Anda di halaman 1dari 14

85

BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

V. 1 Kegiatan/ Indikator Kegiatan yang Bermasalah


Berdasarkan hasil perhitungan data penentuan prioritas masalah
melalui metode Hanlon kuantitatif, ditemukan masalah cakupan penemuan
kasus suspek TB Paru menjadi prioritas utama. Dilihat dari data target
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2017 untuk penemuan kasus
suspek TB Paru yang ada / ditemukan sebesar 16,11%, maka cakupan
pasien suspek TB Paru yang ada / ditemukan menjadi permasalahan yang
perlu dianalisis untuk mencari penyelesaikan/ solusinya.

V. 2 Definisi operasional7
Definisi suspect TB adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau
gejala klinis yang mendukung TB. Penemuan pasien suspect TB bertujuan
untuk mendapatkan pasien TB melalui serangkaian kegiatan mulai dari
penjaringan terhadap terduga pasien TB, pemeriksaan fisik dan laboratoris,
menentukkan diagnosis, menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien
TB, sehingga dapat dilakukkan pengobatan agar sembuh sehingga tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien
terdiri dari penjaringan terduga pasien, diagnosis, penentuan klasifikasi
penyakit dan tipe pasien.

Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar


akan keluhan dan gelata TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya
tenaga kesehatan yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan terhadap
gejala dan keluhan tersebut.

Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan


tatalaksana pasien TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular
secara bermakna akan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat TB serta sekaligus merupakan kegiatan pencegahan pebularan TB
yang paling efektif di masyarakat. Keikutsertaan pasien merupakan salah
86

satu faktor penting dalam upaya pengendalian TB.

Stategi penemuan

1. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompk populasi tedampak


TB dan pupulasi rentan.
2. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan kegiatan promosi yang
aktif, sehingga semua terduga TB dapat ditemukan secara dini.
3. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan; di dukung
dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat.
4. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan
dan pengurangi keterlambatan pengobatan.
5. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap:
- Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti
pada pasien dengan HIV, Diabetes Melitus dan Malnutrisi.
- Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang beresiko
tinggi terjadinya penularan TB, seperti: Lapas/Rutan, tempat
penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempat kerja, asrama dan
panti jompo.
- Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien TB.
- Kontak erat dengan pasien TB dan pasien resisten obat.
6. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengan gejala dan tanda
yang sama dengan gelaja TB, seperti pendekatan praktis kesehatan paru (Pratical
Approach to Lung health = PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),
manajemen terdadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan
penemuan pasien TB di faskes, mengurangi terjadinya misopportunity dan
sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.
7. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala:
- Gejala utama pasien TB paru adalah betuk berdahak semala 2 minggu
atau lebih. Batu dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
87

menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa


kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
- Gelaja-gejala tersebut diatas dapat dijumpai ada penyakit paru selalin
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan
lain-lain. Mengingat prevalensi Tb di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke fasyankes denga gejala tersebut
diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

Cakupan suspect TB Paru yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)


merupakan perbandingan antara jumlah kasus suspect TB Paru yang
ditemukan/ditangani sesuai standar dibandingkan dengan seluruh sasaran jumlah
perkiraan suspect TB Paru per periode Januari – April 2017 dikalikan 100%

Terdapat beberapa faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara


target yang ditetapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai. Salah satu metode
yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah mengunakan
diagram fish bone memakai data yang telah diolah dalam lima bulan terakhir yaitu
Januari - April 2017. Cara menganalisis penyebab masalah adalah dengan
menggunakan pendekatan sistem yang meliputi: input, proses, output, outcome,
serta faktor lingkungan, sehingga dapat disimpulkan hal-hal yang menyebabkan
timbulnya permasalahan tersebut. Beberapa kemungkinan penyebab masalah yang
ada, antara lain:
88

Tabel 5.1 Analisis Penyebab Masalah Cakupan Penderita Suspect TB


Paru yang Ditemukan Ditinjau dari Faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN


1. Terdapat dokter dan perawat 1. Kader kurang aktif dalam
yang dapat menentukan menjaring pasien suspek TB.
adanya faktor-faktor yang
dimiliki pada pasien dengan
suspect TB
2. Koordinator program yang
khusus untuk program TB
MAN dengan baik melakukan
(Tenaga Kerja) pencatatan dan pelaporan
pasien dengan Suspect TB
3. Terdapat petugas kesehatan
dan kader untuk membantu
menjaring pasien suspect TB
4. Terdapat peran dari petugas
lab untuk memeriksa sputum
pasien suspect TB

1. Tersedianya dana operasional


dari Bantuan Operasional
MONEY
Kesehatan (BOK) dan Badan 1. Tidak ditemukan masalah
(Pembiayaan)
Layanan Umum Daerah
(BLUD)
1. Kurang efektifnya program
1. Penjaringan secara pasif
puskesmas dalam
promotif case finding
METHOD memberikan penyuluhan
2. Terdapat pedoman nasional
(Metode) kepada masyarakat tentang
tatalaksana TB Paru
TB

1. Tersedianya tempat untuk


MATERIAL melakukan pemeriksaan 1. Tidak ada nya sarana untuk
(Perlengkapan) seperti: puskesmas, mengumpulkan sampel dahak
laboratorium dan pustu

MACHINE 1. Tersedianya alat-alat 1. Tidak ditemukan masalah


(Peralatan) pemeriksaan untuk kasus
suspect TB Paru seperti pot
sputum, alat-alat lab yaitu
mikroskop, objek glass, bak
pewarna, reagen, pipet, dan
ose
89

1. Kurangnya kesadaran pasien


suspect TB dalam
pengumpulan pot sputum
2. Berobat di tempat lain
(Rumah sakit, praktik
LINGKUNGAN swasta, BKPM)
3. Kurangnya koordinasi
dengan balai pengobatan
lain seperti BKPM dalam
pencatatan dan pelaporan
TB

Tabel 5.2 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Penderita Suspect


TB Yang Ditemukan Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Jadwal penyuluhan TB
1. Kurang efektifnya perencanaan
2. Jadwal pelayanan di
dan pelaksanaan penyuluhan TB
puskesmas, dan pustu
2. Kurang efektifmya kunjungan
3. Jadwal kunjungan rumah
rumah pasien dan keluarga yang
pasien dan keluarga yang
P1 kontak erat dengan pasien
kontak erat dengan pasien
suspect TB
suspect TB
3. Kurangnya pengawasan
4. Pengawasan dalam
pengumpulan sputum pasien
pengumpulan pot sputum oleh
suspect TB oleh kader dan bidan
kader dan bidan desa
desa
1. Jadwal pelayanan terlaksana
sesuai dengan rencana
2. Pelaksanaan kunjungan
1. Kurangnya pengawasan dari
rumah pasien dan keluarga
kader dan petugas kesehatan
yang kontak erat dengan
dalam pengumpulan pot sputum
pasien suspect TB
P2 2. Kurang efektifnya pelatihan
3. Pengembalian pot sputum
untuk kader dalam menjaring
pada pasien suspect TB
kasus suspect TB
4. Pelaksanaan Pengawasan
dalam pengumpulan pot
sputum oleh kader dan bidan
desa
2. Terdapatnya laporan
1. Kurangnya evaluasi tentang
mengenai jumlah pasien
P3 pengawasaan deteksi dini TB
suspect TB
90
INPUT MONEY
 Tidak ditemukan masalah 91

1. Kader kurang aktif dalam


menjaring pasien suspek TB. MAN
MATERIAL 1. Tidak ada nya sarana untuk
mengumpulkan sampel dahak
1. Kurang efektifnya program
puskesmas dalam memberikan
METHOD
penyuluhan kepada masyarakat  Tidak ditemukan masalah
tentang TB MACHINE
Cakupan penderita suspect
TB yang ditemukan bulan
Januari – April 2017 di
1. Kurang efektifnya perencanaan dan Puskesmas Borobudur
dengan cakupan 16,11% lebih
pelaksanaan penyuluhan TB rendah dari target dinkes
2. Kurang efektifmya kunjungan rumah yaitu sebesar 70% .
P1 LINGKUNGAN
pasien dan keluarga yang kontak erat
1. Kurangnya kesadaran pasien suspect TB dalam
dengan pasien suspect TB
pengumpulan pot sputum
3. Kurangnya pengawasan pengumpulan
2. Adanya pasien yang berobat di tempat lain (Rumah
sputum pasien suspect TB oleh kader dan
sakit, praktik swasta, BKPM)
bidan desa
3. Kurangnya koordinasi dengan balai pengobatan lain
1. Kurangnya kesadaran pasien seperti BKPM dalam pencatatan dan pelaporan TB
P2
suspect TB dalam pengumpulan
pot sputum P3 1. Kurangnya evaluasi tentang
pengawasaan deteksi dini Gambar 5.2 Diagram Fish Bone
2. Kurangnya pengawasan
Berdasarkan Pendekatan Sistem
pengumpulan sputum oleh kader PROSES TB
dan petugas kesehatan
92

V. 3 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas yang terdiri dari bidan
koordinator program, dokter, dan perawat mengenai pasien suspect TB yang ditemukan,
maka dari kemungkinan penyebab masalah diatas maka didapatkan penyebab masalah
yang paling mungkin, yaitu sebagai berikut:
a. Kurangnya pengawasan pengumpulan sputum oleh kader dan bidan desa
b. Kurangnya evaluasi tentang pengawasaan deteksi dini TB
c. Kurangnya kesadaran pasien suspect TB dalam pengumpulan pot sputum
d. Kurangnya koordinasi dengan balai pengobatan lain seperti BKPM dalam
pencatatan dan pelaporan kasus TB

V. 4 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya, yaitu
dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan
penyebab masalah yang ada,

V. 5 Penentuan Pemecahan Masalah


Dari hasil analisis pemecahan masalah, didapatkan alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut:
a) Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di puskesmas
b) Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah pasien suspect TB dan keluarganya yang
tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi secara ketat sehingga pasien tidak lupa
mengumpulkan sputum
c) Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan bidan dalam penjaringan pasien suspect
TB
d) Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang TB sehingga masyarakat sadar betul
akan bahaya TB
e) Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk memberikan informasi data jumlah
pasien kasus suspect TB di wilayah puskesmas Borobudur

92
93

PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF


PEMECAHAN Pengeluaran sputum dilakukan secara
langsung di puskesmas

Kurangnya pengawasan pengumpulan Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah


sputum oleh kader dan bidan desa pasien suspect TB dan keluarganya yang
tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi
Kurangnya evaluasi tentang pengawasaan secara ketat sehingga pasien tidak lupa
deteksi dini TB mengumpulkan sputum Pengawasan dan
evaluasi kinerja kader dan bidan desa oleh
Kurangnya kesadaran pasien suspect TB petugas kesehatan dalam penjaringan kasus
dalam pengumpulan pot sputum suspect TB

Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan


bidan dalam penjaringan pasien suspect TB
Kurangnya koordinasi dengan balai
pengobatan lain seperti BKPM dalam
pencatatan dan pelaporan kasus suspect TB Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang
TB sehingga masyarakat sadar betul akan
bahaya TB

Bekerja sama dengan balai pengobatan lain


untuk memberikan informasi data jumlah
pasien kasus suspect TB di wilayah
puskesmas Borobudur

Bagan 5.2 Diagram Alternatif Pemecahan Masalah

V. 6 Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus


Mx IxV/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks
menggunakan rumus M x I x V / C.
Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :

93
94

1. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
 Magnitude ( m ) Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.
 Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
 Vulnerability ( v ) Sensitivitas cara penyelesaian masalah
Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5. Begitu juga
dalam melakukan penilaian pada kriteria I dan v.

2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost)
Kriteria cost (c) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya
mendekati 1.

Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan


menggunakan kriteria matriks :

Tabel 5.3 Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Penyelesaian Nilai
Hasil akhir Urutan
Masalah Kriteria
M I V C (M x I x V) / C
a) Pengeluaran sputum dilakukan secara 4 3 2 1 24 II
langsung di puskesmas

b) Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah 5 4 3 2 30 I


pasien suspect TB dan keluarganya yang
tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi
secara ketat sehingga pasien tidak lupa
mengumpulkan sputum
c). Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan 4 3 2 2 12 III
bidan dalam penjaringan pasien suspect TB
d) Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang 4 3 2 2 12 IV
TB sehingga masyarakat sadar betul akan
bahaya TB
e) Bekerja sama dengan balai pengobatan lain 4 3 2 2 12 V
untuk memberikan informasi kasus supect
TB di wilayah puskesmas Borobudur

94
95

Setelah penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan menggunakan


kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah
rendahnya cakupan suspect TB wilayah kerja Puskesmas Borobudur, adalah sebagai berikut :
1) Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah pasien suspect TB dan keluarganya
yang tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi secara ketat sehingga pasien tidak
lupa mengumpulkan sputum Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di
puskesmas
2) Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di puskesmas
3) Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan bidan desa oleh petugas kesehatan dalam
penjaringan kasus
4) Penjadwalan secara rutin penyuluhan tentang TB sehingga masyarakat sadar betul
akan bahaya TB
5) Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk memberikan informasi kasus
supect TB di wilayah puskesmas Borobudur

yang kemudian disusun sebagai rencana pelaksanaan kegiataan (plan of action), yaitu:
1) Kunjungan oleh tenaga puskesmas ke rumah pasien suspect TB dan keluarganya
yang tercatat oleh bidan desa untuk mengawasi secara ketat sehingga pasien tidak
lupa mengumpulkan sputum Pengawasan dan evaluasi kinerja kader dan bidan desa
oleh petugas kesehatan dalam penjaringan kasus
2) Pengeluaran sputum dilakukan secara langsung di puskesmas
3) Bekerja sama dengan balai pengobatan lain untuk memberikan informasi kasus
supect TB di wilayah puskesmas Borobudur

95
96

V.7 PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


Tabel 5.4 Plan of Action Peningkatan Cakupan Pasien Suspect TB Yang Ditemukan di Puskesmas Borobudur

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur

1. Kunjungan oleh tenaga Meningkatkan Pasien Puskesmas, Koordinataor Juli - Puske Penyulu Meningkatnya
puskesmas ke rumah pasien kesadaran pasien suspect TB, pustu, TB, bidan Septembe smas han pengetahuan kader

suspect TB dan keluarganya suspect TB untuk keluarga desa dan r tentang TB dan
mengumpulakan yang kader penjaringan pasien
yang tercatat oleh kader
sputum dan kontak suspect TB
untuk mengawasi secara
menemukan kasus baru dengan
ketat sehingga pasien tidak
TB dari keluarga yang pasien
lupa mengumpulkan sputum
kontak dengan pasien

2. Pengeluaran sputum dilakukan Mendapatkan sputum Pasien Laboratoriu Dokter, Setiap Puske Edukasi Mendapatkan sputum
secara langsung di puskesmas pada pasien suspek TB suspek TB m petuhas lab bulan smas dan pada pasien suspek TB
sehingga sputum dapat Puskesmas puskesmas motivasi sehingga sputum dapat
langsung diperiksa Borobudur langsung diperiksa

3. Bekerja sama dengan balai Mendapatkan angka Lembaga Puskesmas, Dokter Setiap Pusk Semina Meningkatnya angka
pengobatan lain untuk cakupan pasien kesehatan, Borobudur puskesmas bulan esma r cakupan pasien
memberikan informasi kasus suspect TB di pustu, s suspect TB di
96
97

supect TB di wilayah wilayah Puskesmas klinik wilayah Puskesmas


puskesmas Borobudur Borobudur pratama Borobudur

97
98

98

Anda mungkin juga menyukai