Oleh :
Tarrinni Inastyarikusuma
1618012034
Preceptor :
dr. Karyanto, Sp.Rad.
Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara
(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara
diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area
lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus
kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti
segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara
cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura
dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran
radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform Ligament Signdan Rigler`s Sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, rujuk gambar 3, dimana
udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.
Posisi Lateral dekunitus kiri.Terdapat udara bebas diantara dinding
abdomendengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum
(panah hitam)
a. Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding
posterior abdomen.
b. Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid
dapat terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.
Setiap bagian dari traktus digestive dapat terlihat bisa terdapat udara di lumennya.
Udara tampak berupa densitas rendah dan merupakan kontras alami untuk
jaringan lunak sekitar. Kadang sulit membedakan antara intestinal dan colon,
sering terlihat bila colon mengalami distensi. Diameter normal dari usus halus 3
cm, colon 6 cm, dan caecum 9 cm. bagian-bagian berikut teridentifikasi sebagai
berikut:
1) Gaster
Terlihat bila terdapat udara. Tak terlihat bila kosong atau terpenuhi oleh cairan.
2) Usus halus
Umumnya berada pada sentral abdomen. Gambaran plicae circulares tipis,
sirkular, terdapat lipatan mukosa yang mengelilinginya.
3) Colon
Bagian yang sering lebih mudah teridentifikasi dahulu berupa colon
tranversum dan colon sigmoid. Jika caecum terlihat sering berupa bagian yang
terluas. Letaknya bervariasi, tapi lebih sering berbatasan dengan fossa iliaca
kanan.
Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran
udara (radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow)
diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa
tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi
lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari
hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak
Triangular Sign seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena
pada posisi miring udara cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi
ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen lateral. Pada proyeksi
abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi
Falciform Ligament Signdan Rigler`s Sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, dimana udara bebas
dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.
Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.
Jika iskemia menyebabkan infark tulang, pertumbuhan normal dari epifisis tulang
sementara waktu berhenti,tetapi kartilago yang mendapatkan nutrisinya dari difusi
cairan synovial tetap tumbuh. Daerah kecil kartilago yang berdekatan dengan
daerah epifisis tulang yang tidak mendapatkan suplai darah akan tetap mengalami
nekrosis. Epifisis tulang akhirnya mendapatkan kembali aliran darahnya. Selama
fase revaskularisasi ini, anak biasanya tidak menunjukkan gejala. Bila jaringan
granulasi menyerang tulang nekrotik, trabekula yang mati tetap mengalami
substitusi bertahap (penggantian tahap demi tahap dari tulang mati dengan tulang
yang masih hidup ). Selama fase penyembuhan ini,epifisis tulang dan kartilago
diatasnya rentan terhadap deformasi dan hilangnya sferisitas, terutama jika
terdapat distribusi abnormal dari tenaga transartikular dari pinggul.
. Radiografi
Tanda-tanda radiografi awal LCPD meliputi:
a. Epiphysis femoralis kecil (96%)
b. Sclerosis kepala femoral dengan penyerapan dan keruntuhan (82%)
c. Sedikit melebar dari ruang sendi yang disebabkan oleh penebalan tulang
rawan, kegagalan pertumbuhan epifisis, adanya cairan sendi, atau kelemahan
sendi (60%)
Tanda-tanda Akhir LCPD pada radiografi meliputi:
a. Tertunda pematangan tulang dari derajat ringan, gambaran radiolusen seperti
bulan sabit menunjukan patah tulang subchondral
b. Fragmentasi kaput femur dan kista leher femur dari perdarahan intramedulla
atau perpanjangan tulang rawan physeal ke metafisis, badan longgar, dan coxa
plana
c. Coxa magna atau remodeling dari kaput femur yang meluas dan mendatar,
tampak sebagai gambaran jamur.
Gambar.Skoliasis
3 CONGENITAL Tortikosis muscular
TORTIKOSIS adalah pembengkakan
otot kleidomastoidea
Gambar.Tortikosis
Infeksi
1. Spondylitis Tuberkulosis (Spesifik)
Spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease of the spine adalah infeksi yang
kronik dan dekstruktif pada vertebra yang disebabkan oleh basil tuberkulosis
yang menyebar secara hematogen dari fokus jauh, dan hampir selalu berasal dari
paru paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu infeksi primer atau
pasca primer. Lesi biasanya pada korpus vertebra dan proses dapat bermula pada
3 tempat, yaitu:
- Di dekat diskus intervertebrata atas atau bawah ( tipe marginal)
- Di tengah korpus ( tipe sentral )
- Di bagian anterior ( tipe anterior )
(tanda panah) yang merupakan gambaran klasik dari destruksi 2 atau lebih
spondilitis TB. vertebra, erosi, kalsifikasi
jaringan lunak dan adanya
paravertebral mass.
Infeksi biasanya terdapat
pada sudut superior atau
inferior anterior pada
korpus vertebra
berdekatan dengan
discovertebral junction.
Terjadinya abses
Gambar. Tampak paravertebral abses (lingkaran merupakan hal yang
kunimg) yang merupakan tanda dari spondilitis TB sering terjadi dan semakin
berkembangnya penyakit
ini mengarah pada
kolapsnya satu atau lebih
vertebra
2 SPONDILITIS ANKYLOSING Ankylosing Spondylitis
(AS) adalah penyakit
inflamasi kronis yang
terutama menyerang pada
persendian kerangka
aksial (spine, sacroiliac
joints) dan juga sendi
perifer.
Radiografi (x-rays) dapat
memperlihatkan
berkurangnya diskus
vertebralis dan osteofit.
Sakroiliitis terjadi di awal
perjalanan dari ankylosing
Gambar. Antero posterior radiografi tulang belakang
spondylitis dan dianggap
pasien dengan ankylosing spondylitis. Pengerasan
sebagai ciri dari penyakit.
fibrosus anulus di berbagai tingkat dan squaring dari
Pada foto polos, tanda
badan vertebra dapat diamati
paling awal adalah
kesuraman dari sendi,
melebar sebelum akhirnya
menyempit. Erosi tulang
subchondral di sisi iliaka
dari sendi terlihat, ini
diikuti oleh sclerosis
subchondral dan
proliferasi tulang, erosi
tulang subchondral dari
sendi sakroiliaka biasanya
terlihat dini di bagian
bawah sendi (karena
bagian ini dipagari oleh
sinovium) dan di sisi
iliaka (karena tulang
kartilago ini meliputi sisi
sendi)5.
7 LIPOMATOSIS
8 NEUROBLASTOMA
Gambar. Foto lumbal spine menunjukkan
metastasis sklerotik T10, T11, L2, L4 dan
L5. Massa kuadran kiri besar dengan
kalsifikasi juga ada.
Etiologi
Masih belum diketahui secara pasti, namun di duga karena dipenaruhi oleh
faktor genetik, yaitu adanya HLA-B27. Dan penelitian baru-baru ini juga
ditemukan karena adanya gen-gen ARTS1 dan IL23R yang menyebabkan
Ankyrosing Spondylitis(AS) ini.
Patofisiologi
Patologi utama dari Ankylosing spondylitis adalah proses peradangan kronis,
termasuk CD4, CD8, limfosit T dan makrofag. Sitokin, terutama tumor
necrosis factor-α (TNF-α) dan Transforming Group Factor-β (TGF-β), juga
penting dalam proses inflamasi dengan menyebabkan fibrosis dan pengerasan
di tempat terjadinya peradangan.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada AS dibagi menjadi :
1) Manifetasi Skeletal
Low back pain
Nyeri dada
Nyeri tekan pada tempat tertentu
Nyeri sendi lutut dan bahu
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Radiografi (x-rays) dapat memperlihatkan berkurangnya diskus
vertebralis dan osteofit. Sakroiliitis terjadi di awal perjalanan dari
ankylosing spondylitis dan dianggap sebagai ciri dari penyakit. Pada
foto polos, tanda paling awal adalah kesuraman dari sendi, melebar
sebelum akhirnya menyempit. Erosi tulang subchondral di sisi iliaka
dari sendi terlihat, ini diikuti oleh sclerosis subchondral dan proliferasi
tulang, erosi tulang subchondral dari sendi sakroiliaka biasanya terlihat
dini di bagian bawah sendi (karena bagian ini dipagari oleh sinovium)
dan di sisi iliaka (karena tulang kartilago ini meliputi sisi sendi).
Pada CT scan dari sendi Sakroiliaka, dapat terlihat seperti erosi sendi,
sclerosis subchondral (lihat gambar bawah),dan ankilosis tulang yang
divisualisasikan lebih baik pada CT scan dari pada foto polos. MRI mungkin
memiliki peran dalam diagnosis awal sakroiliitis. MRI mampu
memperlihatkan kelainan diskus, ligament, dan nervus.
Etiologi
Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium
tuberculosis, walaupun spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga
menyebabkannya.Mycobacterium tuberculosismerupakan bakteri berbentuk
batang yang bersifat acid-fastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan baik
melalui cara yang konvensional. Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk
memvisualisasikannya.Bakteri tubuh secara lambat dalam media egg-enriched
dengan periode 6-8 minggu.
Patogenesis
Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi
sekunder. Berkembangnya kuman dalam tubuh tergantung pada keganasan
kuman dan ketahanan tubuh penderita.Patogenesis penyakit ini sangat
tergantung dari kemampuan bakteri menahan cernaan enzim lisosomal dan
kemampuan host untuk memobilisasi immunitas seluler. Jika bakteri tidak
dapat diinaktivasi, maka bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan
membunuh sel itu. Komponenlipid, protein serta polisakarida sel basil
tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan merangsang pembentukan
granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang dihasilkannya
juga dapat juga bersifat immunosupresif.
Patofisiologi
Spondilitis tuberculosis kebanyakan melibatkan vertebra thoracal.Ruang diskus
biasanya dapat bertahan lebih lama di bandingkan dengan infeksi pyogenik
lainnya.Abses Paraspinal merupakan hal yang sering muncul pada penyakit
ini.Karakter infeksi tuberkulosis ialah adanya destruksi tulang (osteolysis)
vertebra yang progresifitasnya berjalan lambat.Destruksi timbul dibagian
anterior korpus vertebra disertai osteoporosis regional. Proses perkijuan yang
menyebar akan menghambat timbulnya pembentukan tulang baru dan pada saat
yang bersamaan akan menimbulkan segmen-segmen yang avaskular
membentuk sekuester , terutama pada vertebra daerah torakal. Secara bertahap
jaringan granulasi akan menembus korteks korpus vertebra yang sudah tipis
sehingga menimbulkan abses paravertebra yang meliputi beberapa korpus
vertebra. Selain itu proses infeksi dapat menyebar keatas dan kebawah melalui
ligamentum longitudinale anterior dan ligamentum longitudinale posterior.
Diskus intervertebralis yang avaskular, awalnya relatif resisten terhadap infeksi
tuberkulosis. Tetapi kemudian karena dehidrasi, diskus akan menyempit dan
akhirnya akan timbul kerusakan akibat penjalaran jaringan granulasi. Destruksi
progresif pada bagian anterior menyebabkan korpus bagian anterior kolaps ,
mengakibatkan kifosis yang progresif. Melalui mekanisme reaksi hipersensitif
lambat, vertebra mengalami destruksi dengan membentuk nekrosis
perkijuan.Nekrosis perkijuan ini mencegah pembentukan tulang baru dan
menyebabkan tulang menjadi avaskular sehingga terbentuk sekuester
tuberkulosa yaitu serpihan tulang yang lepas dan nekrosis.Secara bertahap
jaringan granulasi menembus korteks vertebra membentuk abses paravertebra
yang dapat melewati beberapa segman vertebra, menyebar dibawah
ligamentum longitudinale anterior dan posterior mencari tempat paling rendah
dengan tahanan yang paling lemah.
Lesi biasanya pada korpus vertebra dan proses dapat bermula di 3 tempat,
yaitu:
a) Dekat diskus intervertebra atas atau bawah, disebut tipe marginal, yang
sesuai dengan tipe metafiseal pada tulang panjang
b) Ditengah korpus, disebut tipe sentral
c) Di bagian anterior korpus, disebut tipe anterior atau subperiosteal
Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan
ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum
tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan.Paraplegia pada penyakit
yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan
tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang
progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa.Tuberkulosa paraplegia terjadi
secara perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan
gangguan vaskuler vertebra.Derajat I-III disebut sebagai paraparesis dan
derajat IV disebut sebagai paraplegia.
PemeriksaanRadiologis
a) Foto polos vertebra
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan pada plain radiography dan
gambaran yang ditemukan meliputi penyempitan disk space, pelibatan
diskus sentralis dan kolaps corpus anterior. Diperlukan pengambilan
gambar dua arah , antero-posterior (AP) dan lateral (Lat). Pada fase awal,
akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior korpus vertebra dan
osteoporosis regional. Penyempitan ruang diskus intervertebralis,
menujukkan terjadinya kerusakan diskus. Pembengkakan jaringan lunak
disekitar vertebra menimbulkan bayangan fusiform.
Foto polos tulang vertebra orang dewasa dengan spondilitis tuberkulosis yang
menunjukkan erosi end-plate vertebra setinggi L3 dan L4.
Khas dari spondilitis TB adalah adanya destruksi 2 atau lebih vertebra, erosi,
kalsifikasi jaringan lunak dan adanya paravertebral mass.Infeksi biasanya
terdapat pada sudut superior atau inferior anterior pada korpus vertebra
berdekatan dengan discovertebral junction. Terjadinya abses merupakan hal
yang sering terjadi dan semakin berkembangnya penyakit ini mengarah pada
kolapsnya satu atau lebih vertebra. Di bawah diafragma, abses yang terbentuk
biasanya bermigrasi ke sepanjang muskulus psoas dan keluar melalui sinus
pada region groin dan buttock. Klasifikasi pada abses memperkuat kecurigaan
infeksi tuberkulosa. Pada fase lanjut didapatkan penyempitan diskus
intervertebralis akibat herniasi ke dalam corpus vertebra yang telah rusak atau
destruksi diskus intervertebralis akibat gangguan nutrisi.
Persiapan :
Pemeriksaan ureum kreatinin
ureum maksimum 60 mg %
kreatinin maksimum 2 mg %
Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laxantia (pencahar) untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
Persiapan Pasien
Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan BNO-IVP
dilakukan.
Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang berserat.
Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1 gelas air
matang untuk urus-urus, disertai minum air putih 1-2 gelas, terus puasa.
Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara guna
meminimalisir udara dalam usus.
Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan, dan sebelum
pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk mengosongkan blass.
Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang
akan dilakukan dan penandatanganan informed consent.
Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
Dilakukan foto BNO
Injeksi kontras intravena (setelah cek tensi dan cek alergi)
Beberapa saat setelah injeksi dapat terjadi flushing, rasa asin di lidah, sakit
kepala ringan, gatal, mual/muntah
Jenis kontras yang digunakan :
tonik : contohnya urografin
non tonik : lapanero, ultravist, omnipaque
Pengambilan foto serial
Sebaiknya segera setelah pasien disuntikkan kontras, kedua ureter di bendung,
baru dibuat foto serial.
menit ke-5 : menilai nefrogram dan pelviocalices system (pcs)
menit ke-15 : menilai pcs sampai dengan kedua ureter
menit ke-30 : menilai uretrerovesico juntion
menit ke-45 : menilai vesika urinaria dan funf=gsi voiding (fungsi
pengosongan kandung kencing), yaitu melihat kontraksi otot-otot vesika
urinaria.
Prosedur Pemeriksaan BNO-IVP
Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien
Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc
saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.
Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat
compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri
Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi AP supine 1 menit setelah injeksi
media kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting sistem, terutama
pada pasien hypertensi dan anak-anak.
Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan ukuran
film 24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.
Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan film 24 x 30
mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras
Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran bladder terisi
penuh media kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x 40.
Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi, biasanya
dibuat foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada pasien yang lanjut
usia).
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect
dapat menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada
kasus pos hematuri.
b. Colon in Loop
Colon in loop:
Indikasi Kontraindikasi
Untuk melihat adanya kelainan pada Ileus paralitik
colon : Perforasi usus
Colitis : Peradangan / Imflamasi Peritonitis
pada mucosa colon. Ileus obstruktif lama (>8 jam)
Polyp,lesi,tumor,carcinoma. Infeksi akut saluran cerna
Diverticulitis. Kolitis berat, dimana dinding abdomen
General Check up
Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan colon inloop, pasien diberitahu untuk
melakukan persiapan yang nantinya akan membantu kelancaran pelaksanaan
pemeriksaan.
Hari Pertama:
Pagi : Makan bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak.
Siang : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Malam : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Pukul 24.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1 biji.
Hari Kedua:
Pagi : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Siang : - Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
Pukul 20.00 WITA minum 1 botol fleet phosphosoda dibagi dalam 3 dosis. (15 ml
fleet phosphosoda + 1 gelas air 240 ml).
- 3 gelas ini diminum habis dalam waktu 20 menit.
- Selanjutnya pasien puasa sampai selesai di foto.
- Pukul 05.00 WITA masukkan dulcolax melalui lubang dubur 1 biji.
- Pukul 06.00 WITA pasien di klisma tinggi (untuk pasien di opname).
- Pukul 07.00 WITA pasien datang ke bagian radiologi untuk di foto ( dalam
keadaan puasa).
Pelaksanaan :
Satu hari sebelum peneriksaan pasien makan bubur kecap
Jam 20.00 makan malam terakhir
Jam 22.00 pasien makan garam inggris (MgSO4) dan mulai puasa
Boleh minum, maksimal 100 cc sampai jam 12 malam
Mengurangi bicara dan merokok untuk menghindari penumpukan udara dalam
seluruh traktus gastrointestinal
Pasien rawat inap boleh diberikan lavement
Agenesis renal Tampak tidak adanya bayangan ginjal, baik unilateral atau
bilateral.
Bila unilateral, akan tampak hipertrofi ginjal yang ada.
Tampak lying down adrenal sign, yaitu adrenal tampak
memanjang karena tidak adanya ginjal.
Striktur uretra Tampak bagian uretra yang striktur dan tidak terisi kontras