Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320417143

VALIDITAS DAN RELIABILITAS UNTUK MENGEVALUASI MUTU PENELITIAN


KUALITATIF

Article · October 2017

CITATIONS READS

0 4,228

1 author:

Utsman Utsman
Universitas Negeri Semarang
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

SEMINAR JARLIT MAGELANG View project

UJI VALIDITAS RELIABILTAS View project

All content following this page was uploaded by Utsman Utsman on 16 October 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


VALIDITAS DAN RELIABILITAS
UNTUK MENGEVALUASI MUTU PENELITIAN KUALITATIF
0leh: UTSMAN1
ut_unnes@yahoo.com

ABSTRAK

Penggunaan reliabilitas dan validitas dalam paradigma penelitian kuantitatif


dan kaulitatif sangat dianjurkan. Namun penggunaan istilah relibilitas dan validitas
yang berakar dalam perspektif positivis dalam parktek penelitian kualitatif harus
didefinisikan ulang untuk digunakan dalam pendekatan naturalistik. Pada artikel ini
membahas penggunaan istilah reliabilitas dan validitas dalam paradigma penelitian
kualitatif. Pembahasan dimulai dari konsep penelitian kualititatif, validitas dan
reliabilitas untuk mengevaluasi penelitian kualitatif, dan pengujian validitas dan
reliabilitas untuk mengevaluasi mutu penelitian kualitatif. Dari pembahasan mengenai
paradigma penelitian kualitatif serta pemahaman tentang validitas dan reliabilitas
dalam penelitian kualitatif kita dapat memahami tentang arti secara tradisional
tentang reliabilitas dan validitas dari perspektif para peneliti kualitatif . Reliabilitas
dan validitas yang dikonseptualisasikan sebagai intrumen untuk mengevalusi tingkat
kepercayaan, ketelitian dan kualitas dalam paradigma kuantitatif, dalam perspektif
kualitatif dapat disamakan dengan kredibilitas, tranferabilitas, dan dependabilitas.

KONSEP PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan naturalistik yang berusaha


untuk memahami fenomena dalam konteks tertentu, dan peneliti tidak memanipulasi
fenomena yang hendak diteliti (Patton, 2001). Secara lebih luas, penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai jenis penelitian yang menghasilkan temuan melalui prosedur
non statistik atau cara non kuantifikasi yang lain (Strauss dan Corbin, 1990).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi,
interksionis simbolik, perspektiif ke dalam fenomenologis, studi kasus, interpretatif,
ekologis, dan deskriptif (Bogdan & Biklen, 1982). Tidak seperti peneliti kuantitatif
yang mencari kausal, prediksi, dan generalisasi temuan atau penelitian yang
menggunakan perhitungan statistik yang lain (Moleong, 2006). Peneliti kualitatif

1
Dosen Lektor Kepala pada Jurusan Pendidikan Nonformal Unnes
berusaha untuk melakukan pemahaman, dan ekstrapolasi untuk situasi yang sama
(Hoepfl, 1997).
Penelitian kualitatif berusaha untuk mengembangkan pengertian tentang
individu, kelompok, dan kejadian-kejadian dengan konteks tertentu melalui gambaran
fenomena sosial yang holistik dan medalam. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian kaulitatif adalah induktif, holostik, dan berorientasi pada proses, dengan
asumsi bahwa perilaku itu selalu terikat dengan konteks dan kenyataan sosial yang
terjadi. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif berusaha untuk mencari
pemahaman dari orang dalam, dan menerima subjektifitas dari peneliti. Namun
demikian peneliti harus tetap memegang nilai dan terikat oleh nilai-nilai yang inheren
dengan masalah-masalah yang diteliti dan cara-cara untuk mengintepretasikan hasil
studi itu dilakukan.
Penelitian kualitatif tidak mengenal upaya generalisasi karena perilaku
menusia selalu terikat dengan konteks dan harus diintepretasikan dari kasus-perkasus.
Asumsi lain yang mendasari adalah bahwa setiap individu, kelompok masyarakat,
budaya, latar masyarakat memiliki keunikan masing-masing dan penting untuk
melakukan interpretasi keunikan, oleh karena itu upaya generalisasi tergantung pada
konteks.
Hubungan peneliti dengan subjek dilakukan dengan cara interaksi yang aktif,
oleh karena itu proses pengumpulan data dapat diubah sesuai dengan situasi dan
kodisi yang ada, bahkan masalah yang diteliti pun bisa berkembang di lapangan
tergantung konteks (contextual progressive). Peneliti bebas menggunakan intuisi dan
dapat memutuskan bagaimana melakukan pengamatan untuk penggalian informasi
terkait dengan masalah yang dirumuskan. Subjek peneliti dapat diberikan keluasan
untuk mengajukan gagasan dan persepsinya, dan bahkan dapat diberi keluasan untuk
terlibat dalam analisis data.
Penelitian kualitatif berusaha untuk melakukan pemahaman fenomena secara
kompleks dengan cara mengidentifikasi semua tema yang relevan dengan pola-pola
yang muncul, kemudian mejadi fokus studi. Oleh karena itu desain penelitian
kualitatif dikembangkan secara fleksibel untuk dijadikan acuan umum dalam
menggali fenomena, histori, etnografi, dan kasus. Dengan demikan dalam penelitian
kualitatif cenderung mencari dan merumuskan serta menyimpulkan hipetesis yang
sifatnya tentatif.
Pengukuran dalam penelitian kualitatif bersifat subjektif, karena keterbatasan
peneliti dalam mengamati dan berinteraksi dengan manusia dan lingkungan lain.
Peneliti memiliki kemampuan yang terbatas untuk melaksanakan tugas-tugas yang
rumit terhadap fenomena dunia yang sangat bervariasi dan selalu berubah setiap saat.
Peneliti tidak selalu dapat menggunakan ukuran atas dasar teori seperti halnya dalam
perspektif penelitian kuantitatif. Reviu teori dalam penelitian kualitatif hanya terbatas
dijadikan acuan dan tidak mempengaruhi studi, dan sebaliknya teori akan berusaha
ditemukan dalam penelitian kualitatif.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif antara lain adalah berupa
narasi, deskrpesi, dokumen pribadi, catatan lapangan, dokumen resmi, dan trakskrip.
Data tersebut dikumpulkan dengan cara pengmpulan dokumen, wawancara, artifak,
pencatatan lapangan secara intensif, dan menilai artifak. Responden yang dijadikan
subjek tidak harus menggunakan standard representatif, namun menggunakan teknik
sampling bertujuan agar lebih mengarah pada pemahaman secara mendalam tentang
fokus yang diteliti.
Analisis data dilakukan secara deskreptif yang sebagain besar berasal dari
wawancara. Model analisis data dapat dilakukan menggunakan model pebandingan
tetap dari Glaser & Strauss, model Spradley,dan model Miles & Huberman. Model
perbandingan dilakukan dengan cara reduksi data, kategorisasi data, sentesisasi, dan
diakhiri dengan penyusunan hipotesis kerja dengan jalan merumuskan suatu
pernyataan yang proposisional. Model analisis Spradley dimulai dari pengamatan
deskreptif, analisis domain, pengamatan terfokus, analisis taksonomi, pengamatan
terpilih, analisis komponensial, dan diakhiri dengan analisis tema. Model analisis
Miles & Huberman dilakukan dengan menggunakan matriks yang diperoleh dari
pemetaan data telah dideskripsikan (Moleong, 2006).
Analisis penelitian kualitatif menghasilkan berbagai macam pengetahuan
dibandingkan dengan penyelidikan dengan kuantitatif karena salah satu sifat
filosofis yang mendasari paradigma kualitatif adalah pemahaman fenomena sosial
secara holistik dan mendalam, dengan menggunakan wawancara yang rinci dan
terfokus (Glesne & Peshkin, 1992). Dalam proses penelitian kualitatif, peneliti
berusaha untuk terlibat langsung dalam fenomena yang terjadi, dan berusaha
melibatkan subjek untuk berperan dalam penelitian, oleh karena itu metode
wawancara dan observasi dominan digunakan dalam interpretatif paradigma
penelitian kualitatif. Tidak seperti halnya metode kuantitatif, dimana peneliti
cenderung memisahkan diri dari proses penelitian., peneliti kualitatif telah datang
untuk melibatkan mereka dalam penelitian. Patton (2001) mendukung gagasan
keterlibatan subjek secara mendalam dalam penelitian. Seorang peneliti kualitatif
harus hadir selama perubahan untuk merekam acara setelah dan sebelum perubahan
terjadi. Namun, para peneliti kualitatif perlu menguji dan menunjukkan bahwa studi
yang mereka lakukan kredibel. Jika pada penelitian kuantitatif kredibilitas dalam
penelitian kuantitatif tergantung pada instrumen yang dikembangkan, dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumennya (Patton, 2001, hal. 14). Dengan
demikian, ketika para peneliti kuantitatif berbicara tentang validitas dan reliabilitas
penelitian, mereka biasanya mengacu sebuah penelitian yang kredibel sementara
kredibilitas penelitian kualitatif tergantung pada kemampuan dan usaha dari peneliti.
Meskipun reliabilitas dan validitas diperlakukan secara terpisah dalam studi
kuantitatif, namun istilah ini tidak dipandang secara terpisah dalam penelitian
kualitatif.. Terminologi seperti kredibilitas, transferabilitas, dependedabilitas, dan
konfrimabilitas dipandang sebagai hal melekat dipergunakan dalam penenelitian
kualitatif.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS UNTUK MENGEVALUASI
PENELITIAN KUALITATIF
a. Validitas
Pengertian mengevalusi dalam hal ini adalah melakukan pemeriksaan
keabsahan data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif. Spektrum
konseptualisasi untuk mengevalasi hasil penelitian adalah dengan melihat tingkat
reliabilitas dan validitas dalam penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba (1985)
menyatakan bahwa tidak ada validitas tanpa reliabilitas. Oleh karena itu pembahasan
reliabilitas dengan mengesampingkan validitas tidak ada gunanya, karena keduanya
harus dipertimbangkan dalam paradigma penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
Konsep validitas digambarkan oleh berbagai hal dalam studi kualitatif.
Konsep ini bukanlah sebuah konsep tunggal, tetap atau universal, tetapi bukan juga
sebuah konstruksi kontingen, namun didasarkan pada proses dan niat metodologi
penelitian tertentu (Winter, 2000). Meskipun daikui oleh beberapa peneliti kualitatif,
bahwa istilah validitas tidak berlaku untuk penelitian kualitatif, namun pada saat yang
sama, mereka menyadari bahwa dalam penelitian diperlukan uji validitas untuk
mengevaluasi hasil penelitian mereka. Creswell & Miller (2000) menyatakan bahwa
validitas dipengaruhi oleh persepsi peneliti, dan validitas dalam penelitian tergantung
paradigma penelitian yang dibangun. Akibatnya, banyak peneliti telah
mengembangkan konsep mereka sendiri dalam menentukan validitas dan sering
dihasilkan atau mengadopsi apa yang mereka anggap sebagai istilah yang lebih tepat,
seperti, kualitas, ketelitian dan kepercayaan untuk dipergunakan mengevaluasi hasil
penelitiannya (Davies & Dodd, 2002; Mishler , 2000; Stenbacka, 2001).
Pembahasan mengenai mutu dalam penelitian kualitatif dimulai dari
kekhawatiran tentang validitas dan reliabilitas dalam tradisi kuantitatif. (Seale, 1999,
hal. 465). Isu validitas dalam penelitian kualitatif belum diperhitungkan, namun
ketika peneliti menghadapi masalah reliabilitas dalam penelitian kualitatif, masalah
validitas menjadi suatu hal yang sangat penting. Namun demikian konsep validitas
harus didefinisikan ulang untuk penelitian kualitatif. Stenbacka (2001) menjelaskan
pengertian validitas dan reliabilitas sebagai salah satu konsep untuk mengevalusi
kualitas dalam penelitian kualitatif yang "harus diselesaikan dalam rangka untuk
mengklaim sebuah penelitian sebagai bagian dari penelitian yang benar" (Stenbacka,
2001).
Upaya untuk mencari makna ketelitian dan mutu penelitian, Davies dan Dodd
(2002) menyatakan bahwa kekakuan istilah dalam penentu mutu penelitian, muncul
dalam referensi pembahasan tentang reliabilitas dan validitas. Davies dan Dodd
(2002) berpendapat bahwa penerapan kekakuan gagasan dalam penelitian kualitatif
harus berbeda dari penelitian kuantitatif. Gagasan validitas dalam penelitian kualitatif
mengacu pada kredibilitas dan transferabilitas (keteralihan). Konsep credibilitas pada
dasarnya menggantikan validitas internal dalam penelitian nonkualitatif. Kreterium
ini berfungsi untuk: melaksanakan inkuiri secara mendalam sehingga memiliki
derajat kepercayaan yang tinggi artinya tingkat penemuannya dapat dicapai, serta
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil temuan dengan bukti-bukti yang dapat
dipercaya (Moleong, 2006). Sedangkan konsep transferabilitas berbeda dengan
validitas eksternal dalam penelitian nonkualitatif. Konsep transferabilitas merupakan
generalisasi suatu hasil temuan untuk dipelakukan pada konteks yang sama.
Transferabilitas sebagai persoalan empiris tergantung pada kesamaan antara konteks
pengirim dan penerima. Untuk melakukan transferabilitas, seorang peneliti
hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang konteks yang sama
sebagai pertanggung jawaban untuk pengumpulan data yang dapat dipercaya.
Lincoln dan Guba (1985) berpendapat bahwa mempertahankan kepercayaan dari
laporan penelitian tergantung pada isu-isu yang dibahas. Ide menemukan kebenaran
melalui langkah-langkah reliabilitas dan validitas diganti dengan gagasan
kepercayaan dalam temuan (Mishler, 2000).

b. Reliabilitas

Istilah reliabitas atau keandalan adalah konsep yang digunakan untuk


pengujian atau mengevaluasi penelitian kuantitatif, dan konsep ini paling sering
digunakan dalam semua jenis penelitian. Jika kita melihat ide pengujian atau evaluasi
sebagai cara mendapatkan informasi elisitasi maka yang paling penting dari setiap
studi kualitatif adalah mengevaluasi kualitasnya. Sebuah studi kualitatif yang baik
dapat membantu kita "memahami situasi yang membingungkan" (Eisner, 1991). Hal
ini berkaitan dengan konsep mutu penelitian kualitatif yang baik, dimana keandalan
adalah sangat menentukan, dan keandalan perlu dilakukan pengujian atau evaluasi
dengan cara yang tepat. Sementara konsep untuk mengevaluasi kualitas dalam
penelitian kuantitatif dengan "tujuan menjelaskan" sedangkan konsep kualitas dalam
penelitian kualitatif memiliki tujuan "menghasilkan pemahaman" (Stenbacka, 2001).
Perbedaan tujuan mengevaluasi atau menguji kualitas penelitian kuantitatif dan
kuantitatif adalah salah satu alasan bahwa konsep reliabilitas tidak relevan dalam
penelitian kualitatif. Menurut Stenbacka, (2001) "konsep keandalan bahkan
menyesatkan dalam penelitian kualitatif. Jika penelitian kualitatif dibahas dengan
keandalan sebagai kriteria, konsekuensinya bahwa penelitian ini tidak baik.
Sementara itu Patton (2001) menyatakan bahwa validitas dan reliabilitas
untuk mengevaluasi mutu penelitian adalah dua faktor yang harus dilakukan oleh
peneliti kualitatif pada saat merancang penelitian, menganalisis hasil, dan menilai
kualitas penelitian. Jika tidak dilakukan bagiamana mungkin sebuah penelitian
kualitatif dapat dievaluasi dan dinyatakan layak sebagai temuan yang kredibel.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Healy dan Perry (2000) menyatakan bahwa
kualitas penelitian di setiap paradigma harus dinilai oleh istilah paradigma sendiri itu.
Misalnya, istilah relibilitas dan validitas adalah kriteria yang dianggap tepat untuk
menentukan kualitas dalam paradigma kuantitatif, sedangkan dalam paradigma
kualitatif istilah kredibilitas, netralitas, transferabilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas adalah tepat untuk mengevalusi paradigma penelitian kualitatif
(Lincoln & Guba, 1985). Untuk lebih spesifik dengan istilah reliabilitas dalam
penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba (1985) menggunakan dependabilitas dalam
penelitian kualtatif dan menggunakan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif.
Ukuran keandalan juga tergantung pada permintaan audit, apakah audit meminta
dengan menggunakan dependabilitas sebagai standard untuk mengevaluasi kualitas
penelitian atau meminta dengan cara yang lainnya.
Hal yang senada seperti yang diungkapkan oleh Clont (1992) & Seale
(1999). Mereka mendukung adanya konsep dependabilitas dan konsep konsistensi
dalam penelitian kualitatif. Konsistensi data akan tercapai bila langkah-langkah
penelitian diverifikasi melalui pemeriksaan yang seksama dari mulai data mentah,
produk reduksi data, dan proses pencatatan (Campbell, 1996). Untuk memastikan
keandalan dalam penelitian kualitatif, evaluasi terhadap kepercayaan sangat penting.
Seale (1999), menyatakan bahwa keandalan adalah jantung dari laporan penelitian
kaulitatif. Namun Stenbacka (2001) berpendapat bahwa karena masalah reliabilitas
menyangkut pengukuran maka ia tidak memiliki relevansi dalam penelitian kualitatif.
Dia menambahkan masalah reliabilitas merupakan hal yang tidak relevan dalam
evaluasi kualitas penelitian kualitatif. Oleh karena itu, jika digunakan maka
"konsekuensi penelitian ini kurang baik".
Gagasan mengenai reliabilitas dalam penelitian kualitatif menurut Moleong
(2006) sama dengan ketergantungan (dependency). Pada penelitian kuantitatif
reliabilitas ditunjukkan dengan cara anatara lain replikasi studi. Jika studi dilakukan
pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama maka
dikatakan reliabilitasnya tercapai, yang menjadi problem adalah sulitnya mencari
kondisi yang benar-benar sama.
.
PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UNTUK MENGEVALUASI
MUTU PENELITIAN KUALITATIF

Konsep reliablitas dan validitas dalam penelitian telah didefinisikan


kegunaannya dalam penelitian kualitatif. Pertanyaannya yang masih harus dijawab
adalah 'Bagaimana untuk menguji atau memaksimalkan hasil uji validitas dan
keandalan penelitian kualitatif?' Jika validitas atau kepercayaan dapat dimaksimalkan
atau diuji yang lebih "kredibel dan hasilnya dipertahankan" dapat menyebabkan
penelitian kualitatif berkualitas tinggi Stenbacka (2001).
Maxwell (1992) menyatakan bahwa sejauh mana account diyakini
merupakan faktor yang dapat digeneralisasikan secara jelas untuk membedakan
pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Meskipun kemampuan untuk
menggeneralisasi temuan kelompok yang lebih luas merupakan salah satu tes yang
paling umum dari validitas untuk penelitian kuantitatif, namun Patton (2001)
menyatakan generalisasi sebagai salah satu kriteria untuk studi kasus, kualitasnya
tergantung pada kasus yang dipilih dan dipelajari. Dalam hal ini validitas dalam
penelitian kuantitatif sangat spesifik dengan pengujian yang diterapkan.
Pengujian validitas dan reliabiltas dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
antara lain dengan triangulasi, perpanjangan keikutsertaan, keajegan pengamatan,
pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, dan pengecekan
angggota. Triangulasi menurut Mathison (1988) telah meningkatkan isu
metodologis penting dalam pendekatan naturalistik dan kualitatif untuk mengvaluasi
dalam mengendalikan bias dan membangun proposisi yang valid karena teknik
ilmiah tradisional tidak sesuai dengan epistemologi alternatif ini.
Patton (2001) menganjurkan penggunaan triangulasi dengan menyatakan
"triangulasi memperkuat penelitian dengan menggabungkan metode. Hal ini dapat
berarti menggunakan beberapa jenis metode termasuk menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Menurut Moleong (2006) triangulasi untuk mengevaluasi
keabsahan data dapat dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan metode, sumber,
penyidik, dan teori.
Triangulasi metode dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan dua
stategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
beberapa metode, dan pengecekan derajat kepercayaan dengan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Triangulasi dengan menggunakan sumber dilakukan
dengan cara membandingkan dan mengecek bailk derajat kepercayaan informasi yang
diperolah melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,
2001). Cara yang dilakukan antara lain dengan membandingkan data hasil observasi
dengan wawancara; membadingkan informasi yang diperoleh di muka umum dan
secara pribadi; membandingkan saat situasi resmi waktu penelitian dan situasi
infomal; membandingkan keadaan dalam perspektif orang yang berbeda;
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen.
Triangulasi yang lain adalah menggunakan penyidik, yaitu dengan cara
memanfaatkan peneliti atau pengamat lain, atau analis satu dengan analis lain untuk
mengecek kembali derajat kepercayaan data. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
terjadinya penyimpangan atau kesalahan data yang dikumpulkan. Triangulasi teori
juga sangat penting untuk dijadikan dasar dalam mengevaluasi keabsahan data.
Lincoln & Guba (1985) menyakan bahwa fakta tidak dapat diperiksa dengan satu
teori, namun diperlukan penjelas dari banyak teori dengan cara membandingkannya.
Jika peneliti gagal menemukan bukti yang cukup kuat terhadap penjelasan alternatif,
justru membantu peneliti dalam menjelaskan derajat kepercayaan (Moleong, 2006)
Pengujian keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen
penelitian dalam waktu yang lama mempengaruhi kedalaman aias pemerolehan data
yang dikumpulkan. Penelitia kualitatif seharusnya di lokasi penelitian untuk
mengumpulkan data sampai jenuh, artinya data yang hendak digali benar-benar tuntas
dan tidak ada lagi data yang terlewatkan terkait dengan masalah yang diteliti.
Disamping itu, dengan waktu yang panjang akan mengeleminir gangguan dari
dampak peneliti dari konteks serta dapat membatasi kesalahan peneliti dalam proses
penelitian. Dengan perpanjangn waktu peneliti akan banyak mempelajari budaya
yang berkembangn pada masyarakat, sehingga miminimalisir distorsi yang
mengotori data baik berasal dari diri sendiri maupun responden. Perpanjangn
keikutsertaan juga dapat membagun kepercyaan pada subjek terhadap peneliti dan
kepercayaan diri sendiri, karena upaya untuk membangun kepercayaan kepada subjek
memerlukan waktu yang relatif lama.
Pemeriksaan data juga dapat dilakukan dengan ketekunan pengamatan. Cara
ini dilakukan dengan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan memusatkannya secara rinci,
sehingga data yang hendak digali dapat diperoleh secara mendalam. Pemeriksaan
dengan teman sejawat juga penting dilakukan, dalam arti mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi teman sejawat atau melalui
diskusi terfokus. Cara ini dilakukan dengan maksud untuk membangun sikap terbuka
dan jujur dalam melakukan penelitian serta untuk mulai menjajaki dan menguji
hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti maupun usulan dari teman
sejawat. Dengan demkian akan menghasilan pandangan kritis, memperoleh temuan-
temuan subtantif, membantu mengembangkan langkah-langkah selanjutnya, dan
sebagai pembanding. Satu hal yang perlu disadari oleh peneliti, bahwa dengan
pemeriksaan teman sejawat relatif dapat berakibat negatif bagi peneliti seperti
mengurangi semangat, tenaga, dan terpengaruh oleh peranan dan cara analisis yang
dilakukan oleh peserta diskusi dengan teman sejawat.
Analisis kasus negatif dapat digunakan untuk mengevaluasi keabsahan data.
Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh kasus yang tidak sesuai dengan
informasi yang telah dikumpulkan untuk dijadikan sebagai bahan pembanding.
Pengecekan anggota yang terlibat dalam pengumpulan data penting juga untuk
digunakan mengukur keabsahan data dalam penelitian kualitatif. Para anggota yang
terlibat dalam penelitian diminta untuk mewakili teman-teman untuk memberikan
reaksi dan pandangan mereka tekait dengan data yang telah diorganisasikan.
Pemeriksaan keabsahan data juga dapat dilakukan dengan teknik auditing, dengan
cara melakukan pemeriksaan terhadap data mentah, data yang telah direduksi dari
hasil analisis data, melakukan rekonstruksi data dan hasil sentesis, melakukan catatan
tentang proses peneyelenggaraan, melakukan catatan bahan yang berkaitan dengan
maksud dan keinginan, dan mencari informasi tentang cara pengembangan instrumen
dan prosedur penggunaan instrumen.

PENUTUP
Dari pembahasan mengenai paradigma penelitian kualitatif serta pemahaman
tentang validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif kita dapat memahami
tentang arti secara tradisional tentang reliabilitas dan validitas dari perspektif para
peneliti kualitatif.. Reliabilitas dan validitas yang dikonseptualisasikan sebagai
intrumen untuk mengevalusi tingkat kepercayaan, ketelitian dan kualitas dalam
paradigma kualitatif dapat disamakan dengan kredibilitas, tranferabilitas,
dependabilitas. Oleh karena itu, reliabilitas, validitas masih menjadi konsep
penelitian yang relevan, terutama dari sudut pandang kualitatif, namun harus
didefinisikan ulang seperti yang kita lihat dalam rangka untuk mencerminkan
berbagai cara menegakkan kebenaran melalui model-model pemeriksaan data
penelitian kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. (1998). Qualitative research in education: An


introduction to theory and methods (3rd ed.). Needham Heights, MA: Allyn
& Bacon.
Campbell, T. (1996). Technology, multimedia, and qualitative research in
education. Journal of Research on Computing in Education, 30(9), 122-133.
Creswell, J. W. & Miller, D. L. (2000). Determining validity in qualitative inquiry.
Theory into Practice, 39(3), 124-131.
Davies, D., & Dodd, J. (2002). Qualitative research and the question of rigor.
Qualitative Health research, 12(2), 279-289.
Eisner, E. W. (1991). The enlightened eye: Qualitative inquiry and the enhancement
of educational practice. New York, NY: Macmillan Publishing Company.
Glesne, C., & Peshkin, P. (1992). Becoming qualitative researches: An introduction.
New York, NY: Longman.
Healy, M., & Perry, C. (2000). Comprehensive criteria to judge validity and
reliability of qualitative research within the realism paradigm. Qualitative
Market Research, 3(3), 118-126.
Hoepfl, M. C. (1997). Choosing qualitative research: A primer for technology
education researchers. Journal of Technology Education, 9(1), 47-63.
Retrieved February 25, 1998, from
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v9n1/pdf/hoepfl.pdf
Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage.
Mathison, S. (1988). Why triangulate? Educational Researcher, 17(2), 13-
17.
Maxwell, J. A. (1992). Understanding and validity in qualitative research. Harvard
Educational Review, 62(3), 279-300
Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Patton, M. Q. (2002). Qualitative evaluation and research methods (3rd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Seale, C. (1999). Quality in qualitative research. Qualitative Inquiry, 5(4), 465-478.
Stenbacka, C. (2001). Qualitative research requires quality concepts of its own.
Management Decision, 39(7), 551-555
Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of qualitative research: Grounded theory
procedures and techniques. Newbury Park, CA: Sage Publications, Inc.
Winter, G. (2000). A comparative discussion of the notion of validity in qualitative
and quantitative research. The Qualitative Report, 4(3&4). Retrieved February
25, 1998, from

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai