Rosa Amalia
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
The evidence of relation between nutrition and oral health has addressed nutrition issues on a new urgency in
dental practices as a part of efforts in developing quality of care. Nutrition is a modifiable factors and could be
adviced to patients that ensure progression and maintainance of oral health status. Dietary advice to patients
should be positive and personalized if possible and can be in line with general health. This paper is intended to
provide an overview of management of dietary advice for patients with dental caries, periodontal disease and oral
surgery which could be implemented in dental practice setting. The appropriate and specified nutrition advice can
help patient recover from dental disease and achieved the best result of dental treatment and prevention.
Keywords: diet, nutrition, prevention, clinical setting
ABSTRAK
Nutrisi merupakan salah satu bagian penting peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam praktek dokter gigi.
Nutrisi merupakan faktor yang dapat dimodifikasi dan dapat diberikan pada pasien secara personal untuk
meningkatkan dan menjaga status kesehatan gigi dan mulut. Tujuan penulisan artikel ini adalah membahas
manajemen nasehat nutrisi untuk pasien dengan keluhan karies, penyakit periodontal dan pasien pasca bedah mulut
pada praktek dokter gigi. Penerapan nasehat nutrisi yang tepat dapat membantu pasien untuk sembuh dari penyakit
gigi dan mulut dan mendapatkan hasil perawatan serta pencegahan penyakit yang lebih memuaskan.
Kata kunci: diet, nutrisi, pencegahan, praktek
Koresponden: Rosa Amalia, Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Jalan Denta Sekip Utara Yogyakarta 55581, Indonesia. Tel:
+62 81578804082, Fax: +62 274515307, E-mail: rosadewanto@yahoo.com
termasuk makanan ringan seperti permen atau dengan instruksi yang sama seperti pada
snack. Keterangan frekuensi makanan, takaran, pencegahan karies di atas. Setelah catatan
jenis makanan dan cara memasak, penggunaan makanan diberikan oleh pasien, dokter gigi dapat
gula, sirup, susu atau sereal ditambahkan sebagai melakukan evaluasi dengan cara menunjukkan
informasi pelengkap. pada pasien makanan mana saja yang kurang,
Food diary pasien yang telah terisi lengkap misalnya susu dan sayur-buah untuk
digunakan sebagai acuan dokter gigi untuk meningkatkan kecukupan diet dengan
memberikan konseling nutrisi dengan menandai memberikan penekanan pada makanan yang
macam, jumlah dan cara penyajian yang tidak berguna untuk kesehatan jaringan periodontal. Hal
sesuai dan harus dihilangkan dari pola makan lain yang perlu diperhatikan adalah komposisi dan
pasien sehari-hari. Saat evaluasi dietary history, konsistensi dari makanan dan pasien diminta
pasien dapat diminta untuk mengingat kapan untuk menghilangkan makanan manis dan diganti
mulai merasakan adanya gangguan karies dan dengan makanan sehat. Makanan sehat yang perlu
selanjutnya mengevaluasi jenis makanan apa saja dianjurkan untuk pasien diantaranya adalah
yang kariogenik dengan memberikan tanda pada protein untuk mencegah inflamasi dan degenerasi,
catatan. Dokter gigi sebagai konselor perlu untuk asam askorbat untuk mencegah kerusakan sel dan
selalu memberikan konseling yang bersifat positif menjaga integritas mukosa rongga mulut, vitamin
dan konstruktif. Pasien harus terlibat aktif dalam A untuk pembentukan sel baru, vitamin D,
peningkatan pola makan sehat dan mendeteksi kalsium dan fosfor untuk pembentukan tulang,
makanan apa saja yang bersifat kariogenik dan serta vitamin B kompleks yang berfungsi pada
membentuk plak. Perubahan radikal pola makan pembentukan dan pemeliharaan jaringan pada
perlu dihindari karena kemungkinan besar akan masa penyembuhan.19
ditolak oleh pasien.
Pada perencanaan intervensi yang perlu Pasien oral surgery
diperhatikan untuk pencegahan atau kontrol karies Nasehat gizi yang memadai perlu diberikan
adalah membatasi jumlah periode makan menjadi pada pasien pasca bedah mulut supaya sembuh
tiga kali sehari dengan penekanan untuk lebih cepat dan memberikan perasaan akan
mengurangi atau menghilangkan memakan kondisi fisik dan emosional yang sehat. Pada
makanan ringan diantara waktu makan. kondisi ini pasien biasanya merasakan stres dan
Peningkatkan intake dari makanan protektif memiliki kesulitan mengunyah sehingga
seperti daging, susu dan ikan yang mengandung diperlukan nasehat gizi yang tepat. Keseimbangan
protein dan fosfat perlu dilakukan diiringi dengan nutrisi yang tepat dipilih berdasarkan kandungan
menurunkan penggunaan karbohidrat (sekitar gizi yang berperan pada penyembuhan luka dan
30%-50% total kalori), eliminasi makanan manis ketahanan terhadap infeksi.
yang lengket serta memperbanyak makan buah Makanan yang diperlukan dalam proses
dan sayuran segar.16 penyembuhan pasien, diantaranya adalah protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Penyakit periodontal Fungsi protein adalah penyedia asam amino untuk
Sebagian besar penyakit periodontal pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
disebabkan oleh faktor iritatif lokal seperti dental Kecukupan protein menjamin adanya kecukupan
plak, kalkulus, material alba, food impaction, jumlah sel dan volume darah, enzim, antibodi dan
restorasi yang tidak benar, disharmoni oklusal dan antigen untuk metabolisme dan fungsi tubuh yang
kondisi ekstrim mekanis, kimia dan termal.17 diperlukan oleh pasien bedah karena rata-rata
Prosedur yang perlu dilakukan pada pasien ini pemenuhan kebutuhan harian pasien pasca bedah
dimulai dengan mengidentifikasi gaya hidup adalah dua kali rata-rata kebutuhan normal. Pada
pasien sehari-hari, mengevaluasi makanan yang kondisi ini, protein dari hewani lebih diutamakan
potensial menyebabkan pembentukan plak, daripada nabati. Pasien pasca bedah mungkin
mengevaluasi kecukupan diet pasien, menilai mengalami demam dan memiliki basal metabolic
kondisi sistemis yang mungkin ada dan menguji rate yang meningkat sehingga membutuhkan
adanya tanda klinis malnutrisi. Pada kondisi tambahan kalori. Kecukupan kalori dari
tertentu tes laboratoris bisa diperlukan untuk karbohidrat dan lemak diutamakan karena protein
mengatahui kadar vitamin C dalam darah.18 lebih diutamakan untuk perbaikan jaringan.
Untuk kepentingan dietary history, pasien Karbohidrat diutamakan karena lebih mudah
diminta untuk membuat food diary selama 5 hari dicerna dan segera digunakan di dalam tubuh
58 Dentofasial, Vol.10, No.1,Februari 2011:55-59
daripada lemak. Pada kondisi pasca bedah, Walaupun demikian, informasi tentang
kebutuhan vitamin B kompleks sebagai koenzim metode intervensi ini masih sangat terbatas
untuk penyembuhan perlu diperhatikan karena sehingga dokter gigi perlu mempelajari metode
banyak terbuang melalui darah atau cairan karena tersebut baik dari pustaka ataupun mendiskusikan
sifatnya yang larut dalam air, sedangkan vitamin dengan pihak yang lebih kompeten. Selain itu,
C mutlak diperlukan pada 15 hari pasca bedah pemberian konseling yang diikuti dengan
yang berfungsi penting untuk pembentukan intervensi nutrisi memiliki keterbatasan karena
kolagen. Untuk mengganti cairan yang terbuang sangat bergantung pada kerja sama dengan pasien.
selama pembedahan, pasien perlu mendapatkan air Kontrol yang lemah dari dokter gigi menyebabkan
minum dengan elektrolit (potasium, sodium dan pasien dapat dengan mudah kembali pada
klorida) sebanyak 2 liter atau 8 gelas per hari. kebiasaan lama sehingga tujuan pencegahan tidak
Elektrolit dapat dicukupi dengan penambahan dapat tercapai. Pengaruh gaya hidup dan
garam pada makanan atau dengan isotonic saline kemudahan akses pada makanan yang tinggi gula
solution.20 terutama pada anak-anak membutuhkan
Pasien dengan kasus pembedahan tidak kedisiplinan tersendiri dari pasien.24-25 Dokter gigi
membutuhkan catatan harian makanan untuk harus dapat secara selektif memilih metode yang
evaluasi, kecuali pada kondisi tertentu seperti paling sesuai dengan kemampuan pasien untuk
anemia, alkoholisme, diabetes atau malnutrisi. menerima intervensi yang diberikan. Pemilihan
Pada keadaan ini, jika merupakan pembedahan intervensi nutrisi akan lebih berhasil apabila
prosedur elektif maka sebisa mungkin ditunda pasien dan keluarganya terlibat secara aktif dalam
sampai pasien memiliki status gizi yang optimal. menentukan pola makan sehat.
Jika pasien mengalami malnutrisi maka diet tinggi Dokter gigi perlu meningkatkan kegiatan
protein dengan kecukupan karbohidrat dan lemak konseling dan intervensi dalam praktek karena
yang memenuhi kebutuhan kalori 2500 per hari metode ini memiliki pengaruh tidak hanya untuk
dapat diberkan selama tujuh sampai empat belas kesehatan gigi semata tetapi juga kesehatan umum
hari sebelum tindakan bedah dilakukan.21 secara keseluruhan. Konseling nutrisi memiliki
Pada akhirnya pemberian nasehat gizi untuk dampak jangka panjang yang lebih postif untuk
pasien akan efektif apabila melibatkan tim dalam pasien daripada medikasi atau pengobatan yang
praktek.22 Hal ini penting karena biasanya dokter hanya memiliki jangka pendek. Keterbatasan
gigi memiliki kesibukan dalam menangani pengetahuan tentang metode intervensi yang tepat
masalah klinis pasien. Dalam kerja tim, peran dapat diatasi dengan meningkatkan kolaborasi
utama dokter gigi adalah mengidentifikasi pasien dengan profesi lain terkait seperti ahli teknologi
yang memerlukan nasehat gizi dan pangan ataupun ahli gizi. Pengetahuan yang luas
mengkoordinasi kegiatan selanjutnya. Dokter gigi tentang faktor etiologi penyakit gigi dan mulut
memiliki tanggung jawab profesional untuk sangat diperlukan untuk menetapkan pola
menilai sifat dari masalah yang dihadapi pasien intervensi yang akan diberikan pada pasien. Hal
dan apa saja yang diperlukan. Delegasi pada yang tidak kalah penting adalah dokter gigi juga
perawat gigi yang terlatih dengan merencanakan harus mengenali makanan yang ada di sekitarnya
intervensi gizi dapat dilakukan selanjutnya. Untuk yang berpotensi sebagai faktor penyebab penyakit
keberhasilan perawatan, dokter gigi harus misalnya karies. Promosi aktif akan pentingnya
memonitor kemajuan pasien dan melakukan makanan sehat diharapkan dapat memberikan
review secara langsung pada waktu tertentu. kontribusi yang nyata bagi kesehatan masyarakat.
PEMBAHASAN SIMPULAN
Pemberian nasehat dan intervensi nutrisi pada Pemberian nasehat gizi merupakan langkah
pasien telah diterima dan diakui manfaatnya penting yang dapat dilakukan dokter gigi untuk
dalam praktek medis kedokteran gigi. Hal tersebut mencegah penyakit gigi dan mulut. Hal yang
sejalan dengan hasil studi yang telah dilakukan, dapat dilakukan untuk menolong pasien merubah
yaitu intervensi nutrisi memiliki tingkat pola makan menjadi lebih baik adalah dengan
keberhasilan yang tinggi untuk mencegah melakukan penilaian pada diet history,
berkembangnya penyakit gigi.23 Tahapan yang menentukan tujuan yang tepat dan dapat
sederhana dari konseling dan intervensi nutrisi dilaksanakan, serta membuat perencanaan makan.
memungkinkan dokter gigi untuk mengikuti Kebutuhan nutrisi pada pasien dengan problem
prosedur dengan mudah. karies, periodontal dan pasca bedah dapat
Rosa Amalia: Manajemen nasehat nutrisi dalam praktek dokter gigi 59
disesuaikan dengan kondisi masing-masing health. Oxford: Oxford University Press; 1999.
individu. Penyesuaian kebutuhan per individu 11. Campbell M, DeVellis B, Strecher V. Improving a
dilakukan untuk memperoleh pengaruh yang lebih dietary behaviour: The effectiveness of tailored
besar pada pola makan dan pada akhirnya messages in primary care settings. Am J Publ
Health 1994; 84: 783-7.
meningkatkan kesehatan.
12. Selwitz RH, Ismail A, Pitts NB. Dental caries.
Secara keseluruhan dokter gigi memiliki Lancet 2007; 369: 51-9.
tanggung jawab dan komitmen untuk pencegahan 13. Reisine S, Douglas JM. Psychosocial and
penyakit dan promosi kesehatan yang salah behavioral issues in early childhood acries. Comm
satunya adalah dengan mengevaluasi pemahaman Dent Oral Epidemiol 1998; 26: 32-44.
pasien akan pola makan yang sehat dan 14. Vargas CM, Crall JJ, Schneider DA.
menasehatkan hal yang terbaik. Evaluasi bertujuan Sociodemographic distribution of pediatric dental
untuk mengaplikasikan pola makan yang sehat caries: NHANES III, 1998-1994. J Am Dent Assoc
secara realistis pada pasien, memberikan umpan 1998; 1229-38.
balik dan nasehat nutrisi yang selanjutnya dapat 15. Fontana M, Zero DT. Assessing patients caries
risk. J Am Dent Assoc 2006; 137(9): 1231-9.
meningkatkan kualitas kehidupan pasien secara
16. Mobley CC. Nutrition and dental caries. Dent Clin
umum North Am 2003; 47: 319-36.
17. Page RC. The pathobiology of periodontal diseases
DAFTAR PUSTAKA may affect systemic diseases: Inversion of a
1. World Health Organization. Diet, nutrition and the paradigm. Ann Periodontol 1998; 3(1):108-20.
prevention of chronic diseases : report of a joint 18. Pihlstrom BL. Periodontal risk assesment,
WHO/FAO expert consultation. WHO technical diagnosis and treatment planning. Periodontol
report series 916. World Health Organization. 2000 2001;25:37-58.
Geneva, Switzerland. 2003. 19. Boyd LD, Lampoi KJ. Importance of nutrition for
2. Brown. Research in dental health education and optimum health of the periodontium. J Contemp
health promotion: a review of the literature. Health Dent Pract 2001; 2 (2).
Educ Q 1994; 21: 83-102. 20. Moore JR, Gillbe GV. Principles of oral surgery. 3
3. König KG, Diet and oral health. Int Dent J 2000; rd Ed. Manchester: Manchester University Press;
50: 162-74. 1981.
4. Jackson AA. Human nutrition in medical practice: 21. Fearon KCH, Luff R. The nutritional management
The training of doctors. Proceeding of the of surgical patients: enhanced recovery after
Nutrition Society; Cambridge: Cambridge surgery. Proceeding of the Nutrition Society;
University Press 2001 (60): 257-63. Cambridge: Cambridge University Press 2001
5. Webb GP. Nutrition: A health promotion (60): Proceeding of the Nutrition Society 2003;
approach. 3rd Ed. London: Hodder Arnold; 2008. 62:807-11.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset 22. Sprod A, Anderson R, Treasure E. Effective oral
Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan health promotion: Literature Review. Wales:
Republik Indonesia; 2008. Cardiff Health Promotion; 1996.
7. BA Burt, Ismail Al, Morrison EC, Bettran ED. 23. Moynihan PJ, Petersen PE. Diet, nutrition and the
Risk factors for tooth loss over a 28 year period. J prevention of dental diseases. Publ Health Nutr
Dent Res 1990; 69(5): 1126-30. 2004;7:201-26.
8. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan: Buku ajar 24. Marshall T, Levy SM, Brofitt B, Warren JJ. Dental
ilmu gizi. Jakarta: EGC; 2004. caries and beverage consumption in young
9. Whitney EN, Cataldo CB, Rolfes SR. children. Pediatr 2003;112:184-91.
Understanding normal and clinical nutrition. Scand 25. Burt B, Pai S. Sugar consumption and caries risk:
J Food Nutr 2003; 47(1):39-41. A systematic review. J Dent Educ 2001; 65:1017-
10. Rugg-Gunn A, Nunn J. Nutrition, diet and oral 23.