Anda di halaman 1dari 49

TUGAS RADIOLOGI

Pembimbing:
Dr.Karyanto, Sp.Rad

Oleh:
Diah Ayu Larasati
1618012079

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. H. ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
1. Sebutkan organ-organ intra-retroperitoneal?
2. Bagaimana perbedaan udara antara intestinum tenue dan intestinum crassum?
3. Gambaran radiologi
a. Ileus
b. Beda antara ileus obstruksi dan ileus paralatik?
4. Gambar secara skematis
a. Sistem billier intra&ekstra hepatal
b. Kelainan yang mungkin terjadi & gambaran radiologis pada sistem bilier
5. Sebutkan diagnosis banding bayangan opak,semiopak pada foto polos abdomen dan
gambaran radiologisnya?
6. Jelakskan patofisiologi dan gambaran radiologis perthes disease?
7. Jelaskan kelainan dan gambaran radiologis pada tulang vertebrae?
8. Apa perbedaan antara spondilitis TB dan non spesifik?
1. Sebutkan organ-organ retroperitoneal dan intraperitoneal?
Istilah intraperitoneal dan retroperitoneal dipergunakan utuk melukiskan hubungan
berbagai organ dengan peritoneum yang meliputinya. Sebuah organ dikatakan
intraperitoneal jika hampir seluruh organ tersebut diliputi oleh peritoneum visceral.
Organ-organ retroperitoneal terletak dibelakang peritoneum dan hanya sebagian diliputi
oleh peritoneum visceral. Prankreas, colon asendens, dan colon desendent merupakan
contoh organ retroperitoneal
1) Organ-organ intraperitoneal: SALTD SPRSS
 S: Stomach (Gaster)
 A: Apendiks
 L: Liver/Hepar
 T: Tranverse Colon
 D: Duodenum
 S: Small Intestine
 P: Pankreas (tail)
 R: Rektum (only the upper 3rd)
 S: Sigmoid Colon
 S: Spleen (Lien)
2) Organ-organ intraperitoneal: SAD PUCKER
 S: Suprarenal glands (Kelenjar adrenal)
 A: Aorta dan Vena Cava Inferior
 D: Duodenum (all but the 1st part)
 P: Pankreas (all but tail)
 U: Ureter dan Vesika Urinaria
 C: Colon (Ascenden dan descenden)
 K: Kidneys (Ginjal)
 E: Esofagus
 R: Rektum (Lower tow-third)
2. Perbedaan udara antara intestinum tenue dan intestinum crassum

Udara normal terdapat dalam lambung, duodenum, usus halus terisi sedikit udara dan akan
terlihat lagi dengan jelas di colon. Usus halus biasanya terlihat di sentral dan berukuran kecil
sedangkan usus besar di perifer dan berukuran relative lebih besar.Sedikit udara dan cairan juga
mengisi lumen usus halus dan air fluid level yang minimal bukan merupakan gambaran
patologis. Air fluid level juga dapat terlihat pada lumen usus besar, dan tiga sampai lima fluid
levels dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal serta sering dijumpai di
daerah kuadran kanan bawah.

Pneumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam rongga peritoneum. Hal ini
bisa disebabkan perforasi organ berongga abdomen akibat trauma tumpul abdomen. Pada foto
polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara (radiolusen) berupa
daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara diafragma kanan dan hepar atau
diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar.
Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan
permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti
segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara cenderung
bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen
lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi
Falciform Ligament Signdan Rigler`s Sign.

Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, rujuk gambar 3, dimana udara bebas
dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Posisi ini dapat
digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.
Posisi Lateral dekunitus kiri.Terdapat udara bebas diantara dinding abdomendengan hepar
(panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam)

Gambaran linier (anterior subhepatic space air)

Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran triangular)


Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar

Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi pneumoperitoneum dalam jumlah
kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang dengan >1000 mL udara bebas.
Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:
 Football Sign, rujuk gambar 7,yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di dalam
kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh kavum abdomen,
mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti gambaran bola kaki.
 Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Signyang memvisualisasikan dinding terluar
lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.

Football sign (kiri) dan Rigler Sign (kanan)


a. Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada foto polos
abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak
intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi
urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen yang
berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal
daripada apeks.
b. Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior dapat
terlihat sebagai huruf ‘V’ terbalik di daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam
jumlah banyak.
c. Telltale Triangle Signmenggambarkan daerah segitiga udara diantara 2 lingkaran usus
dengan dinding abdomen.
d. Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus
vaginalis yang paten).
e. Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral diafragma.

Gambaran urachus (kiri) dan Telltale triangle sign (kanan)

Cupola sign (panah putih) danlesser sac gas sign (panah hitam)
a. Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior abdomen.
b. Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat terjadi yang
berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.

Setiap bagian dari traktus digestive dapat terlihat bisa terdapat udara di lumennya. Udara tampak
berupa densitas rendah dan merupakan kontras alami untuk jaringan lunak sekitar. Kadang sulit
membedakan antara intestinal dan colon, sering terlihat bila colon mengalami distensi. Diameter
normal dari usus halus 3 cm, colon 6 cm, dan caecum 9 cm. bagian-bagian berikut teridentifikasi
sebagai berikut:

1) Gaster
Terlihat bila terdapat udara. Tak terlihat bila kosong atau terpenuhi oleh cairan.

2) Usus halus
Umumnya berada pada sentral abdomen. Gambaran plicae circulares tipis, sirkular, terdapat
lipatan mukosa yang mengelilinginya.
3) Colon
Bagian yang sering lebih mudah teridentifikasi dahulu berupa colon tranversum dan colon
sigmoid. Jika caecum terlihat sering berupa bagian yang terluas. Letaknya bervariasi, tapi lebih
sering berbatasan dengan fossa iliaca kanan.Muskulus longitudinalis (taenia coli) dan muskulus
sirkular colon membentuk formasi berkantung yang disebut haustra. Karakteristik lainnya dari
colon adanya faeces, gambarannya berbintik-bintik pada bayangan udara.

Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara (radiolusen)
berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara diafragma kanan dan hepar
atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior
hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari
hepar dan permukaan peritoneum. Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular Sign
seperti segitiga yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara
cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding
abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat
yang meliputi Falciform Ligament Signdan Rigler`s Sign.

Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri, dimana udara bebas dapat terlihat antara
batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk
setiap pasien yang sangat kesakitan.
Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi pneumoperitoneum dalam jumlah
kecil dan pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang dengan >1000 mL udara bebas.
Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:

 Football Sign, rujuk gambar 7,yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di dalam
kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh kavum abdomen,
mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti gambaran bola kaki.

 Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Signyang memvisualisasikan dinding terluar
lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal intralumen.
o Urachus merupakanrefleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada foto polos
abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan lunak
intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi
urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah abdomen yang
berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal
daripada apeks.

o Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior dapat
terlihat sebagai huruf ‘V’ terbalik di daerah pelvis sebagai akibat pneumoperitoneum dalam
jumlah banyak.
o Telltale Triangle Signmenggambarkan daerah segitiga udara diantara 2 lingkaran usus
dengan dinding abdomen.
o Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus vaginalis
yang paten).
o Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral diafragma.

 Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posteriorabdomen.
 Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat terjadi yang
berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum.

3. a. Gambaran radiologi Ileus


b. Perbedaan ileus obstruktif dan paralitik

ILEUS
Ileus: gangguan Ileu obstruksi: gangguan Ileus paralitik: gangguan
pasase di usus pasase di usus karena pasase di usus, karena tidak
sehingga usus tidak adanya sumbatan terjadinya kontraksi
mampu peristaltik usus
mengeluarkan isinya Etiologi: Etiologi:
kebagian distal Dapat disebabkan oleh a. Neurogenik: pasca
a. Adhesi (perlekatan operasi, kerusakan medulla
usus) salah satu penyebab spinalis, keracunan timbal,
tersering ileus obstruksi iritasi persarafan,
b. Hernia inkarserata splanknicus
c. Neoplasma b. Metabolik: gangguan
d. Intususepsi keseimbangan elektrolit
e. Volvulus c. Obat-obatan:
f. Batu empedu ke narkotik, antiklinergik,
usus katekolamin
g. Penekanan oleh d. Infeksi: peritonitis,
tumor, abses, hematom, urosepsis, pneumonia dan
penumukan cairan lain-lain
h. Benda asing e. Iskemia usus
i. Divertikulum
meckel
j. Kelainan kongenital
Anatomik, fungsional

Ileus: - Letak tinggi


- Letak rendah
(dibatasi oleh ligamentum
Treitz)

Ileus: - obstruksi total


- Obstruksi parsial
Obstruksi Paralitik
Anamnesis
a. Muntah (+) (+)
Frekuensi dan Obstruksi di atas pars 2:
warna warna muntah sama
dengan yang dimakan
Obtruksi di bawah pars 2
duodenum: warna muntah
kehijauan

Obstruksi letak tinggi:


onset muntah cepat,
segera setelah makan
Obstruksi letak rendah:
onset muntah lambat

Letak tinggi: (-) (+)


b. Kembung/ Letak rendah: (+)
Distensi abdomen

(+) (+)
c. Nyeri Nyeri kolik (perasaan Nyeri tajam seperti
abdomen nyeri yang tertusuk, perih
Lokasi, kualitas intermitten/hilang timbul
mengikuti kontraksi usus.
Pasien mengeluh mulas,
lokasi nyeri tidak
terlokalisasi dengan baik

- Obstruksi total: (-)


warna putih, seperti lendir
d. BAB (Mukous)
- Obstruksi parsial:
sama seperti warna feses/
mdomenekonium normal
Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi - Distensi: - Distensi (+)


(-) (letak tinggi) - Lesi/jejas/hematom:
(+) (letak rendah) curiga trauma
- Bekas jahitan - Hiperemis: curiga
operasi: curiga adhesi inflamasi (peritonitis)
- Benjolan: curiga
ada neoplasma, hernia
- Darm contour
(bowel contour)
Bentuk usus yang terlihat
di permukaan dinding
abdomen karena kontraksi
hebat usus
- Darm steifung
(Bowel movement)
Pergerakan usus terlihat
di permukaan dinding
abdomen
- Pada obstruksi letak
tinggi, bentuk abdomen
bisa normal/ schapoid
(seperti kapal)/ cekung

- Bising usus
meningkat (pada fase
b. Auskultasi: awal) - Bising usus menurun/
Bising usus (BU), - Bu dapat (-) pada (-)
suara pergerakkan late phase
usus abnormal - Borborygmy (suara
pergerakan cairan usu yng
terguncang karena
peristaltik yang
meningkat
- Metalic sound
(suara dengan nada tinggi
yang timbul pada ileus
obstruksi yang menjadi
tanda akan perforasi usus

Hipertimpani

c. Perkusi - Nyeri tekan (-) Hipertimpani

d. Palpasi - Nyeri tekan (+)


- Rebound tenderness
(+)
Pemeriksaan - Herring bone
Penunjang appearance
- Rontgen - Air fluid level
abdomen
4. Gambarkan secara skematis:
a. Sistem billier intrahepatal dan ekstrahepatal.

Pankreas adalah organ meruncing yang terletak di belakang perut. Sisi kanan pankreas yang
disebut kepala, adalah bagian terluas dari pankreas dan terletak di lekukan duodenum, bagian
pertama dari usus kecil. Sisi kiri meruncing dan meluas sedikit ke atas, disebut tubuh
pankreas, dan berakhir di dekat limpa, yang disebut ekor pankreas.
Pankreas terdiri dari 2 jenis kelenjar:
Kelenjar Eksokrin. Kelenjar eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim ini
disekresikan ke jaringan dari saluran yang bergabung dengan saluran utama pankreas.
Kelenjar Endokrin. Kelenjar endokrin terdiri dari pulau Langerhans dan mengeluarkan
hormon ke dalam aliran darah.
Sebuah pankreas normal panjangnya sekitar 12 sampai 15 cm dan berat sekitar 110 gram.
Lokasi Pankreas adalah di belakang lambung dan terletak kurang lebih melintang di dinding
posterior abdomen; memiliki duodenum di sebelah kanan dan limpa di sebelah kiri. Pankreas
memiliki kepala yang terletak di dalam lengkungan duodenum, leher yang menghubungkan
kepala ke tubuh dan tubuh yang menumpulkan ke ekornya menyentuh limpa.

Sistem bilier terdiri dari kandung empedu dan saluran yang berasal dari hepar dan
vesicafellea. Fungsi primernya adalah sebagai organ yang memproduksi, menyimpan dan
mengalirkan empedu duodenum melalui saluran-saluran empedu.

Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah alpukat dengan ukuran ±5x7cm dan
berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit keluar tepi hati, di bawah
lengkun iga kanan, di tepi lateral musculus Rektus Abdominis. Sebagian besar korpus
menempel dan tertanam di dalam jaringan hati. Masing-masing sel hati juga terletak dekat
dengan beberapa kanalikulus yang mengalir ke dalam duktus biliaris intralobules dan duktus-
duktus ini bergabung melalui duktus biliaris antar lobules membentuk duktus hepatikus
kanan dan kiri. Diluar hati duktus ini bersatu dan membentuk duktus hepatikus komunis.
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm sedangkan panjang
duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara duktus sistikus.

Duktus sistikus berjalan keluar dari kandung empedu. Panjangnya ±30-37mm dengan
diameter 2-3 mm. Dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral Heister, yang
memudahkan cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung empedu tapi menahan aliran
keluarnya. Duktus hepatikus komunis akan bersatu dengan duktus sistikus dan membentuk
duktus koledokus yang panjangnnya 7,5 cm dengan diameter 6 mm. Duktus koledokus
berjalan di belakang duodenum menembus pankreas, bergabung dengan duktus pankreatikus
mayor dan bersatu pada bagian medial dinding duodenum desenden. Ujung distalnya
dikelilingi oleh otot sfingter oddi. Dinding duktus biliari sekstra hepatik dan kandung
empedu mengandung jaringan fibrosa dan otot polos. Membran mukosa mengandung
kelenjar-kelenjar mukosa dan dilapisi oleh selapis sel kolumnar.
Sistem bilier esktrahepatik terdiri atas
a) Vesica Fellea = Gallbladder
Vesica fellea merupakan suatu kantong berbentuk memanjang, berjalan dari caudo-anterior
pada fossa vesica fellea ke cranio-posterior sampai porta hepatis. Mempunyai dua facies,
yaitu facies anterior yang berhubungan dengan dasar fossa vesica fellea, dan facies
posterior yang ditutupi oleh peritoneum.

Morfologi vesica fellea terdiri dari corpus, collum dan fundus. Fundus vesica fellea terletak
pada tepi costa 8 – 9 dextra, di sebelah lateral m.rectus abdominis, yaitu pada arcus
costarum dextra. Berbatasan di dorso-caudal dengan colon transversum dan pars
descendens duodenum. Mucosa vesica fellea berlipat-lipat membentuk villi, disebut plica
tunica mucosa. Kadang-kadang fundus vesica fellea seluruhnya dibungkus oleh peritoneum
sehingga seakan-akan mempunyai mesenterium, dan kelihatan fundus tergantung pada
hepar.

Vascularisasi : a.cystica, suatu cabang dari a.hepatica propria dexter; vena


cystica bermuara ke dalam ramus dexter yang portae.

Innervasi : cabang-cabang dari plexus coeliacus.

Lymphe drainage : menuju ke lymphonodi hepatica.

a. Ductus Cysticus
Merupakan lanjutan dari vesica fellea, terletak pada porta hepatis. Panjangnya kira-kira 3 –
4 cm. Pada porta hepatis ductus cysticus mulai dari collum vesica fellea, kemudian berjalan
ke postero-caudal di sebelah kiri collum vesicae felleae. Lalu bersatu dengan ductus
hepaticus communis membentuk ductus choledochus. Mucosa ductus ini berlipat-lipat
terdiri dari 3 – 12 lipatan, berbentuk spiral yang pada penampang longitudional terlihat
sebagai valvula, disebut valvula spiralis (Heister).

b. Ductus Hepaticus
Ductus hepaticus berasal dari lobus dextra dan lobus sinistra bersatu membentuk ductus
hepaticus communis pada porta hepatis dekat pada processus papillaris lobus caudatus.
Panjang ductus hepaticus communis kurang lebih 3 cm. Terletak di sebelah ventral
a.hepatica propria dextra dan ramus dextra vena porta. Bersatu dengan ductus cysticus
menjadi ductus choledochus.

c. Ductus Choledochus
Mempunyai panjang kira-kira 7 cm, dibentuk oleh persatuan ductus cysticus dengan ductus
hepaticus communis pada porta hepatis. Di dalam perjalanannya dapat di bagi menjadi tiga
bagian, sebagai berikut :

1. bagian yang terletak pada tepi bebas ligamentum hepatoduodenale, sedikit


di sebelah dextro-anterior a.hepatica communis dan vena portae;
2. bagian yang berada di sebelah dorsal pars superior duodeni, berada di luar
lig.hepatoduodenale, berjalan sejajar dengan vena portae, dan tetap di sebelah dexter
vena portae;
3. bagian caudal yang terletak di bagian dorsal caput pancreatis, di sebelah ventral vena
renalis sinister dan vena cava inferior.
Pada caput pancreatis ductus choledochus bersatu dengan ductus pancreaticus Wirsungi
membentuk ampulla, kemudian bermuara pada dinding posterior pars descendens duodeni
membentuk suatu tonjolan ke dalam lumen, disebut papilla duodeni major.

b. Kelainan-kelainan yang mungkin terjadi dan gambaran radiologis pada system


billiaris.

Pankreatitis akut
adanya dilatasi dari usus kecil
yang berdekatan.sentinel loop
gambaran ini merupakan
gambaran yang ppaling sering
dijumpai pada pankreatitis
akut meskipun tidak
dilaporkan dijumpai pada
penderita ankreatitis akut.
Karsinoma kaput pancreas
pelebaran lengkung duodenum,
double contour, dan gambaran
Cangka 3 terbalikD karena
pendorongan kanker pankreas
yang besar pada duodenum, di
atas dan di ba$ah papila vateri

Pankreatitis kronik
Foto rontgen memperlihatkan
kalsifikasi merupakan
patognomonik pada pankreatitis
kronik. Kalsifikasi primer muncul
pada kalkuli intraduktal baik pada
duktus pankreatikus mayor
maupun minor.

5. DD dan gambaran radiologis bayangan opaque pada foto polos abdomen


No. Gambar dan Diagnosa Keterangan Gambar
1. Kalsifikasi Pankreas Pankreatitis kronis merupakan
proses inflamasi pankreas yang
progresif dan menyebabkan
kerusakan parenkim pankreas
yang irreversibel berupa fibrosis
serta mengakibatkan disfungsi
eksokrin dan endokrin.Foto
rontgen memperlihatkan
kalsifikasi pankreas pada 25 – 59
% pasien yang merupakan
patognomonik pada pankreatitis
kronik.
Kalsifikasi primer muncul pada
kalkuli intraduktal baik pada
duktus pankreatikus mayor
maupun minor.
2. Kolelitiasis Foto polos abdomen biasanya
tidak memberikan gambaran
yang khas karena hanya sekitar
10-15% batu kandung empedu
yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang
mengandung cairan empedu
berkadar kalsium tinggi dapat
dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan
kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung
empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran
kanan atas yang menekan
gambaran udara dalam usus
besar di fleksura hepatika.
Walaupun teknik ini murah,
tetapi jarang dilakukan pada
kolik bilier sebab nilai
diagnostiknya rendah.
3. Step ladder appearance Foto polos abdomen dengan
posisi terlentang dan tegak
(lateral dekubitus)
memperlihatkan dilatasilengkung
usus halus disertai adanya batas
antara air dan udara atau gas
(air-fluid level) yang membentuk
pola bagaikan tangga.

4. Hearing Bone Appearance Jarak valvula conniventes satu


sama lain yang normal adalah 1–
4 mm. Jarak ini akan melebar
pada keadaan distensi usus halus.
Akibat distensi usus halus, maka
valvula conniventes agak
teregang dan bersama-sama
dengan valvula conniventes dari
loop yang bertetangga, akan
tampak di foto sebagai gambaran
sirip ikan yang disebut
herringbone appearance.
5. Coiled spring appearance Terjadi pada kondisi
intususepsi atau invaginasi
yang menggambarkan
masuknya segmen proksimal
usus (intueuseptum) ke dalam
lumen usus distal
(intususepiens).
Paling sering sering terjadi di
daerah ileokolika, tetapi dapat
juga yeyuno-ileal, dan
kolokolika.
Pada foto polos abdomen
tampak tanda obstruksi usus
halus berupa bayangan seperti
sosis di bagian tengah
abdomen dan bayangan per
mobil (coiled spring
appearance).
6. Cairan bebas intraperitoneal Akumulasi dari cairan bebas
intraperitoneal di abdomen
merupakan tanda adanya suatu
ascites. Penyebab ascites
antara lain : hipoproteinemia,
sirosis hepatik, CHF,
pankreatitis, keganasan dengan
metastase peritoneal, limfoma,
dan sumbatan vena cava
inferior.
7. Massa jaringan lunak Abses tampak sebagai massa
jaringan lunak yang dapat
mengandung gas. Abses dapat
dikelirukan dengan gambaran
kolon pada foto polos. Cairan
intraperitoneum dan abses
berkumpul di bagian yang
paling rendah di rongga
peritoneum : ruang subfrenik,
ruang subhepatik (antara lobus
kanan hati dan ginjal), dan di
dalam pelvis di ekskavasio
retrovesikalis atau cavum
douglas (ekskavasio
retrouterina).
8. Batu radioopak Gambaran radioopak pada foto
polos abdomen merupakan
tanda adanya kalsifikasi
berupa batu. Gambaran batu
ini biasanya terjadi pada
kondisi nefrolithiasis,
ureterolithiasis, vesicolithiasis,
kolelithiasis, dan kolelistitis.
Foto polos abdomen dapat
menentukan besar, macam dan
lokasi batu radioopak.
Penilaian batu ginjal pada foto
polos abdomen yang penting
diperhatikan adalah : jumlah,
densitas, bayangan batu,
lokasi, komplikasi (obstruksi,
parut ginjal, atau pembentukan
striktur), terjadinya anomali,
dan nefrokalsinosis.
Pada batu saluran kemih
Pembuatan foto polos
abdomenbertujuan melihat
kemungkinan adanya batu
radioopak di saluran kemih.
Batu-batu kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat
radioopak dan paling sering
dijumpai batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat
bersifat radiolusen
9. Vesikolithiasis Gambaran gas dalam usus
dalam batas normal, tidak
ditemukan udara abnormal dan
udara bebas intraperitoneal,
terdapat dua gambaran opak
pada VU dengan besar
gambaran opak yang
bervariasi, garis psoas terlihat ,
ginjal batas normal, vertebra
lumbal, jaringan lunak dalam
batas normal

10. Appendisitis akut Terlihatnya fekalith opaque


didapatkan pada kuadran
kanan bawah (terutama pada
anak-anak). Sehingga, X-ray
abdominal tidak rutin
dilakukan kecuali terdapat
keadaan lain seperti
kemungkinan adanya obstruksi
usus atau adanya batu ureter.

6. Patofisiologi dan gambaran radiologi perthes disease


Patofisiologi
Penyakit Perthes merupakan suatu penyakit yang tergolong kelas osteochondroses aseptik
pada masa kanak-kanak. Hal ini ditandai dengan nekrosis avaskular dari epiphysis, yang
pada gilirannya, merusak penulangan enchondral kaput femoral. Etiologi penyakit
Perthes masih belum diketahui. Beberapa kemungkinan penyebab telah diusulkan,
termasuk microtrauma berulang, retardasi tulang dan insufisiensi vaskular. Hal ini diduga
bahwa mikrotrauma berulang kaput femur menyebabkan patah tulang kecil di spongiosa
kerangka yang rapuh dari kaput femur yang belum matang, hipotesis ini didukung oleh
pengamatan bahwa penyakit ini lebih umum pada anak-anak yang hiperaktif.

Suplai darah ke femur proksimal diperoleh dari arteri sirkumfleksia femoralis media.
Pembuluh darah ini membentuk cincin anastomosis pada basis kolum femur. Dari cincin
ini, arteri retinakular posteroinferior dan posterosuperior melintasi kolum femur untuk
memperdarahi pusat osifikasi sekunder pada epifisis kaput femur. Cabang dari arteri
sirkumfleksia femoralis lateral memperdarahi bagian trokanter mayor. Oklusi total atau
sebagian kelompok pembuluh darah ini mengakibatkan berbagai derajat nekrosis pusat
osifikasi sekunder.
Jika iskemia menyebabkan infark tulang, pertumbuhan normal dari epifisis tulang
sementara waktu berhenti,tetapi kartilago yang mendapatkan nutrisinya dari difusi cairan
synovial tetap tumbuh. Daerah kecil kartilago yang berdekatan dengan daerah epifisis
tulang yang tidak mendapatkan suplai darah akan tetap mengalami nekrosis. Epifisis
tulang akhirnya mendapatkan kembali aliran darahnya. Selama fase revaskularisasi ini,
anak biasanya tidak menunjukkan gejala. Bila jaringan granulasi menyerang tulang
nekrotik, trabekula yang mati tetap mengalami substitusi bertahap (penggantian tahap
demi tahap dari tulang mati dengan tulang yang masih hidup ). Selama fase penyembuhan
ini,epifisis tulang dan kartilago diatasnya rentan terhadap deformasi dan hilangnya
sferisitas, terutama jika terdapat distribusi abnormal dari tenaga transartikular dari
pinggul.
Radiografi
Tanda-tanda radiografi awal LCPD meliputi:
 Epiphysis femoralis kecil (96%)
 Sclerosis kepala femoral dengan penyerapan dan keruntuhan (82%)
 Sedikit melebar dari ruang sendi yang disebabkan oleh penebalan tulang rawan,
kegagalan pertumbuhan epifisis, adanya cairan sendi, atau kelemahan sendi (60%)
 Tanda-tanda Akhir LCPD pada radiografi meliputi:
 Tertunda pematangan tulang dari derajat ringan, gambaran radiolusen seperti bulan sabit
menunjukan patah tulang subchondral
 Fragmentasi kaput femur dan kista leher femur dari perdarahan intramedulla atau
perpanjangan tulang rawan physeal ke metafisis, badan longgar, dan coxa plana
 Coxa magna atau remodeling dari kaput femur yang meluas dan mendatar, tampak
sebagai gambaran jamur.
7. Kelainan-kelainan dan gambaran radiologi pada vertebra

a. Kongenital
a. Disrupsi: Amniotic Band Syndrome
b. Deformasi: Scoliosis Kongenital, Kifosis Kongenital, Lordosis Kongenital,
Sacral dan Lumbosacral Agenesis, Impresi Basilar
c. Malformasi: VACTERL (Vertebrae, Anus, Cardiovascular tree, Trachea,
Esophagus, Renal System, dan Lymb buds) Syndrome, Occipitocervical
Synostosis, Klippel-Feil Syndrome

VACTERL disease

Spina bifida
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa
tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang.Penyakit spina bifida atau sering
dikenal sebagai sumbing tulang belakang adalah salah satu penyakit yang banyak
terjadi pada bayi.Penyakit ini menyerang medula spinalis dimana ada suatu celah
pada tulang belakang (vertebra).Hal ini terjadi karena satu atau beberapa bagian
dari vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan dapat
menyebabkan cacat berat pada bayi, ditambah lagi penyebab utama dari penyakit
ini masih belum jelas.Hal ini jelas mengakibatkan gangguan pada sistem saraf
karena medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki
peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medula spinalis
mengalami gangguan, sistem-sistem lain yang diatur oleh medula spinalis pasti
juga akan terpengaruh dan akan mengalami ganggusn pula. Hal ini akan semakin
memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia, apalagi pada bayi yang sistem
tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.

Spina bifida

Foto rontgen spina bifida

Hemivertebra
Hemivertebra (Skoliosis Kongenital)
Skoliosis adalah lengkungan atau kurvatura lateral pada tulang belakang akibat
rotasi dan deformitas vertebra.Skoliosis adalah lengkungan atau kurvatura lateral
pada tulang belakang akibat rotasi dan deformitas vertebra. Tiga bentuk skoliosis
struktural yaitu :
1. Skoliosis Idiopatik adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu infantile, yang muncul sejak lahir
sampai usia 3 tahun; anak-anak, yang muncul dari usia 3 tahun sampai 10
tahun; dan remaja, yang muncul setelah usia 10 tahun (usia yang paling
umum).
2. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau
lebih badan vertebra. suatu kelainan pada lengkung tulang belakang bayi baru
lahir. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan gangguan
pada pembentukan tulang belakang atau peleburan tulang rusuk.
3. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler
(seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara
langsung menyebabkan deformitas. Skoliosis bisa menyebabkan kelainan
bentuk yang serius pada anak yang sedang tumbuh, karena itu seringkali
dilakukan tindakan pengobatan dengan memasang penyangga (brace) sedini
mungkin. Jika keadaan anak semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan
pembedahan.Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik,
seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Pada skoliosis
berat, perubahan progresif pada rongga toraks dapat menyebabkan perburukan
pernapasan dan kardiovaskuler.

Hemivertebra
Foto rontgen hemivertebra

Sacralisasi
Anomali tulang belakang, yang merupakan bawaan di mana yang terakhir, kelima
vertebra lumbalisdalam berbagai derajat, menyatu dengan sakrum.Patologi
tersebar luas di seluruh dunia, tetapi sering tidak memiliki gejala, dan hanya
kadang-kadang, pasien mungkin mengeluh sakit dari berbagai intensitas.Kadang-
kadang, hal itu dapat menimbulkan perkembangan awal dari penyakit seperti
osteochondrosis, spondylarthritis, pengobatan dalam banyak kasus hanya
konservatif, dan untuk memastikan diagnosa dari CT.

Foto rontgen sakralisasi vertebra


Lumbalisasi
Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi
anatomik yang tidak mengandung arti patologik.

Foto rontgen lumbalisasi vertebra

Scoliosis
Skoliosis adalah kondisi melengkungnya tulang belakang ke samping secara tidak
normal. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak sebelum masa
pubertas.Kebanyakan kasus skoliosis yang menimpa anak-anak bersifat ringan
dan tidak memerlukan perawatan, namun harus diawasi secara saksama dan
disarankan untuk menjalani X-ray secara rutin untuk mengetahui
perkembangannya.

Foto rongten skoliosis


b. Trauma
1. Fraktur
2. Dislokasi

Gambar 1. Fraktur dan dislokasi vertebra servikal

Gambar 2. Fraktur Vertebra

Gambar 3. Fraktur Kompresi


c. Infeksi
1. Spondilitis tuberkulosis

Gambar 4. Spondilitis TB

Pada Spondilitis:
- Diskus intervertebralis menyempit
- Perubahan bentuk korpus vertebrae lumbal 2 berbentuk baji dengan lesi korotik
- Pada kasus yang terlambat  pembentukan tulang baru dan sklerotik tidak sempurna

2. Osteomielitis

Ditemukan:
- Pembengkakan jaringan lunak di dekat tulang yang terkena
- Stadium awal tanda destruksi tulang, terbentuk sequester karena nekrosis tulang
- Terbentuk tulang baru tulang menjadi opak (sklerotik)
- Destruksi corpus  destruksi diskus  diskus menyempit  abses paravertebrae

d. Keganasan
1. Kista tulang aneurisma
2. Osteoblastoma
3. Histiositosis sel langerhans
4. Hemangioma
5. Kordoma
6. Mieloma
7. Metastasis
Gambar 5. Tumor pada Vertebra Lumbal 3

Gambar 6. Metastase Vertebra

e. Degeneratif

a. Spinal stenosis

b. Osteoarthritis
c. Herniate Discs

f. Lain-lain
1. Penyakit Scheuermann : gangguan pertumbuhan lempeng epifisis vertebra torakal
anterior yang menimbulkan kifosis patologis.

2. Osteoporosis : penyakit pada tulang yang ditandai oleh penurunan pembentukan


matriks dan peningkataan resorpsi tulang sehingga terjadi penurunan jumlah total
tulang.
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,
dan porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

8. Perbedaan antara spondilitis TB dengan non spesifik

Spondilitis merupakan inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya proses infeksi dan imunitas. Jika tulang terinfeksi, bagian
dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) membengkak. Karena pembengkakan
jaringan ini maka akan menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka
pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai,bagian dari tulang bisa mati.
Tulang yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
 Aliran darah
 Penyebaran langsung
 Infeksi darijaringan lunak di dekatnya
a) Ankylosing Spondylitis (Non-Spesifik)
Ankylosing spondylitis berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ankylot (melengkung) dan
Spondylos (tulang belakang).Ankylosing Spondylitis (AS) adalah penyakit inflamasi
kronis yang terutama menyerang pada persendian kerangka aksial (spine, sacroiliac
joints) dan juga sendi perifer.Kondisi ini ditandai dengan kekakuan progresif dari
sekelompok sendi dan ligamen di tulang belakang, menyebabkan rasa sakit kronis dan
gangguan mobilitas tulang belakang. Jika parah, ankylosing spondylitis juga dapat
menyebabkan fusi (penggabungan) ligamen tulang belakang dengan cakram/diskus
antar vertebra

Etiologi
Masih belum diketahui secara pasti, namun di duga karena dipenaruhi oleh faktor
genetik, yaitu adanya HLA-B27. Dan penelitian baru-baru ini juga ditemukan karena
adanya gen-gen ARTS1 dan IL23R yang menyebabkan Ankyrosing Spondylitis(AS)
ini.

Patofisiologi
Patologi utama dari Ankylosing spondylitis adalah proses peradangan kronis,
termasuk CD4, CD8, limfosit T dan makrofag. Sitokin, terutama tumor necrosis
factor-α (TNF-α) dan Transforming Group Factor-β (TGF-β), juga penting dalam
proses inflamasi dengan menyebabkan fibrosis dan pengerasan di tempat terjadinya
peradangan.
Patofisiologi spindilitis non spesifik

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada AS dibagi menjadi :
1) Manifetasi Skeletal
 Low back pain
 Nyeri dada
 Nyeri tekan pada tempat tertentu
 Nyeri sendi lutut dan bahu

2) Manifestasi Ekstra sekeletal


 Mata
 Jantung
 Paru-paru
 Sistem saraf
 Ginjal
Pemeriksaan Penunjang
l. Radiologi
Radiografi (x-rays) dapat memperlihatkan berkurangnya diskus vertebralis
dan osteofit. Sakroiliitis terjadi di awal perjalanan dari ankylosing spondylitis
dan dianggap sebagai ciri dari penyakit. Pada foto polos, tanda paling awal
adalah kesuraman dari sendi, melebar sebelum akhirnya menyempit. Erosi
tulang subchondral di sisi iliaka dari sendi terlihat, ini diikuti oleh sclerosis
subchondral dan proliferasi tulang, erosi tulang subchondral dari sendi
sakroiliaka biasanya terlihat dini di bagian bawah sendi (karena bagian ini
dipagari oleh sinovium) dan di sisi iliaka (karena tulang kartilago ini meliputi
sisi sendi).

Spondilitis ankylosing

Sakroilitis yang terlihat di Ankylosing Spondylosis biasanya bilateral, simetris,


dan secara bertahap progresif selama bertahun-tahun. Lesi menunjukkan
perubahan progresif yaitu “blurring” pada permukaan tulang subchondral menjadi
erosi ireguler pada tepi sendi sakroiliaka (pseudowidening) untuk sclerosis,
penyempitan, dan akhirnya fusi.
Antero posterior radiografi tulang belakang Radiograf lateral menunjukkan erosi s
pasien dengan ankylosing spondylitis. udut anterior pada T12 dan L1 tubuh
Pengerasan fibrosus anulus di berbagai vertebralis.Tanda sudut khas mengkil
tingkat dan squaring dari badan vertebra ap (atau lesi Romanus) hadir (panah).
dapat diamati

Pada CT scan dari sendi Sakroiliaka, dapat terlihat seperti erosi sendi, sclerosis
subchondral (lihat gambar bawah),dan ankilosis tulang yang divisualisasikan lebih
baik pada CT scan dari pada foto polos. MRI mungkin memiliki peran dalam
diagnosis awal sakroiliitis. MRI mampu memperlihatkan kelainan diskus, ligament,
dan nervus.

. Bilateral sakroiliitis. Aksial CT


scan menunjukkan erosi dan iliaka sclerosis
sisisubchondral sendi-sendi sacroiliac

2. Tes Darah Rutin (Untuk melihat adanya infeksi)


3. Tes HLA-B27
Menentukan diagnosis AS juga dapat dilakukan menurut Kriteria New York
Modifikasi kriteria New York (1984) yaitu, terdiri dari :
1. Nyeri pinggang paling sedikit berlangsung selama 3 bulan, membaik dengan
olah raga dan tidak menghilang dengan istirahat.
2. Keterbatasan gerak vertabra lumbal pada bidang frontal maupun sagital.
3. Penurunan relatif derajat ekspansi dinding dada terhadap umur dan jenis
kelamin.
4. Sacroiliitas bilateral grade 2-4.
5. Sacroiliitis unilateral grade 3-4.

Diagnosis AS definitif apabila terdapat sacroiliitis unilateral grade 3-4 atau


sacroiliitis bilateral grade 2-4 disertai dengan salah satu gejala klinis di atas.
Menentukan gradenya yaitu :
Grade 0= normal spine;
Grade 1 = indicates suspicious changes,
Grade 2 = indicates sclerosis with some erosion,
Grade 3 = indicates severe erosions, pseudodilatation of the joint space, and
partialankilosis
Grade 4 = denotes complete ankylosis.

b) Spondylitis Tuberkulosis (Spesifik)


Spondilitis tuberkulosis atau Pott’s disease of the spine adalah infeksi yang
kronik dan dekstruktif pada vertebra yang disebabkan oleh basil tuberkulosis
yang menyebar secara hematogen dari fokus jauh, dan hampir selalu berasal dari
paru paru. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu infeksi primer atau pasca
primer.Lesi biasanya pada korpus vertebra dan proses dapat bermula pada 3
tempat, yaitu:
- Di dekat diskus intervertebrata atas atau bawah ( tipe marginal)
- Di tengah korpus ( tipe sentral )
- Di bagian anterior ( tipe anterior )
Lokasi permulaan infeksi tuberkulosis pada vertebra

Etiologi
Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium
tuberculosis, walaupun spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga
menyebabkannya.Mycobacterium tuberculosismerupakan bakteri berbentuk
batang yang bersifat acid-fastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan baik
melalui cara yang konvensional.

Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk memvisualisasikannya.Bakteri tubuh


secara lambat dalam media egg-enriched dengan periode 6-8 minggu.

Patogenesis
Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi
sekunder. Berkembangnya kuman dalam tubuh tergantung pada keganasan kuman
dan ketahanan tubuh penderita.Patogenesis penyakit ini sangat tergantung dari
kemampuan bakteri menahan cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host
untuk memobilisasi immunitas seluler. Jika bakteri tidak dapat diinaktivasi, maka
bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponenlipid,
protein serta polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga
akan merangsang pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa
antigen yang dihasilkannya juga dapat juga bersifat immunosupresif.

Virulensi basil tuberkulosa dan kemampuan mekanisme pertahanan host akan


menentukan perjalanan penyakit. Pasien dengan infeksi berat mempunyai progresi
yang cepat; demam, retensi urine dan paralisis arefleksi dapat terjadi dalam
hitungan hari. Respon seluler dan kandungan protein dalam cairan serebrospinal
akan tampak meningkat, tetapi basil tuberkulosa sendiri jarang dapat diisolasi.
Pasien dengan infeksi bakteri yang kurang virulen akan menunjukkan perjalanan
penyakit yang lebih lambat progresifitasnya, jarang menimbulkan meningitis
serebral dan infeksinya bersifat terlokalisasi dan terorganisasi.

Patofisiologi
Spondilitis tuberculosis kebanyakan melibatkan vertebra thoracal.Ruang diskus
biasanya dapat bertahan lebih lama di bandingkan dengan infeksi pyogenik
lainnya.Abses Paraspinal merupakan hal yang sering muncul pada penyakit
ini.Karakter infeksi tuberkulosis ialah adanya destruksi tulang (osteolysis)
vertebra yang progresifitasnya berjalan lambat.Destruksi timbul dibagian anterior
korpus vertebra disertai osteoporosis regional. Proses perkijuan yang menyebar
akan menghambat timbulnya pembentukan tulang baru dan pada saat yang
bersamaan akan menimbulkan segmen-segmen yang avaskular membentuk
sekuester , terutama pada vertebra daerah torakal. Secara bertahap jaringan
granulasi akan menembus korteks korpus vertebra yang sudah tipis sehingga
menimbulkan abses paravertebra yang meliputi beberapa korpus vertebra. Selain
itu proses infeksi dapat menyebar keatas dan kebawah melalui ligamentum
longitudinale anterior dan ligamentum longitudinale posterior. Diskus
intervertebralis yang avaskular, awalnya relatif resisten terhadap infeksi
tuberkulosis. Tetapi kemudian karena dehidrasi, diskus akan menyempit dan
akhirnya akan timbul kerusakan akibat penjalaran jaringan granulasi. Destruksi
progresif pada bagian anterior menyebabkan korpus bagian anterior kolaps ,
mengakibatkan kifosis yang progresif. Melalui mekanisme reaksi hipersensitif
lambat, vertebra mengalami destruksi dengan membentuk nekrosis
perkijuan.Nekrosis perkijuan ini mencegah pembentukan tulang baru dan
menyebabkan tulang menjadi avaskular sehingga terbentuk sekuester tuberkulosa
yaitu serpihan tulang yang lepas dan nekrosis.Secara bertahap jaringan granulasi
menembus korteks vertebra membentuk abses paravertebra yang dapat melewati
beberapa segman vertebra, menyebar dibawah ligamentum longitudinale anterior
dan posterior mencari tempat paling rendah dengan tahanan yang paling lemah.
Lesi biasanya pada korpus vertebra dan proses dapat bermula di 3 tempat, yaitu :
a) Dekat diskus intervertebra atas atau bawah, disebut tipe marginal, yang sesuai
dengan tipe metafiseal pada tulang panjang
b) Ditengah korpus, disebut tipe sentral
c) Di bagian anterior korpus, disebut tipe anterior atau subperiosteal

Kumar membagi perjalanan penyakit ini ke dalam 5 stadium :


1. Stadium implantasi
Setelah bakteri berada dalam tulang,maka bila daya tahan tubuh penderita
menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung
selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus
dan pada anak anak umumnya pada daerah sentral vertebra.
2. Stadium destruksi awal
Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta
penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6
minggu.
3. Stadium destruksi lanjut
Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk
massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang
terjadi 23 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat berbentuk
sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk
tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan
korpus vertebra yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.
4. Stadium gangguan neurologis
Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi,
tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis.Gangguan
ini ditemukan 10 % dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa.Vertebra
torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga gangguan
neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan
neurologis maka perlu di catat derajat kerusakan paraplegia yaitu :
Derajat I : Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan
aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan
saraf sensoris.
Derajat II : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita
masih dapat melakukan pekerjaannya
Derajat III : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
gerak / aktivitas penderita serta hipestesia / anestesia
Derajat IV : Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan
defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau pott paraplegia dapat terjadi
secara dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.

Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan
ekstradural dari abses paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum
tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan.Paraplegia pada penyakit
yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan pada jembatan
tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif
dari jaringan granulasi tuberkulosa.Tuberkulosa paraplegia terjadi secara
perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan
vaskuler vertebra.Derajat I-III disebut sebagai paraparesis dan derajat IV
disebut sebagai paraplegia.

5. Stadium deformitas residual


Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya stadium
implantasi. Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan
vertebra yang masif di sebelah depan

PemeriksaanRadiologis
a) Foto polos vertebra
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan pada plain radiography dan gambaran
yang ditemukan meliputi penyempitan disk space, pelibatan diskus sentralis
dan kolaps corpus anterior. Diperlukan pengambilan gambar dua arah ,
antero-posterior (AP) dan lateral (Lat). Pada fase awal, akan tampak lesi
osteolitik pada bagian anterior korpus vertebra dan osteoporosis regional.
Penyempitan ruang diskus intervertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan
diskus. Pembengkakan jaringan lunak disekitar vertebra menimbulkan
bayangan fusiform.

Foto polos tulang vertebra orang dewasa dengan spondilitis tuberkulosis yang menunjukkan
erosi end-plate vertebra setinggi L3 dan L4.

Foto Thoracolumbar AP : Paravertebral mass (tanda panah) yang merupakan gambaran klasik
dari spondilitis TB.
Khas dari spondilitis TB adalah adanya destruksi 2 atau lebih vertebra, erosi, kalsifikasi
jaringan lunak dan adanya paravertebral mass.Infeksi biasanya terdapat pada sudut
superior atau inferior anterior pada korpus vertebra berdekatan dengan discovertebral
junction. Terjadinya abses merupakan hal yang sering terjadi dan semakin
berkembangnya penyakit ini mengarah pada kolapsnya satu atau lebih vertebra..Di bawah
diafragma, abses yang terbentuk biasanya bermigrasi ke sepanjang muskulus psoas dan
keluar melalui sinus pada region groin dan buttock.Klasifikasi pada abses memperkuat
kecurigaan infeksi tuberkulosa.Pada fase lanjut didapatkan penyempitan diskus
intervertebralis akibat herniasi ke dalam corpus vertebra yang telah rusak atau destruksi
diskus intervertebralis akibat gangguan nutrisi.
b) Computed Tomography – Scan (CT)
Ct Scan efektif mendeteksi kalsifikasi pada abses jaringan lunak. Dilain hal CT Scan
juga dapat digunakan untuk follow up pada pasien yang sedang menjalani
kemoterapi anti tuberkulosis. Fragmentasi dan paravertebral kalsifikasi dapat terlihat
dengan alat yang satu ini. CT Scan juga dapat menentukan derajat tulang yang
terkena dan dapat menjadi panduan dalam proses biopsi. Serta dapat memperlihatkan
bagian-bagian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak, membantu
mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan menentukan luas
kerusakan.
c) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Memiliki kelebihan dalam menggambarkan jaringan lunak dan aman digunakan.
MRI juga sangat efektif dalam mendeteksi dini spondilitis TB untuk lesi multipel
dibandingkan CT dan pemeriksaan radiologik konvensional. Gambaran lesi pada T1
weightedimage adalah hypointense sedangkan pada T2weighted image adalah
hiperintens. Lesi juga dapat menjadi lebih jelas dengan injeksi Gadolinium DTPA
intravena. Pada spondilitis tuberkulosa akan didapat gambaran dengan lingkaran
inflamasi dibagian luar dan sekuester ditengah yang hipointens ; tetapi gambaran ini
mirip dengan infeksi piogenik dan neoplasma sehingga tidak spesifik untuk
spondilitis tuberkulosa.
d) Myelography dan Sidik Tulang
Melalui punksi lumbal dimasukkan zat kontras kedalam ruang subdural . Secara
konvensional dibuat foto AP/L atau dilakukan pemeriksaan dengan CT-Scan ,
disebut CTmielografi. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran adanya
penyempitan pada kanal spinalis dan atau tekanan terhadap medula spinalis.

Anda mungkin juga menyukai