IND-PUU-7-2011-Permen LH 14 TH 2011 PERUMUSAN MUATAN PPLH PDF
IND-PUU-7-2011-Permen LH 14 TH 2011 PERUMUSAN MUATAN PPLH PDF
1
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi perancang
peraturan perundang-undangan dalam merumuskan materi muatan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Pasal 2
Pedoman perumusan materi muatan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pedoman perumusan materi muatan peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 memuat:
BAB I Umum
BAB II Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan
Hidup
a. Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup Spesifik;
b. Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. KapasitasSumber Daya Manusia dalam UU PPLH;
d. Kapasitas Kelembagaan Untuk Melaksanakan Tugas Dan
Wewenang;
e. Data dan Informasi Mengenai Materi Muatan Spesifik;
f. Peran Masyarakat;
g. Pilihan Bentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai
Materi Muatan Spesifik.
2
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2011
ttd.
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Desember 2011
ttd.
AMIR SYAMSUDDIN
3
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 14 TAHUN 2011
TANGGAL : 13 DESEMBER 2011
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (UU PPUU) mengikat Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden,
Kementerian, Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota yang
berwenang untuk mengusulkan suatu peraturan perundang-
undangan. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
ini, perbedaan terdapat pada kewenangan yang diserahkan oleh
peraturan perundang-undangan kepada lembaga atau pejabat
sesuai kewenangannya berupa penentuan materi muatan yang
akan diatur dalam peraturan perundang-undangan.
1
A. Peraturan Perundang-undangan
1. Pasal 1 angka 2 UU PPUU mencantumkan bahwa
“Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan”.
5
1) perangkat keras, seperti laboratorium, perangkat
teknologi informasi; dan
2) perangkat lunak, SOP kegiatan untuk melaksanakan
fungsi tertentu.
6
2. Fungsi manajemen perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup meliputi kegiatan:
a. perencanaan PPLH terdiri dari :
1) inventarisasi lingkungan hidup
2) penetapan wilayah ekoregion
3) penyusunan RPPLH
b. pemanfatan sumber daya alam berdasarkan:
1) RPPLH
2) perkiraan daya dukung dan daya tampung
c. pengendalian pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan terdiri dari:
1) pencegahan
2) penanggulangan
3) pemulihan
d. pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui
upaya:
1) konservasi sumber daya alam
2) pencadangan sumber daya alam
3) pelestarian fungsi atmosfer
e. pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap:
1) peraturan perundang-undangan
2) izin lingkungan
f. penegakan hukum lingkungan terdiri dari:
1) administrasi
2) penyelesaian sengketa
3) pidana
7
No. Materi Muatan Pola Fungsi Manajemen
• Penegakan hukum.
2. Pengelolaan Limbah • Pengurangan,
B3 • Penyimpanan,
• Pengumpulan,
• Pengangkutan,
• Pemanfaatan
• Pengolahan, dan
• Penimbunan.
3. Pelestarian Fungsi • Mitigasi dan adaptasi
Atmosfer perubahan iklim,
• Pengurangan dan
penghapusan bahan
perusak ozon, dan
• Pengendalian hujan
asam
4. dan seterusnya
8
memberikan pedoman rinci agar peraturan perundang-
undangan menjadi efektif. Peraturan yang efektif
ditentukan oleh instrumen kendali yang disertai dengan
konsekuensinya, sehingga peraturan menteri dapat lebih
memberikan pedoman, bagaimana seharusnya
menerapkan instrumen perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
a. Pembentukan Undang-Undang.
Kebutuhan penyusunan undang-undang harus
disesuaikan dengan kriteria kelayakan materi muatan
yang:
1) menimbulkan hak baru yang tidak tercantum dalam
UU PPLH;
2) menimbulkan kewajiban dan beban baru berupa
sanksi pidana maupun pajak dalam UU PPLH; dan
3) melakukan pengesahan perjanjian internasional di
bidang lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional.
9
b. Pembentukan Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah dibentuk untuk melaksanakan
UU PPLH. Pengertian lingkungan hidup menurut UU
PPLH terlalu umum, sehingga belum efektif untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, peraturan pemerintah
sebagai pelaksanaan undang-undang harus
mempunyai materi muatan yang lebih spesifik.
Proyeksi pembentukan peraturan perundang dengan
materi muatan spesifik berdasarkan pengertian
lingkungan hidup dalam UU PPLH adalah:
10
No. Materi Muatan Kondisi
Daratan bencana lingkungan
4. dan seterusnya
11
Proyeksi peraturan pemerintah tersebut tidak harus
mewakili setiap komponen lingkungan, karena dapat
berkaitan satu sama lain, misalnya:
a) peraturan mengenai kondisi tutupan lahan
berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan
karst;
b) peraturan mengenai pengelolaan gas rumah kaca
berkaitan dengan pencegahan iklim ekstrim.
12
Contoh Peraturan Presiden dengan Materi Muatan
di bidang Lingkungan Hidup.
13
Instrumen PPLH menjadi efektif apabila bersifat mengikat,
yaitu harus:
a diterapkan langsung pada materi muatan yang akan
dilindungi atau dikelola; dan
b diperkuat dengan konsekuensi hukum apabila tidak
ditaati.
15
f) Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat
pengelolaan.
b. Penetapan Wilayah/Ekoregion
1) Menteri menetapkan ekoregion berdasarkan
inventarisasi lingkungan hidup
2) Penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kesamaan:
a) Karakteristik bentang alam;
b) Daerah aliran sungai;
c) Iklim;
d) Flora dan fauna;
e) Sosial budaya;
f) Ekonomi;
g) Kelembagaan masyarakat; dan
h) Hasil inventarisasi lingkungan hidup.
17
No. Muatan Materi Instrumen Perencanaan
gambut
2. Perlindungan • Inventarisasi sumber air
dan pengelolaan dan identifikasi sumber
air pencemar air,
• pemetaan air tercemar,
• rencana perlindungan dan
pengelolaan air
3. Pengelolaan • Inventarisasi limbah B3
limbah B3 dan identifikasi sumber
limbah B3,
• rencana pengelolaan
limbah B3
4. dan seterusnya
18
Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah dengan
Materi Muatan Menerapkan Instrumen Promosi
Penaatan
19
pelatihan serta bentuk
promosi penaatan lainnya
3. dan seterusnya
20
dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati.
5) Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya
dukung dan daya tampung sudah terlampaui maka
kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai
dengan rekomendasi KLHS, dan segala usaha
dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak
diperbolehkan lagi.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai KLHS akan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
21
2) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki Amdal.
3) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria
besarnya jumlah penduduk yang akan terkena
dampak rencana usaha dan/atau kegiatan, luas
wilayah penyebaran dampak, intensitas dan
lamanya dampak berlangsung, banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak, sifat kumulatif dampak,
berbalik atau tidak berbaliknya dampak,
dan/atau kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup terdiri atas:
a) pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b) eksploitasi sumber daya alam baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c) proses dan kegiatan yang secara potensial
dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan
dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d) proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e) proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan
cagar budaya;
f) introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan jasad renik;
g) pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan
nonhayati;
h) kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
dan/atau mempengaruhi pertahanan negara;
dan/atau
i) penerapan teknologi yang diperkirakan
mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
5) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan Amdal diatur lebih lanjut
dengan peraturan Menteri.
6) Dokumen Amdal memuat:
a) pengkajian mengenai dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
22
b) evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan;
c) saran masukan serta tanggapan masyarakat
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;
d) prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat
penting dampak yang terjadi jika rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan;
e) evaluasi secara holistik terhadap dampak yang
terjadi untuk menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f) rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
7) Proses penyusunan dokumen Amdal dapat meminta
bantuan kepada pihak lain yang telah
memperoleh sertifikat kompetensi penyusun
Amdal dengan kriteria:
a) penguasaan metodologi penyusunan Amdal;
b) kemampuan melakukan pelingkupan,
prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan
c) kemampuan menyusun rencana pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
8) Sertifikat kompetensi penyusun Amdal
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi
penyusun Amdal yang ditetapkan oleh Menteri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
kriteria kompetensi penyusun Amdal diatur
dengan Peraturan Menteri LH Nomor 07 Tahun
2010.
10) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya yang persyaratan dan
tatacara lisensinya diatur dengan Peraturan
Menteri LH Nomor 15 Tahun 2010.
11) Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai
Amdal, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menetapkan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai dengan
kewenangannya.
24
3) Pengkajian risiko meliputi seluruh proses mulai dari
identifikasi bahaya, penaksiran besarnya
konsekuensi atau akibat, dan penaksiran
kemungkinan munculnya dampak yang tidak
diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan
manusia maupun lingkungan hidup;
4) Pengelolaan risiko meliputi evaluasi risiko atau
seleksi risiko yang memerlukan pengelolaan,
identifikasi pilihan penglolaan risiko, pemilihan
tindakan untuk pengelolaan, dan
pengimplementasian tindakan yang dipilih;
dan/atau
5) Komunikasi risiko adalah proses interaktif dari
pertukaran informasi dan pendapat di antara
individu, kelompok, dan institusi yang berkenaan
dengan risiko.
4) UKL-UPL
1) UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
25
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
2) Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disebut SPPL, adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup
dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL.
3) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib
memiliki UKL-UPL yang penetapan jenis usaha
dan/atau kegiatannya oleh Gubernur atau
bupati/walikota.
4) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
dilengkapi UKL-UPL wajib membuat SPPL.
5) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL
atau SPPL ditetapkan oleh gubernur atau
bupati/walikota berdasarkan hasil penapisan.
26
penimbunan limbah B3
melalui izin lingkungan
untuk setiap usaha
dan/atau kegiatan yang
wajib UKL-UPL
4. dan seterusnya
5) Izin lingkungan
1) Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.
2) Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
3) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
4) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya wajib menolak permohonan
izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL.
5) Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:
a) persyaratan yang diajukan dalam permohonan
izin mengandung cacat hukum, kekeliruan,
penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
informasi;
b) penerbitannya tanpa memenuhi syarat
sebagaimana tercantum dalam keputusan
komisi tentang kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL; atau
c) kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen
Amdal atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Selain itu izin lingkungan juga dapat
dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata
usaha negara.
6) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha
27
dan/atau kegiatan dibatalkan. Dalam hal usaha
dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
wajib memperbarui izin lingkungan.
7) Ketentuan mengenai izin lingkungan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah
dengan Materi Muatan Menerapkan Izin
lingkungan dan Izin Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
28
izin usaha dan/atau
kegiatan pengelolaan
limbah B3
• izin PPLH untuk
operasional kegiatan
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
4. dan seterusnya
29
2) penerapan pajak, retribusi, dan subsidi
lingkungan hidup;
3) pengembangan sistem lembaga keuangan dan
pasar modal yang ramah lingkungan hidup
4) pengembangan sistem perdagangan izin
pembuangan limbah dan/atau emisi;
5) pengembangan sistem pembayaran jasa
lingkungan hidup;
6) pengembangan asuransi lingkungan hidup;
7) pengembangan sistem label ramah lingkungan
hidup; dan
8) sistem penghargaan kinerja di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
30
No. Muatan Materi Instrumen ekonomi
3. Pengelolaan • Internalisasi biaya
Limbah B3 lingkungan hidup setiap
satuan penimbunan limbah
B3
• Asuransi lingkugan hidup
atau dana jaminan
pemulihan lahan
terkontaminasi
• Asuransi lingkungan hidup
atau dana penanggulangan
kerusakan dan pemulihan
akibat limbah B3
4. dan seterusnya
31
Contoh dan Prospek Peraturan Pemerintah
dengan Materi Muatan Menerapkan Baku Mutu
Lingkungan atau Kriteria Baku Kerusakan
32
c. Dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup
yang kualitasnya telah mengalami pencemaran
dan/atau kerusakan, Pemerintah dan pemerintah
daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk
pemulihan lingkungan hidup.
33
No. Materi Muatan Sanksi
pencabutan izin apabila
melanggar persyaratan dan
kewajiban dalam izin
lingkungan
• Membayar kerugian
lingkungan dan melakukan
penanggulangan dan
pemulihan fungsi ekosistem
gambut
• Pidana apabila membakar
lahan gambut dan tidak
mempunyai izin lingkungan
3. Perlindungan • Administrasi berupa
dan Pengelolaan peringatan tertulis,
udara paksaan pemerintahan,
pembekuan izin, dan
pencabutan izin apabila
melanggar persyaraatan
dan kewajiban dalam izin
PPLH
• Membayar kerugian
lingkungan dan melakukan
penanggulangan dan
pemulihan fungsi udara
• Pidana apabila tidak
mempunyai izin PPLH
pembuangan emisi
4. dan seterusnya
34
2. Sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup diatur
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tercantum dalam Pasal 51 ayat (4).
3. Pemerintah bertugas dan berwenang memberikan
pendidikan dan pelatihan (Pasal 63 ayat (1) huruf w)
Pelaksanaan dari amanat ini merujuk Peraturan Menteri
LH Nomor 26 tahun 2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di bidang
Lingkungan Hidup.
4. Peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup terdapat dalam Pasal 70 ayat (3). Peran
masyarakat untuk melakukan peran ini harus tercantum
dalam peraturan perundang-undangan spesifik dan
peningkatan peran serta dari dilaksanakan untuk
meningkatkan kompetensi setiap anggota masyarakat
melakui pendidikan dan pelatihan sesuai perannya dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup spesifik
tersebut.
5. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup merupakan pejabat
fungsional dalam Pasal 71 ayat (3). Kompetentsi mengenai
pejabat fungsional pengawasan ini mulai dari Pejabat
Pengawas Tingkat Pertama hingga Pejabat Pengawas
Tingkat Madya diatur dalam Peraturan Menteri Penertiban
Aparatur Negara Nomor 39 tahun 2011 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup.
6. Penyidik Pegawai Negeri Sipil ditetapkan harus melalui
program pendidikan dan pelatihan sesuai peraturan
perundang-undangan. Kompetensi Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) lingkungan hidup harus melalui
pendidikan dan pelatihan dengan kurikulum khusus.
Mekanisme ini sudah dilaksanakan, hanya standard
kompetensi perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
35
D. Kapasitas Kelembagaan Untuk Melaksanakan Tugas Dan
Wewenang.
Kementerian Lingkungan Hidup maupun Badan Lingkungan
Hidup sebagai lembaga yang melaksanakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus mempunyai unit yang
menjalankan fungsi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum untuk mencapai tujuan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap unit
dari fungsi harus mempunyai prosedur kerja agar seluruh
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dapat bersinergi baik di pusat dan di daerah.
39
E. Data dan Informasi Mengenai Materi Muatan Spesifik
Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan suatu
konsekuensi logis dari hak berperan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas
keterbukaan.
40
No. Materi Muatan Data dan Informasi
gambut,
3. Pengelolaan Inventarisasi limbah B3, izin
limbah B3 lingkungan dan izin
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup, penanggulangan
keadaan darurat
4. Dan seterusnya
F. Peran Masyarakat.
1. Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
2. Peran setiap anggota masyarakat dilakukan untuk:
a meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat,
dan kemitraan;
c menumbuhkembangkan kemampuan kepeloporan
masyarakat
d menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat
untuk melakukan pengawasan sosial; dan
e mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan
lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
3. Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-
nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
4. Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup,
Pemerintah menetapkan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat yang
terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Berdasarkan rambu-rambu mengenai hak masyarakat
berperan aktif dalam PPLH, tugas dan wewenang pemerintah
adalah mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan
lokal dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.
Tugas dan wewenang pemerintah bukan menetapkan
kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 ayat (1) huruf t.
41
Pelaksanaan hak masyarakat hukum adat untuk berperan
serta dengan menggunakan budaya dan kearifan lokal yang
hidup dalam masyarakat hukum adat dapat diwujudkan dalam
dua bentuk, yaitu:
a. peraturan pemerintah tersendiri agar budaya dan kearifan
lokal merupakan metode yang efektif untuk dikembangkan
dan dijaga dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
b. materi muatan pada peraturan perundangan mengenai
materi muatan spesifik, apabila fungsi manajemen kearifan
lokal berlaku efektif untuk mencapai tujuan pelestarian
lingkungan. Berlaku efektif berarti telah ada pengakuan
terhadap budaya dan kearifan lokal sebagai suatu metode
untuk digunakan pada peraturan perundangan mengenai
materi muatan spesifik.
4. dan seterusnya
42
G. Pilihan Bentuk Peraturan Perundang-UndanganUndangan Mengenai
Materi Muatan Spesifik.
1. Dalam pembentukan peraturan pelaksanaan UU PPLH,
Kementerian Lingkungan Hidup idup tidak terfokus pada
amanat UU PPLH saja tetapi juga wajib
mempertimbangkan UU PPUU.
2. Peraturan Pemerintah adalah bentuk Peraturan
Perundang undangan
Perundang-undangan yang akan mendominasi
pelaksan
pelaksanaan UU PPLH.
3. Peraturan Presiden dibentuk untuk pengesahan
amandemen suatu perjanjian internasional bukan
pengesahan perjanjian internasional. Selain itu, Peraturan
Presiden dibentuk untuk melaksanakan lebih dari satu
peraturan pemerintah yang lahir dari Undang-undang
yang berbeda yang terkait dengan lingkungan hidup.
4. Berdasarkan
rdasarkan UU PPLH,, amanat penyusunan instrumen
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
meliputi instrumen perencanaan, instrumen pengendali
preventif, dan instrumen pengendali represif
re diartikan
diatur dalam peraturan pemerintah mengenai
perlindungan dan pengelolaa
pengelolaann lingkungan hidup dengan
materi muatan spesifik.
5. Peraturan Menteri dapat digunakan sebagai pelaksanaan
peraturan perundang-undangan
perundang undangan di atasnya untuk
ketentuan instrumen
instrumen PPLH yang bersifat teknis ilmiah
seperti: pelaksanaan inventarisasi,
in , penetapan daya
dukung dan daya tampung, tata cara KLHS, tata cara
Amdal, dan tata cara penetapan baku mutu lingkungan.
6. Peraturan Menteri juga dapat digunakan sebagai
pelaksanaan peraturan
peratur perundang-undangan
undangan di atasnya
yang terkait dengan kompetensi sumber daya manusia,
yaitu tata cara pengangkatan dan penetapan pejabat
fungsional, penilai Amdal,, dan penyusun Amdal.
Peraturan Menteri juga dapat digunakan sebagai
kebijakan atau pedoman yang yang tidak mempunyai
konsekuensi hukum.
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd.
43
Inar Ichsana Ishak