BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
B. Kondisi Fisik
Sebagai daerah beriklim tropis, Minahasa hanya mengenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan
musim penghujan. Menurut data yang tercatat pada stasiun Geofisika Tondano, arah angin terbanyak
bertiup menuju arah selatan pada Bulan Mei sampai November. Pada Bulan Januari sampai Februari
arah angin terbanyak bertiup menuju arah barat, sedangkan pada Bulan Maret sampai April menuju
arah utara.
Kelembaban udara berkisar rata-rata antara 89 sampai 93 persen. Sedangkan rata-rata suhu
minimum dan maksimum berkisar antara 22,1 dan 22,8 derajat Celsius.
Sepanjang tahun 2008 terjadi curah hujan yang merata selama 273 hari hujan dan beragam menurut
bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada Bulan Juni dengan 327,0 milimeter, sedangkan terendah
terjadi pada Bulan Februari setinggi 120,0 milimeter.
Secara hidrologi, Kabupaten Minahasa memiliki beberapa sungai besar dan anak sungai, 1 danau,
dan 12 bendung/ embung. Danau Tondano dan Sungai Tondano mempunyai arti penting dan
strategis bagi pelaksanaan pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kabupaten
Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kota Manado, Kota Tomohon dan Kota Bitung.
Dikatakan penting karena Danau Tondano dan Sungai Tondano berfungsi sebagai penyedia air untuk
kebutuhan PLTA Tonsea Lama dan Tanggari, PT. Air Manado, Irigasi dan perikanan bagi penduduk
di sekitar danau serta keindahan alam untuk objek wisata. Adapun profil DAS di Kabupaten
Minahasa, sebagai berikut:
Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Minahasa
Nama DAS Luas (Ha)
DAS Tondano 19.194
Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Minahasa
C. Administratif
Luas Kabupaten Minahasa adalah 1.641,27 km2yang terdiri dari luas daratan adalah 1.094,88km2
dan luas perairan danau 46,54 km2 serta laut sebesar 599,85 km2.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Minahasa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara dengan Laut Sulawesi, Kota Manado, dan Kota Tomohon;
Sebelah Timur dengan Laut Maluku, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Tomohon;
Sebelah Selatan dengan Laut Maluku dan Kota Tomohon;
Sebelah Barat dengan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon.
Kabupaten Minahasa terdiri atas 22 kecamatan, dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan
Tombariri (158,52 km2). Pembagian Kecamatan, jumlah desa/ kelurahan beserta luasnya, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per – Kecamatan dan jumlah desa/ kelurahan
Peta 2.2: Peta Administrasi Kabupaten Minahasa dan Cakupan Wilayah Kajian
2.2 Demografi
Dilihat dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Minahasa terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, tercatat penduduk Kabupaten Minahasa sebanyak 309.876
jiwa. Jumlah ini mencakup penduduk bertempat tinggal tetap maupun penduduk tidak bertempat tinggal
tetap.
Sementara, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa dari tahun 2000-2010 cenderung
mengalami peningkatan, peningkatan signifikan terjadi pada rentang tahun 2008-2010 yaitu dengan rata-
rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,88 persen. Jika dilihat dari perkembangan penduduk pada
Tahun 2000 – 2010, perkembangan yang terjadi bersifat konstan, dimana terjadi pertambahan penduduk
linear pada setiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk memberikan penyimpangan minimum atas data
penduduk masa lampau dengan tetap mengasumsikan bahwa pola perkembangan penduduk di masa
lampau akan berlaku di masa yang akan datang, maka digunakan metoda proyeksi penduduk
menggunakan teknik analisis model regresi linear dengan persamaan matematis berikut:
P(t + x) = a + b(x)
Dimana :
P(t + x) : jumlah penduduk tahun (t + x)
X : tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a,b : tetapan yang diperoleh dari rumus sebagai berikut :
ΣP ΣX² − ΣX ΣX N ΣPX − ΣX ΣP
𝑎= 𝑏=
N ΣX² − (ΣX)² N ΣX² − (ΣX)²
Tabel 2.4: Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk
Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Langowan Timur 14.232 14.500 14.773 15.050 15.333
Langowan Barat 17.308 17.633 17.964 18.302 18.646
Langowan Selatan 4.077 4.153 4.231 4.311 4.392
Langowan Utara 9.127 9.299 9.473 9.651 9.833
Tompaso 16.465 16.774 17.090 17.411 17.738
Kawangkoan 9.075 9.246 9.420 9.597 9.777
Kawangkoan Barat 8.034 8.185 8.338 8.495 8.655
Kawangkoan Utara 10.224 10.416 10.612 10.811 11.014
Sonder 20.514 20.899 21.292 21.693 22.100
Tombariri 9.979 10.167 10.358 10.553 10.751
Pineleng 38.316 39.037 39.770 40.518 41.280
Tombulu 7.607 7.750 7.194 8.045 8.196
Tondano Barat 22.008 22.422 22.843 23.273 23.710
Tondano Selatan 5.858 5.969 6.081 6.195 6.311
Remboken 12.908 13.151 13.398 13.650 13.907
Kakas 13.674 13.931 14.193 14.460 14.732
Kakas Barat 10.449 10.645 10.845 11.049 11.257
Untuk anggaran pengelolaan sanitasi SKPD tahun 2009 – 2011 masih belum stabil. Hal ini disebabkan
karena banyaknya sektor yang harus menjadi prioritas pembangunan. Rekapitulasi realisasi belanja
sanitasi SKPD dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.6: Rekapitulasi realisasi belanja sanitasi SKPD Kabupaten Minahasa 2009 – 2012
Tahun Rata - rata
No SKPD
2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
Perumusan konsep tata ruang wilayah Kabupaten Minahasa dilakukan dengan pertimbangan bahwa
wilayah Kabupaten Minahasa pada dasarnya tidak terlepas dari kedudukan dan perannya dalam lingkup
wilayah yang lebih luas baik dalam lingkup Nasional maupun wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka konsep penataan ruang Kabupaten Minahasa
adalah sebagai berikut:
6. Memperkuat hubungan antar pusat kegiatan untuk memperkuat keterkaitan kawasan pesisir
(Minahasa bagian Selatan dan Utara) dengan kawasan non pesisir (Minahasa bagian Tengah).
7. Pola Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan serta prioritas pengembangannya diarahkan
pada terbentuknya sistem pusat pelayanan yang memperhatikan azas keterkaitan fungsional antar
wilayah dan kemudahan interaksi.
8. Pola pengembangan simpul-simpul produksi serta prioritas pengembangannya diarahkan pada
terbentuknya kawasan agropolitan.
9. Pola pengembangan jaringan transportasi terutama transportasi darat diarahkan untuk mendukung
terwujudnya struktur tata ruang yang lebih terintegrasi. Pola perhubungan jalan darat diarahkan untuk
mewujudkan integrasi ruang di dalam wilayah Kabupaten Minahasa. Pembangunan atau peningkatan
jalan perlu dilakukan terutama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama dan simpul-simpul
produksi.
B. Kemiskinan
Pemerintah Kabupaten Minahasa memiliki komitmen terhadap penurunan angka kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan. Untuk melihat jumlah penduduk miskin di Kabupaten Minahasa, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.10: Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)
Langowan Timur 526
Langowan Barat 952
Langowan Selatan 570
Langowan Utara
Tompaso 386
Kawangkoan 500
Sonder 400
Tombariri 2.093
Pineleng 1.970
Tombulu 769
Tondano Barat 588
Tondano Selatan 1.004
Remboken 1.273
Kakas 2.277
Lembean Timur 807
Eris 734
Kombi 594
Tondano Timur 865
Tondano Utara 258
Sumber: Minahasa dalam angka 2011
Pada umumnya jenis sarana perumahan masyarakat Kabupaten Minahasa terbagi kedalam tiga jenis
yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen. Data kepemilikan rumah di Kabupaten
Minahasa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11: Jumlah Rumah per Kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah Rumah
Langowan Timur 3.722
Langowan Barat 4.319
Langowan Selatan 1.995
Langowan Utara 2.445
Tompaso 4.169
Kawangkoan 7.535
Sonder
Tombariri 5.692
Pineleng 8.580
Tombulu 4.125
Tondano Barat 4.015
Tondano Selatan
Remboken
Kakas 4.833
Lembean Timur 1.577
Eris 2.399
Kombi 2.648
Tondano Timur 3.151
Tondano Utara 2.416
Sumber: Minahasa dalam Angka 2011
2.6 Kelembagaan
Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Minahasa disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 41 tahun
2007, dan Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa tentang , maka
Pemerintah Daerah menyusun struktur organisasi kelembagaannya.
Untuk pengelolaan sanitasi di tingkat Kabupaten, maka Pemerintah Daerah membentuk Pokja Sanitasi
berdasarkan SK Bupati , yang didalamnya terdiri dari berbagai SKPD, baik
yang memiliki tupoksi langsung terkait sanitasi, maupun tidak langsung.