Anda di halaman 1dari 8

BAB II

ISI

2.1 Fermentor
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah sebuah peralatan
atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan biologis yang dapat
menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan mentah menjadi bahan yang
dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme
atau komponen biokimia aktif (enzim) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara
aerobik maupun anaerobik. Sementara itu, agensia biologis yang digunakan dapat
berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi.Contoh reaktor yang
menggunakan agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau bioreaktor
membran.
2.2 Fungsi Fermentor

Fungsi bioreaktor adalah untuk menghasilkan produk oleh mikrobia baik kultur
murni atau campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem komputer dalam
mengatur faktor lingkungan dan pertumbuhan serta kebutuhan nutriennya.
Fungsi dasar fermentor/ bioreactor yaitu menyediakan kondisi lingkungan yang cocok
bagi mikrobia didalamnya untuk :

1. Menghasilkan biomassa

2. Menghasilkan enzim

3. Menghasilkan metabolit dsb.

Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi


pertumbuhan mikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk
memperoleh produk yang diinginkan. Bioreaktor hendaknya mencegah kontaminasi
produksi dr lingkungan pd kultur sambil mencegah pelepasan kultur ke lingkungan.
Bioreaktor sebaiknya memiliki instrumentasi untuk pemeriksaan agar terjadi
pengawasan proses optimum.

2.3 Syarat Fermentor

1. Dapat dioperasikan secara aseptik


2. Aerasi dan pengadukan memenuhi kebutuhan m.o dan tidak membunuh atau merusak
produk
3. Suhu, pH dan kecepatan pengadukan dapat diatur
4. Memiliki sistem pengambilan contoh yang aseptik
5. Permukaan bagian dalam harus rata atau tanpa lubang – lubang ukuran mikro.
2.4 Komponen Fermentor
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tangki, sparger, impeller, saringan halus
atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter. Tangki berfungsi untuk
menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk. Volume tanki skala
laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai
lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk
memompa udara, dan mencegah pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan
dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh
rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi
yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol
lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi,
foam, dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar
oksigen, dan perubahan komposisi medium.
2.5 Perancangan Fermentor
Bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut
tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak
menggangu proses biokimia yang terjadi.[1] Selain itu, bahan tersebut juga anti karat dan
tahan panas.[1] Bioreaktor harus dapat menciptakan lingkungan yang optimum bagi
mikroorganisme ataupun reaksi yang diinginkan maka diperlukan pengontrolan.[4]
Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah suhu, pH, substrat (sumber
karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi.[4]
Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup kompleks. Pada
keadaan optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan aktivitasnya dengan
sangat baik. Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia biologis terutama temperatur
dan pH. Untuk bioreaktor dengan menggunakan mikroorganisme, kebutuhan untuk
hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya perlu diperhatikan. Pada
bioreaktor yang agensia biologisnya berada dalam keadaan tersuspensi, sistem
pengadukan perlu diperhatikan agar cairan di dalam bioreaktor tercampur merata
(homogen). Seluruh parameter ini harus dimonitor dan dijaga agar kinerja agensia
biologis tetap optimum.

Gambar 2.1 Struktur Bioreaktor/ Fermentor

Untuk bioreaktor skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat


dari bahan kaca atau borosilikat, namun untuk skala industri, umunya digunakan bahan
baja tahan karat (stainless steel) yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kontaminasi senyawa metal pada saat fermentasi terjadi di dalamnya.
Bahan baja yang mengandung < 4% kromium disebut juga baja ringan, sedangkan bila
kadar kromium di dalamnya >4% maka disebut stainless steel. Bioreaktor yang umum
digunakan terbuat dari bahan baja 316 yang mengandung 18% kromium, 2-2,5%
molibdenum, dan 10% nikel. Bahan yang dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan
terhadap sterilisasi berulang-ulang menggunakan uap tekanan tinggi.[5] Untuk mencegah
kontaminasi, bagian atas biorektor dapat ditambahkan dengan segel aseptis (aseptic seal)
yang terbuat dari campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket.
Untuk meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut
agitator atau impeler. Sementara itu, untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem
biorektor digunakan sistem aerasi yang berupa sparger. Untuk bioreaktor aerob,
biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan mikrooganisme
dapat berlangsung dengan baik.
Gambar 2.2 Fermentor skala laboratium Gambar 2.3 Fermentor skala Pilot

Gambar 2.4 Fermentor skala industri

Pada bagian dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat yang disebut baffle untuk
mecegah vorteks dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini merupakan metal dengan
ukuran 1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara radial di dindingnya. Bagian lain
yang harus dimiliki oleh suatu bioreaktor adalah kondensor untuk mengeluarkan hasil
kondensasi saat terjadi sterilisasi dan filter (0,2 μm) untuk menyaring udara yang masuk
dan keluar tangki. Untuk proses inokulasi kultur, pengambilan sampel, dan pemanenan,
diperlukan adanya saluran khusus dan pengambilannya harus dilakukan dengan hati-
hati dan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk menjaga kondisi dalam bioreaktor
agar tetap terkontrol, digunakan sensor pH, suhu, anti-buih, dan oksigen terlarut (DO).
Apabila kondisi di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan memperingatkan dan
harus dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan kondisi di dalam
bioreaktor. Misalkan terjadi perubahan pH maka harus ditambahkan larutan asam atau
basa untuk menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat dilakukan secara manual
namun juga dapat dilakukan secara otomatis menggunakan bantuan pompa peristaltik.
Selain asam dan basa, pompa peristaltik juga membantu penambahan anti-buih dan
substrat ke dalam bioreaktor.
2.6 Jenis-jenis Fermentor
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor , ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu , semikontinu, dan diskontinu.

1. Bioreaktor Kontinu

Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi dari
volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu memungkinan
organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana pertumbuhan terjadi
pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH dan konsentrasi nutrisi dan
produk metabolit yang tidak terelakkan berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu
diskontinu dapat dijaga konstan dalam kultur kontinu.

Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam biorekator


dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor terjadi dengan
laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan. Dengan
pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut menyebar secara cepat dan
merata pada seluruh bagian rekator. Contoh dari biorektor kontinu yaitu Reaktor
Tangki diaduk Kontinu (RTDK).

Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu atau
lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval jarak sama
dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan melingkar. Peranan
impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor untuk mempermudah
aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan dan meratakan nutrisi dalam
medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen- bagi sel, dan untuk memindahkan
panas.

2. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi
pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan
pencampuran optimum. System ini adalah tertutup, kecuali untuk organism aerobik
dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada bioreaktor diskontinu,
laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang konstan. Hal ini menunjukkan
adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.

Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur


Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan secara
oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan untuk
meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat didegradasi
secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk mempermudah
pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar agitator pada
kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.

3. Bioreaktor semikontinu

Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau


substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan diskontinu
awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari system. Produk yang dihasilkan dari system
seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur diskontinu. Pendekatan ini
secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam produksi ragi yang dibutuhkan
untuk pembuatan roti.

Contoh bioreaktor semikontinu yaitu Digestor atau bioreaktor Anaerobik, tetapi


bioreactor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu.Pengunaan system ini pada
pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang diperoleh dari
pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air buangan yang efisien
dan produksi metan yang tinggi. Dalam system ini Lumpur buangan dicampur dengan
mikroorganisme anaerobic pada suhu 30° C dan waktu retensi hidrolik. Untuk air
buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan fermentasi, teknik operasi yang
dapat menahan biomassa mikroba lebih lama dalam system operasi kontinu sudah
ditemukan. Maka waktu retensi zat padat tidak dapat digabung dengan waktu retensi
cairan sehingga konsentrasi mikroba yang tinggi dapat terjadi pada digester (atau pada
bioreaktor tersebut), yang memberikan laju bdegradasi yang tinggi. Bagi air buangan
yang sangat encer, misalnya buangan kota, waktu retensi zat padat yang sangat panjang
diperlukan.

Berdasarkan pemasukan udara ada 3 jenis fermentor:

1. Fermentor silinder berpengaduk (Jenis fermentor yang paling sering digunakan).


2. Fermentor angkat udara
3. Fermentor vogel busch
Fungsi pengaduk :
1. Menggerakkan media
2. Menyebarkan gas di dalam media
3. Mencampur seluruh komponen media

Faktor yg mempengaruhi fungsi pengadukan


1. Jumlah dan pengaturan letak daun pengaduk
2. Bentuk dan ukuran daun pengaduk
3. Kecepatan putar pengadukan

Menurut Pujaningsih (2005), macam-macam reactor adalah sebagai berikut :


1. Bioreaktor tanki adukan (stirres tank bioreactor) udara disirkulasikan melalui medium
yang diaduk dengan impeller.
2. Biorekator kolum gelembung (Bubble column bioreactor) udara dialirkan melalui sparger
di dasar bejana.
3. Bioreaktor dengan pancaran udara (Airlift bioreactor) terdiri dari dua kolum yang
dimasukkan ke dalam kolum yang lain. Udara dipaksa masuk melewati pipa sehingga
udara dapat terpancar keatas dan medium ikut terbawa.
4. Bioreaktor terkemas padat diisi dengan bahan padatan yang dapat menjaring mikrobia
masuk kedalamnya.

Menurut Andhiko (2008), Berdasarkan proses penyebaran organisme dan media


dalam bejana mengelompokkan jenis fermentor ke dalam 3 grup :
1. Reaktor dengan agitasi internal.
Merupakan biorekator yang paling lazim digunakan di berbagai industri fermentasi.
Grup ini termasuk stirred tank reactor.
2. Bubble column bioreactor.
Merupakan bioreaktor paling sederhana. Terdiri dari tabung panjang dengan beberapa
sparger di bagian dasarnya.
3. Loop reactor.
Merupakan column reactor dimana percampuran dan sirkulasi diinduksi dengan alat-
alat tertentu.

Berdasarkan penggunaan alat tersebut, fermentor Loop reactor dikelompokkan


atas tiga jenis:
1. Air lift loop reactor .
2. Pro peller’loop reactor.
3. Jet loop reactor .

http://maggiedarlenelautama88.blogspot.co.id/2016/01/makalah-bioreaktor-atau-fermentor.html

Anda mungkin juga menyukai