Anda di halaman 1dari 32

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

DIABETES MELLITUS

A. PENGERTIAN

Menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan

sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat

tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik

dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat

defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. (PERKENI

2011)
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat

penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangioleh resistensi insulin.

(Suyono, 2009)
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan

klinik termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat. (Price, 2005)


Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar gula darah (hiperglikemi), mungkin terdapat penurunan dalam

kemempuan tubuh untuk berespon terhadap insulin atau tidak terhadapnya

pembentukan insulin oleh pankreas. (Brunner dan Suddarth, 2002)


Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan


berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai

lesi pada membran basilis. (Mansjoer Arif, 2002)


Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin , kerja

insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang , disfungsi atau kegagalan beberapa organ

tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung, dan pembuluh darah .(American

Diabetes Association( ADA), 2005)

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1) Faktor Presipitasi ( Faktor Pencetus )

a. Beberapa faktor pencetus yang menyebabkan diabetes mellitus,

ialah:

1) Kelainan fungsi atau jumlah sel Beta yang bersifat genetic


2) Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi integritas sel

Beta
3) Gangguan sistem imun
4) Kelainan aktivitas insulin
5) Faktor-faktor harmonal, misal : Thyroid
(Price, 2005)

b. Beberapa faktor yang menyuburkan dan sering merupakan

faktor pencetus diabetes mellitus, ialah:

1) Makanan berlebihan
2) Kehamilan
3) Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
(Subekti, 2005)

2) Faktor Predisposisi ( Faktor Pendukung )


Faktor yang mendukung terjadinya Diabetes Mellitus adalah :
a. Kegemukan( Obesitas )
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami

hipertropi yang akan berpengaruh pada penurunan produksi

insulin. Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan

beban metabolism glukosa pada penderita obesitas untuk

mencukupi energy sel yang terlalu banyak.


b. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama- sama

meningkatkan resiko terkena diabetes .malnutrisi dapat

merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan

gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak

teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada

ketidakstabilan kerja pancreas

c. Kelainan genetic
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang

diabetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen

berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin


d. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang

secara dramatis menurundengan cepat pada usia setelah 40

tahun. Penurunan ini akan beresiko pada penurunan fungsi

endokrin pancreas untuk memproduksi insulin

e. Gaya hidup stress


Stress kronik cenderung membuat seseorangmencari

makanan yang cepat saji yang kaya akan pengawet, lemak

dan gula.Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja

pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolism

dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy yang

berakibat pada kenaikan kerja pancreas. Beban yang tinggi

membuatpankreas mudah rusak sehingga berdampak pada

penurunan insulin

f. Infeksi

Masuknya bakteri dan virus berakibat rusaknya sel- sel

pancreas .kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi

pankreas

3) PATOFISIOLOGI

Pankreas, yang disebut kelenjar ludah perut adalah kelenjar penghasil

insulin yang terletak dibelakang lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel

yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau

Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormon insulin yang sangat

berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.


Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak

kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk

kemudian didalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila

insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel

dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. keadaan inilah yang terjadi

pada Diabetes Melitus tipe 1.

Pada keadaan Diabetes Melitus tipe 2, jumlah sel insulin bisa normal,

bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor ( penangkap ) insulin dipermukaan sel

kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk

ke dalam sel. Pada keadaan Diabetes Mellitus tipe 2,jumlah lubang kuncinya

( reseptor ) kurang, sehingga meskipun anak kuncinya ( insulin ) banyak, tetapi

karena lubang kunci ( reseptor ) kurang, maka glukosa yang masuk kedalam sel

sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar ( glukosa ) dan kadar glukosa dalam

darah meningkat. dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan Diabetes

Mellitus tipe 1, bedanya adalah pada Diabetes Mellitus tipe 2 disamping kadar

glukosa tinggi kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada Diabetes Mellitus tipe 2

juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitas kurang baik,

sehingga gagal membawa glukosa masuk kedalam sel.

Disamping penyebab diatas, Diabetes Mellitus juga bisa terjadi akibat

gangguan transport glukosa didalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan

bakar untuk metabolisme energi.Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup

tinggi,ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang keluar sehingga

glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosaria). Ketika glukosa berlebih di


ekskresikan dalam urine disertai pengeluaran cairan yang berlebihan sehingga

pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih ( poliuria). Sebagai akibat

dari pengeluaran cairan yang berlebih pasien akan terstimulasi oleh rasa haus

sehingga pasien akan banyak minum (polidipsia). Defisiensi insulin dapat

mengganggu metabolisme protein dan lemak yang mengakibatkan menurunnya

simpanan kalori sehingga pasien akan mengalami peningkatan selera makan

(polifagia).

( Imam Subekti,2009 )

PATHWAY

PANKREAS

Pulau Langerhans

Sel Beta

Insulin

(Sebagai kunci untuk masuk ke dalam sel)

Reseptor Insulin
SEL
(Jika tidak dihasilkan/ resistensi)

Menutup

OTOT GINJAL PENCERNAAN

Tidak ada glukosa Penumpukan glukosa Tidak ada glukosa


dalam darah
Tenaga menurun mengganggu
metabolism lemak dan
protein
Poliuri
Simpanan kalori
menurun
Pengeluaran cairan berlebih
Poliphagi
Polidipsi

Gambar 1. Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2

4) MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala Diabetes Millitus adalah:


1. Diabetes Mellitus Tipe I (DMTII) adalah
a. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urine)
b. Polidipsi (Peningkatan rasa haus)
c. Polifagi (Peningkatan rasa lapar)
d. Gangguan penglihatan
e. Lemah akibat hipotensi postural
(Sabella, 2010)

2. Diabetes Mellitus Tipe II (DMTTI) adalah


Gejala-gejala klasik yaitu poliuria, rasa haus, penglihatan kabur

berulang. Kesemutan/ parasthesia dan kelemahan merupakan

manifestasi dari hiperglikemi dan karenanya lazim dijumpai pada

kedua bentuk diabetes. Infeksi kulit kronik yang sering terjadi,

pruritus genetalia.
(Tjokronegoro, 2002)

5) KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS


Menurut American Diabetes Association (ADA) (2005):
1. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
Insulin Dependent Diabetes Melitus atau disebut dengan DMTI (Diabetes

Melitus Tergantung Insulin).


a. Terjadi pada usia muda
b. Tergantung insulin eksogen
c. Peningkatan kadar glukosa darah
2. Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM)
Non Insulin Independent Diabetes Melitus atau disebut dengan DMTTI

(Diabetes mellitus Tidak Tergantung Insulin) yaitu diabetes resisten , lebih

sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan

penderita kelebihan berat badan , ada kecenderungan familiar mungkin

perlu insulin pada saat hiperglikemi selama stress ( Riyadi,2008)


3. Malnutrition Relacted Diabetes Melitus ( MRDM) atau Diabetes Melitus

Tergantung Makanan (DMTM)


4. Diabetes Mellitus tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau

sindrom tertentu:
a. Penyakit Pankreas, seperti pankreatitis akan berdampak pada

kerusakan anatomis dan fungsional organ pancreas akibat aktivitas

toksik baik karena bakteri maupun kimia. Kerusakan ini berdampak

pada penurunan insulin


b. Penyakit Hormonal, seperti kelebihan glukokortikoid ( dari korteks

adrenal) akan berdampakpada peningkatan glukosa darah ini akan

meningkatkan beban kerja dari insulin untuk memfasilitasi glukosa

masuk dalam sel . Peningkatan beban kerja ini akan berakibat pada

penurunan produk insulin. Pemberian zat kimia atau obat- obatan

seperti hidrokortison akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam

darah karena dampaknya seperti glukokortikoid.( Riyadi , 2008)


c. Karena obat atau bahan kimia lain
d. Kelainan reseptor insulin
e. Sindrom Genetik tertentu
f. Sirosis Hepatis

5. Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)


Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan .dalam kehamilan

terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang

pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui.Menjelang

aterm, kebutuhaninsulin meningkat sehingga mencapai tiga kali lipat dari

keadaan normal.Bila seorang ibu tidak mau meningkatkan produksi

insulin sehingga relative hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi.

Resistensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormone estrogen,

progesteron,prolactin, dan plasenta laktogen. Hormone tersebut

mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas

insulin. (Riyadi, 2008)

6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Soegondo,2009,Tes diagnosis untuk Diabetes Mellitus harus

dilakukan bila terdapat gejala DM seperti : poliuri, polidipsi dan poliphagi atau

penurunan berat badan.Diagnostik dilakukan berdasarkan :


1. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dengan gejala Diabetes

Melitus.
2. Kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl puasa adalah tanpa intake

cairan / kalori selama 8 – 10 jam.


3. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan

diagnostik.
Tabel 1. Pemeriksaan kadar gula darah

Pemeriksaan Bukan DM Belum Pasti DM


1. Kadar glukosa
sewaktu < 110 mg/dl 110 – 199 mg/dl > 200 mg/dl
- Plasma darah < 90 mg/dl 90 – 199 mg/dl > 200 mg/dl
vena
- Darah kapiler
< 110 mg/dl
2. Kadar glukosa < 90 mg/dl 110 – 125 mg/dl > 126 mg/dl
puasa 90 – 199 mg/dl 2 > 110 mg/dl
- Plasma darah < 140 mg/dl jam
vena >200 mg/dl
- Darah kapiler < 120 mg/dl
2 jam

3. Kadar glukosa 2 < 140 mg/dl 140-199mg/dl ≥ 200 mg /dl


jam PP ( Post
prandial )

4. Tes toleransi glukosa

Cara pemberian TTGO adalah:

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa

b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak

c. Pasien puasa semalam selama 10- 12 jam

d. Periksa glukosa darah puasa

e. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml , lalu

minum dalam waktu 5 menit

f. Periksa glukosa darah satu jam dan dua jam sesudah beban

glukosa

g. Selama pemeriksaan , pasien yang diperiksa tetap istirahat dan

tidak merokok

7) PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Obat-obatan
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang

teratur tetapi kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan

pemakaian obat berkhasiat hipoglikemi baik oral maupun suntikan .

1) Obat Hipoglikemi Oral (OHO)

a) Sulfonilurea

Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

a. Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan

b. Menurunkan ambang sekresi insulin

c. Meningkatkan sekresiinsulin sebagai akibat rangsangan glukosa

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat

badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien dengan berat badan

lebih.Contoh obat golongan sulfonylurea adalah Klorpropamid,

Talbutamin, Glibenklamid, glipizid, Glikuidan.

Klorpropamid kurangdianjurkan pada keadaan insufisiensi renal

dan orangtua karena resiko hipoglikemi yang berkepanjangan, demikian

juga glibenklamid. Untuk orang tua dianjurkan preparat denganwaktu

kerja pendek ( talbutamid, glikuidon). Glikuidon juga diberikanpada

pasien Diabetes Mellitus dengan gangguan ginjal atau hati ringan

( Mansjoer,dkk 2001)

b) Biquanid

Biquanid menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak sampai di bawah

normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini

dianjurkan untuk pasien gemuk ( IMT> 30 ) sebagai obat tunggal. Pada


pasien dengan berat badan lebih dapat dikombinasi dengan obat golongan

sulfonylurea ( Mansjoer,dkk 2001).

Tujuan penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:

1. Tujuan jangka pendek yaitu untuk menghilangkan keluhan atau gejala

Diabetes Mellitus.

2. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi.

Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu perencanaan

makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan.

b. Perencanaan makan
Pada Konsensus Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI)

telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah makanan dengan

komposisi seimbang berupa :

a) Karbohidrat 60-70 %

b) Protein 10-15%

c) Lemak 20-25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, sters

akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah

kandungan kolesterol < 300 mg/hr. Jumlah kandungn serat ±29 gr/hr

diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat

hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.

Pedoman dalam memberikan diet Diabetes Melitus yaitu 3 J:


2) Jumlah kalori
3) Jadwal diet harus sesuai dengan interval
4) Jenis makanan manis harus dihindari

Jumlah kalori yang diperhitungkan untuk menentukan diet maka kita harus

mengetahui terlebih dahulu kebutuhan energy dari penderita Diabetes

Mellitus dengan cara :

a. Tentukan berat badan ideal dengan rumus ( Tinggi Badan -100)-

10 % kg

b. Tentukan kebutuhan kalori penderita. Jika wanita BB ideal x 25,

sedangkan laki- laki BB ideal x30

c. Karbohidrat kompleks ( serat dan tepung ) yang dikonsumsi

penderita diabetes Mellitus harusditekankan adanya serat. Sumber

serat yang baik adalah buah- buahan dan sayuran

d. Lemak , karena prevalensi penyakit jantung coroner pada diabetes

mellitus. Lemak jenuh harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang

dari kalori lemak yang dianjurkan,dan lemak jenuh harus

memenuhi sepertiga dari total kalori lemak

e. Alkohol mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk

penderita diabetes mellitus. Alcohol dapat memperburuk

hyperlipidemia , dan dapat mencetuskan hipoglikemi, terutama

jika tidak makan

f. Natrium , individu dengan diabetes mellitus dianjurkan tidak

makan lebih dari 3 gr natrium setiap harinya. Konsumsi yang

berlebihan cenderung akan timbul hipertensi


c. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)

selama ±30 menit. Yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical,

Interval, Progresive, Endurance training). Latihan dilakukan terus menerus

tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang –

seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur –angsur dari sedikit

latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu

tertentu. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 78-85% denyut nadi

maksimal (220-umur), disesuaikan kemampuan dan kondisi penyakit

penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa

selama 30 menit, olahraga sedang adalah jalan cepat selama 20 menit dan

olahraga berat misalnya jogging.

Hal yang perlu diingat dalam latihan jasmani adalah jangan

memulai olahraga sebelum makan , memakai sepatu yang pas dan harus

didampingi dengan orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia.

Penderita diabetes mellitus yang memulai olahraga tanpa makan akan

beresiko terjadinya stravasi sel ( kelaparan ) dengan cepat dan berdampak

nekrosis sel.

Olahraga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi insulin dengan

cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah sehingga membantu

masuknya glukosa ke dalam sel.

d. Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan

hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan


mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang

bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman

pasien akan penyakitnya. Yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat

optimal dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih

baik.
Dengan berbagai macam usaha tersebut, diharapkan sasaran pengendalian

diabetes mellitus seperti yang dianjurkan oleh pakar diabetes di Indonesia

dapat dicapai, sehingga pada gilirannya nanti komplikasi kronik Diabetes

Melitus juga dapat dicegah.

2) Insulin

Pengobatan dengan insulin, Insulin diberikan tiga kali sehari 15-30 menit

sebelum makan

Ada 3 jenis aturan insulin yang penting menurut cara kerjanya:

a. Insulin masa kerja cepat ( Reguler insulin ) 2 - 4 jam


b. Insulin masa kerja sedang ( NPH : Netral Protamin Hegedom) 6-12

jam
c. Insulin masa kerja panjang ( PZI: Protamin Zine Insulin) 18-24 jam

Indikasi pengobatan dengan insulin

a) Ketoasidosis diabetik
b) Diabetes dengan berat badan kurang
c) Diabetes yang mengalami stress ( infeksi, operasional dan lain-lain)
d) Diabetes hamil (gestasional DM)
e) Diabetes tipe I
f) Kegagalan pemakaian obat hipoglikemi oral
(Soegondo, 2009)
8) KOMPLIKASI
Komplikasi akut pada diabetes mellitus antara lain Boedisantoso (2009)

adalah:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan

penurunan glukosa darah < 60 mg/dl. Gejala hipoglikemia terdiri dari

gejala adrinergic (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan

gejala neuroglikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai

koma). Penyebab tersering hipoglikemia adalah akibat obat hipoglikemia

oral golongan sulfonilurea, khususnya klorpropamida dan glibenklamida.

Penyebab tersering lainnya antara lain : makan kurang dari aturan yang

ditentukan, berat badan turunsesudah olahraga, sesudah melahirkan dan

lain-lain.
b. Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan defisiensi insulin berat dan akut

dari suatu perjalanan penyakit Diabetes Mellitus yang ditandai dengan

trias hiperglikemia, asidosi dan ketosis. Timbulnya Ketoasidosis Diabetik

merupakan ancaman kematian pada pasien Diabetes Mellitus.


c. Hiperglikemia Non Ketotik
Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik ditandai dengan hiperglikemia,

hiperosmolar tanpa disertai adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah

dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering kali gangguan neurologis

dengan atau tanpa adanya ketosis.


Akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol dan meninggi terus menerus

yang dikarenakan tidak dikelola dengan baik mengakibatkan adanya


pertumbuhan sel dan juga kematian sel yang tidak normal. Perubahan

dasar itu terjadi pada endotel pembuluh darah, sel otot pembuluh darah

maupun pada sel masingeal ginjal, semuanya menyebabkan perubahan

pada pertumbuhan dan kematian sel yang akhirnya akan menjadi

komplikasi vaskular Diabetes Mellitus. Struktur pembuluh darah, saraf dan

struktur lainnya akan menjadi rusak. Zat kompleks yang terdiri dari gula di

dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal

dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan

berkurang, terutama menuju kulit dan saraf.

Akibat mekanisme di atas akan menyebabkan beberapa komplikasi antara

lain (Waspadji, 2006) :


a. Retinopati
Terjadinya gangguan aliran pembuluh darah sehingga mengakibatkan

terjadi penyumbatan kapiler. Semua kelainan tersebut akan

menyebabkan kelainan mikrovaskular. Selanjutnya sel retina akan

berespon dengan meningkatnya ekspresi faktor pertumbuhan endotel

vaskular yang selanjutnya akan terbentuk neovaskularisasi pembuluh

darah yang menyebabkan glaukoma. Hal inilah yang menyebabkan

kebutaan.

b. Nefropati
Hal-hal yang dapat terjadi antara lain : peningkatan tekanan glomerular

dan disertai dengan meningkatnya matriks ektraseluler akan

menyebabkan terjadinya penebalan membran basal yang akan

menyebabkan berkurangnya area filtrasi dan kemudian terjadi

perubahan selanjutnya yang mengarah terjadinya glomerulosklerosis.


Gejala-gejala yang akan timbul dimulai dengan mikroalbuminuria dan

kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis selanjutnya

akan terjadi penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir

dengan gagal ginjal.


c. Neuropati
Yang paling sering dan paling penting gejala yang timbul berupa

hilangnya sensasi distal atau seperti kaki terasa terbakar dan bergetar

sendiri dan lebih terasa sakit dimalam hari.


d. Penyakit jantung koroner
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan

kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat

aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah).

Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita DM.

Akibat aterosklerosis akan menyebabkan penyumbatan dan kemudian

menjadi penyakit jantung koroner.


e. Penyakit pembuluh darah kapiler
Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait terjadinya kaki

diabetes dan ulkus diabetes merupakan hal yang paling sering pada

penyakit pembuluh darah perifer yang dikarenakan penurunan suplai

darah di kaki.
Dengan adanya penurunan suplai darah di kaki akan terjadi infeksi,

gangrene. Terdapat lima grade ulkus diabetikum, antara lain:


Grade 0 : tidak ada luka
Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
Grade III : terjadi abses
Grade IV : gangrene pada kaki bagian distal
Grade V :gangrene pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus menurut Doengoes,

dkk (2000) antara lain sebagai berikut:


1. Kekurangan volume cairan , berhubungan dengan diuresis osmotic (dari

hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebihan diare, muntah, masukan di

batasi : mual, kacau mental.


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh

jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein, lemak),

penurunan mukosa oral, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,

perubahan kesadaran, status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress

(misalnya epineprin, kortisol dan hormone pertumbuhan ), proses infeksi.


3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,

penurunan fungsi, leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan

yang ada sebelumnya, atau infeksi saluran kemih.


4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual, berhubungan dengan

peubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau insulin atau

elektrolit
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi atau metabolik,

perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi,

status hipermetabolik atau infeksi.


6. Ketidakberdayaan berhungan dengan penyakit jangka panjang atau

progresif yang tidak dapat di obati , ketergantungan pada orang lain


7. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ), mengenai penyakit prognosis,

dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman atau

mengingat, kesalahan intepretasi informasi, tidak mengenal sumber

informasi.
8. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan

makrovaskuler dan neuropati

Diagnosa keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus menurut NANDA

(2012) antara lain sebagai berikut:

1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan factor

resiko : asupan diit

2. Resiko jatuh berhubungan dengan Retinopati

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan

dengan faktor biologis.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme

pengaturan.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder

atau karena penyakit kronik.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar)

dengan sumber informasi.

7. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit

D. INTERVENSI
Rencana asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic

hilangnya cairan lambung, yang berlebihan ditandai dengan pengeluaran

urine yang meningkat, kelemahan, haus, kehilangan keseimbangn cairan,

kulit kering, turgor kulit jelek, hipotensi, takikardi


Kriteria hasil:
a. Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi secara adekuat (turgor kulit

baik, nilai elektrolit dalam batas normal).


b. Tanda-tanda vital stabil (tekanan darah, nadi, respirasi, dalam batas

normal )
Intervensi:
a. Kaji lama dan intensitas terjdinya muntah , poliuri, dan diare.
Rasional : mengetahui volume cairan yang hilang sehingga

memudahkan dalam tindakan perawatan selanjutnya


b. Monitor tanda-tanda vital seperti pernafasan kusmaul, nafas bau

aseton , kecepatan dan mutu pernafasan, warna dan kelembaban kulit


Rasional : Hipovolemia mungkin dapat dimanifestasikan dengan

hipotensi, dan takikardi sehingga dapat menilai hipovolemia yang

mungkin dapat terjadi


c. Monitor intake dan output
Rasional : Menilai kekuatan cairan pengganti, mengetahui

keseimbangan cairan dan pengembangan fungsi ginjal


d. Lakukan pemasangan kateter
Rasional : Menilai volume cairan yang hilang sehingga memudahkan

tindakan selanjutnya
e. Pertahankan pemasukan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
Rasional : Mempertahankan hidrasi atau sirkulasi volume
f. Ciptakan lingkungan yang nyamn dan tenang
Rasional : Hindari kemarahan pasien yang mana dpat menambah

hilangnya cairan lebih lanjut


g. Catat hasil sensori pasien
Rasional : Pengurangan perfusi serebral dapat menyebabkan hipoksia
h. Monitor hasil laboratorium seperti HCT, BUN, osmolalitas serum,

sodium, potassium.
Rasional : Monitor HCT untuk mengetahui tingkat yang meninggi,

BUN yang tinggi memggambarkan kesalahan dari ginjal, nilai

osmolalitas memperlihatkan adanya hiperglikemia.


i. Berikan potassium dan elektrolit lewat intra vena, atau oral untuk

mengganti cairan yang hilang


Rasional : Pemberian bikarbonat dengan hati-hati untuk mencegah

terjadinya hipotensi atau shock


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

defisiensi insulin, status metabolik, intake yang tidak adekuat, ditandai

dengan kelemahan, penurunan kekuatan otot, diare.


Kriteria hasil :
a. Jumlah intake atau kalori terpenuhi
b. Tingkat energy kembali normal
c. Perkembangan BB stabil sesuai dengan usia pasien
d. Hasil laboratorium menunjukkan nilai normal
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari
Rasional : Mengkaji keadekuatan pemasukan nutrisi (penyerapannya

dan penggunaannya)
b. Auskultasi peristaltik usus
Rasional : Hiperglikemi, gangguan cairan dan elektrolit dapat

menurunkan peristaltik lambung


c. Identifikasi makanan yang disukai, termasuk kebiasaan makanan klien
Rasional : Jika makanan kesukaan pasien dapat disatukan dalam

program rencana diet akan mudah kerjasama dalam perawatan dan

pengobatan
d. Observasi tanda-tanda hipoglikemi (perubahan tingkat keadaan, kulit

dingin, nadi tidak terarur, sakit kepala, pusing, gemetar).


Rasional : Hipoglikemia dapat terjadi sehingga dalam keadaan darurat

dapat dilakukan tindakan perawatan secara cepat


e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian RI
Rasional : Membantu keefektifan insulin
f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
Rasional : Memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara cepat
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa yang tinggi

penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi


Kriteria hasil :
a. Pasien mampu mengidentifikasi tindakan untuk mencegah infeksi
b. Pasien mampu menunjukkan tehnik perubahan gaya hidup

untukmencegah terjadinya infeksi


Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam, urin keruh, sputum

purulen
Rasional : Infeksi merupakan faktor presipitasi terjadinya ketoasidisis
b. Anjurkan untuk mencuci tangan baik staf maupun pasien sebelum

melakukan tindakan
Rasional : Mengurangi resiko trjadinya infeksi silang
c. Pelihara tehnik aseptik dalam prosedur pemberian pengobatan secara

IV
Rasional : Keadaan glukosa yang tinggi dalam darah merupakan

medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri


d. Berikan diet dan intake cairan yang adekuat
Rasional : Mengurangi terjadinya infeksi, meningkatkan kelancaran

aliran darah
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik secara tepat
Rasional : Pengobatan awal dapat mencegah terjadinya sepsis
4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan

perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa, insulin, elektrolit


Kriteria hasil :
a. Pasien mempertahankan tingkat status mental
b. Pasien mampu mengenal adanya kerusakan sensori
Intervensi :
a. Monitot tanda-tanda vital dan status mental
Rasional : Status dasar perbandingan tingkat abnormal
b. Orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat cara memberi penjelasan

singkat
Rasional : Mengurangi kebingungan pasien
c. Lakukan penjelasan perawatan secara rutin dan ikutsertakan pasien

dalam perawatan sehari-hari


Rasional :Membantu pasien dalam melihat hubungan dengan

kenyataan
d. Monitor adanya hyperesthesia, nyeri, dan penurunan sensori
Rasional : Mengetahui adanya perubahan persepsi sensori dan

mencegah kerusaan saraf lebih lanjut


e. Monitor pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, serum

osmolalitas, Hemoglobin/Hematokrit, BUN


Rasional : Ketidakseimbanan cairan dapat mempengaruhi perubahan

kesadaran
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolik,

insufisiensi insulin ditandai dengan kelelahan, tidak dapat beraktifitas,

penurunan kekuatan otot, elastisitas otot menurun


Kriteria hasil:
a. Pasien menunjukkan perkembangan tingkat energi seperti semula/

energi pasien kembali normal


b. Pasien mampu melakukan aktivitas rutin dan tidak terjadi kecelakaan

Intervensi :

a. Diskusikan dengan pasien aktivitas yang dibutuhkan dan aktivitas

yang melelahkan
Rasional : Meningkatkan motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
b. Beri alternative aktivitas dengan adanya periode istirahat
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan
c. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional : Mengidentifikasikan tingkat toleransi fisik pasien
d. Diskusikan dengan pasien aktivitas yang dapat mengurangi energi
Rasional : Pasien akan lebih banyak menyelesaikan aktivitas yang

lebih kecil
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam ADL sesuai toleransi
Rasional : Meningkatkan kemandirian pasien secara bertahap

Intervensi
Diagnosa keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus menurut NANDA

(2012) antara lain sebagai berikut:


1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang manajemen diabetes

Kriteria hasil :

a. GDS : 80-109

b. GD2jamPP : 110-139

c. Tidak terjadi Poliuri, polipagi dan polidipsi

Intervensi :

a. Kaji tanda dan gejala hipoglikemi dan hiperglikemi

Rasional : Pengkajian dilakukan sebagai petunjuk dalam memberikan

penangan lebih cepat

b. Pantau kadar gula darah

Rasional : Gula darah akan menurun perlahan dan penggantian cairan

dan terapi insulin terkontrol

c. Edukasi materi hipoglikemi dan hiperglikemi serta tanda gejala dan

penangannya

Rasional : Penyuluhan dapat membantu dalam mengurangi tanda dan

gejala serta mengatur dan menjaga Gaya hidup pada penderita

diabetes

d. Kolaborasi dengan dokter dalam penanganan jika terjadi tanda

hipoglikemi dan hiperglikemi

Rasional : Membantu dalam memberikan terapi jika terjadi

hipoglikemi dan hiperglikemi

2. Resiko jatuh berhubungan dengan Retinopati


Kriteria hasil :

a. Pasien terbatas dari cidera

b. Pasien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku

personal

c. Pasien/keluarga pasien mengerti tentang cara/metode untuk mencegah

injuri

Intervensi :

a. Sediakan lingkungan aman untuk pasien


Rasional : Mencegah timbulnya resiko cedera
b. Pasang side rail tempat tidur
Rasional : Side rail yang berfungsi sebagai pengaman di tempat tidur
c. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan

dengan faktor biologis.

Kriteria hasil :

a. IMT ( Indeks Massa Tubuh) normal ( 18-25)

b. Tidak terjadi penurunan berat badan

c. Terjadi peningkatan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan

Rasional : mengetahui adanya alergi makanan

2. Berikan makanan yang sudah dianjurkan oleh ahli gizi

Rasional : makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

nutrisi yang dibutuhkan


3. Monitor kadar albumin, hemoglobin,dan hematocrit

Rasional : mengetahui intervensi yang harus dilakukan

selanjutnya

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi yang sudah

dianjurkan

Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi untuk proses

penyembuhan

5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi yang sesuai

Rasional : menentukan diit yang sesuai untuk pasien

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme

pengaturan.

Kriteria hasil :

a. Tidak ada tanda- tanda dehidrasi (rasa haus berlebihan)

b. Turgor kulit baik

c. Membrane mukosa lembab

Intervensi

1. Monitor status hidrasi ( kelembaban membrane mukosa)

Rasional : mengetahui tingkat dehidrasi yang dialami pasien

2. Pertahankan asupan cairan dan nutrisi

Rasional : mempertahankan cairan dan nutrisi yang adekuat

3. Dorong keluarga untuk membantu pasien mencukupi kebutuhan

cairan
Rasional : mencukupi kebutuhan cairan

4. Kolaborasi dalam pemberian cairan melalui intravena

Rasional : menyeimbangkan dan meningkatkan keebutuhan

cairan

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder

atau karena penyakit kronik.

Kriteria hasil :

a. Nilai laboratorium WBC dalam batas normal

b. Tidak ditemukan tanda- tanda infeksi ( Kalor, rubor, dolor, tumor,

fungsiolesa)

Intervensi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi

Rasional : mengetahui tanda dan gejala infeksi

2. Pertahankan teknik aseptif sebelum dan sesudah tindakan

Rasional : mengurangi terjadinya infeksi

3. Ganti letak iv line dan dressing sesuai petunjuk umum

Rasional : mencegah terjadinya infeksi

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake nutrisi

Rasional : mencegah infeksi dengan meningkatkan intake

nutrisi

5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

Rasional : antibiotic adalah terapi untuk mencegah dan

mengurangi infeksi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar)

dengan sumber informasi.

Kriteria hasil :

a. Pasien dan keluarga memahami tentang penyakit dan pengobatan

b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

Intervensi

1. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit

Rasional : mengetahui keterbatasan informasi pada pasien

2. Sediakan informasi yang dibutuhkan pasien

Rasional : menyediakan informasi yang dibutuhkanpasien

dan keluarga

3. Intruksikan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala

penyakit

Rasional : mengenal tanda dan gejala supaya dapat

mengambil keputusan yangtepat untuk pertolongan pertama

4. Diskusikan dengan keluarga dan pasien untuk perubahan gaya

hidup yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi

Rasional : perubahan gaya hidup dapat mencegah terjadinya

komplikasi penyerta

7. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit

Kriteria hasil :
a. Pasien menunjukkan peningkatan energy

b. Pasien lebih segar

c. TTV dalam batas normal

Intervensi

1. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas

Rasional : mengetahui batas – batas aktivitas pada klien

2. Berikan periode istirahat setelah beraktivitas

Rasional : peningkatan aktivitas secara bertahap untuk

mencegah kelelahan

3. Monitor TTV sebelum dan sesudah aktivitas

Rasional : peningkatan TTV setelah aktivitas mempengaruhi

tingkat kelelahan

4. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Rasional : memfasilitasi untuk kebutuhan perawatan diri

pasien

5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi

Rasional : Nutrisi sebagai sumber energy dibutuhkan untuk

meningkatkan aktivitas

6. Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas pasien

Rasional : Keluarga membantu untuk membuat jadwal

aktivitas

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2005. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care.

Doengoes, Marilyn. E. 2000. Nursing Care Plans Guidiens For Planning and
Documentation Patiens Care Edition. Philadelpia FA Davis Company

Mansjoer , Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media


Aesculapius , FKUI.

Murwani, Arita. 2008. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Mitra


Cendikia Press

NANDA. 2012-2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2012-2014


Definisi dan Klasifikasi. Philadhelpia

Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia.

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC.

Sabella, Rifdah. 2010. Libas Diabetes Dengan Terapi Herbal, Buah Dan Sayuran.
Jakarta: Gramedia.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Subekti, Imam. 2005. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di


Indonesia. PB Perkeni.

Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.


Jakarta: FKUI.

Suyono, Slamet. 2009. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Di dalam Mardani, Rossy


dan Yohana. S. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI,
PP: 11-19

Tjokronegoro, Arjatmo. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.


Cetakan 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 3, Edisi 4. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai