Anda di halaman 1dari 5

Bronkiolitis Akut

Definisi
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi respiratorik akut bawah yang ditandai dengan
adanya inflamasi pada bronkiolus. Infeksi tersebut umumnya disebabkan oleh virus, paling
sering Respiratory Syncytial Virus (RSV). Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi daripada
usia dewasa. Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang didahului
dengan gejala infeksi respiratorik akut, yang diakibatkan oleh penebalan dinding bronkiolus
hasil dari proses peradangan.

Etiologi
Etiologi dari bronkiolitis akut antara lain:
• RSV
• Human metapneumovirus (HMPV)
• Parainfluenzae tipe 1,2 dan 3
• Influenzae B
• Adenovirus tipe 1,2 dan 5
• Mycoplasma

Epidemiologi
Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratorik tersering pada bayi. Paling sering
terjadi pada usia 2-4 bulan, puncaknya pada usia 2-8 bulan. Sembilan puluh lima persen kasus
terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun dan 75% diantaranya terjadi pada anak berusia
dibawah 1 tahun. Penyakit ini sering terjadi pada bayi lai-laki berusia 3-6 bulan yang tidak
mendapatkan ASI, dan hidup di lingkungan padat penduduk. Bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih
banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Insidens terbanyak terjadi pada musim
dingin atau pada musim hujan di negara-negara.
Median lama perawatan adalah 2-4 hari, kecuali pada bayi prematur dan kelainan bawaan
seperti penyakit jantung bawaan (PJB). Bronkiolitis akan lebih berat pada bayi muda. Hal itu
ditunjukkan dengan lebih rendahnya saturasi O2, juga pada bayi terpapar yang terpapar asap
rokok pascanatal. Beberapa prediktor lain untuk beratnya bronkiolitis atau yang akan
menimbulkan komplikasi yaitu bayi dengan masa gestasi <34 minggu, usia <3 bulan, sianosis,
saturasi oksigen <90%, laju respiratori >70x/menit, adanya ronki, dan riwayat displasia
bronkopulmoner (bronchopulmonary dysplasia, BPD).
Kenaikan jumlah perawatan karena bronkiolitis dipengaruhi berbagai faktor, yaitu
perubahan kriteria perawatan anak dengan IRA, kebiasaan pengasuhan dengan lebih banyak
anak yang dititipkan di tempat penitipan anak, dan faktor virus sendiri yaitu perubahan
virulensi strain RSV. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di negara-negara
berkembang daripada negara maju. Hal ini mungkin oleh rendahnya status gizi dan ekonomi,
kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di negara berkembang.Angka
mortalitas di negara berkembang pada anak-anak yang dirawat adalah 1-3%.

Patofisiologi
Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respons inflamasi akut,
ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mukus, timbunan debris selular sel-
sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti infiltrasi limfosit peribronkial dan edema
submukosa. Kondisi ini mulai muncul 18-24 jam setelah infeksi. Karena tahanan aliran udara
berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran respiratori, maka sedikit saja
penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama pada bayi
yang memiliki penampang respiratori yang kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama
fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi,
maka akan menyebabkan air trapping dan hiperinflasi. Ateletaksis dapat terjadi pada saat
obstruksi total dan udara yang terjebak diabsorpsi.
Proses patologis ini akan mengganggu pertukaran gas normal di paru. Penurunan kerja
ventilasi paru akan menyebabkan ketidak-seimbangan ventilasi-perfusi, yang berikutnya akan
menyebabkan terjadinya hipoksemia dan kemudian terjadi hipoksia jaringan. Retensi
karbondioksida (hiperkapnea) tidak selalu terjadi, kecuali pada beberapa pasien. Kerja
pernapasan akan meningkat selama end-expiratory lung volume meningkat dan compliance
paru menurun. Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi mencapai 60x/menit.
Pemulihan sel epitel paru tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan diganti setelah dua
minggu. Jaringan mati (debris) akan dibersihkan oleh makrofag.

Faktor Risiko
Bayi berusia kurang dari 3 bulan memiliki risiko tertinggi untuk terkena bronkiolitis karena
paru-paru dan sistem imun yang belum berkembang secara sempurna.Faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan peningkatan risiko bronkiolitis pada bayi atau penyakit lain yang lebih
parah akibat bronkiolitis, diantaranya:

• Kelahiran prematur
• Penyakit jantung atau paru bawaan
• Sistem imun lemah
• Terpapar asap tembakau
• Tidak pernah menerima ASI
• Kontak dengan banyak anak - dititipkan di tempat penitipan anak
• Hidup di lokasi yang padat penduduk

Gejala klinis
Gejala klinis yang muncul sebagai berikut :
• Hidung berair
• Batuk
• Kongesti hidung
• Low grade fever
• Wheezing
• Otitis media
Gambaran radiologis
A. Bronkus segmen atau lobar primer
B. Pada dewasa mungkin terlihat bronkus akhir pada hilus, di anak tidak terlihat
C. Penebalan peribronkial juga memproduksi tram-track seperti densitas yang linear di
paru dari bronkus terlihat di profil
a. Hiperinflasi
b. Atelectasis dari plug mucus
D. Keberadaan bronkiolitis paling bagus dilihat dengan HRCT. Akan ditemukan tanda-
tanda berikut:
• mikronodul sentrilobular
• penebalan dinding bronkial
• dilatasi bronkiolar
• mosaic attenuation (atau air trapping)

Contoh gambaran

Peribronchial thickening
Flattening diaphragms

Mikronodul sentrilobular
Referensi

1. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J.
Harrison’s principles of internal medicine. 17thed. New York: The McGraw – Hill
Companies, 2008. p.221-225.

2. Latief, A., dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Standar
WHO.Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta, Indonesia.

3. Zain MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe, NN., B. Supriyanto, D. B. Setyanto. 2013. Buku
Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI, Jakarta, Indonesia.

4. https://emedicine.medscape.com/article/961963-overview

5. http://learningradiology.com/archives2013/COW%20588-RAD/radcorrect.html

6. https://radiopaedia.org/articles/viral-bronchiolitis

Anda mungkin juga menyukai