Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KEPATUHAN BEROLAHRAGA DENGAN PENURUNAN KADAR GULA

DARAH PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS CEMPAKA KOTA BANJARMASIN TAHUN 2015

Tiyas Evita Kumalasari *, H.Iswantoro**, Rahmawati***

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin

Program Studi S.1 Keparawatan

Email :tiyas_stikesmb@yahoo.co.id

Abstrak

Meningkatnya prevalensi DM dibeberap negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di


negara yang bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Kebanyakan klien telah mendapatkan
pengobatan OAD, tetapi masih banyak mengalami kegagalan, disebabkan oleh faktor-faktor
diantaranya pengetahuan yang minim tentang DM yang akhirnya tidak dapat menjalankan diet,
olahraga, dan minum obat atau menggunakan insulin dengan benar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar gula darah
pada klien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin. Metode
penelitian ini menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
adalah klien DM yang berobat di Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin, dengan teknik
sampling Purposive Sampling berjumlah 40 orang. Analisis data dilakukan melalui uji
Spearman rho. Hasil uji statistik Spearman Rho menunjukkan tingkat signifikan atau p value
sebesar 0,006, nilai tersebut secara statistik bermakna (p<0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kepatuhan dengan penurunan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe
2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin, selanjutnya berdasarkan Koefisien
korelasi Spearman rho didapatkan nilai (r) 0,431 yang berarti kekuatan hubungan antara
kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar gula darah termasuk kategori hubungan lemah.
Masukan bagi Puskesmas agar melakukan penyuluhan kesehatan tentang manfaat berolahraga
untuk menurunkan kadar gula darah pada klien DM.

Kata Kunci : Kepatuhan Berolahraga, Penurunan Kadar gula Darah, Diabetes Mellitus
Daftar Rujukan: 33 (2003-2015)

1. Pendahuluan
Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang mengalami peningkatan setiap tahunnya
adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang
merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya
peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Ada
2 tipe diabetes mellitus yaitu diabetes tipe 1/ diabetes juvenil yaitu diabetes yang
umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe 2 yaitu diabetes yang
didapat setelah dewasa (Kemenkes RI, 2013).
Diabetes mellitus sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat
manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) membuat perkiraan bahwa
pada tahun 2013 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 347 juta
orang dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2035, jumlah itu akan
membengkak sekitar 165% pada masing-masing gender. Meningkatnya prevalensi
diabetes melitus di beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di
negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita
dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes, dan lain-lain. Data epidemiologis di negara berkembang
memang masih belum banyak. Oleh karena itu angka prevalensi yang dapat ditelusuri
terutama berasal dari negara maju.

Di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 akan meningkat sekitar 21,3 juta pada tahun
2030, berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4
persen. Diabetes mellitus terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI
Jakarta (2,5%). Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah
(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur
(3,3%) (RISKESDAS, 2013).

Di Banjarmasin berdasarkan laporan dinas kesehatan pada tahun 2013 diabetes mellitus
masuk dalam kategori 20 penyakit yang sering terjadi sebanyak 13941 kasus, sedangkan
berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Cempaka diabetes mellitus menempati urutan
ketiga penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Cempaka sebanyak 103 kasus.

Olahraga merupakan salah satu pilar penatalaksanaan diabetes mellitus disamping


edukasi, terapi gizi medis dan intervensi farmakologis (Rahmawati, 2010). Manfaat
olahraga bagi klien dengan diabetes mellitus antara lain meningkatkan penurunan kadar
gula darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah,
serta meningkatkan kemampuan kerja.

Kurangnya latihan fisik atau olahraga juga merupakan salah satu faktor terjadinya
diabetes mellitus tipe 2. Menurut penelitian yang telah dilakukan di Cina beberapa
waktu yang lalu, jika seseorang dalam hidupnya kurang melakukan latihan fisik atau
olahraga maka cadangan glikogen ataupun lemak akan tetap tersimpan di dalam tubuh,
hal inilah yang memicu terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif salah satu
contohnya diabetes mellitus tipe 2 (Yunir dan Soebardi, 2008).

Pada saat seseorang melakukan olahraga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar
tubuh oleh otot yang aktif. Disamping itu terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks
meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, dan susunan saraf otonom. Pada saat olahraga,
sumber energi utama adalah glukosa dan lemak. Setelah olahraga 10 menit, peningkatan
kebutuhan glukosa mencapai 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan
meningkat sampai 35 kali (Suhartono,2011).

Hasil tinjauan secara sistemik dan meta-analisis penelitian klinis mengenai efek
intervensi latihan fisik yang terstruktur selama ≥ 8 minggu pada kadar gula darah rata-
rata dalam 2-3 bulan (HbA1C) dan masa tubuh pada klien dengan diabetes mellitus tipe
2, menunjukkan terjadinya penurunan HbA1C yang signifikan setelah intervensi latihan
fisik dibanding kelompok kontrol (7.65 vs 8.31% dengan mempertimbangkan
perbedaan mean 0.66%; p<0.001). sedang pengaruh terhadap berat badan antara
kelompok dengan intervensi latihan fisik dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan.
Hasil metaregresi memperkuat bahwa manfaat efek latihan jasmani pada HbA1C tidak
tergantung pada efek perubahan yang terjadi pada berat badan (Boule et al., 2004).

Oleh karena itu program latihan fisik yang terstruktur secara klinis dan statistik
memberikan pengaruh yang bermanfaat terhadap kontrol kadar gula darah, dan efek
tersebut tidak didahului terjadinya penurunan berat badan. Hasil meta-analisis yang
berikutnya oleh peneliti yang sama (Boule et al., 2004) menunjukkan bahwa latihan
fisik yang intensif dapat memprediksi pertimbangan perbedaan mean pada HbA1C (r=
0,91, p= 0.002) ke tingkat yang lebih besar dibanding latihan fisik tidak intensif (r=
0,46, p= 0.26). hasil ini memberikan harapan pada setiap individu dengan diabetes
mellitus tipe 2 yang sudah menjalankan latihan fisik dengan intensitas sedang untuk
meningkatkan intensitas latihan fisiknya dalam usaha memperoleh manfaat tambahan
baik pada kemampuan aerobik maupun kontrol kadar gula darah (Boule et al., 2004).

Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin merupakan Puskesmas yang terdapat di Jl.


Cempaka Besar No.1, Kota Banjarmasin. Berdasarkan studi pendahuluan tercatat data
dari rekam medis Puskesmas Cempaka pada periode bulan Januari sampai Desember
2013 didapatkan sebanyak 103 pengunjung diabetes mellitus tipe 2.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 21-22 Mei 2015 kepada 10 orang klien dengan
diabetes mellitus yang melakukan kontrol rutin di Puskesmas Cempaka Kota
Banjarmasin, didapatkan 4 dari 10 orang mengatakan melakukan olahraga dan
beraktifitas . Dari hasil pengukuran kadar gula darah kepada 4 orang tersebut pada bulan
April didapatkan terjadi penurunan kadar gula darah sekiter 20% setiap bulannya.
Sedangkan 6 dari 10 orang mengatakan tidak pernah melakukan olahraga dan jarang
beraktifitas, mereka juga mengatakan tidak bekerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang tersebut, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Berolahraga Dengan
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin Tahun 2015”

2. Metode Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah survei analitik. Rancangan penelitian ini adalah cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien diabetes mellitus tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin tahun 2015 sebanyak 40 orang
dan analisa data menggunakan uji Spearman Rho.

3. Hasil Penelitian
3.1 Analisa Univariat
3.1.1 Distribusi Frekuensi kepatuhan Berolahraga dengan Penurunan Kadar Gula
Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin Tahun
2015.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi kepatuhan Berolahraga dengan Penurunan
Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota
Banjarmasin Tahun 2015.
Jumlah
No Kepatuhan %
(Orang)
1 Patuh 18 45,0 %
2 Tidak Patuh 22 55,0%
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa kepatuhan klien dalam
berolahraga untuk menurunkan kadar gula darah di wilayah kerja
Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin Tahun 2015, sebagian besar tidak
patuh, yaitu sebanyak 22 orang (55,0%).

3.1.2 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin Tahun 2015.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuesi Penurunan Kadar Gula Darah Klien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Kota
Banjarmasin Tahun 2015.
Jumlah
No Penurunan %
(Orang)
1 Turun 24 60,0%
2 Tidak Turun 16 40,0%
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penurunan kadar gula darah
klien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota
Banjarmasin tahun 2015, sebagian besar mengalami penurunan kadar gula
darah yaitu sebanyak 24 orang (60,0%).

3.2 Analisa Bivariat


Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berolahraga dengan Penurunan Kadar Gula Darah
pada Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka
Kota Banjarmasin Tahun 2015.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Berolahraga dengan Penurunan Kadar


Gula Darah pada Klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin Tahun 2015.

Kepatuhan Penurunan Kadar Gula Darah


Jumlah %
Turun Tidak Turun
15 3 18
Patuh
37,5% 7,5% 45,0%
9 13 22
Tidak patuh
22,5% 32,5% 55,0%
24 16 40
Jumlah %
60,0% 40,0% 100%
Uji Statistik Spearman: p=0,006 Corellation Coeficient : t= 0,431

Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan klien yang memiliki kepatuhan dalam


kategori patuh sebanyak (45,0%) dengan mengalami penurunan kadar gula darah
sebanyak (37,5%), sedangkan klien yang memiliki kepatuhan dalam kategori tidak
patuh sebanyak (55,0%) dengan mengalami penurunan kadar gula darah sebanyak
(22,5%).
Hasil analisa uji statistik menggunakan Uji Korelasi Spearman menunjukkan Sig (2
tailed) 0,006 dengan Corellation Coefficient (r) 0,431. Secara statistik nilai
tersebut bermakna (0,006 < 0,05), hal ini menunjukkan Ho ditolak yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar
gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas
Cempaka Kota Banjarmasin Tahun 2015. Selanjutnya berdasarkan koefisien
korelasi Spearman rho didapatkan nila r= 0,431 yang berarti kekuatan hubungan
yang terbentuk antara kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar gula darah
termasuk dalam kategori hubungan lemah.

4. Pembahasan
4.1.1 Kepatuhan Klien Menjalankan Olahraga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 55,0% klien tidak patuh dalam
menjalankan olahraga dan 45,0% patuh dalam menjalankan olahraga. Hal ini
berdasarkan jawaban responden pada kuesioner kepatuhan klien menjalankan
olahraga.

Dalam aspek kepatuhan berolahraga 15% dari seluruh responden yang


melakukan olahraga 3-5 x seminggu, sedangkan yang lainnya mengaku tidak
berolahraga karena sering merasa lelah, dan pertanyaan selanjutnya hanya 27 %
klien yang memilih berolahraga aerobik, jogging, atau senam untk menurunkan
kadar gula darah mereka. Sedangkan mengenai lamanya beroalahraga hanya
36% klien yang berolahraga 30-60 menit sehari.

Menurut Leonardo, dkk (2003:16) “patuh adalah suka menurut perintah (pada
perintah, aturan), berdisiplin”. Menurut Kaplan dkk, kepatuhan adalah derajat
dimana klien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya.

Sedangkan menurut Sarafino, 1990. Kepatuhan adalah tingkat klien


melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya
atau tenaga kesehatan lainnya.

Sacket (dalam Niven, 2002) juga menambahkan, kepatuhan klien adalah bentuk
sejauh mana perilaku klien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
petugas kesehatan.

Masih rendahnya kepatuhan klien dalam menjalankan olahraga tersebut


dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kepercayaan, sikap dan usia. Hasil
penelitian didapatkan sebagian besar usia responden diatas 50 tahun yang sudah
tidak lagi muda dan tidak aktif dalam melaksanakan kegiatan disamping waktu
kerjanya sehari hari yang sebagian besar mata pencaharian responden adalah
pedagang sangat sulit dalam meluangkan waktu untuk melakukan olahraga di
lingkungan. Serta tidak adanya kesadaran dan kemauan dari diri sendiri untuk
melakukan olahraga seperti senam, aerobik, jalan santai, ataupun jogging serta
kurangnya informasi dan penyuluhan tentang manfaat berolahraga bagi
penurunan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2.

Meningkatkan kemauan untuk berolahraga dengan cara membangkitkan energi,


energi berasal dari diri sendiri yang harus diarahkan kepada sasaran yang dituju
atau menyalurkan prilaku kearah yang bertujuan untuk menurunkan kadar gula
darah.
Tanpa kemauan dari diri sendiri sulit untuk berpartisipasi disemua program,
timbulnya kemauan harus harus dari diri sendiri, anggota keluarga dan pihak
luar hanya memberikan dukungan dan informasi saja. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan serta mengikuti kegiatan penyuluhan tentang manfaat
olahraga untuk menurunkan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2
sangat penting guna meningkatkan tumbuhnya kemauan klien itu sendiri (Sri
Rahaya, 2009).

4.1.2 Penurunan Kadar Gula Darah


Berdasarkan hasil penelitian penurunan kadar gula darah pada klien diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin
sebagian besar mengalami penurunan dengan rata-rata 60,0%, dan yang tidakk
mengalami penurunan dengan rata-rata 40,0%.

Banyaknya responden yang mengalami penurunan dapat dipengaruhi oleh


pengetahuan dan pendidikan. Hasil penelitian sebagian besar pendidikan
responden memiliki tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA), tingkat
pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pengetahuan responden untuk
menurunkan kadar gula darah.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah


menerima informasi sehingga diharpkan makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, khususnya tentang bagaimana cara menurunkan kadar gula darah pada
klien diabetes mellitus tipe 2, dapat diartikan bahwa pendidikan sangat
mempengaruhi peran seseorang agar membuat manusia dapat mengisi
kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan, pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup (Ihsan,
2008).

4.1.3 Hubungan Kepatuhan berolahraga dengan penurunan Kadar Gula Darah pada
Klien dengan diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka
Kota Banjarmasin.
Berdasarkan tabel 4.3, kepatuhan berolahraga yang memiliki kategori patuh
sebagian besar mengalami penurunan kadar gula darah, dan kepatuhan
berolahraga yang memiliki kategori tidak patuh sebagian tidak mengalami
penurunan kadar gula darah. Hasil uji statistik Spearman Rho menunjukkan
tingkat signifikan atau p value sebesar 0,006, nilai tersebut secara statistik
bermakna (p<0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan
berolahraga terhadap penurunan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin. Selanjutnya
berdasarkan koefisien korelasi Spearman Rho didapatkan nila r= 0,431 yang
berarti kekuatan hubungan yang terbentuk antara kepatuhan berolahraga dengan
penurunan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 termasuk dalam
kategori lemah.

Secara proporsi walaupun masih banyak yang tidak patuh dalam melaksanakan
olahraga, hal ini terlihat dari hasil uji statistik ada hubungan yang bermakna
antara kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar gula darah pada klien
diabetes mellitus tipe 2.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, Heri. 2007,
dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan
Mengkonsumsi Nutrisi Protein tinggi pada Penyembuhan Luka Ibu Post Partum
Sectio Caesarea University. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan nilai p value sebesar 0,000. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa kepatuhan nilai p value sebesar 0,001.
Simpulan : dengan demikian, ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi nutrisi protein tinggi pada
penyembuhan luka sectio caesarea.

Menurut pengamatan peneliti pada fenomena di tempat penelitian ini selain


faktor kepatuhan berolahraga kemungkinan besar ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya, baik dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar
individu tersebut. Adapun faktor-faktor dari dalam individu yang
mempengaruhi antara lain persepsi, motivasi, perasaan dan belajar. Motivasi
diartikan sebagai dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003; 132), bahwa
di dalam proses perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

Dari hasil penelitian hubungan kepatuhan klien melakukan olahraga dengan


penurunan kadar gula darah yang dilakukan kepada 40 orang klien diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin
didapatkan hasil 22 orang klien menyatakan tidak patuh dalam melaksanakan
olahraga dan 18 orang klien menyatakan patuh dalam melaksanakan olahraga.
Serta 25 orang klien mengalami penurunan kadar gula darah dan 15 orang klien
tidak mengalami penurunan kadar gula darah. Dari hasil penelitian tersebut
didapatkan hasil ada hubungan kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar
gula darah pada klien diabetes mellitua tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Cempaka Kota Banjarmasin.

5. Kesimpulan
5.1.1 Kepatuhan klien dalam menjalankan olahraga sebagian tidak patuh yaitu 22 orang
(55,0%).
5.1.2. Mengalami penurunan kadar gula darah yaitu 24 orang (60,0%)
5.1.2 Ada hubungan secara statistik antara kepatuhan klien berolahraga dengan
penurunan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin.

6. Saran
Berdasarkan hasil simpulan diatas, disarankan :

6.1 Untuk Teoritis


Perlunya ditingkatkan penyuluhan klien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat di
Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin terutama dalam hal pengenalan metode
olahraga untuk klien diabetes mellitus, seperti frekuensi berolahraga yang benar
dan aman untuk klien diabetes mellitus tipe 2.

6.2 Untuk Metodologis


Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat dilanjutkan atau diteruskan oleh peneliti
lain, terutama mengenai kepatuhan berolahraga dengan penurunan kadar gula darah
klien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota
Banjarmasin.
6.3 Untuk Praktisi
Diharapkan bersedia meluangkan waktu untuk menyampaikan penyuluhan tentang
pentingnya berolahraga untuk menurunkan kadar gula darah pada klien diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin.

6.4 Untuk Klien Diabetes Mellitus


Diharapkan klien dapat lebih tahu penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan dapat
meluangkan waktu untuk berolahraga secara rutin.

Daftar Rujukan

Ahira, A. (2010). Penanggulangan Diabetes (Internet), tersedia dalam


<http://www.anneahira.com> (diakses pada tanggal 28 April 2015)

Alimul H, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Salemba Medika, Jakarta.

Arif, Manjoer. Dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I, Jakarta : Media
Aesculapius

Arikunto, S. dkk. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Askandar, Tjokroprawiro, (2006). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta:
PT. Gramedia.

Hidayat. A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2011). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pendekatan Praktis Edisi


III. Jakarta: Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013 (Internet), tersedia
dalam <http://labdata.litbang.depkes.go.id> (diakses pada tanggal 12 April
2015)

Leonardo, dkk. (2003). Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Utama

Laporan Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2014

Laporan tahunan Puskesmas Cempaka Kota Banjarmasin tahun 2014

Maisaroh. (2012) Hubungan Kepatuhan Pasien dalam Melaksanakan Pengelolaan DM


dengan Pengendalian Kadar Gula dalam Darah pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Poli Diabet RSUD Panglima Sebaya Tanah Grogot tahun
2012. Skripsi. STIKES Muhammadiyah Banjarmasin

Mubarok, W dan Nurul Chayati. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Mutohir, C. (2011). Pengertian Definisi Olahraga (Internet), tersedia dalam <http://


eprints.uns.ac.id> (diakses tanggal 6 Mei 2015)
Nasotion, J. (2012). Pengaruh Senam Kaki terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki
pada Pasien Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H.A.M. Medan
(Internet), tersedia dalam <http://repository.usu.ac.id>(diakses tanggal 27
April 2015)

Normaliah. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penurunan Kadar Gula


Darah pada Klien Diabetes Mellitus ke Batas Normal di Ruang Flamboyan
dan Tanjung RSUD Ulin Banjarmasin. Skripsi. STIKES Muhammadiyah
Banjarmasin.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta

, (2003). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Paulus. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Diabetes Mellitus pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (Internet), tersedia
dalam <http://lantar.ui.ac.id> (diakses tanggal 26 April 2015)

Puspitaningtias, D. (2012). Hubungan Lama Istirahat Tidur dengan Kadar Gula Darah
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruang Cardicc Center, RSUP Dr.
Kariadi Semarang (Internet), tersedia dalam <http://digilib.unimus.ac.id>
(diakses tanggal 28 April 2015)

Pranoto, A. (2012). Tantangan Diabetes Mellitus Sebagai Wabah Penyakit Dunia


(Internet), tersedia dalam <http://www.suarasurabaya.net> (diakses tanggal
27 April 2015)

Rahmawati, O. (2010). Hubungan Latihan Jasmani terhadap Kadar Glukosa Darah


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (Internet), tersedia dalam
<http://eprints.uns.ac.id> (diakses tanggal 28 April 2015)

Ridha, S. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Penatalaksanaan


Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Menjalankan Program Terapi di Poli
Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Banjarmasin, STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin. (2012). Buku Panduan Skripsi Program S.1
Keperawatan. Banjarmasin: P4M

Sari, R. N. (2012). Diabetes Mellitus (Dilengkapi dengan Senam DM). Yogyakarta:


Nuha Medika

Saryono & Anggraeni. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Siregar, Y. (2011). Perbedaan Perubahan Kadar Glukosa Darah antara Sebelum Mulai
Belajar dan Sebelum Waktu Istirahat, pada Siswa SMA Mulia yang Sarapan
dan Tidak Sarapan (Internet), tersedia dalam <http://repository.usu.ac.id>
(diakses tanggal 28 April 2015)

Sugiono (2012). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV alfabet


Suryanto. (2009). Peran Olahraga Indonesia Bagi Diabetes Mellitus (Internet), tersedia
dalam <http://staff.uny.co.id> (diakses tanggal 28 April 2015)

Sustrani, Lanny, dkk. (2006). Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tim Penyusun STIKES Muhammadiyah Banjarmasin. (2013). Buku Panduan Skripsi


Program Studi S1 Keperawatan. Banjarmasin: PAM STIKES
Muhammadiyah Banjarmasin

WHO. (2012). Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus: Panduan Lengkap. EGC:


Jakarta

*
Tiyas Evita Kumalasari, Mahasiswa Program Studi S.1 Keparawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin
**
H. Iswantoro, SKp., MM. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin
***
Rahmawati, SKM., Mkes. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai