Anda di halaman 1dari 2

KUNJUNGAN PRA-ANESTESI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


..../PAB/I/2014 1 1/2

Ditetapkan oleh,
Direktur Rumah Sakit Methodist Medan

Tanggal terbit
PROSEDUR TETAP 13/01/2014

Dr. Hendra W. Djuang, MARS

Mengadakan kunjungan ke kamar pasien guna mengevaluasi kondisi pasien


PENGERTIAN
dan kesiapan tindakan yang akan dilakukan pada pasien tersebut.

Mengadakan evaluasi dan penilaian tindakan,sebagai bahan pertimbangan


dalam menentukan baik atau tidaknya tindakkan tersebut dilakukan atau untuk
TUJUAN menentukan langkah dalam upaya memberikan pelayanan tindakan yang
optimal

1. Sebagai bagian dari standar dasar pengelolaan anestesia dimana ahli


anestesia bertanggung jawab untuk menentukan status medis pasien,
membuat rencana pengelolaan anestesi dan memberi informasi tindakan
anestesia kepada pasien dan atau keluarganya.
2. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesia dan sedasi, harus
melalui proses kunjungan pra-anestesia.
3. Hasil kunjungan pra-anestesia menjadi dasar untuk menentukan proses
perencanaan anestesia dan sedasi yang aman dan sesuai.
4. Setiap proses yang dilakukan harus dilakukan melalui
komunikasi,pemberian informasi dan persetujuan tindakan oleh pasien dan
keluarga.
5. Hasil kunjungan pra-anestesia dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam menginterpretasi temuan hasil pemantauan selama
KEBIJAKAN proses pembedahan.
6. DPJP Anestesiologi dan Peserta didik yang sudah dinyatakan kompeten
melakukan kunjungan pre anesthesia
7. Semua hasil kunjungan pra-anestesia harus tercatat atau didokumentasikan
secara terpisah didalam status anestesia.
8. Kunjungan pra-anestesia dapat dilakukan di poliklinik Anestesi, ruang
rawat inap dan ruang lain bila dibutuhkan.
9. Kunjungan pra-anestesia dapat dilakukan beberapa saat sebelum pasien
masuk ruang rawat, atau menjelang tindakan, atau beberapa saat sebelum
tindakan terutama pada kasus kedaruratan atau kasus obstetrik.
10. Pada kasus kedaruratan, kunjungan pra-anestesia dan penilaian pra-induksi
dapat dilakukan bersamaan dengan persiapan pembedahan pasien.
11. Harus terdapat proses komunikasi antara dokter, pasien dan keluarga pasien
sedangkan pada kasus kedaruratan disesuaikan dengan kondisi saat itu.

KUNJUNGAN PRA-ANESTESI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
..../PAB/I/2014 1 2/2
1. Kunjungan pra anestesia dilakukan oleh DPJP anestesiologi atau peserta
PROSEDUR didik sesuai dengan tingkat kompetensinya.
2. Kunjungan pra anestesia dilakukan setelah DPJP Anestesiologi menerima
konsultasi atau jadwal tindakan yang membutuhkan anestesia dan sedasi
3. Pasien atau keluarga pasien sebelumnya diminta untuk mempelajari dan
mengisi form persiapan anestesia.
4. DPJP Anestesiologi dan peserta didik mempelajari rekam medis dan form
persiapan anestesia
5. DPJP Anestesiologi dan peserta didik memperkenalkan diri kepada pasien.
6. Sebelum melakukan wawancara dan pemeriksaan DPJP harus memastikan
identitas pasien yang dimaksud dengan melihat kesesuaian nama, tempat,
tanggal lahir dan nomor rekam medis sesuai dengan gelang identitas
pasien. ( lihat Instruksi Kerja Identifikasi pasien
7. Wawancara dilakukan dengan :
8. Membahas riwayat penyakit, riwayat alergi, kebiasaan, pengalaman
anestesia sebelumnya, dan pengobatan yang sedang dijalani.

9. Menilai aspek kondisi fisik yang mungkin merubah keputusan dalam hal
risiko dan pengelolaan anestesia.
10. Mempelajari hasil-hasil pemeriksaan yang tersedia terkait dengan resiko
penyulit dan rencana tindakan anestesia yang akan dilakukan.
11. Mempelajari hasil konsultasi yang tersedia terkait dengan resiko penyulit
dan rencana tindakan anestesia yang akan dilakukan.
12. Meminta proses pemeriksaan penunjang dan tindakan konsultasi lain sesuai
kondisi pasien.
13. Menentukan status fisik pasien sesuai klasifikasi ASA.
14. Menentukan teknik anestesia pilihan dan alternatif yang akan dilakukan.
15. Menentukan obat-obat atau medikasi pra-anestesia yang diperlukan untuk
tindakan anestesia.
16. Menentukan pengelolaan jenis dan jumlah cairan termasuk estimasi
kehilangan darah,
17. Menentukan pengelolaan obat-obat lain yang dikonsumsi oleh pasien.
18. Menentukan jenis pemantauan yang akan dilakukan.
19. Menentukan tindakan invasif tambahan termasuk pemasangan CVP dan
kanulasi intra arterial bila diperlukan
20. Menentukan persiapan puasa sebelum anestesia dan sedasi.
21. Menentukan transportasi ke tempat tindakan sesuai dengan sesuai dengan
kondisi pasien.
22. Menentukan pengelolaan pasca anestesia, termasuk manajemen nyeri pasca
tindakan.
23. Bila diperlukan menentukan kebutuhan ruang rawat khusus pasca anestesia
dan sedasi.
1.Ruang Perawatan
UNIT TERKAIT
2.ICU

Anda mungkin juga menyukai