Asfiksia saat lahir menjadi penyebab kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta kematian
neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya. Banyak bayi baru lahir tidak mendapat pertolongan
resusitasi neonatus yang memadai segera setelah lahir. Oleh sebab itu, dengan menerapkan
tehnik-tehnik resusitasi, diharapkan keadaan ribuan bayi yang lahir tiap tahun dapat diperbaiki.
(Kattwinkel, 2011)
Sekitar 10 % bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas saat lahir, dan
kurang dari 1 % membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat (intubasi, kompresi
dada dan/atau obat-obatan) (Kattwinkel, 2011). Ventilasi paru bayi adalah tindakan resusitasi
neonatus yang paling penting dan efektif. Kurangnya ventilasi paru bayi baru lahir berakibat
pada kontriksi arteriol pulmonal yang menetap, sehingga menghambat oksigenasi darah arterial
sistemik. Hambatan perfusi dan oksigenasi adekuat ke organ-organ bayi yang berlangsung lama
dapat mengakibatkan kerusakan di otak, kerusakan di organ lain, atau bahkan kematian.
(Kattwinkel, 2011)
Ketika janin atau bayi baru lahir kekurangan oksigen, akan terjadi pernafasan cepat,
diikuti oleh apneu primer dan penurunan frekuensi jantung, keadaan ini akan membaik dengan
raksang taktil. Jika kekurangan oksigen tetap terjadi, maka akan terjadi periode apneu sekunder,
selanjutnya akan diikuti oleh penurunan frekuensi jantung dan tekanan darah. Apneu sekunder
tidak dapat diatasi dengan pemberian rangsangan tetapi harus diberikan bantuan ventilasi.
(Kattwinkel, 2011)
Pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) yang efektif selama apneu sekunder biasanya
akan cepat memperbaiki frekuensi jantung. (Kattwinkel, 2011)
Kebanyakan, meskipun tidak semua, bayi yang membutuhkan resusitasi neonatus dapat
diantisipasi dengan mengenali keberadaan faktor risiko antepartum dan intrapartum yang
berhububungan denga kebutuhan reusitasi neonatus. Semua bayi baru lahir perlu penilaian awal
untuk menentukan apakah dibutuhkan resusitasi atau tidak. (Kattwinkel, 2011)
Setiap persalinan harus dihadiri paling tidak oleh 1 orang yang bertanggung jawab untuk
bayi dan dapat melakukan resusitasi. Orang tersebut atau orang lain yang dapat segera hadir,
harus memiliki kemampuan tambahan ynag dibutuhkan untuk melakukan resusitasi lengkap. Bila
diduga akan diperlukan resusitasi, personil tambahan harus hadir di ruang persalinan sebelum
persalinan terjadi. (Kattwinkel, 2011)
Resusitasi harus dilakukan segera. Kita hanya memiliki waktu kurang lebih 30 detik
untuk melihat respon dari setiap tahap, sebelum memutuskan ke tahap berikutnya. Evaluasi dan
pengambilan keputusan didasarkan terutama pada pernafasan, frekuensi jantung dan oksigenasi.
Berikut adalah peralatan dan perlengkapan reusitasi neonatus:
1. Perlengkapan penghisap:
- Balon penghisap (bulb syringe)
- Penghisap mekanik dan tabung
- Kateter penghisap 5F atau 6F, 8F, 10F, 12F atau 14F
- Pipa orogastrik no 8F dan semprit 20 ml
- Aspirator mekonium
2. Peralatan balon dan sungkup
- Peralatan untuk VTP yang dapat memberikan oksigen 90% sampai 100%
- Sungkup wajah ukuran bayi cukup bulan dan bayi prematur (dianjurkan memiliki
bantalan pada pinggirnya)
- Sumber oksigen
- Sumber udara tekan
- Alat pencampur (blender) oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekan beserta
flowmeter (ukuran sampai 10L/m) dan tabungnya
- Oksimeter dan probe oksimeter
3. Peralatan intubasi
- Laringoskop dengan daun lurus no 0 (prematur) dan no 1 (cukup bulan)
- Lampu dan cadangan baterai untuk laringoskop
- Pipa endotrakeal dengan diameter internal no 5.5-, 3.0-, 4.0- mm
- Stilet
- Gunting
- Plester atau alat fiksasi pipa endotrakeal
- Kapas alkohol
- Alat pendeteksi CO2 atau kaptograf
- Sungkup larings (pilihan)
4. Obat-obatan
- Epinefrin 1:10.000 (0,1 mg/ml) – 3 ml atau ampul 10 ml
- Cairan kristaloid isotonik (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) untuk penambah volume –
100 atau 250 ml
- Dextrose 10%, 250 ml
- Larutan NaCl 0.9% untuk membilas
5. Perlengkapan kateterisasi vena umbilical
- Sarung tangan steril
- Pisau atau gunting
- Larutan antiseptik
- Plester umbilical
- Kateter umbilical 3.5 F, 5F
- Three-way stopcock
- Semprit 1,3,5,10,20,50 ml
- Jarum ukuran 25, 21, 18 atau alat penusuk lain tanpa jarum
6. Lain-lain
- Sarung tangan dan pelindung lain
- Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya
- Alat resusitasi keras
- Stop watch (pilihan)
- Kain hangat
- Stetoskop (untuk bayi baru lahir)
- Plester ½ atau ¾ inchi
- Monitor jantung dan oksimter dengan probe serta elektrodanya (bila tersedia di kamar
bersalin)
- Oropharyngeal airways (0.00 dan ukuran 000 atau panjang 30-, 40- dan 50 mm)
7. Untuk bayi yang sangat prematur
- Daun laringoskop ukuran 00 (pilihan)
- Kantung plastik makanan (berukuran 1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat
ditutup/direkatkan
- Alat penghangat kimiawi (pilihan)
- Inkubator transpor untuk mempertahankan suhu bayi ke ruang perawatan
TAHAP-TAHAP RESUSITASI NEONATUS ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
A. Tahap awal
- Berikan kehangatan
- Posisikan kepala dan bersihkan jalan nafas bila diperlukan*
- Keringkan dan rangsang bayi agar bernafas
- Evaluasi pernafasan, frekuensi jantung dan oksigenasi
B. Berikan ventilasi tekanan positif dengan alat resusitasi tekanan positif dan pasang oksimeter.
*
C. Berikan kompresi dada sambil melanjutkan bantuan ventilasi dan masukkan kateter vena
umbilikalis.*
D. Berikan epinefrin sambal melanjutkan bantuan ventilasi dan kompresi dada.*
*pertimbangkan intubasi endotrakea pada titik-titik ini.
Bayi diletakkan terlentang dengan posisi menghidu sehingga faring, larings dan trakea
dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini juga adalah
posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk
pemasangan pipa endotrakeal. Perlu diperhatikan agar posisi jangan terlampau tengadah atau
fleksi karena dapat menghambat pemasukan udara. Untuk membantu mempertahankan
posisi yang benar, dapat diletakkan gulungan kain atau handuk di bawah bahu. Gulungan
kain ini terutama berguna bila pada bayi terdapat pembengkakan pada belakang kepala
akibat persalinan atau akibat persalinankurang bulan.
Cara yang aman dan sesuai untuk memberikan rangsangan taktil adalah:
- Menepuk atau menyentil telapak kaki
- Menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
Perangsangan yang terlalu bersemangat tidak berguna dan dapat menimbulkan cedera
yang berat pada bayi. Bila bayi berada dalam apnu primer, hampir semua perangsangan akan
menimbulkan pernapasan. Bila bayi berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak akan
berhasil. Karena itu, satu atau dua tepukan atau sentilan pada telapak kaki atau gosokkan pada
punggung telah cukup. Bila tetap berada dalm keadaan apnu, diperlukan segera ventilasi tekanan
positif. Meneruskan rangsangan taktil pada bayi yang berada dalam keadaan apnu sekunder
membuang waktu yang berharga.
Setelah anda menghangatkan, memposisikan, membersihkan jalan napas, mengeringkan,
merangasang pernapasan dan mereposisikan kepala bayi, maka selanjutnya anda perlu menilai:
- Pernapasan bayi. Terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya
pernapasan bertambah setelah rangsangan taktil untuk beberapa detik. Pernapasan yang megap-
megap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi seperti pada apnu.
- Frekuensi jantung. Normalnya di atas 100 kali/menit. Cara termudah untuk menentukan
frekuensi jantung adalah dengan meraba pulsasi pada pangkal tali pusat,namun kadang pembuluh
darah umbilikal menyempit sehingga tidak teraba pulsasi, anda harus mendengarkan bunyi
jantung di daerah kiri dada dengan mengunakan stetoskop. Kemudian anda memberi tanda
mengetuk setiap kali teraba atau terdengar bunyi jantung sehingga orang lain mengetahui.
Dengan menghitung jumlah detak jantung selama 6 detik kemudian dikalikan 10 akan
memberikan frekuensi jantung per menit.
- Warna kulit
Bayi harusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung
normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan adanya hipoksemia.
II. PEMBERIAN VENTILASI TEKANAN POSITIF
Bila setelah menilai pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit bayi ditemukan belum
bernapas maka tindakan yang tepat adalah memberikan ventilasi dengan menggunakan balon dan
sungkup. Informasi mengenai alat balon dan sungkup yang digunakan pada resusitasi neonatus
ada di lampiran. Kecepatan yang harus diberikan selama ventilasi tekanan positif adalah 40-60
kali/menit. Untuk membantu mempertahankan kecepatan 40 sampai 60 kali/menit cobalah
dengan menyebutkan kata-kata di bawah ini saat melakukan ventilasi pada bayi:
“Satu…lepas…lepas…Dua…lepas…lepas…Tiga…lepas…lepas..dst..”. Untuk kekuatan
meremas balon direkomendasikan secukupnya saja karena volume napas bayi baru lahir yang
normal jauh lebih kecil dari pada jumlah gas di dalam balon resusitasi, satu persepuluh dari balon
mengembang sendiri ukuran 240ml. Volume paru yang tinggi dan tekanan di jalan napas dapat
menyebabkan perlukaan paru.
Ventilasi tekanan positif dapat dihentikan bila bayi membaik, dengan ditandainya;
perbaikan frekuensi jantung, perbaikan warna kulit, pernapasan spontan dan perbaikan
tonus otot. Periksa 4 tanda di atas untuk perbaikan setelah 30 detik pemberian ventilasi tekanan
positif. Untuk ini diperlukan bantuan petugas lain. Bila frekuensi jantung di atas 60 kali/ menit
maka anda tetap memberikan ventilasi tekanan positif dan menilai 4 tanda tersebut setiap 30
detik. Bila frekuensi jantung stabil di atas 100 kali/ menit, turunkan kecepatan tekanan ventilasi
sampai anda melihat pernapasan spontan yang efektif. Dengan adanya perbaikan, bayi juga akan
menjadi kemerahan dan tonus otot akan membaik. Pantau pergerakan dada dan suara napas
untuk menghindari paru terlalu mengembang atau kurang mengembang. Bila frekuensi jantung,
warna kulit dan tonus otot tidak membaik, periksa apakah dada bergerak saat diberi ventilasi
tekanan positif dan minta petugas lain mendengarkan suara napas dengan stetoskop pada ke dua
daerah lateral dinding dada
Bila dada tidak mengembang adekuat dan suara napas lemah, maka bisa disebabkan oleh;
lekatan tidak adekuat, jalan napas tersumbat, tekanan tidak cukup diberikan. Bila perbaikan
fisiologis tetap tidak di dapat, mungin diperlukan intubasi endotrakeal. Memberikan ventilasi
yang efektif merupakan kunci keberhasilan hampir semua resusitasi bayi baru lahir.
Hal lain yang perlu diperhatikan bila ventilasi tekanan positif dengan sungkup perlu
diteruskan lebih dari beberapa menit adalah pemasangan pipa orogastrik. Selama ventilasi
tekanan positif dengan sungkup, gas masuk ke orofarings dimana gas dapat masuk baik ke trakea
atau ke esophagus. Posisi bayi yang tepat dapat mengalirkan udara lebih banyak ke trakea dan
paru. Walaupun demikian, gas dapat memasuki esophagus dan terdorong terus ke dalam
lambung.
Gas yang terdorong ke lambung mengganggu ventilasi dengan cara sebagai berikut:
1. Lambung yang terisi gas menyebabkan tekanan pada diafragma, mencegah paru
mengembang penuh.
2. Gas dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambung yang kemudian dapat
teraspirasi selama ventilasi tekanan positif.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan pemasangan pipa orogastrik, penghisapan isi
lambung, membiarkan pipa lambung pada tempatnya dengan pipa terbuka. Peralatan untuk
pemasangan pipa orogastrik menggunakan pipa lambung 8F dan semprit 20cc, langkahnya
sebagai berikut;
Ukurlah panjang pipa yang akan dimasukkan. Pipa harus cukup panjang untuk mencapai
lambung tetapi tidak perlu terlalu panjang sampai melewati lambung. Panjang pipa yang
akan dipasang harus sama dengan jarak antara pangkal hidung ke daun telinga dan daun
telinga ke titik tengah antara prosesus sifoid dan umbilikus. Untuk memperkecil gangguan
ventilasi, pengukuran pipa orogastrik dapat diperkirakan dengan sungkup tetap di
tempatnya.
Memasukkan pipa melalui mulut
Setelah pipa terpasang sesuai panjang yang diinginkan, sambungkan dengan semprit dan
keluarkan isi lambung secara cepat tetapi hati-hati.
Lepaskan semprit dari pipa tetapi biarkan ujung pipa tetap terbuka sebagai saluran udara
yang memasuki lambung
Rekatkan plester pipa pada pipi bayi supaya ujung menetap dalam lambung dan tidak tertari
lagi ke esophagus.
Bila bayi sudah bernapas tetapi terdapat sianosis sentral maka diperlukan pemberian
oksigen aliran bebas, biasanya 5 lt/mt. Hal ini dapat tercapai dengan pemberian oksigen melalui;
sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator, selang/
pipa oksigen. Cara apapun yang anda pakai sungkup harus di dekatkan ke muka agar konsentrasi
oksigen didapatkan setinggi mungkin, tetapi tidak boleh sampai terlalu lekat karena dapat
berakibat tekanan di dalam sungkup meningkat.
Oksigen aliran bebas tidak dapat diberikan melalui sungkup yang terpasang pada balon
mengembang sendiri karena sungkup yang dipasang pada balon mengembang sendiri tidak dapat
memberikan konsentrasi oksigen yang tinggi kecuali di remas. Bila bayi terus memerlukan
oksigen tambahan maka periksa saturasi oksigen pada bayi untuk menentukan konsentrasi
oksigen yang sesuai. Apabila tidak terdapat sianosis sentral lagi, secara bertahap kurangi secara
bertahap pemberian oksigen sehingga bayi tetap merah walaupun konsentrasi oksigen sama
dengan konsentrasi oksigen ruangan.
a. Tehnik ibu jari, ke dua ibu jari digunakan untuk menekan sternum, ibu jari dapat
berdampingan atau pada bayi kecil ke dua ibu jari dapat saling disusun, ibu jari harus
difleksikan pada persendian pertama dan tekanan diberikan secara vertikal untuk
menekan jantung yang terletak antara tulang dada dan tulang belakang,sementara ke dua
tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menyokong tulang belakang. Tehnik ibu jari
mempunyai keterbatasan, tehnik tidak dapat digunakan secara efektif jika bayi besar dan
tangan anda kecil. Juga lebih sulit bagi penolong memperoleh posisi yang tepat untuk
mencapai daerah tali pusat bila perlu pemberian obat melalui tali pusat.
b. Tehnik 2 jari, ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangan
digunakan untuk menekan tulang dada, penekanan dengan menggunakan ujung-ujung jari
secara vertikal untuk menekan jantung yang terletak antara tulang dada dan tulang
belakang,sementara tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi.
Kompresi dada yang dilakukan pada bayi baru lahir ialah sedalam 1/3 diameter antero-
posterior dada, yang terletak antara tulang dada sifoid dan garis khayal yang menghubungkan ke
dua papilia mamae. Sifoid merupakan proyeksi tempat pertemuan ke dua tulang iga di garis
tengah. Posisi jari adalah sedikit di atas sifoid. Hindari penekanan langsung pada sifoid.
Lamanya tekanan ke bawah harus lebih pendek dari lamanya pelepasan untuk memberikan curah
jantung yang maksimal. Ujung-ujung jari harus bersentuhan dengan dada selama penekanan dan
pelepasan tekanan.
Selama melakukan resusitasi kardio pulmoner, kompresi dada harus selalu disertai
dengan ventilasi tekanan positif. Kedua kegiatan ini harus terkoordinasi dengan satu ventilasi
setiap selesai 3 penekanan, 30 ventilasi 90 kompresi per menit. Orang yang melakukan kompresi
harus mengambil alih tugas menghitung dengan suara keras dari orang yang melakukan ventilasi.
Yang melakukan kompresi menghitung “satu—dua—tiga—pompa, satu—dua—tiga—pompa,
satu—dua—tiga—pompa..” Sementara orang yang melakukan ventilasi memijit balon selama
“pompa” dan kemudian melepaskan. Setelah melakukan koordinasi yang benar antara ventilasi
dan kompresi dada selama 30 detik, maka hentikan dulu penekanan untuk menilai kembali
frekuensi jantung. Jika merasakan denyut nadi dengan mudah melalui pangkal tali pusat anda
tidak perlu menghentikan ventilasi, namun anda juga perlu menghentikan keduanya untuk
mendengarkan frekuensi jantung dengan stetoskop. Jika frekuensi jantung lebih dari 60 kali per
menit anda dapat menghentikan kompresi dada, tetapi melanjutkan ventilasi tekanan positif
dengan kecepatan 40-60 kali per menit. Ketika frekuensi jantung meningkat di atas 100 kali per
menit dan bayi mulai bernapas spontan, perlahan-lahan hentikan ventilasi tekanan positif dan
pindahkan bayi ke ruang perawatan pasca resusitasi.
Selama anda melakukan koordinasi kompresi dada dan ventilasi, anda harus selalu
bertanya pada diri anda:
Apakah gerakan dada adekuat? (Apakah telah mempertimbangkan atau melakukan
intubasi endotrakeal?jika “ya” apakah intubasi endotrakeal sudah benar posisinya?)
Apakah tambahan oksigen telah diberikan?
Apakah kedalaman penekanan 1/3 dari diameter dada?
Apakah kompresi dan ventilasi dilakukan secara terkoordinasi baik?
IV. INTUBASI ENDOTRAKEAL
Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada beberapa keadaan ketika resusitasi seperti
terlihat pada diagram alur bertanda asterisk(*), diantaranya;
- Pada saat menghisap mekonium pada bayi yang lahir dengan mekonium dan tidak bugar.
Jika terdapat mekonium dan bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot atau frekuensi
jantung < 100 kali per menit maka intubasi dilakukan sebagai langkah pertama, sebelum
memulai tindakan resusitasi yang lain.
- Pada saat ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi,
pengembangan dada atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari beberapa
menit.
- Pada saat membantu koordinasi ventilasi dan kompresi dada sehingga dapat memaksimalkan
efesiensi ventilasi tekanan positif.
- Pada saat epinefrin diperlukan untuk stimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum
adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil menunggu
akses intravena.
Peralatan dan Perlengkapan yang Diperlukan Dalam Intubasi Endotrakeal
Peralatan intubasi sebaiknya diletakkan dalam satu tempat dan dalam kondisi siap pakai
baik di ruang bersalin, kamar bayi, kamar operasi dan unit gawat darurat. Tindakan resusitasi
sebaiknya dilakukan dengan prinsip steril. Perlengkapannya meliputi:
1. Laringoskop dengan baterai cadangan.
2. Daun laringoskop. No.1 untuk bayi cukup bulan,no.0 untuk bayi kurang bulan, no 00
untuk bayi sangat kurang bulan.
3. Pipa endotrakeal dengan diameter 2,5 ;3,0;3,5 dan 4,0 mm.
4. Stilet (bila tersedia) yang cocok dengan pipa endotrakeal yang ada
5. Pemantau atau pendeteksi CO2 (bila tersedia).
6. Penghisap dengan kateter penghisap no.10F atau yang lebih besar, dan no.5F atau 6F
dan 8F untuk menghisap melalui pipa endotrakeal.
7. Plester
8. Gunting
9. Jalan napas oral/mayo
10. Aspirator meconium
11. Stetoskop
12. Balon mengembang sendiri, resevoar, selang oksigen dan sumber oksigen.
Biasanya pipa endotrakeal pada neonatus terdapat sebuah garis hitam di dekat ujung pipa
yang disebut sebagai pedoman pita suara. Tujuannya untuk lebih mudah meletakkan pipa
endotrakeal sebatas pita suara. Biasanya dengan posisi demikian ujung pipa akan terletak di atas
percabangan trakea (karina).
Pilihan ukuran pipa endotrakeal sesuai berat badan dan sesuai usia kehamilan
Ukuran pipa (mm) Umur kehamilan
Berat
(Diameter) (minggu)
2,5 Di bawah 1000 Di bawah 28
3,0 1000-2000 28-34
3,5 2000-3000 34-38
3,5-4,0 Di atas 3000 Di atas 38
Peralatan penghisap sebaiknya selalu dalam keadaan siap pakai. Atur kekuatan penghisap
100mmHg dengan menaikkan atau menurunkan ukuran penghisap sambil menyumbat ujung pipa
penghisap. Sambungkan kateter 10F atau lebih besar ke pipa penghisap sehingga dapat
menghisap sekret dari mulut dan hidung. Sediakan kateter penghisap ukuran lebih kecil (5F,6F
atau 8F, tergantung pada ukuran pipa endotrakeal), untuk menghisap melalui bagian dalam pipa
jika pipa endotrakeal akan dibiarkan.
Ketika balon mengembang kembali setelah dilakukan penekanan gas masuk ke dalam
balon melalui katup searah yang terletak diujung balon tergantung design nya. Katup ini
dinamakan pintu masuk udara.
Setiap Balon Mengembang Sendiri mempunyai pintu masuk oksigen yang umumnya
terletak dekat pintu masuk udara. Pintu masuk oksigen merupakan sebuah tonjolan kecil tempat
pipa oksigen akan disambungkan. Pada Balon Mengembang Sendiri pipa oksigen tidak perlu
disambungkan untuk memfungsikan balon. Pipa oksigen harus disambungkan bila balon akan
digunakan untuk resusitasi neonatus.
Pintu keluar oksigen/gas adalah lubang dimana gas keluar dari balon ke bayi dan dimana
sungkup atau pipa endotrakeal dipasang.
Kebanyakan Balon Mengembang Sendiri mempunyai katup pelepas tekanan yang
mencegah tekanan berlebihan terbentuk dalam balon. Beberapa Balon Mengembang Sendiri
mempunyai alat pengukur tekanan atau tempat untuk menyambung alat pengukur tekanan.
Tempat penyambungan umumnya terdiri dari sebuah lubang kecil atau tonjolan dekat dengan
pintu keluar gas. Bila balon anda mempunyai bagian ini, lubang harus ditutup atau alat pengukur
harus disambungkan. Kalau tidak gas akan keluar melalui lubang didapatkan menghalangi
terbentuknya tekanan yang lebih kuat. Tekanan yang tinggi yang terbentuk dapat menyebabkan
pneumotoraks atau kelainan kebocoran udara lain pada bayi. Hubungkan pipa oksigen dan ujung
pengukur tekanan menurut instruksi pabrik.
Balon Mengembang Sendiri mempunyai kumpulan katup yang terletak antara balon dan
pintu keluar gas. Bila balon diremas saat resusitasi, katup terbuka menyebabkan oksigen/udara
mengalir ke pasien. Bila balon mengembang kembali katup tertutup. Hal ini mencegah udara
ekspirasi pasien memasuki balon dan dihirup kembali.
Bagaimana anda menguji balon mengembang sendiri sebelum dipakai:
Untuk menguji kerja Balon Mengembang Sendiri, tutup sungkup atau pintu keluar gas
dengan telapak tangan dan rema balon;
1. Apakah terasa tekanan pada tangan anda.
2. Dapatkah anda membuat katup pelepas tekanan terbuka.
3. Apakah alat pengukur tekanan (bila ada) menunjukkan tekanan 30 sampai 40 cm H2O,
bila katup pelepas tekanan terbuka?
Bila tidak,
1. Apakah ada robekan atau bocor pada balon?
2. Apakah alat pengukur tekanan tidak terpasang, yang menyebabkan lubang tempat
sambungan terbuka?
3. Apakah katup pelepas tekanan terlepas/tidak berfungsi atau melekat/tersumbat?
4. Apakah pintu keluar gas ke pasien tersumbat?
5. Apakah balon mengembang kembali dengan cepat ketika anda melepaskan genggaman
anda?