Anda di halaman 1dari 6

Lex et Societatis, Vol. IV/No.

2/Feb/2016/Edisi Khusus

KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM (VER) namun dalam proses penyelesaiannya terjadi


DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN1 hambatan karena belum ada kesepakatan
Oleh : Destalia Christ2 antara pihak yang terlibat sehingga pihak
penyidik menganjurkan agar dilakukan Visum et
ABSTRAK Repertum terhadap korban dan pemeriksaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk dilakukan hanya oleh dokter yang sedang
mengetahui bagaimanakah kedudukan Visum et bertugas di rumah sakit dan bukan oleh dokter
Repertum (VER) dalam membuktikan tindak yang ahli di bidang kedokteran kehakiman.
pidana pembunuhan dan bagaimanakah Dalam kasus pembunuhan, diperlukan
kekuatan pembuktian dari Visum et Repertum suatu pembuktian secara cepat. Salah satunya
(VER), yang dengan metode penelitian hukum yaitu dengan melalui pembuktian melalui
normatif disimpulkan bahwa: 1. Sesuai dengan Visum et Repertum dan keterangan saksi-saksi
Pasal 184 ayat (1) KUHAP, maka kedudukan yang ada. Analisis terhadap barang bukti
hukum Visum et Repertum termasuk sebagai tersebut diperlukan dalam penyidikan terhadap
‘alat bukti surat’ sesuai dengan Pasal 184 ayat tindak pidana pembunuhan yang bertujuan
(1) huruf c dan Pasal 187 huruf c KUHAP serta untuk mengetahui atau menyelidiki sebab-
sebagai ‘alat bukti keterangan ahli’ sebab korban meninggal.
sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1)
huruf b KUHAP. 2. Bahwa kekuatan pembuktian B. Rumusan Masalah
Visum et Repertum, karena kedudukannya 1. Bagaimanakah kedudukan Visum et
sebagai alat bukti bagi Pengadilan adalah amat Repertum (VER) dalam membuktikan tindak
penting maka dengan melampirkan bukti Visum pidana pembunuhan?
et Repertum dalam berkas perkara pada berita 2. Bagaimanakah kekuatan pembuktian dari
acara pemeriksaan (BAP) oleh penyidik pada Visum et Repertum (VER)?
tahap penyidikan dan dalam proses penuntutan
oleh penuntut umum maka Visum et Repertum C. Metode Penelitan
termasuk sebagai ‘alat bukti yang sah’ dan Dalam penelitian ini, masalah didekati
mempunyai kekuatan pembuktian dalam rangka dengan pendekatan yuridis normatif atau
memperkuat dan mendukung keyakinan hakim disebut juga penelitian kepustakaan (library
dalam membuat putusan. research).
Kata kunci: pembunuhan, visum et repertum
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN A. Kedudukan Visum et Repertum Dalam
A. Latar Belakang Membuktkan Pembunuhan
Di dalam praktek, sering pembuatan Visum Dalam Pasal 184 Kitab Undang-Undang
et Repertum dilakukan tergesa-gesa dengan Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan
alasan kepentingan penyidikan atau ada bahwa terdapat 5 (lima) alat bukti dalam
pembuatan Visum et Repertum yang dilakukan perkara pidana, yaitu:
setelah korban mati dan ada pula Visum et 1. Keterangan Saksi;
Repertum yang tidak dilakukan oleh seorang 2. Keterangan Ahli;
ahli dibidangnya.3 Pembuatan Visum et 3. Surat;
Repertum bukan oleh orang yang ahli 4. Petunjuk;
dibidangnya itu dikarenakan bahwa telah terjadi 5. Keterangan Terdakwa.
suatu peristiwa pidana (contohnya peristiwa Kedudukan Visum et Repertum (VER) di
penganiayaan ringan) dan dalam rangka dalam alat-alat bukti yang tersebut dalam Pasal
pembuatan berita acara pemeriksaan, 184 KUHAP adalah sebagai alat bukti surat, dan
sebagai alat bukti surat mempunyai kekuatan
1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Tonny Rompis SH,
yang sama dengan alat bukti yang lain. Dengan
MH; Eske Worang SH,MH melampirkan Visum et Repertum (VER) dalam
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. suatu berkas perkara oleh Penyidik atau pada
120711170
3Ibid, hlm.178. tahap pemeriksaan dalam proses penuntutan

5
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

oleh Penuntut Umum, setelah dinyatakan cukup dalam proses acara pidana adalah untuk
hasil pemeriksaan itu dari perkara pidana yang mendukung keyakinan Hakim.6
didakwakan kepada terdakwa, kemudian Dalam putusannya nanti segala sesuatunya
diajukan ke persidangan, maka alat bukti surat diserahkan kepada Hakim guna mencari
Visum et Repertum (VER) termasuk ‘alat bukti kebenaran materiil suatu perkara pidana,
sah’ seperti disebutkan dalam Pasal 184 ayat termasuk upaya Hakim di dalam usahanya itu,
(1) sub b dan sub e KUHAP. yang jika perlu meminta keterangan ahli.
Pembuatan Visum et Repertum sebenarnya Keterangan ahli sebagai alat bukti
juga melibatkan dokter ahli lain, yaitu sebagai dalam pemeriksaan di persidangan adalah
berikut : berarti apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
1) Korban luka diperiksa oleh ahli bedah; pengadilan. Keterangan ahli tersebut dapat juga
2) Korban keracunan diperiksa oleh dokter ahli sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyakit dalam; penyidik atau penuntut umum yang dituangkan
3) Korban tindak pidana kesusilaan diperiksa dalam suatu bentuk ‘laporan’ dan dibuat
oleh dokter ahli kebidanan dan penyakit dengan mengingat sumpah di waktu menerima
kandungan; jabatan atau pekerjaan. Keterangan tersebut
4) Korban mati diperiksa oleh ahli kedokteran diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau
kehakiman. janji dihadapan hakim (Pasal 186 KUHAP serta
Visum et Repertum (VER), dalam penjelasannya) atau dapat dilakukan setelah
kedudukannya di dalam hukum pembuktian memberikan keterangan ahli.7
dalam proses acara pidana, adalah termasuk Nilai atau penghargaan atas suatu alat bukti
sebagai: keterangan ahli dalam hubungannya dengan
1. Alat bukti surat;4 sebagaimana diatur dalam aturan pembuktian dalam hukum acara pidana,
Pasal 184 ayat (1) huruf c dan Pasal 187 adalah sebagai alat bukti sah menurut Pasal
huruf c KUHAP yang berbunyi: 184 ayat (1) KUHAP adalah mengikat. Karena
“Surat keterangan dari seorang ahli yang pada dasarnya bagi orang ahli yang diminta
memuat pendapat berdasarkan keahliannya untuk memberikan pernyataan atau
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan keterangannya di muka hakim, haruslah
yang diminta secara resmi daripadanya. dilandasi pada sumpah atau janji yang telah ia
2. Alat bukti keterangan ahli; 5sebagaimana ucapkan. Berdasarkan sumpah atau janji yang ia
diatur dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b ucapkan, maka orang ahli dituntut agar berlaku
KUHAP. jujur dan benar, berkeahlian, obyektif, tidak
Meskipun di dalam KUHAP tidak ada memihak; pokoknya wajib memberikan
keharusan bagi Penyidik untuk mengajukan keterangan ahli atas dasar : “demi keadilan”.
permintaan Visum et Repertum kepada dokter Di dalam kejahatan yang mengakibatkan
ahli Kedokteran Kehakiman ataupun dokter matinya orang lain atau tindak pidana
(ahli) lainnya, akan tetapi bagi kepentingan pembunuhan, apakah visum et repertum dari
pemeriksaan perkara serta agar lebih jelas dokter harus ada?
perkaranya, sedapat mungkin bilamana ada Bagi dokter atau dokter ahli kedokteran
permintaan yang diajukan kepada dokter bukan forensik sudah tentu permintaan Visum et
ahli, maka permintaan tersebut patut diterima Repertum atas dasar pemeriksaan lengkap,
(diluluskan). seperti halnya pada bedah mayat forensik dari
Seperti pada alat-alat bukti yang lain, maka dokter-dokter ahli Kedokteran Kehakiman, yaitu
seumpama suatu Visum et Repertum dibuat pemeriksaan luar dan dalam (otopsi medico
baik oleh dokter ahli Kedokteran Kehakiman legal) disertai pemeriksaan laboratorium yang
atau oleh dokter bukan ahli, maka kemungkinan lengkap (mikroskopis,
seperti itu dapat diterima mengingat, bahwa
kedudukan alat-alat bukti 6Ibid, hlm.39.
7 Michael Barama, Kedudukan Visum et Repertum Dalam
4Ibid, hlm.35 Hukum Pembuktian, Makalah, 2011, diakses tgl 10
5 Ibid. Desember 2015.

6
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

biologis, kimiawi) dan moderen, akan sangat “Permintaan keterangan ahli sebagaimana
membantu lebih pasti dan akurat bagi jelasnya yang dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dari suatu perkara, yaitu di dalam pemeriksaan secara tertulis, yang dalam surat itu
persidangan terhadap suatu hal (pokok soal, disebutkan dengan tegas untuk
materi pokok perkara) yang bersangkutan serta pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
sangat berguna bagi Hakim (Pengadilan) dalam dan/atau pemeriksaan bedah mayat”.
pengambilan putusannya. 3. Pasal 134 ayat (1) KUHAP yang berbunyi: 11
Visum et repertum hanya termasuk dari satu “Dalam hal sangat diperlukan pembuktian
diantara lima alat bukti yang sah yang diatur bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,
dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yaitu sebagai penyidik wajib memberitahukan terlebih
‘alat bukti surat’, akan tetapi apabila dahulu kepada keluarga korban”.
dihubungkan dengan Pasal 1 Stb. 1937 No. 350 4. Pasal 134 ayat (2) KUHAP yang berbunyi:
dapat juga dianggap sebagai ‘keterangan ahli’, “Dalam hal keluarga keberatan, penyidik
yang juga adalah merupakan salah satu alat wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya
bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) tentang maksud dan tujuan dilakukannnya
KUHAP. Dengan melampirkan bukti Visum et pembedahan tersebut”.
Repertum di dalam suatu berkas perkara pada 5. Pasal 135 KUHAP yang berbunyi: 12
Berita Acara Pemeriksaan oleh penyidik atau “Dalam hal penyidik untuk kepentingan
pada tahap pemeriksaan dalam proses peradilan perlu melakukan penggalian
penuntutan oleh penuntut umum, setelah mayat, dilakukan menurut ketentuan
dinyatakan cukup hasil pemeriksaan itu dari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133
perkara pidana yang didakwakan kepada ayat (2) dan Pasal 134 ayat (1) undang-
terdakwa kemudian diajukan ke persidangan, undang ini”.
maka bukti Visum et Repertum menjadi 6. Pasal 222 KUHP yang berbunyi:13
termasuk sebagai ‘alat bukti sah’. 8 “Barangsiapa dengan sengaja menghalang-
Karena Visum et Repertum merupakan alat halangi, merintangi atau menggagalkan
bukti sah, apabila terdapat dalam berkas pemeriksaan mayat untuk pengadilan,
perkara, berarti Visum et Repertum harus juga dihukum penjara selama-lamanya sembilan
disebutkan serta dipertimbangkan oleh Majelis bulan atau setingi-tingginya Rp. 4.500.”
Hakim dalam putusannya. Karena itu pula, 7. Pasal 216 ayat (1) KUHP yang berbunyi: 14
suatu Visum et Repertum dalam suatu tindak “Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut
pidana ‘bukan’ sebagai barang bukti, karena perintah atau permintaan yang dilakukan
memang Visum et Repertum dibuat tidak atau menurut undang-undang oleh pejabat yang
bukan atas dasar penyitaan (sita) atau benda tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
sitaan dari seseorang. pejabat berdasarkan tugasnya, demikian
pula yang diberi kuasa untuk mengusut
B. Kekuatan Hukum Visum Et Repertum Dalam atau memeriksa tindak pidana; demikian
KUHAP dan KUHP, Visum et Repertum pula barangsiapa dengan sengaja
diatur dalam beberapa pasal yaitu: mencegah, menghalang-halangi atau
1. Pasal 133 ayat (1) KUHAP yang berbunyi: menggagalkan tindakan guna menjalankan
“Dalam hal penyelidikan untuk kepentingan ketentuan undang-undang yang dilakukan
peradilan mengenai seorang korban, baik oleh salah seorang pejabat tersebut,
luka, keracunan maupun mati yang diduga diancam dengan pidana penjara paling lama
karena peristiwa yang merupakan tindak empat bulan dua minggu atau pidana
pidana, berwenang untuk mengajukan denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.
permintaan keterangan ahli kedokteran 8. Pasal 216 ayat (2) KUHP yang berbunyi: 15
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya”.9
2. Pasal 133 ayat (2) KUHAP yang berbunyi:10 11 Ibid.
12Ibid, hlm. 252.
13Ibid, hlm. 76.
8 Ibid. 14Ibid, hlm. 75.
9 KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 251. 15Ibid.
10Ibid.

7
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

“Yang disamakan dengan pejabat tersebut tanda bukti, sedangkan korban yang diperiksa
di atas ialah segala orang yang menurut adalah barang bukti.16
ketentuan undang-undang terus menerus Dengan melampirkan bukti Visum et
atau untuk sementara waktu diserahi tugas Repertum di dalam suatu berkas perkara pada
menjalankan jabatan umum”. Berita Acara Pemeriksaan oleh penyidik pada
Visum et repertum (VER) adalah hasil tahap pemeriksaan dan dalam proses
pemeriksaan seorang dokter tentang apa yang penuntutan oleh penuntut umum, setelah
dilihatnya, apa yang diketemukannya, dan apa dinyatakan cukup hasil pemeriksaan, kemudian
yang didengarnya sehubungan dengan diajukan ke persidangan, maka bukti Visum et
seseorang yang luka, seseorang yang terganggu Repertum menjadi termasuk sebagai alat bukti
kesehatannya dan seseorang yang mati. Dari sah.17 Suatu Visum et Repertum dalam berkas
pemeriksaan tersebut diharapkan akan perkara pidana menjadi ’bukan sebagai barang
terungkap sebab-sebab terjadinya kesemuanya bukti’ (vide Pasal 194 KUHAP ), karena memang
itu dalam kaitannya dengan kemungkinan telah Visum et Repertum dibuat/diterbitkan tidak
terjadinya tindak pidana pembunuhan. atau bukan atas dasar penyitaan atau benda
Di dalam pemeriksaan oleh hakim di sitaan dari seseorang.
persidangan, suatu berkas perkara pidana, Sebenarnya syarat untuk adanya Visum et
apakah ada atau tidak ada Visum et Repertum, Repertum tidaklah mutlak bagi suatu perkara
maka perkara yang bersangkutan tetap harus kejahatan tertentu, tetapi mengingat
diperiksa dan diputus. Kelengkapan Visum et kedudukannya sebagai alat bukti maka bagi
Repertum dalam berkas perkara yang diperiksa pengadilan adalah amat penting. Artinya,
oleh hakim, diserahkan kepada penuntut umum adanya Visum et Repertum bagi suatu perkara
yang sejak mulai diserahkan kepadanya pidana di persidangan adalah juga dapat
memang berusaha untuk membuktikannya dijumpai manakala terhadap tindak pidana
dalam sidang agar majelis hakim yakin perihal kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa hanya
terbuktinya kesalahan terdakwa. dijumpai bukti-bukti yang sangat minim.
Bagi beberapa kasus perkara yang diperiksa Seandainya terdapat hal yang demikian, maka
di persidangan, majelis hakim sendiri tidak dengan sendirinya dengan adanya
mutlak harus mendasarkan kepada Visum et pengungkapan pernyataan di dalam bagian hasil
Repertum. Kekuatan bukti dari Visum et pemeriksaan dalam Visum et Repertum yang
Repertum diserahkan kepada penilaian hakim. disebutkan oleh dokter (ahli) atas dasar fakta-
Visum et Repertum adalah termasuk satu fakta, misalnya dalam perkara pembunuhan,
diantara lima (5) alat bukti yang sah yang diatur dengan menggambarkan semua luka-luka,
dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yaitu sebagai kelainan-kelainan dan hal-hal yang perlu
alat bukti surat, akan tetapi Visum et Repertum disebutkan oleh dokter (ahli) serta keadaan
apabila dihubungkan dengan Pasal 1 Stb. 1937 yang lain yang dipandang penting sehubungan
No. 350 dapat juga dianggap sebagai dengan kasus perkara itu, maka segala apa yang
’keterangan ahli’, yang juga adalah merupakan dilukiskan oleh dokter (ahli) mengenai fakta-
salah satu alat bukti yang sah menurut Pasal fakta dan keadaan apa adanya tersebut akan
184 ayat (1) KUHAP. mewujudkan suatu hasil pemeriksaan yang
Visum et repertum dapat dikatakan dibuat berdasarkan kenyataan. Hasil-hasil
merupakan sarana utama dalam penyidikan seperti itu sangatlah bermanfaat bagi hakim
perkara tindak pidana yang menyebabkan dalam mengambil kesimpulan yang pasti untuk
korban manusia, baik hidup maupun mati. menambah keyakinannya dalam pengambilan
Visum et Repertum mempunyai daya bukti putusan nantinya, bila satu dengan yang lainnya
dalam suatu perkara pidana, apabila kalau saling bersesuaian.
bunyi Visum et Repertum tersebut telah Sehubungan dengan peran dan kedudukan
dibacakan di muka sidang pengadilan. Apabila Visum et Repertum sebagai alat bukti sah dari
tidak, maka Visum et Repertum tersebut tidak
berarti apapun. Hal ini karena visum dibuat 16 Yahya Harahap, Op-Cit, hlm. 272.
17
dengan sumpah jabatan visum merupakan Waluyadi, Op-Cit, hal.35

8
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

suatu perkara dan sebagai barang bukti perkara,


maka dalam kaitannya dengan kekuatan PENUTUP
buktinya, adalah tepat bilamana Visum et A. Kesimpulan
Repertum dilampirkan guna melengkapi berkas 1. Sesuai dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP,
perkara yang bersangkutan, sehingga dapat maka kedudukan hukum Visum et
memperkuat dan mendukung keyakinan hakim. Repertum termasuk sebagai ‘alat bukti
Kekuatan pembuktian Visum et Repertum surat’ sesuai dengan Pasal 184 ayat (1)
(VER) adalah merupakan alat bukti yang huruf c dan Pasal 187 huruf c KUHAP serta
sempurna tentang apa saja yang tercantum di sebagai ‘alat bukti keterangan ahli’
dalamnya, jadi kesimpulan/pendapat dokter sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat
yang dikemukakan didalamnya wajib dipercaya (1) huruf b KUHAP.
sepanjang belum ada bukti lain yang 2. Bahwa kekuatan pembuktian Visum et
melemahkan. Visum et Repertum dapat Repertum, karena kedudukannya sebagai
dikatakan memiliki kekuatan pembuktian alat bukti bagi Pengadilan adalah amat
sebagai ‘alat bukti yang sah’ atau sebagai penting maka dengan melampirkan bukti
‘keterangan ahli’ yang dapat menguatkan Visum et Repertum dalam berkas perkara
keyakinan hakim setelah memenuhi syarat pada berita acara pemeriksaan (BAP) oleh
formil dan syarat materiil sebagai berikut: 18 penyidik pada tahap penyidikan dan dalam
1. Syarat formil: proses penuntutan oleh penuntut umum
Alat bukti surat yang disebut dalam Pasal maka Visum et Repertum termasuk sebagai
187 huruf c KUHAP merupakan alat bukti ‘alat bukti yang sah’ dan mempunyai
yang sempurna, karena bentuk surat kekuatan pembuktian dalam rangka
dibentuk secara resmi menurut formalitas memperkuat dan mendukung keyakinan
yang ditentukan peraturan perundang- hakim dalam membuat putusan.
undangan.
2. Syarat materiil: B. Saran
Substansi yang tercantum dalam Visum et Meskipun dalam KUHAP, tidak ada
Repertum sesuai dengan fakta yang keharusan untuk mengajukan permintaan
diperiksa oleh seorang ahli. Visum et repertum (VER) kepada ahli
Visum et Repertum (VER) memiliki kekuatan kedokteran kehakiman ataupun dokter (ahli)
pembuktian yang sah dalam tindak pidana lainnya, akan tetapi untuk kepentingan
pembunuhan karena: 19 pemeriksaan perkara serta agar lebih jelas
1. Memenuhi syarat formil dan syarat materil suatu tindak pidana atau perkara, maka
visum et repertum; bilamana ada permintaan untuk diadakan visum
2. Diajukan oleh pihak yang tepat yaitu hakim, maka permintaan tersebut haruslah dipenuhi.
jaksa penuntut umum (JPU) dan penyidik; Sebab Visum et Repertum adalah sebagai
3. Hasil Visum et Repertum mudah dimengerti pengganti barang bukti, sangatlah diperlukan
oleh orang bukan dokter; dalam membuktikan telah terjadinya suatu
4. isi Visum et Repertum relevan dengan yang tindak pidana, apapun jenis tindak pidana yang
dimintakan. terjadi terlebih untuk tindak pidana
Kekuatan pembuktian Visum et Repertum pembunuhan.
dalam tindak pidana pembunuhan merupakan
alat bukti yang sah dan hakim bebas memakai DAFTAR PUSTAKA
sebagai alat bukti surat untuk dasar Atmasasmita, Romli., Peranan dan Fungsi
pertimbangan hukum bagi hakim dalam Visum et Repertum Sebagai Salah satu
menjatuhkan putusan pidana penjara terhadap Instrumen Sistem Peradilan Pidana Di
terdakwa. Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1995.
Andhika, Galih Aga, Kekuatan Pembuktian
18
Sofyan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik, Sinar HS, Visum Et Repertum Dalam Tindak Pidana
Semarang, hlm. 63. Pembunuhan di Baturaden, Purwokerto,
19 Galih Agha Andika, Op-Cit, hlm. 152.
2013,

9
Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

Barama,Michael., Kedudukan Visum et


Repertum Dalam Hukum Pembuktian,
Makalah, Manado, 2011, diakses tgl 10
Desember 2015.
Dewi, Peran Visum et Repertum dalam
Penyidikan Tindak Pidana di Indonesia
Beserta Hambatan Yang Ditimbulkannya,
Pebruari 2011, diakses tanggal 12
Desember 2015.
Sofyan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik, Sinar
HS, Semarang
Harahap, Yahya., Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP; Penyidikan dan
Penuntutan, edisi kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012
Julihasuratna, Peranan Visum et Repertum
Sebagai Alat Bukti Dalam Dakwaan
Penuntut Umum Terhadap Tindak Pidana
Penganiayaan Berat, Makassar, 2014,
KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2013..
Keraf, Gorys., Argumentasi dan Narasi,
Gramedia, Jakarta, 1987
Ohoiwutun, Y.A, Triana., Profesi Dokter dan
Visum et Repertum, Dioma, Malang, 2006.
Prinst, Darwan., Hukum Acara Pidana Suatu
Pengantar, Djambatan, Jakarta, 1989.
Prodjodikoro, Wirjono., Hukum Acara Pidana di
Indonesia, Sumur, Bandung, 1962.
A. Pitio, Pembuktian dan Daluarsa, PT
Internusa, Jakarta, 1978,
Ranoemihardja,R.Atang., ilmu Kedokteran
Kehakiman, edisi kedua, Tarsito, Bandung,
1983,
Sasangka, Hari dan Lily Rosita., Hukum
Pembuktian Dalam Perkara Pidana,
Mandar Maju, Bandung, 2003.
Supriadi, Wilachandrawila., Hukum Kedokteran
Kehakiman, Mandar Maju, Jakarta, 2001.
Suparmono, R., Keterangan Ahli dan Visum et
Repertum Dalam Aspek Hukum Acara
Pidana, Mandar Maju, Bandung, 2002
Tresna, R., Komentar Atas Reglemen Hukum
Acara di Dalam Pemeriksaan di Muka
Pengadilan Negeri, Jakarta, NV Verluys,
tanpa tahun,
Waluyadi., Ilmu Kedokteran Kehakiman,
Djambatan, Jakarta, 2005.

10

Anda mungkin juga menyukai