Anda di halaman 1dari 46

SALINAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2011
TENTANG
PEDOMAN PERUMUSAN MATERI MUATAN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 ayat (1)


huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu di
susun pedoman mengenai perumusan materi muatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
peraturan perundang-undangan;
b. bahwa dalam membentuk peraturan perundang-undangan
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Pedoman
Perumusan Materi Pokok Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Dalam Peraturan Perundang-Undangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

1
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


TENTANG PEDOMAN PERUMUSAN MATERI MUATAN
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

Pasal 1
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi perancang
peraturan perundang-undangan dalam merumuskan materi muatan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

Pasal 2
Pedoman perumusan materi muatan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Pedoman perumusan materi muatan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 memuat:
BAB I Umum
BAB II Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan
Hidup
a. Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup Spesifik;
b. Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. KapasitasSumber Daya Manusia dalam UU PPLH;
d. Kapasitas Kelembagaan Untuk Melaksanakan Tugas Dan
Wewenang;
e. Data dan Informasi Mengenai Materi Muatan Spesifik;
f. Peran Masyarakat;
g. Pilihan Bentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai
Materi Muatan Spesifik.

2
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2011

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Desember 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 838

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Hukum dan Humas,

Inar Ichsana Ishak

3
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 14 TAHUN 2011
TANGGAL : 13 DESEMBER 2011

PEDOMAN PERUMUSAN MATERI MUATAN LINGKUNGAN HIDUP


DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. UMUM
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (UU PPUU) mengikat Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden,
Kementerian, Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota yang
berwenang untuk mengusulkan suatu peraturan perundang-
undangan. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
ini, perbedaan terdapat pada kewenangan yang diserahkan oleh
peraturan perundang-undangan kepada lembaga atau pejabat
sesuai kewenangannya berupa penentuan materi muatan yang
akan diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Wewenang mengatur materi muatan yang layak menjadi


peraturan perundang-undangan diseleksi sesuai proses
pembentukannya sebagaimana diatur di dalam UU PPUU. Oleh
karena itu, pedoman mengenai perumusan materi muatan
lingkungan hidup ini tidak mungkin mengikat setiap
pejabat/lembaga yang membentuk peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup yang telah ditetapkan
menjadi kewenangannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UU PPLH).

Pedoman ini merupakan pelaksanaan tugas dan wewenang


Menteri Negara Lingkungan Hidup melakukan pembinaan
terhadap pelaksanaan kebijaksanaan nasional, peraturan daerah,
dan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (1) huruf o UU PPLH. Pembinaan di sini jelas bersifat
searah yang tidak mengikat atau tidak mempunyai konsekuensi
hukum jika tidak ditaati. Untuk memperkuat bahwa pedoman ini
adalah suatu kebijakan yang menjadi wewenang Menteri
Lingkungan Hidup, pedoman ini diatur dalam Peraturan Menteri.

1
A. Peraturan Perundang-undangan
1. Pasal 1 angka 2 UU PPUU mencantumkan bahwa
“Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan”.

2. Peraturan perundang-undangan terdiri dari:


1) Undang-Undang Dasar;
2) Undang-Undang;
3) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden; dan
6) Peraturan Daerah.

3. Layak atau tidak layaknya suatu peraturan sebagai


peraturan perundang-undangan berdasarkan kriteria
berikut ini:
1) norma hukum berlaku kepada siapa saja (berlaku
umum);
2) mempunyai konsekuensi hukum apabila norma
dilanggar;
3) dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang;
4) dibentuk atau ditetapkan melalui proses yang
ditetapkan UU PPUU.

B. Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria


1. Norma adalah peraturan/kaidah yang diciptakan oleh
kekuasaan resmi atau Negara yang sifatnya mengikat dan
memaksa. Pengertian ini memberikan penafsiran bahwa
norma harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a. mempunyai materi muatan yang wajib dilindungi
dan/atau dikelola;
b. mempunyai instrumen kendali untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan/atau menghentikan suatu
kegiatan;
c. mempunyai sanksi atau konsekuensi hukum untuk
mendukung penerapan instrumen PPLH agar mengikat
setiap pelaku atau pelaksana kegiatan.

2. Standar adalah kesepakatan mengenai spesifikasi teknis


atau kriteria yang akurat yang digunakan sebagai
peraturan, petunjuk, atau definisi tertentu untuk
2
menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Standar dalam peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup menggunakan
istilah baku mutu lingkungan dan kriteria baku kerusakan
yang akurat yang digunakan sebagai aturan untuk
menjamin kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat
dapat dicapai.

3. Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah


menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang
merupakan suatu kesatuan. Pengertian prosedur pada
dasarnya sama dengan standar hanya fokus pada metoda.
Oleh sebab itu prosedur lebih dikenal sebagai Standard of
Procedure (SOP).

Semua kegiatan yang diorganisir ke dalam fungsi


perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum akan melahirkan
berbagai macam SOP. SOP inventarisasi, SOP menetapkan
kawasan lindung, dan SOP menyusun Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
sebagian kecil SOP pada kegiatan untuk melaksanakan
fungsi perencanaan.

Fungsi pengendalian dalam hal pencegahan dapat


melahirkan prosedur penyusunan Amdal atau UKL-UPL,
prosedur permohonan izin, prosedur penetapan baku mutu
lingkungan, kriteria baku kerusakan. Sedangkan fungsi
pengendalian mengenai penanggulangan dan pemulihan,
pedoman tata cara penanggulangan dan tata cara
pemulihan lingkungan sangat membantu dalam
pelaksanaanya baik yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah maupun penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan lingkungan hidup.

4. Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau


penetapan sesuatu. Pada dasarnya pengertian kriteria
sama dengan standar. Dalam peraturan perundang-
undangan lingkungan hidup kriteria baku kerusakan
digunakan untuk menilai atau menetapkan apakah suatu
kegiatan telah merusak lingkungan hidup.

Pengertian peraturan perundang-undangan, norma, standar,


prosedur, dan kriteria memberikan pemahaman bahwa tidak
semua amanat UU PPLH dapat dilaksanakan dalam
pembentukan suatu peraturan perundang-undangan
3
tersendiri. Amanat undang-undang untuk membentuk
ketentuan dalam peraturan pemerintah menginterpretasikan
suatu norma yang mengikat secara umum harus menerapkan
instrumen kendali tertentu disertai dengan sanksi atau
konsekuensi hukum.

Penerapan instrumen kendali yang efektif perlu dirinci,


dijabarkan atau dijelaskan dalam pedoman berupa standar,
prosedur, dan kriteria yang bersifat teknis. Pedoman yang
bersifat teknis tersebut cukup diatur dalam Peraturan
Menteri.

C. Kriteria PUU di Bidang Lingkungan Hidup


Dengan memperhatikan pengertian peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dalam UU PPUU, kriteria
PUU di bidang lingkungan hidup memuat:
1. Tujuan peraturan perundang-undangan yang merupakan
rincian atau sasaran dari tujuan UU PPLH yang meliputi:
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan
kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
lingkungan hidup;
f. menjamin sepenuhnya keadilan generasi masa kini dan
generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi
manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.

2. Fungsi manajemen Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (PPLH) untuk mencapai tujuan
peraturan perundang-undangan, yaitu:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
4
f. penegakan hukum.

Fungsi tersebut harus dijabarkan dalam langkah atau


kegiatan sebagai prosedur atau tata cara untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.

3. Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup (PPLH). Instrumen PPLH menjadi instrumen kendali
apabila diperkuat mengenai konsekuensi hukumnya.

Instrumen PPLH merupakan penentu pencapaian tujuan


Undang-Undang. Fungsi manajemen perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan
dan penegakan hukum memiliki instrumennya masing-
masing untuk mengarahkan, mengendalikan dan
menghentikan usaha dan/atau kegiatan yang
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup. Intrumen PPLH meliputi:
a. Instrumen perencanaan;
b. Instrumen pengendalian, yang bersifat:
1) promosi;
2) pencegahan; dan
3) penegakan.

Semua instrumen perencanaan dan pengendalian harus


diterapkan pada materi muatan lingkungan yang akan
dikelola dan dilindungi. Pengaturan rinci instrumen PPLH
tanpa mengaitkan materi muatan lingkungan dan
konsekuensi hukum tidak mempunyai dampak apapun
dan tidak memenuhi kriteria peraturan perundang-
undangan.

4. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)


untuk melaksanakan fungsi PPLH, melalui:
a. peningkatan kapasitas pelaksana atau pelaku untuk
seluruh kegiatan PPLH; dan
b. peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat
berperan di dalam PPLH.

5. Tugas dan wewenang lembaga/unit pelaksana fungsi


PPLH:
a. tugas dan wewenang untuk melaksanakan fungsi–
fungsi PPLH
b. perangkat lunak dan perangkat keras agar unit yang
melaksanakan kegiatan sesuai fungsinya, yaitu:

5
1) perangkat keras, seperti laboratorium, perangkat
teknologi informasi; dan
2) perangkat lunak, SOP kegiatan untuk melaksanakan
fungsi tertentu.

6. Data dan informasi materi muatan lingkungan hidup


spesifik sebagai pelaksanaan hak mendapat informasi
untuk berperan serta dalam PPLH.

7. Peran masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan hak


masyarakat melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

II. MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


LINGKUNGAN HIDUP

A. Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup


Spesifik
1. Tujuan.
Peraturan perundang-undangan lingkungan hidup spesifik
adalah peraturan perundang-undangan mengenai muatan
materi yang akan dilindungi dan dikelola.

Contoh Tujuan Peraturan Perundang-undangan:

No. Materi Muatan Tujuan


1 Perlindungan dan a. Menjamin keselamatan,
Pengelolaan air kesehatan, dan kehidupan
manusia;
b. Menjaga kelestarian fungsi
air dan sumber air;
c. Mengendalikan
pemanfaatan sumber air
secara bijaksana.

2. Perlindungan dan Melestrikan fungsi ekosistem


Pengelolaan Ekosistem gambut dan mencegah
Gambut terjadinya perusakan
ekosistem gambut
3. Pengelolaan Sampah Meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas
lingkungan hidup serta
menjadikan sampah sebagai
sumber daya
4. dan seterusnya

6
2. Fungsi manajemen perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup meliputi kegiatan:
a. perencanaan PPLH terdiri dari :
1) inventarisasi lingkungan hidup
2) penetapan wilayah ekoregion
3) penyusunan RPPLH
b. pemanfatan sumber daya alam berdasarkan:
1) RPPLH
2) perkiraan daya dukung dan daya tampung
c. pengendalian pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan terdiri dari:
1) pencegahan
2) penanggulangan
3) pemulihan
d. pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui
upaya:
1) konservasi sumber daya alam
2) pencadangan sumber daya alam
3) pelestarian fungsi atmosfer
e. pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap:
1) peraturan perundang-undangan
2) izin lingkungan
f. penegakan hukum lingkungan terdiri dari:
1) administrasi
2) penyelesaian sengketa
3) pidana

Pola fungsi manajemen perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup tidak selalu sama di dalam peraturan
perundang-undangan yang materi muatannya spesifik.
Untuk mencapai tujuan yang bersifat spesifik, peraturan
pelaksana harus tetap merujuk fungsi manajemen
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
pelaksanaan UU PPLH.

Contoh dan Prospek Fungsi Manajemen PUU


di Bidang Materi Muatan Spesifik

No. Materi Muatan Pola Fungsi Manajemen


1. Perlindungan dan • Perencanaan,
Pengelolaan Lingkungan • Pemanfaatan,
Hidup • Pengendalian,
• Pengawasan, dan

7
No. Materi Muatan Pola Fungsi Manajemen
• Penegakan hukum.
2. Pengelolaan Limbah • Pengurangan,
B3 • Penyimpanan,
• Pengumpulan,
• Pengangkutan,
• Pemanfaatan
• Pengolahan, dan
• Penimbunan.
3. Pelestarian Fungsi • Mitigasi dan adaptasi
Atmosfer perubahan iklim,
• Pengurangan dan
penghapusan bahan
perusak ozon, dan
• Pengendalian hujan
asam
4. dan seterusnya

Setiap fungsi manajemen perencanaan, pemanfaatan,


pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum tidak selalu dapat dirinci ke dalam kegiatan yang
berbeda dalam peraturan pelaksanaannya. Banyak fungsi
tersebut terdiri dari komponen kegiatan yang sama karena
fungsi tersebut tidak mutlak sebagai tahapan yang
berurutan. Fungsi pemeliharaan lingkungan hidup
tertentu sudah harus dilakukan pada kegiatan penetapan
kawasan lindung yang ada pada tahap perencanaan dan
kegiatan pemulihan yang ada dalam pengendalian. Fungsi
pemanfaatan, kegiatannya dapat bersinggungan dengan
atau menjadi bagian dari fungsi perencanaan dan fungsi
pengendalian.

Kata kuncinya penetapan fungsi terhadap suatu


perlindungan lingkungan ataupun pengelolaan lingkungan
hidup dengan materi muatan spesifik ditentukan oleh
karakteristik objek peraturan perundang-undangan
lingkungan hidup yang akan disusun.

3) Bentuk peraturan perundang-undangan


Pada saat ini, keberadaan peraturan perundang-undangan
di bidang lingkungan hidup belum memadai untuk
melaksanaan dan mencapai tujuan UU PPLH. Peraturan
pelaksanaan ini dapat melahirkan undang-undang baru,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah,
maupun peraturan menteri yang dibentuk untuk

8
memberikan pedoman rinci agar peraturan perundang-
undangan menjadi efektif. Peraturan yang efektif
ditentukan oleh instrumen kendali yang disertai dengan
konsekuensinya, sehingga peraturan menteri dapat lebih
memberikan pedoman, bagaimana seharusnya
menerapkan instrumen perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

a. Pembentukan Undang-Undang.
Kebutuhan penyusunan undang-undang harus
disesuaikan dengan kriteria kelayakan materi muatan
yang:
1) menimbulkan hak baru yang tidak tercantum dalam
UU PPLH;
2) menimbulkan kewajiban dan beban baru berupa
sanksi pidana maupun pajak dalam UU PPLH; dan
3) melakukan pengesahan perjanjian internasional di
bidang lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional.

Contoh dan Prospek Pembentukan Undang-Undang


Pelaksanaan UU PPLH

No. Materi Muatan UU/RUU


1. Sampah sebagai Pengelolaan Sampah
bagian dari limbah
padat
2. Pengesahan Protokol Pengesahan Kyoto
Kyoto Protocol to the United
Nations Framework
Convention on Climate
Change (Protokol Kyoto
atas Konvensi Kerangka
Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang
Perubahan Iklim)
3. Sumber daya Pengelolaan Sumber
genetika sebagai Daya Genetika
bagian dari makhluk
hidup
4. dan seterusnya

9
b. Pembentukan Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah dibentuk untuk melaksanakan
UU PPLH. Pengertian lingkungan hidup menurut UU
PPLH terlalu umum, sehingga belum efektif untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, peraturan pemerintah
sebagai pelaksanaan undang-undang harus
mempunyai materi muatan yang lebih spesifik.
Proyeksi pembentukan peraturan perundang dengan
materi muatan spesifik berdasarkan pengertian
lingkungan hidup dalam UU PPLH adalah:

1) Peraturan pemerintah mengenai pengelolaan benda


padat, cair, dan/atau gas tertentu merujuk pada
komponen benda.

Contoh Peraturan Pemerintah dengan Materi


Muatan Mengenai Benda

No. Materi Muatan Benda (padat, gas, cair)


1. Bahan Berbahaya Padat, gas, dan cair
dan Beracun
2 Mitigasi Memelihara kestabilan gas
Perubahan Iklim rumah kaca
3. Perlindungan dan Perlindungan sumber air
Pengelolaan Air dan pengelolaan air limbah
4. dan seterusnya

2) Peraturan pemerintah mengenai perlindungan dan


pengelolaan suatu kondisi tertentu merujuk pada
komponen kondisi sebagai obyek peraturan.

Contoh Peraturan Pemerintah dengan Materi


Muatan Mengenai Kondisi

No. Materi Muatan Kondisi


1. Perlindungan dan Kualitas yang menjamin
Pengelolaan Air kesehatan yang dapat
dimanfaatkan generasi
sekarang dan akan datang
2 Perlindungan dan Kualitas udara yag
Pengelolaan menjamin kesehatan dan
Udara makhluk hidup lainya
3. Perlindungan dan Memelihara kestabilan
Pengelolaan tutupan lahan untuk
Ekosistem mencegah terjadinya

10
No. Materi Muatan Kondisi
Daratan bencana lingkungan
4. dan seterusnya

3) Peraturan pemerintah mengenai perlindungan dan


pengelolaan daya atau energi, merujuk pada daya
sebagai materi muatan.

Contoh Peraturan Pemerintah dengan Muatan


Materi Mengenai Energi

No. Materi Muatan Energi


1. Perlindungan dan Panas (suhu) yang
Pengelolaan Air harmonis untuk biota laut
2 Perlindungan dan standar kebisingan, suhu
Pengelolaan atau getaran yang layak
Udara untuk manusia dan
makhluk hidup lainnya
3. Perlindungan dan batas getaran yang dapat
Pengelolaan diserap oleh tanah, atau
Ekosistem tingkat cahaya yang
Daratan dibutuhkan untuk proses
fotosintesis biomassa
4. dan seterusnya

4) Peraturan pemerintah mengenai perlindungan dan


pengelolaan makhluk hidup, yaitu gen, spesies atau
ekosistem, merujuk pada makhluk hidup sebagai
materi muatan peraturan.

Contoh Peraturan Pemerintah dengan Materi


Muatan Makhluk Hidup.

No. Materi Muatan Makhluk Hidup


1 Keamanan Hayati gen
Produk Rekayasa
Genetika
2. Perlindungan dan ekosistem
Pengelolaan Ekosistem
Gambut.
3. Perlindungan harimau spesies
Sumatera, harimau
Jawa, orang hutan, dll
4. dan seterusnya

11
Proyeksi peraturan pemerintah tersebut tidak harus
mewakili setiap komponen lingkungan, karena dapat
berkaitan satu sama lain, misalnya:
a) peraturan mengenai kondisi tutupan lahan
berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan
karst;
b) peraturan mengenai pengelolaan gas rumah kaca
berkaitan dengan pencegahan iklim ekstrim.

Peraturan pemerintah seharusnya tidak mengenai


materi muatan akibat kegiatan tertentu, karena
ukuran dampak lingkungan tidak didasarkan pada
jenis usaha dan/atau kegiatan tetapi pada
lingkungan yang diwujudkan dalam indeks
lingkungan yang terdiri dari parameter fisika,
biologi, dan kimia. Peraturan pemerintah yang
terkait dengan kegiatan menjadikan:
a) tujuan UU PPLH menjadi tidak jelas apakah
untuk perlindungan lingkungan atau untuk
kepentingan ekonomi.
b) terbitnya peraturan menjadi tidak terbatas
sesuai dengan banyaknya jenis usaha dan/atau
kegiatan yang ada di Indonesia.

c. Pembentukan Peraturan Presiden


UU PPUU, tidak membedakan antara peraturan
pemerintah dengan peraturan presiden baik dari segi
materi muatan maupun proses penyusunannya.

Berdasarkan kajian dalam penyusunan keduanya,


perbedaan terdapat pada:
1) Peraturan Presiden dibentuk untuk melaksanakan
lebih satu peraturan pemerintah yang berasal dari
Undang-Undang yang berbeda yang ketentuannya
terkait dengan lingkungan hidup,
2) Peraturan Presiden dapat digunakan sebagai proses
pengesahan perjanjian internasional untuk
amandemen perjanjian internasional dalam bentuk
protokol atau di bawahnya, sedangkan peraturan
pemerintah tidak digunakan sebagai bentuk
pengesahan perjanjian internasional.

12
Contoh Peraturan Presiden dengan Materi Muatan
di bidang Lingkungan Hidup.

No. Materi Muatan RPerpres


1 Bahan Perusak Ozon Pengesahan
Amandemen Beijing
atas Protokol Montreal
tentang Bahan-bahan
yang Merusak Lapisan
Ozon
2. Gas Rumah Kaca Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca
3. Limbah Bahan Amandemen atas
Berbahaya Konvensi Basel tentang
Pengawasan
Perpindahan Lintas
Batas Limbah Bahan
Berbahaya dan
Pembuangannya
4. dan seterusnya

d. Pembentukan Peraturan Daerah.


Sebagaimana Peraturan Presiden, materi muatan
Peraturan Daerah tidak berbeda dengan Peraturan
Pemerintah. Berdasarkan kajian perbedaan terdapat
pada:
1) Peraturan Daerah sebagai pelaksanaan Peraturan
Pemerintah, materi muatannya harus merujuk
kepada lingkungan hidup di suatu daerah
tertentu,
2) Peraturan Daerah dapat memuat sanksi pidana,
sedangkan Peraturan Pemerintah tidak.

Pedoman perumusan materi muatan untuk Peraturan


Daerah dimuat dalam Peraturan Menteri tersendiri.

B. Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup.
Berdasarkan kriteria untuk menetapkan peraturan
perundang-undangan, instrumen PPLH tidak layak diatur
dalam peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, maupun
Peraturan Daerah secara mandiri, karena instrumen PPLH
adalah bagian dari norma.

13
Instrumen PPLH menjadi efektif apabila bersifat mengikat,
yaitu harus:
a diterapkan langsung pada materi muatan yang akan
dilindungi atau dikelola; dan
b diperkuat dengan konsekuensi hukum apabila tidak
ditaati.

Biasanya untuk menerapkan instrumen PPLH dalam materi


muatan perlu dijabarkan dalam standar, prosedur, dan/atau
kriteria atau kombinasi dari semuanya sebagai pedoman.
Standar, prosedur, dan/atau kriteria merupakan dasar untuk
menilai atau mengukur tingkat ketaatan suatu usaha
dan/atau kegiatan. Ketidakpatuhan terhadap standar,
prosedur, dan kriteria mempunyai konsekuensi hukum atau
kekuatan mengikat harus berdasarkan ketentuan yang telah
diatur dalam UU PPLH. Dengan demikian, standar, prosedur,
kriteria dan/atau pedoman lain tidak mengatur konsekuensi
hukum, terlebih lagi mengenai sanksi.

Pengaturan lebih rinci mengenai penerapan instrumen PPLH


pada materi muatan materi spesifik, selayaknya dimuat
sebagai kebijakan dalam Peraturan Menteri berdasarkan
tugas dan wewenang Menteri yang diamanatkan dalam Pasal
63 ayat (1) dan Pasal 64 UU PPLH.

Memperhatikan konsekuensi hukum atau kemampuan


mengikat suatu peraturan perundang-undangan mengenai
materi muatan tertentu, Instrumen PPLH dapat dikategorikan
menjadi:
a. Instrumen perencanaan; dan
b. Instrumen pengendalian, yang terdiri dari:
1) Promosi. Instrumen pengendalian ini tidak mempunyai
konsekuensi hukum berupa sanksi. Konsekuensi
hukum dalam bentuk pembinaan berupa bantuan
teknis, bantuan keuangan, dan/atau advokasi;
2) Pencegahan. Instrumen kendali bersifat pencegahan
meliputi: izin, baku mutu, kriteria baku kerusakan,
anggaran berbasis lingkungan. Instrumen pengendali
pencegahan harus didukung dengan konsekuensi
hukum;
3) Penegakan. Instrumen kendali bersifat
penegakan/pemaksaan adalah instrumen untuk
mengoreksi kegiatan, dan/atau, bila mungkin,
menghentikan kegiatan yang sudah terjadi, yang
meliputi: perintah pemulihan, perintah
penanggulangan, membayar ganti rugi, dan hukuman
14
kurungan badan. Instrumen kendali pemaksaan
mendukung penerapan instrumen perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup baik untuk instrumen
perencanaan maupun instrumen kendali yang bersifat
pencegahan.

Dalam penyusunan materi muatan lingkungan hidup,


instrumen kendali adalah faktor kunci untuk mencapai
tujuan UU PPLH. Penggunaan instrumen tidak berarti
pilihan salah satu instrumen PPLH saja. Penerapan
instrumen akan lebih efektif dikembangkan dengan
menggunakan kombinasi dari beberapa instrumen PPLH,
sejauh tidak melanggar hak azasi pelaku atau pelaksana
kegiatan.

Kombinasi penggabungan beberapa instrumen dapat


dijelaskan sebagai berikut:
a. tujuan baku mutu air atau ambien ditetapkan sebagai
kondisi ideal kualitas air;
b. untuk mencapai tujuan kualitas air, setiap kegiatan
yang mempengaruhi kualitas air dikendalikan melalui
izin;
c. baku mutu air limbah, baku mutu emisi dapat
digunakan sebagai persyaratan perizinan;
d. pelanggaran terhadap persyaratan perizinan dapat
dikenakan sanksi administrasi dan/atau menerapkan
instrumen ekonomi;
e. tidak mempunyai izin dikenakan sanksi pidana.

Instrumen perencanaan PPLH meliputi:


a. Inventarisasi lingkungan hidup terdiri atas inventarisasi
lingkungan hidup:
1) Inventarisasi lingkungan hidup terdiri atas
inventarisasi lingkungan hidup di:
a) Tingkat nasional:
b) Tingkat pulau/kepulauan; dan
c) Tingkat wilayah/ekoregion
2) Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk
memperoleh data dan informasi mengenai sumber
daya alam yang meliputi:
a) Potensi dan ketersediaan;
b) Jenis yang dimanfaatkan
c) Bentuk penguasaan
d) Pengetahuan pengelolaan
e) Bentuk kerusakan; dan

15
f) Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat
pengelolaan.

b. Penetapan Wilayah/Ekoregion
1) Menteri menetapkan ekoregion berdasarkan
inventarisasi lingkungan hidup
2) Penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kesamaan:
a) Karakteristik bentang alam;
b) Daerah aliran sungai;
c) Iklim;
d) Flora dan fauna;
e) Sosial budaya;
f) Ekonomi;
g) Kelembagaan masyarakat; dan
h) Hasil inventarisasi lingkungan hidup.

Memperhatikan ketentuan mengenai penetapan


wilayah/ekoregion, ketentuan ini tidak untuk dijadikan
acuan dalam penyusunan peraturan pelaksanaan
dengan materi muatan tertentu. Penetapan
wilayah/ekoregion adalah kebijakan nasional yang
menjadi pertimbangan di dalam penentuan kriteria yang
menjadi acuan untuk menyusun dan mengevaluasi UU
PPLH bukan untuk melaksanakan UU PPLH tersebut.

c. RPPLH menurut UU PPLH ditetapkan rambu-rambunya


sebagai berikut:
1) Dalam Pasal 1 angka 4 UU PPLH menyatakan bahwa
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat
potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun
waktu tertentu;
2) RPPLH terdiri atas RPPLH tingkat nasional, RPPLH
tingkat provinsi, dan RPPLH tingkat
kabupaten/kota;
3) RPPLH tingkat nasional disusun berdasarkan
inventarisasi nasional yang disusun oleh Menteri
dalam bentuk Peraturan Pemerintah;
4) RPPLH tingkat provinsi disusun berdasarkan RPPLH
nasional, tingkat pulau/kepulauan, dan
inventarisasi tingkat ekoregion yang disusun oleh
Gubernur dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi;
5) RPPLH kabupaten/kota disusun berdasarkan
RPPLH provinsi, inventarisasi tingkat
pulau/kepulauan, dan inventarisasi tingkat
16
ekoregion yang disusun oleh bupati/walikota dalam
bentuk Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
6) Penyusunan RPPLH harus memperhatikan
keragaman karakter dan fungsi ekologis, sebaran
penduduk, sebaran potensi sumber daya alam,
kearifan lokal, aspirasi masyarakat, dan perubahan
iklim;
7) Muatan RPPLH antara lain pemanfaatan dan/atau
pencadangan sumber daya alam, pemeliharaan dan
perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan
hidup, pengendalian, pemantauan, serta
pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam,
dan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim;
8) RPPLH ini akan menjadi dasar penyusunan dan
dimuat dalam rencana pembangunan jangka
panjang dan rencana pembangunan jangka
menengah.

UU PPLH memerintahkan agar ketentuan lebih lanjut


mengenai RPPLH akan diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Ketentuan lebih lanjut ini tidak mungkin
diartikan sebagai penjabarannya di dalam peraturan
pemerintah tersendiri disebabkan:
a. RPPLH adalah bagian dari instrumen perencanaan
untuk mengatur materi muatan lingkungan hidup
spesifik.
b. RPPLH adalah kebijakan pemerintah yang
pelaksanaannya mengikuti Pasal 63 ayat (1) huruf c
UU PPLH.

Contoh Peraturan Pemerintah Dengan Materi


Muatan Menerapkan Instrumen Perencanaan

No. Muatan Materi Instrumen Perencanaan


1. Perlindungan • Inventarisasi ekosistem
dan Pengelolaan gambut,
ekosistem • pemetaan kawasan
gambut ekosistem gambut,
• penetapan kawasan
lindung dan budi daya
ekosistem gambut, dan
• rencana perlindungan dan
pengelolaan ekosistem

17
No. Muatan Materi Instrumen Perencanaan
gambut
2. Perlindungan • Inventarisasi sumber air
dan pengelolaan dan identifikasi sumber
air pencemar air,
• pemetaan air tercemar,
• rencana perlindungan dan
pengelolaan air
3. Pengelolaan • Inventarisasi limbah B3
limbah B3 dan identifikasi sumber
limbah B3,
• rencana pengelolaan
limbah B3
4. dan seterusnya

c. Instrumen pengendalian yang bersifat promosi penaatan.


1) Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan
aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Dalam rangka peningkatan kompetensi setiap anggota
masyarakat untuk berperan serta dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah antara lain, berupa:
1. pendidikan;
2. pelatihan;
3. pembinaan;
4. sosialisasi; dan
5. penghargaan.
3) Instrumen promosi penaatan adalah instrumen PPLH
yang tidak mempunyai konsekuensi hukum berbentuk
sanksi baik administrasi, perdata, atau pidana. Dalam
pelaksanaan instrumen promosi penaatan ini umumnya
dijabarkan dalam peraturan perundang-undangan
berupa:
1. memberikan informasi, workshop, seminar dalam
rangka pendidikan;
2. memberikan bantuan teknis dalam rangka pelatihan;
3. memberikan dana alokasi khusus atau bantuan
keuangan;
4. memberikan advokasi atau konsultasi; dan
5. memberikan penetapan standar, prosedur, dan
kriteria dalam rangka pembinaan.

18
Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah dengan
Materi Muatan Menerapkan Instrumen Promosi
Penaatan

No. Materi Muatan Instrumen Promosi penaatan


1. Perlindungan • Inventarisasi ekosistem
dan Pengelolaan gambut, diturunkan ke
Ekosistem Peraturan Menteri sebagai
Gambut kebijakan tata cara
melakukan inventarisasi
ekosiste gambut.
• Penyusunan rencana
perlindungandan
pengelolaan ekosistem
gambut (RPPEG),
diturunkan ke Peraturan
Menteri sebagai kebijakan
mengenai tata cara
penyusunan RPPEG
• Tata cara ini dilanjutkan
dengan bantuan teknis dan
pelatihan serta bentuk
promosi penaatan lainnya
2. Perlindungan • Inventarisasi sumber air
dan Pengelolaan dan sumber pencemaran,
Air diturunkan dalam
Peraturan Menteri sebagai
kebijakan mengenai tata
cara melakukan
inventarisasi keduanya.
• Penyusunan rencana
perlindungan dan
pengelolaan air (RPPA),
Menteri menyusun
kebijakan mengenai tata
cara penyusunan RPPA
• Penetapan daya
dukung/daya tampung,
diturunkan dalam
Peraturan Menteri sebagai
kebijakan Menteri
mengenai daya dukung dan
daya tampung air
• Tata cara ini dilanjutkan
dengan bantuan teknis dan

19
pelatihan serta bentuk
promosi penaatan lainnya
3. dan seterusnya

d. Instrumen Pengendalian yang Bersifat Pencegahan.


Instrumen pencegahan dalam UU PPLH meliputi: izin,
baku mutu, standar, prosedur, kriteria, kompetensi, dan
anggaran berbasis lingkungan.
a. Kajian Lingkungan Hidup Strategis/KLHS
1) Dalam Pasal 1 angka 10 UU PPLH menyatakan
bahwa KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
2) KLHS dilaksanakan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dalam penyusunan atau evaluasi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta
rencana rincinya, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta kebijakan, rencana,
dan/atau program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.
3) KLHS menggunakan mekanisme
a) pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,
dan/atau program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah;
b) perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan,
rencana, dan/atau program; dan
c) rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan. Hasil mekanisme ini akan menjadi
dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan dalam suatu wilayah.
4) Kajian yang dimuat dalam KLHS antara lain
kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan
mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup,
kinerja layanan/jasa ekosistem, efisiensi
pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan
dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,

20
dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati.
5) Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya
dukung dan daya tampung sudah terlampaui maka
kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai
dengan rekomendasi KLHS, dan segala usaha
dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak
diperbolehkan lagi.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai KLHS akan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah


dengan Materi Muatan Menerapkan Instrumen
KLHS

No. Materi Muatan Instrumen KLHS


1. Perlindungan Pengaturan mengenai cara
dan Pengelolaan penetapan kawasan lindung
Ekosistem dan budi daya ekosistem
Gambut gambut digunakan untuk
mengevaluasi dan menyusun
Rencana Tata Ruang
Wilayah.
2. Perlindungan Ketentuan yang terkait
dan pengelolaan dengan rencana
Ekosistem pemanfaatan ekosistem
Perairan Darat dalam suatu kawasan
lindung dan budi daya.
3. Perlindungan Ketentuan yang terkait
dan pengelolaan dengan rencana
Ekosistem pemanfaatan ekosistem
Pesisir dan dalam suatu kawasan
Lautan lindung dan budi daya.
4. dan seterusnya

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup/Amdal.


1) Dalam Pasal 1 angka 11 UU PPLH menyatakan
bahwa Amdal adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

21
2) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki Amdal.
3) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria
besarnya jumlah penduduk yang akan terkena
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan, luas
wilayah penyebaran dampak, intensitas dan
lamanya dampak berlangsung, banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak, sifat kumulatif dampak,
berbalik atau tidak berbaliknya dampak,
dan/atau kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup terdiri atas:
a) pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b) eksploitasi sumber daya alam baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c) proses dan kegiatan yang secara potensial
dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan
dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d) proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e) proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan
cagar budaya;
f) introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan jasad renik;
g) pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan
nonhayati;
h) kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
dan/atau mempengaruhi pertahanan negara;
dan/atau
i) penerapan teknologi yang diperkirakan
mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
5) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan Amdal diatur lebih lanjut
dengan peraturan Menteri.
6) Dokumen Amdal memuat:
a) pengkajian mengenai dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
22
b) evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan;
c) saran masukan serta tanggapan masyarakat
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;
d) prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat
penting dampak yang terjadi jika rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan;
e) evaluasi secara holistik terhadap dampak yang
terjadi untuk menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f) rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
7) Proses penyusunan dokumen Amdal dapat meminta
bantuan kepada pihak lain yang telah
memperoleh sertifikat kompetensi penyusun
Amdal dengan kriteria:
a) penguasaan metodologi penyusunan Amdal;
b) kemampuan melakukan pelingkupan,
prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan
c) kemampuan menyusun rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
8) Sertifikat kompetensi penyusun Amdal
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi
penyusun Amdal yang ditetapkan oleh Menteri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
kriteria kompetensi penyusun Amdal diatur
dengan Peraturan Menteri LH Nomor 07 Tahun
2010.
10) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya yang persyaratan dan
tatacara lisensinya diatur dengan Peraturan
Menteri LH Nomor 15 Tahun 2010.
11) Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai
Amdal, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menetapkan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya.

Ketentuan mengenai Amdal diatur lebih lanjut dalam


Peraturan Pemerintah mengenai izin lingkungan sebagai
perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
23
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah


dengan Materi Muatan Menerapkan Instrumen
Amdal

No. Materi Muatan Instrumen Amdal


1. Perlindungan Pengendalian pemanfaatan
dan Pengelolaan air dan pembuangan air
Air limbah memerlukan izin
lingkungan untuk setiap
usaha dan/atau kegiatan
yang wajib Amdal
2. Perlindungan Peningkatan penyerapan
Fungsi Atmosfer dan pengurangan emisi gas
rumah kaca melaui izin
lingkungan untuk setiap
usaha dan/atau kegiatan
yang wajib Amdal
3. Pengelolaan Ketentuan yang terkait
limbah B3 dengan pengolahan dan
penimbunan limbah B3
melalui izin lingkungan
untuk setiap usaha
dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal.
4. dan seterusnya

c. Analisis Risiko Lingkungan Hidup


1) Analisis risiko lingkungan adalah prosedur yang
antara lain digunakan untuk mengkaji pelepasan
dan peredaran produk rekayasa genetik dan
pebersihan (clean up) limbah B3;
2) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan,
dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia
wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup
yang terdiri dari:
a) pengkajian risiko;
b) pengelolaan risiko; dan
c) komunikasi risiko.

24
3) Pengkajian risiko meliputi seluruh proses mulai dari
identifikasi bahaya, penaksiran besarnya
konsekuensi atau akibat, dan penaksiran
kemungkinan munculnya dampak yang tidak
diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan
manusia maupun lingkungan hidup;
4) Pengelolaan risiko meliputi evaluasi risiko atau
seleksi risiko yang memerlukan pengelolaan,
identifikasi pilihan penglolaan risiko, pemilihan
tindakan untuk pengelolaan, dan
pengimplementasian tindakan yang dipilih;
dan/atau
5) Komunikasi risiko adalah proses interaktif dari
pertukaran informasi dan pendapat di antara
individu, kelompok, dan institusi yang berkenaan
dengan risiko.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah


dengan Materi Muatan Menerapkan Instrumen
Analisis Risiko Lingkungan

No. Muatan Materi Instrumen Analisis Risiko


Lingkungan
1. Keamanan Ketentuan mengenai wajib
Hayati Produk melakukan kajian risiko
Rekayasa lingkungan sebelum
Genetika memasukkan atau
menghasilkan produk hasil
rekayasa genetika yang akan
diintroduksi ke lingkungan.
2. Pengelolaan Ketentuan mengenai wajib
Bahan melakukan kajian risiko
Berbahaya dan lingkungan sebelum
Beracun memasukkan atau
menghasilkan bahan
berbahaya dan beracun
tertentu yang akan
diintroduksi ke lingkungan.
3. dan seterusnya

4) UKL-UPL
1) UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

25
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
2) Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disebut SPPL, adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup
dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL.
3) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib
memiliki UKL-UPL yang penetapan jenis usaha
dan/atau kegiatannya oleh Gubernur atau
bupati/walikota.
4) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
dilengkapi UKL-UPL wajib membuat SPPL.
5) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL
atau SPPL ditetapkan oleh gubernur atau
bupati/walikota berdasarkan hasil penapisan.

Penjabaran lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan SPPL


telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara LH Nomor
13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL dan SPPL.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah


dengan Materi Muatan Menerapkan Instrumen
UKL-UPL

No. Materi Muatan Instrumen UKL-UPL


1. Perlindungan Pengendalian pemanfaatan
dan Pengelolaan air dan pembuangan air
Air limbah memerlkan izin
lingkungan untuk setiap
usaha dan/atau kegiatan
yang wajib UKL-UPLH
2. Perlindungan Peningkatan penyerapan
Fungsi Atmosfer dan pengurangan emisi gas
rumah kaca melaui izin
lingkungan untuk setiap
usaha dan/atau kegiatan
yang wajibUKL-UPL
3. Pengelolaan Ketentuan yang terkait
limbah B3 dengan pengolahan dan

26
penimbunan limbah B3
melalui izin lingkungan
untuk setiap usaha
dan/atau kegiatan yang
wajib UKL-UPL
4. dan seterusnya

5) Izin lingkungan
1) Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.
2) Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
3) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
4) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya wajib menolak permohonan
izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL.
5) Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:
a) persyaratan yang diajukan dalam permohonan
izin mengandung cacat hukum, kekeliruan,
penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
informasi;
b) penerbitannya tanpa memenuhi syarat
sebagaimana tercantum dalam keputusan
komisi tentang kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL; atau
c) kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen
Amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Selain itu izin lingkungan juga dapat
dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata
usaha negara.
6) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha

27
dan/atau kegiatan dibatalkan. Dalam hal usaha
dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
wajib memperbarui izin lingkungan.
7) Ketentuan mengenai izin lingkungan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah
dengan Materi Muatan Menerapkan Izin
lingkungan dan Izin Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

No. Materi Muatan Instrumen izin


1. Izin lingkungan • izin lingkungan sebagai
syarat memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan
yang wajib Amdal atau UK-
UPL sebelum usaha
dan/atau kegiatan
beroperasi.
• Izin lingkungan wajib
memuat persyaratan izin
perlindungan dan
pengelolaan lingkunan
hidup (PPLH) yang wajib
dimiliki pada tahap
operasional
• Izin lingkungan dapat
dipindahtangankan
(diperdagangkan)
• izin PPLH efektif apabila
dicantumkan dalam PUU
mengenai Muatan Materi
tertentu

2. Perlindungan • izin lingkungan untuk


dan pengelolaan pemanfaatan air
Air • izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup berupa pembuangan
air limbah dan
pemanfaatan air limbah

3. Pengelolaan • izin lingkungan sebagai


limbah B3 persyaratan memperoleh

28
izin usaha dan/atau
kegiatan pengelolaan
limbah B3
• izin PPLH untuk
operasional kegiatan
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
4. dan seterusnya

6) Instrumen ekonomi lingkungan


a. Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan
hidup, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
mengembangkan dan menerapkan instrumen
ekonomi lingkungan hidup.

b. Instrumen ekonomi lingkungan hidup meliputi:


1) perencanaan pembangunan dan kegiatan
ekonomi;
2) pendanaan lingkungan hidup; dan
3) insentif dan/atau disinsentif.

c. Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan


ekonomi meliputi:
1) neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup;
2) penyusunan produk domestik bruto dan produk
domestik regional bruto yang mencakup
penyusutan sumber daya alam dan kerusakan
lingkungan hidup;
3) mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan
hidup antardaerah; dan
4) internalisasi biaya lingkungan hidup.

d. Instrumen pendanaan lingkungan hidup meliputi:


1) dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;
2) dana penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup; dan
3) dana amanah/bantuan untuk konservasi.

e. Insentif dan/atau disinsentif diterapkan dalam


bentuk:
1) pengadaan barang dan jasa yang ramah
lingkungan hidup;

29
2) penerapan pajak, retribusi, dan subsidi
lingkungan hidup;
3) pengembangan sistem lembaga keuangan dan
pasar modal yang ramah lingkungan hidup
4) pengembangan sistem perdagangan izin
pembuangan limbah dan/atau emisi;
5) pengembangan sistem pembayaran jasa
lingkungan hidup;
6) pengembangan asuransi lingkungan hidup;
7) pengembangan sistem label ramah lingkungan
hidup; dan
8) sistem penghargaan kinerja di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah


dengan Materi Muatan Menerapkan Instrumen
Ekonomi

No. Muatan Materi Instrumen ekonomi


1. Perlindungan • Internalisasi biaya
dan Pengelolaan lingkungan hidup setiap
Air satuan pemanfaatan
sumber air atau
pembuangan limbah ke
badan air
• Asuransi ligkungan atau
dana jaminan pemulihan
kualitas air
• Asuransi lingkungan atau
dana penanggulangan
pencemaran dan/atau
kerusakan dan pemulihan
sumber daya air
2. Perlindungan • Internalisasi biaya
dan pengelolaan lingkungan hidup setiap
ekosistem satuan pemanfaatan
gambut ekosistem gambut
• Asuransi lingkugan hidup
atau dana jaminan
pemulihan ekosistem
gambut
• Asuransi lingkungan hidup
atau dana penanggulangan
kerusakan dan pemulihan
ekosistem gambut

30
No. Muatan Materi Instrumen ekonomi
3. Pengelolaan • Internalisasi biaya
Limbah B3 lingkungan hidup setiap
satuan penimbunan limbah
B3
• Asuransi lingkugan hidup
atau dana jaminan
pemulihan lahan
terkontaminasi
• Asuransi lingkungan hidup
atau dana penanggulangan
kerusakan dan pemulihan
akibat limbah B3
4. dan seterusnya

7) Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan.


a. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas
atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
b. Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan
hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.
c. Baku mutu lingkungan hidup meliputi baku mutu
air, baku mutu air limbah, baku mutu air laut, baku
mutu udara ambien, baku mutu emisi, baku mutu
gangguan, dan baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Ketentuan mengenai baku mutu air, baku mutu air
laut, baku mutu udara ambien, dan baku mutu lain
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah.
e. Ketentuan mengenai baku mutu air limbah, baku
mutu emisi, dan baku mutu gangguan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Menteri.

31
Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah
dengan Materi Muatan Menerapkan Baku Mutu
Lingkungan atau Kriteria Baku Kerusakan

No. Materi Muatan Kriteria Baku Kerusakan


1. Perlindungan • penetapan baku mutu
dan Pengelolaan ambien yang apabila tidak
Air sesuai dinyatakan kondisi
air tercemar
• baku mutu air limbah
adalah kriteria parameter
yang harus ditaati untuk
membuang air limbah ke
badan air
2. Perlindungan • penetapan kriteria baku
dan pengelolaan kerusakan ekosistem
ekosistem gambut untuk menyatakan
gambut bahwa kondisi ekosistem
gambut rusak

3. Perlindungan • baku mutu ambien udara


dan Pengelolaan untuk menyatakan bahwa
udara kondisi udara tercemar
limbah B3
• baku mutu emisi adalah
persyaratan kriteria
parameter emisi yang wajib
ditaati untuk melepaskan
gas atau partikulat ke
udara
4. dan seterusnya

8) Anggaran Berbasis Lingkungan


a. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia serta pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan
program pembangunan yang berwawasan lingkungan
hidup.
b. Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana
alokasi khusus lingkungan hidup yang memadai
untuk diberikan kepada daerah yang memiliki kinerja
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
baik.

32
c. Dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup
yang kualitasnya telah mengalami pencemaran
dan/atau kerusakan, Pemerintah dan pemerintah
daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk
pemulihan lingkungan hidup.

e. Instrumen pengendalian yang bersifat penegakan hukum.


Instrumen penegakan bersifat represif berarti mengoreksi
kegiatan, dan/atau menghentikan kegiatan yang sudah
terjadi meliputi:
1) Sanksi administrasi, berupa paksaan pemerintah
a) penghentian kegiatan;
b) pemulihan;
c) penanggulangan;
d) pembekuan izin; dan/atau
e) pencabutan izin;
2) Sanksi perdata berupa
a) membayar ganti rugi; dan/atau
b) melakukan tindakan tertentu
3) Sanksi pidana berupa kurungan badan.

Contoh Atau Proyeksi Materi Muatan Mengenai


Penerapan Sanksi

No. Materi Muatan Sanksi


1. Perlindungan • Administrasi berupa
dan Pengelolaan peringatan tertulis,
Air paksaan pemerintahan,
pembekuan izin, dan
pencabutan izin apabila
melanggar persyaraatan
dan kewajiban dalam izin
PPLH dan UU PPLH.
• Membayar kerugian
lingkungan dan melakukan
penanggulangan dan
pemulihan fungsi air
• Pidana apabila tidak
mempunyai izin PPLH:
a) pembuangan; dan/atau
b) pemanfaatan air limbah
2. Perlindungan • Administrasi berupa
dan pengelolaan peringatan tertulis,
ekosistem paksaan pemerintahan,
gambut pembekuan izin, dan

33
No. Materi Muatan Sanksi
pencabutan izin apabila
melanggar persyaratan dan
kewajiban dalam izin
lingkungan
• Membayar kerugian
lingkungan dan melakukan
penanggulangan dan
pemulihan fungsi ekosistem
gambut
• Pidana apabila membakar
lahan gambut dan tidak
mempunyai izin lingkungan
3. Perlindungan • Administrasi berupa
dan Pengelolaan peringatan tertulis,
udara paksaan pemerintahan,
pembekuan izin, dan
pencabutan izin apabila
melanggar persyaraatan
dan kewajiban dalam izin
PPLH
• Membayar kerugian
lingkungan dan melakukan
penanggulangan dan
pemulihan fungsi udara
• Pidana apabila tidak
mempunyai izin PPLH
pembuangan emisi
4. dan seterusnya

C. Kapasitas Sumber Daya Manusia dalam UU PPLH.


Ketentuan peningkatan kapasitas SDM dalam UU PPLH tidak
diatur dalam suatu bab atau bagian tertentu, tetapi tersebar
di dalam bab atau bagian, antara lain:
1. Sertifikasi dan kriteria kompetensi penyusun Amdal diatur
dengan Peraturan Menteri terdapat dalam Pasal 28 ayat
(4).
Amanat ketentuan ini telah diatur dalam Peraturan
Menteri LH Nomor 07 Tahun 2010 tentang Sertifikasi
Kompetensi Penyusunan Dokumen Amdal dan
Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun
Dokumen Amdal.

34
2. Sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup diatur
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tercantum dalam Pasal 51 ayat (4).
3. Pemerintah bertugas dan berwenang memberikan
pendidikan dan pelatihan (Pasal 63 ayat (1) huruf w)
Pelaksanaan dari amanat ini merujuk Peraturan Menteri
LH Nomor 26 tahun 2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di bidang
Lingkungan Hidup.
4. Peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup terdapat dalam Pasal 70 ayat (3). Peran
masyarakat untuk melakukan peran ini harus tercantum
dalam peraturan perundang-undangan spesifik dan
peningkatan peran serta dari dilaksanakan untuk
meningkatkan kompetensi setiap anggota masyarakat
melakui pendidikan dan pelatihan sesuai perannya dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup spesifik
tersebut.
5. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup merupakan pejabat
fungsional dalam Pasal 71 ayat (3). Kompetentsi mengenai
pejabat fungsional pengawasan ini mulai dari Pejabat
Pengawas Tingkat Pertama hingga Pejabat Pengawas
Tingkat Madya diatur dalam Peraturan Menteri Penertiban
Aparatur Negara Nomor 39 tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup.
6. Penyidik Pegawai Negeri Sipil ditetapkan harus melalui
program pendidikan dan pelatihan sesuai peraturan
perundang-undangan. Kompetensi Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) lingkungan hidup harus melalui
pendidikan dan pelatihan dengan kurikulum khusus.
Mekanisme ini sudah dilaksanakan, hanya standard
kompetensi perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Sesuai dengan kebijakan Nasional, seluruh pelaksana


kegiatan PPLH disyaratkan di dalam peraturan pemerintah
terkait mempunyai sertifikat kompetensi sebagaimana Amdal,
Audit lingkungan hidup, dan lain-lain.

Proyeksi ke depan akan lahir berbagai kompetensi sebagai


persyaratan yang akan dikenakan kepada pelaksana kegiatan
di bidang PPLH. Standar kompetensi ini harus dimasukkan
pada materi muatan peraturan perundang-undangan
lingkungan hidup spesifik, namun demikian pengaturan yang
bersifat teknis dan rinci diatur dalam Peraturan Menteri.

35
D. Kapasitas Kelembagaan Untuk Melaksanakan Tugas Dan
Wewenang.
Kementerian Lingkungan Hidup maupun Badan Lingkungan
Hidup sebagai lembaga yang melaksanakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus mempunyai unit yang
menjalankan fungsi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum untuk mencapai tujuan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap unit
dari fungsi harus mempunyai prosedur kerja agar seluruh
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dapat bersinergi baik di pusat dan di daerah.

Sebagaimana kapasitas sumber daya manusia, ketentuan


yang terkait dengan peningkatan kapasitas kelembagaan
dalam UU PPLH tidak diatur dalam bab atau bagian tersendiri
tetapi tergabung di dalam kewenangan dan tugas Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten kota.

Kapasitas kelembagaan harus mampu untuk melaksanakan


tugas dan wewenang yang diamanatkan dalam Pasal 63 UU
PPLH yang meliputi:
1. Kementerian Lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 63
ayat (1) UU PPLH
a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH nasional;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
KLHS;
e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
Amdal dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam
nasional dan emisi gas rumah kaca;
g. mengembangkan standar kerja sama;
h. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai sumber daya alam hayati dan nonhayati,
keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan
keamanan hayati produk rekayasa genetik;
j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
pengendalian dampak perubahan iklim dan
perlindungan lapisan ozon;
k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai B3, limbah, serta limbah B3;
36
l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
perlindungan lingkungan laut;
m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup lintas batas negara;
n. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah,
dan peraturan kepala daerah;
o. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan
peraturan perundang- undangan;
p. mengembangkan dan menerapkan instrument
lingkungan hidup;
q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerjasama
penyelesaian perselisihan antar daerah serta
penyelesaian sengketa;
r. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
pengelolaan pengaduan masyarakat;
s. menetapkan standar pelayanan minimal;
t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal,
dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
u. mengelola informasi lingkungan hidup nasional;
v. mengoordinasikan, mengembangkan, dan
menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah
lingkungan hidup;
w. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan,
dan penghargaan;
x. mengembangkan sarana dan standar laboratorium
lingkungan hidup;
y. menerbitkan izin lingkungan;
z. menetapkan wilayah ekoregion; dan
å. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.

2. Pemerintah provinsi sesuai dengan Pasal 63 ayat (2) UU


PPLH:
a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
RPPLH provinsi;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
Amdal dan UKL-UPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam
dan emisi gas rumah kaca pada tingkat provinsi;
37
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan
kemitraan;
g. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
lintas kabupaten/kota;
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan
peraturan kepala daerah kabupaten/kota;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
j. mengembangkan dan menerapkan instrumen
lingkungan hidup;
k. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan
penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota
serta penyelesaian sengketa;
l. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan
pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang
program dan kegiatan;
m. melaksanakan standar pelayanan minimal;
n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal,
dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan
perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup pada
tingkat provinsi;
o. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi;
p. mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan hidup;
q. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan
penghargaan;
r. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi;
dan
s. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup
pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten kota sesuai dengan Pasal 63 ayat


(3) UU PPLH:
a. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat
kabupaten/kota;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH kabupaten/kota;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai Amdal dan UKL-UPL;
38
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam
dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
kabupaten/kota;
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan
kemitraan;
g. mengembangkan dan menerapkan instrumen
lingkungan hidup;
h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan
perundang- undangan;
j. melaksanakan standar pelayanan minimal;
k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat,
kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang
terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;
l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat
kabupaten/kota;
m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
sistem informasi lingkungan hidup tingkat
kabupaten/kota;
n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan
penghargaan;
o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat
kabupaten/kota; dan
p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada
tingkat kabupaten/kota.

4. Tugas dan wewenang Kementerian Lingkungan Hidup


mengengai kapasitas kelembagaan untuk menyusun
kebijakan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 63 UU
PPLH terdiri dari:
a. penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
b. pengembangan standar kerja sama;
c. penetapan standar pelayanan minimal; dan
d. mengembangkan sarana dan standar laboratorium
lingkungan hidup.

5. Tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah


tersebut dilaksanakan dan/atau dikoordinasikan oleh
Menteri.

39
E. Data dan Informasi Mengenai Materi Muatan Spesifik
Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu
konsekuensi logis dari hak berperan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas
keterbukaan.

Hak atas informasi lingkunan hidup akan meningkatkan nilai


dan efektifitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan
hidup, di samping akan membuka peluang bagi masyrakat
untuk mengaktualisasikan haknya atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.

Informasi dapat berupa data, keterangan, atau informasi lain


yang berkenaan dengan perlindungan dan penglolaan
lingkungan hidup yang menurut sifat dan tujuannya memang
terbuka untuk diketahui masyarakat, seperti dokumen
Amdal, laporan dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan
hidup, baik pemantauan penaatan maupun pemantauan
perubahan kualitas lingkungan hidup dan rencana tata
ruang.

Peraturan Pemerintah mengenai informasi lingkungan hidup


spesifik perlu mengatur data dan informasi spesifik sebagai
pelaksanaan hak setiap anggota masyarakat agar dapat
berperan serta dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.

Pelaksanaan UU PPLH mengenai informasi lingkungan hidup


ini dapat merujuk Peraturan Menteri LH Nomor 07 Tahun
2011 tentang Pelayanan Informasi Publik.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah dengan Materi


Muatan Mengenai Data dan Informasi

No. Materi Muatan Data dan Informasi


1. Perlindungan Inventarisasi sumber air dan
dan Pengelolaan sumber pencemar, status air
Air tercemar, izin lingkungan
dan izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup
2. Perlindungan Inventarisasi kawasan
dan Pengelolaan lindung dan budi daya
Ekosistem ekosistem gambut, izin
Gambut pemanfaatan ekosistem

40
No. Materi Muatan Data dan Informasi
gambut,
3. Pengelolaan Inventarisasi limbah B3, izin
limbah B3 lingkungan dan izin
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup, penanggulangan
keadaan darurat
4. Dan seterusnya

F. Peran Masyarakat.
1. Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Peran setiap anggota masyarakat dilakukan untuk:
a meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat,
dan kemitraan;
c menumbuhkembangkan kemampuan kepeloporan
masyarakat
d menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat
untuk melakukan pengawasan sosial; dan
e mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan
lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
3. Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-
nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
4. Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup,
Pemerintah menetapkan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat yang
terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Berdasarkan rambu-rambu mengenai hak masyarakat
berperan aktif dalam PPLH, tugas dan wewenang pemerintah
adalah mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan
lokal dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.
Tugas dan wewenang pemerintah bukan menetapkan
kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 ayat (1) huruf t.

41
Pelaksanaan hak masyarakat hukum adat untuk berperan
serta dengan menggunakan budaya dan kearifan lokal yang
hidup dalam masyarakat hukum adat dapat diwujudkan dalam
dua bentuk, yaitu:
a. peraturan pemerintah tersendiri agar budaya dan kearifan
lokal merupakan metode yang efektif untuk dikembangkan
dan dijaga dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
b. materi muatan pada peraturan perundangan mengenai
materi muatan spesifik, apabila fungsi manajemen kearifan
lokal berlaku efektif untuk mencapai tujuan pelestarian
lingkungan. Berlaku efektif berarti telah ada pengakuan
terhadap budaya dan kearifan lokal sebagai suatu metode
untuk digunakan pada peraturan perundangan mengenai
materi muatan spesifik.

Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah


dengan Materi Muatan mengenai Peran
Masyarakat

No. Muatan Materi Peran Masyarakat


1. Perlindungan Fungsi manajemen
fungsi perlindungan menggunakan
lingkungan kearifan lokal masyarakat
hidup oleh hukum adat
masyarakat
hukum adat
2. Perlindungan Mengembangkan dan
dan Pengelolaan menjaga budaya dan
Air kearifan lokal yang masih
digunakan dalam rangka
pelestarian fungsi air.

3. Perlindungan Mengembangkan dan


dan pengelolaan menjaga budaya dan
ekosistem kearifan lokal yang masih
gambut digunakan dalam rangka
pelestarian fungsi lindung
dan budi daya ekosistem
gambut.

4. dan seterusnya

42
G. Pilihan Bentuk Peraturan Perundang-UndanganUndangan Mengenai
Materi Muatan Spesifik.
1. Dalam pembentukan peraturan pelaksanaan UU PPLH,
Kementerian Lingkungan Hidup idup tidak terfokus pada
amanat UU PPLH saja tetapi juga wajib
mempertimbangkan UU PPUU.
2. Peraturan Pemerintah adalah bentuk Peraturan
Perundang undangan
Perundang-undangan yang akan mendominasi
pelaksan
pelaksanaan UU PPLH.
3. Peraturan Presiden dibentuk untuk pengesahan
amandemen suatu perjanjian internasional bukan
pengesahan perjanjian internasional. Selain itu, Peraturan
Presiden dibentuk untuk melaksanakan lebih dari satu
peraturan pemerintah yang lahir dari Undang-undang
yang berbeda yang terkait dengan lingkungan hidup.
4. Berdasarkan
rdasarkan UU PPLH,, amanat penyusunan instrumen
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
meliputi instrumen perencanaan, instrumen pengendali
preventif, dan instrumen pengendali represif
re diartikan
diatur dalam peraturan pemerintah mengenai
perlindungan dan pengelolaa
pengelolaann lingkungan hidup dengan
materi muatan spesifik.
5. Peraturan Menteri dapat digunakan sebagai pelaksanaan
peraturan perundang-undangan
perundang undangan di atasnya untuk
ketentuan instrumen
instrumen PPLH yang bersifat teknis ilmiah
seperti: pelaksanaan inventarisasi,
in , penetapan daya
dukung dan daya tampung, tata cara KLHS, tata cara
Amdal, dan tata cara penetapan baku mutu lingkungan.
6. Peraturan Menteri juga dapat digunakan sebagai
pelaksanaan peraturan
peratur perundang-undangan
undangan di atasnya
yang terkait dengan kompetensi sumber daya manusia,
yaitu tata cara pengangkatan dan penetapan pejabat
fungsional, penilai Amdal,, dan penyusun Amdal.
Peraturan Menteri juga dapat digunakan sebagai
kebijakan atau pedoman yang yang tidak mempunyai
konsekuensi hukum.

MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,

ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya BALTHASAR KAMBUAYA


Kepala Biro Hukum dan Humas,

43
Inar Ichsana Ishak

Anda mungkin juga menyukai