovir 500 mg perhari.
 Peningkatan sistem imun
1. Pemberian imunomodulator seperti interferon
2. Pemberian Isoprinosine
 Suportif sel Jaringan mencegah stress jaringan dan apoptosis:
1. Anti oksidan
2. Memperbaiki protein dan karbohidrat

Dosis Asiklovir anak


< 12 tahun : 30 mg/kgBB 7 hari
> 12 tahun : 60 mg/kgBB 7 hari

Analgetik
o Nyeri ringan: parasetamol/NSAID
o Nyeri sedang sampai berat: kombinasi opioid ringan (tramadol, kodein)

Allay anxietas-counselling
o Edukasi mengenai penyakit herpes zoster untuk mengurangi kecemasan serta
ketidak pahaman pasien tentang penyakit dan komplikasinya
omempertahankan kondisi mental dan aktifitas fisik agar tetap optimal
o Memberikan perhatian dapat membantu pasien mengatasi penyakitnya.

Pengobatan topikal
 Menjaga lesi kulit agar kering dan bersih
 Hindari antibiotik topikal kecuali ada infeksi sekunder
 Rasa tidak nyaman, kompres basah dingin steril/ losio kalamin
 Asiklovir topikal tidak efektif

Terapi suportif
 • Istirahat, makan cukup
 • Jangan digaruk
 • Pakaian longgar
 • Tetap mandi
 Indikasi rujukan

HZ dengan komplikasi: rujuk ke spesialis sesuai dengan organ yang


terkena. Bila eruspi kulit tidak menyembuh sesuai dengan waktunya, rujuk
(kemungkinan resisten dengan asiklovir).

 Indikasi rawat

Penderita HZ yang luas sampai mengganggu keadaan umum (tidak dapat


makan atau minum), herpes zoster dengan komplikasi, dan herpes zoster
Imunokompromais yang multi segmental atau di seminata.

 Pencegahan
Pemakaian asiklovir jangka panjang dengan dosis supresi dan vaksinasi
dengan vaksin VZV hidup yang dilemahkan.
Komplikasi

 Komplikasi kutaneus
Infeksi sekunder : dapat menghambat penyembuhan dan pembentukan
jaringan parut (selulitis ,impetigo dll).
Infeksi superfisial : menunjukkan HZ yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

 Komplikasi neurologis :
Neuralgia paska herpes (NPH) : nyeri yang menetap di dermatom yang
terkena 3 bulan setelah erupsi HZ menghilang. Insidensi PHN berkisar
sekitar 10-40% dari kasus HZ. Pasien dengan NPH akan mengalami nyeri
konstan (terbakar, nyeri, berdenyut), nyeri intermiten (tertusuk-tusuk), dan
nyeri yang dipicu stimulus seperti allodinia (nyeri yang dipicu stimulus
normal seperti sentuhan dll). Risiko NPH meningkat pada usia>50 tahun,
nyeri prodromal lebih lama atau lebih hebat;erupsi kulit lebih hebat (luas
dan berlangsung lama) atau intensitas nyerinya lebih berat. Risiko lain :
Distribusi di daerah oftalmik, ansietas, depresi, kurangnya kepuasan hidup,
wanita, diabetes.

 Komplikasi mata
Keterlibatan saraf trigeminal cabang pertama menyebabkan HZ
Oftalmikus, terjadi pada 10-25% dari kasus HZ, yang dapat menyebabkan
hilangnya penglihatan, nyeri menetap lama, dan/atau luka parut. Keratitis
(2/3 dari pasien HZO), konjungtivitis, uveitis, episkleritis, skleritis,
koroiditis, neuritis optika, retinitis, retraksi kelopak, ptosis, dan glaukoma.

 Komplikasi THT
Sindrom Ramsay Hunt sering disebut HZ Otikus merupakan pada THT
yang jarang terjadi namun dapat serius. Sindrom ini terjadi akibat
reaktivasi VZV di ganglion genikulata saraf fasialis. Tanda dan gejala
sindrom Ramsay Hunt meliputi HZ di liang telinga luar atau membrana
timpani, disertai paresis fasialis yang nyeri, gangguan lakrimasi, gangguan
pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinitus, vertigo, dan tuli. Banyak pasien
yang tidak pulih sempurna

Prognosis

Anda mungkin juga menyukai