PEMBANGUNAN PERTAHANAN
DAN KEAMANAN
A. UMUM
XI – 2
posisinya dalam mengemban peran dan fungsinya sebagai alat
pertahanan negara. Secara internal TNI perlu membangun kembali
kesadaran secara terus-menerus, bahwa tugas utama TNI adalah
menghadapi kemungkinan ancaman nyata terhadap keutuhan wilayah
dan kedaulatan negara terutama yang datang dari kekuatan asing.
Tantangan lain adalah penanaman nilai-nilai kebanggaan dan
kecintaan terhadap peran TNI, baik bagi masyarakat sipil maupun bagi
prajurit TNI serta pemenuhan kebutuhan alutsista TNI. Hal ini kiranya
bisa dicapai dengan terus menerus mengembangkan kekuatan dan
kemampuan TNI agar mampu melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik. Disamping itu, diharapkan juga mampu dibangun suatu
institusi TNI yang mempunyai efek penggetar atau penangkal
(deterrence effect) terhadap musuh atau calon musuh, sehingga
terbangun citra bahwa TNI berkemampuan tempur tinggi dengan daya
pukul yang efektif. Hal ini menjadi salah satu faktor yang penting
dalam mendukung keberhasilan upaya menjaga kedaulatan dan
keamanan negara serta diplomasi dalam hubungan luar negeri.
B. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
XI – 3
dukungan pertahanan, program pengembangan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, serta program pengembangan
keamanan dalam negeri.
b. Pelaksanaan
XI – 4
pertahanan matra darat, pengembangan pertahanan matra
laut, dan pengembangan pertahanan matra udara.
XI – 5
Untuk mendukung kesiapan tempur TNI, telah diadakan
beberapa peralatan yang dilaksanakan secara terpusat antara
lain pengadaan munisi kaliber kecil dan munisi kaliber besar,
pengadaan senjata ringan, pengadaan tabung pelontar/roket,
serta pengadaan fasilitas seperti peralatan komunikasi,
berbagai jenis kendaraan bermotor, dan perbaikan gedung
kantor.
XI – 6
serta alat mountainering telah diadakan guna mendukung
kesiapan operasional satuan. Guna memperpanjang usia
pakai alutsista TNI-AD telah dilaksanakan retrofitting
kendaraan tempur, repowering kendaraan penarik meriam
dan pemeliharaan pesawat terbang.
XI – 7
Dalam rangka mengoptimalkan kekuatan dan
kemampuan TNI-AL telah dilaksanakan pembangunan
materiil berupa pengadaan kapal jenis KAL-12M, KAL-
28M. Upaya untuk meningkatkan kemampuan kapal atas air,
dilakukan perpanjangan usia pakai (PUP) KRI. Adapun
peningkatan kesiapan operasional terhadap kemampuan yang
ada TNI-AL menitikberatkan pada upaya perbaikan/
pemeliharaan kapal dan pesawat terbang. Untuk itu
peningkatan kemampuan angkutan logistik, patroli maritim,
dan intai taktis, dilakukan dengan meningkatkan kemampuan
pesawat udara yang meliputi: pemeliharaan berkala,
overhaul engine, perbaikan dengan menggunakan X-Ray,
serta modifikasi sistem komunikasi, dan modifikasi Center
Troof Sead pesawat udara.
XI – 8
Disamping itu, dalam rangka pengembangan fasilitas
telah dilakukan pembangunan dan rehabilitasi fasilitas
pangkalan yang meliputi pembangunan beberapa dermaga,
pembangunan base operations, pembangunan Lanal, serta
pembangunan Mako Lanal. Adapun upaya peningkatan
kesejahteraan prajurit ditempuh melalui perbaikan mess,
rumah dinas dan pembangunan balai pengobatan, serta
pembangunan UGD di RSAL beserta peralatan
kesehatannya.
XI – 9
Paskhasau, 7 Skadron Teknik dan 7 Skadron Depo
Pemeliharaan. Dalam upaya optimalisasi kesiapan
operasional pesawat, telah dilakukan penyelesaian program
lanjutan pengadaan 16 pesawat Hawk 2000, pengadaan 4
pesawat Sukhoi (2 Su-30 dan 2 Su-27), pengadaan 16
pesawat NAS-332, serta melanjutkan perbaikan (Falcon Up)
pesawat F-16 agar dapat dipertahankan kondisi kesiapan
operasional pesawat, serta overhaul secara menyeluruh
pesawat Puma SA-330. Adapun dalam upaya meningkatkan
kesiapan operasional persenjataan maka dilakukan
pengadaan roket FFAR. Guna meningkatkan kekuatan dan
kesiapan alutsista yang ada, telah dilakukan pengadaan 3
unit pesawat CN-235 MPA.
XI – 10
membentuk Detasemen TNI-AU di Palu. Disamping itu,
pembangunan fasilitas TNI-AU diwujudkan pula dengan
melanjutkan pembangunan dan rehabilitasi sarana dan
prasarana guna meningkatkan kesejahteraan prajurit,
rehabilitasi sarana dan prasarana lembaga pendidikan guna
meningkatkan kualitas personil TNI-AU.
XI – 11
Secara kuantitatif, jumlah personil TNI saat ini belum
memenuhi kebutuhan standar organisasi, sedangkan
pengadaan personil baru hanya mampu untuk memelihara
kekuatan yang ada. Disisi lain dengan keterbatasan tersebut
serta dihadapkan pula dengan banyaknya penugasan-
penugasan menyebabkan upaya peningkatan profesionalitas
personil melalui pendidikan dan latihan tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Di bidang persenjataan, alat
utama sistem senjata (alutsista) TNI yang dioperasikan pada
umumnya dalam kondisi tua dan secara teknologi sudah
tidak memadai bila dihadapkan pada kemungkinan ancaman
dari luar, sehingga memerlukan pemeliharaan yang intensif
dan peremajaan guna menunjang tugas yang saat ini
intensitas penggunaannya sangat tinggi.
XI – 12
Dalam bidang pengembangan pertahanan negara, tindak
lanjut yang diperlukan adalah melanjutkan validasi
organisasi TNI dan jajarannya sesuai dengan paradigma baru
melalui redefinisi, reposisi dan reaktualisasi peran dan fungsi
TNI dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; meningkatkan profesionalitas prajurit TNI;
mewujudkan kesiapan operasional satuan melalui
pembangunan/ pemeliharaan kekuatan dan kemampuan TNI
dengan menambah/ melengkapi dan memelihara alat utama
sistem senjata TNI; mewujudkan kesiapan operasional
satuan-satuan tempur dan bantuan tempur sesuai matra
melalui pengembangan dan peningkatan kemampuan satuan
pendukung.
b. Pelaksanaan
XI – 13
i. Hasil yang Dicapai
XI – 14
pertahanan yang bersifat mendesak, antara lain melawan
terorisme, menghadapi kelompok separatis Aceh dan Papua,
menghadapi gangguan kelompok radikal, mengatasi konflik
komunal, mengatasi perampok dan pembajak, mengatasi
imigrasi ilegal dan pencemaran laut, mengatasi penebangan
kayu ilegal, mengatasi penyelundupan, membantu
pemerintahan sipil dalam mengatasi dampak bencana alam,
penanganan pengungsi, bantuan pencarian dan pertolongan
(Search and Rescue), serta pengamanan tugas-tugas
perdamaian.
XI – 15
industri strategis, pengembangan SDM akan direalisasikan
dalam penyusunan petunjuk yang lebih operasional dengan
berpedoman kepada kepentingan pertahanan negara.
XI – 16
pemanfaatan teknologi informasi dalam persandian; serta
koordinasi dan sinkronisasi kegiatan persandian Unit Teknis
Persandian (UTP) instansi pemerintah dan non pemerintah.
Dengan upaya tersebut maka telah dicapai peningkatan
kuantitas dan kualitas personil sandian melalui jalur
pendidikan AKSARA/PAMS, STSN, diklat teknis sandi dan
diklat ilmu pendukung lainnya. Program pembangunan
jaring komunikasi sandi (JKS) telah menunjukkan
perkembangannya dengan telah meningkatnya kuantitas dan
kualitas peralatan sandi dan sarana pendukungnya bagi
keperluan gelar jaring komunikasi sandi pada jajaran VVIP,
VIP, intern dan antar instansi serta pemenuhan peralatan
sandi bagi tim di daerah bergolak. Meningkatnya kuantitas
dan kualitas hasil penelitian dan pengembangan bidang
persandian baik aspek perangkat lunak, perangkat keras dan
perekayasaan dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK
merupakan upaya mengurangi ketergantungan terhadap
peralatan dari luar negeri.
XI – 17
reformasi ini tumbuh subur adanya konflik horizontal dan
vertikal di berbagai daerah rawan.
XI – 18
dan pada September 2001 AS telah mencabut embargo
terhadap penjualan alat peralatan pertahanan yang tidak
mematikan (non lethal weapon) seperti kendaraan militer
dan peralatan pengamanan/keselamatan terbang.
XI – 19
tuntutan yang berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan
strategis.
b. Pelaksanaan
XI – 20
triwulan kedua tahun 2004 perbandingan tersebut baru
mencapai sekitar 1 : 900.
XI – 21
Intelijen Keamanan (BAINTELKAM) yang bertugas
menangani masalah keamanan dan keselamatan negara untuk
selanjutnya memberikan masukan kepada Badan Intelijen
Negara (BIN) yang bertugas menangani masalah ancaman
negara baik ancaman dari dalam maupun luar negeri. Telah
pula dilakukan validasi dan pengembangan organisasi Korps
Brimob guna meningkatkan kemampuan penanganan
gangguan keamanan dalam negeri. Terkendalinya kamtibmas
secara umum, walaupun masih terjadi gangguan keamanan di
beberapa daerah konflik seperti NAD, Papua, Maluku,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
serta keberhasilan pengungkapan kasus-kasus peledakan bom
di beberapa daerah merupakan salah satu keberhasilan Polri
dalam melaksanakan fungsi Polri sebagai kekuatan fungsi
keamanan dan ketertiban masyarakat. Selanjutnya dalam
rangka kerja sama kepolisian internasional telah dilaksanakan
kerjasama dengan beberapa negara tetangga, termasuk
latihan bersama dengan Polisi Diraja Malaysia serta kerja
sama dengan kepolisian Australia, Philipina, Singapura,
Jepang, Belanda, Amerika Serikat, dan Inggris.
XI – 22
programnya, tetapi juga oleh kesadaran, komitmen, dan
partisipasi semua pihak yang saat ini telah menampakkan
kepeduliannya terhadap masalah narkoba.
XI – 23
Dalam bidang pengembangan pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, tindak lanjut yang diperlukan
adalah : (1) Melanjutkan pembangunan kekuatan keamanan
negara, diantaranya: (a) melanjutkan program pengembangan
organisasi pada tingkat satuan kewilayahan yang merupakan
penjabaran validasi organisasi Polri dan diusahakan serasi
dengan administrasi pemerintahan daerah, (b) meningkatkan
intake personel Polri guna mencapai target ratio jumlah
personil Polri dengan jumlah penduduk 1 : 750, (c)
melanjutkan program peningkatan pengadaan sarana dan
prasarana kepolisian; (2) Melanjutkan pembinaan kekuatan
keamanan negara, diantaranya: (a) melanjutkan penyusunan
pokok-pokok penyelenggaraan keamanan dalam negeri,
sistem hukum dan perundang-undangan serta buku petunjuk,
(b) melanjutkan program peningkatan kesejahteraan personil,
(c) melanjutkan program peningkatan kemampuan
profesionalitas Polri dan pemahaman tentang HAM, (d)
melanjutkan program reformasi Polri terutama aspek kultural
guna mewujudkan sikap dan perilaku operasional sebagai
pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat; (3)
Melanjutkan pengembangan operasional keamanan negara,
diantaranya: (a) melanjutkan program peningkatan dan
pengembangan fungsi pre-emtif, fungsi preventif, fungsi
penegakan hukum, (b) melaksanakan operasi pemulihan
keamanan dan penegakan hukum di NAD dan Maluku dalam
rangka langkah-langkah komprehensif penanganan masalah
Aceh dan operasi-operasi kepolisian (penegakan hukum)
guna mengatasi konflik horizontal di Maluku, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah dan Papua (c)
penanggulangan 4 jenis kejahatan yaitu konvensional,
transnasional, terhadap kekayaan negara dan yang
berimplikasi kontijensi, (d) melanjutkan program
peningkatan kesiapan Polri dalam menanggulangi gangguan
keamanan dalam negeri (latihan perorangan, latihan satuan).
4. Program Pengembangan Keamanan Dalam Negeri
XI – 24
Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan
pengamanan wilayah hukum nasional serta penanggulangan
gangguan keamanan dalam negeri, dengan mendayagunakan
secara optimal dan terpadu segenap komponen kekuatan
keamanan negara.
b. Pelaksanaan
XI – 25
bom di beberapa kota besar seperti di Kuta Bali dan Hotel
JW Marriot tidak terlepas karena telah melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak. Hal ini mengundang kekaguman
negara-negara asing terhadap kecepatan dan ketepatan Polri
dalam mengungkap peristiwa dan pelaku terorisme, dan
selanjutnya membuka peluang seluas-seluasnya kepada
seluruh komponen bangsa untuk bersatu, bahu membahu
dalam sebuah gerakan bersama melawan terorisme.
XI – 26
Dalam bidang pengembangan keamanan dalam negeri,
tindak lanjut yang diperlukan adalah: (a) Melanjutkan
penyusunan peraturan kerundangan yang mengatur hubungan
kerjasama antara Polri dengan TNI/ Instansi terkait, (b)
Terwujudnya sinkronisasi kerjasama keamanan sesuai peran
dan fungsinya masing-masing, (c) Terselenggaranya
pengamanan wilayah konflik guna mempertahankan NKRI,
(d) Meningkatkan upaya penegakan hukum dan menindak
tegas setiap pelaku tindak perdana, terutama yang
mengakibatkan timbulnya kerusuhan massal, konflik sosial
yang mengarah kepada disintegrasi bangsa, dan (e)
melengkapi sarana dan prasarana untuk mewujudkan
pengamanan di pulau terluar, terpencil dan perbatasan negara
reciprocal dengan negara tetangga.
XI – 27