Oleh :
D-IV KEPERAWATAN SEMESTER IV
NI WAYAN YUSKAMITA KARSAENI
P07120215034
TINGKAT 2.A
A. Konsep Dasar
Penyakit 1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
dinding uterus. Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma,
miofibroma, laiomioma, fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma
merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20-25% wanita diatas umur 35
tahun (Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015).
Mioma adalah penyakit yang berjenis tumor. Berbeda dengan penyakit
kanker, mioma tidak mempunyai kemampuan menyebar ke seluruh tubuh.
Konsistensinya padat dan sering mengalami degerasi dalam kehamilan dan
sering kali ditemui pada wanita berumur 35-45 tahun. Tumor ini mebutuhkan
waktu 4-5 tahun dan untuk mencapai ukuran sebesar buah jeruk. Tumor ini
sering pula ditemukan pada wanita yang belum pernah melahirkan atau wanita
yang sulit hamil (inferentil) (Setiati, 2009).
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa mioma uteri adalah
suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai
jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis
tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai
ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia
reproduksi terutama pada usia 35 tahun.
4. Manifestasi Klinis
Separuh penderita mioma uteri tidak memperlihatkan gejala.
Umumnya gejala yang temukan bergantung pada lokasi, ukuran, dan
perubahan pada mioma tersebut seperti :
a. Perdarahan abnormal: hipermenore, menoragia, metroragia. Sebabnya:
Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma di antara serabut myometrium sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
b. Nyeri: dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan
setempat dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga
menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan : penekanan pada vesika urinaria menyebabkan
poliuri, oada uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Disfungsia reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma
uteri mengalami infertilitas. Mioma yang terletak di daerah kornu
dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan
embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri dapat
menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya
diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus. Perubahan bentuk
kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi
reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada
keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana
terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri :
Gangguan transportasi gamet dan embrio
Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
Perubahan aliran darah vaskuler
Perubahan histologi endometrium
(Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015)
6. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam, yaitu penanganan
secara konservatif dan penanganan secara operatif.
a. Penanganan konservatif sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap
3-6 bulan
2) Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC
3) Pemberian zat besi
b. Penanganan operatif, bila :
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
2) Pertumbuhan tumor cepat
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi
4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
5) Hipermenorea pada mioma submukosa
6) Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan
masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarcoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan jelas yang dengan mudak dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan section caesaria.
Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan
pada penderita yang memiliki leiomyoma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala.
Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi
kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%. Dan perlu disadari oleh
penderita bahwa setelag dilakukan miomektomi harus dilanjutkan
histerektomi.
Lama perawatan :
1) 1 hari pasca diagnosa keperawatan
2) 7 hari pasca
histerektomi/miomektomi Masa pemulihan :
1) 2 minggu pasca diagnose keperawatan
2) 6 minggu pasca
histerektomi/miomektomi c. Penanganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif akhir-
akhir ini kontrak indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
2) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
3) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan
perdarahan.
Obat-obatan yang biasa kepada penderita mioma yang mengalami
perdarahan melalui vagina yang tidak normal, antara lain :
Obat anti-inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Anti
Infamation=NSAID)
Vitamin
Dikerok (kuretase)
Obat-obatan hormonal (misalnya, pil KB)
Operasi penyayatan jaringan mioma ataupun mengangkat rahim
keseluruhan
Pemberian hormone steroid sintetik seperti progestin, malah
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri daerah panggul yang
bertambah. Hormon GnRH agoins (Gonadotropin Releasing
Hormon) bias mengurangi besar ukuran mioma. Akan tetapi,
mioma kembali membesar setelah 6 bulan obat GnRH dihentikan.
Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan,
tidak memerlukan pengobatan khusus.
7. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Torsi tangkai mioma dari :
Mioma uteri subserosa
Mioma uteri submukosa
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
Infertilitas
Abortus
Persalinan prematuritas dan kelainan letak
Inersia uteri
Gangguan jalan persalinan
Perdarahan post partum
Retensi plasenta
2) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot (uterus berkontraksi)
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
(perdarahan)
c. Resiko syok b.d ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh
(perdarahan pervaginam berulang)
d. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
e. Retensi urine b.d penekanan oleh masa jaringan neoplasma pada organ
sekitarnya
f. Kerusakan integritas jaringan
g. Disfungsi seksual
h. Konstipasi b.d penekanan pada rectum (prolaps rectum)
i. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatanm konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
No : Diagnosa Intervensi ( NIC )
( NOC )
Keperawatan
NOC NIC
1. Nyeri akut b.d kerusakan Pain Level Pain Pain management
jaringan otot (uterus Control Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
berkontraksi) Comfort Level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil: Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Mampu mengontrol nyeri nyeri pasien
Melaporkan bahwa nyeri Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang dengan menggunakan ruangan, pencahayaan, kebisingan
manajemen nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi,
Mampu mengenali nyeri (skala, dan inter personal)
intensitas, frekuensi dan tanda Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
nyeri) intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Menyatakan rasa nyaman setelah Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dam tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, Im untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
2. Resiko kekurangan volume NOC NIC
cairan b.d kehilangan Fluid balance Fluid management
Hydration Timbang popok/pembalut jika diperlukan
cairan aktif (perdarahan)
Nutritional status: food and Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
fluid intake Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
Kriteria Hasil: Monitor vital sign
Mempertahankan urine output Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
sesuai dengan usia dan BB, BJ
harian Kolaborasikan pemberian cairan IV
urine normal, HT normal
Monitor status nutrisi
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Berikan cairan IV
dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Dorong masukan oral
elastisitas turgor baik, Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
membrane mukosa lembab, Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
tidak ada rasa haus yag Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
berlebihan
Kolaborasi dengan dokter
Atur kemungkinan transfusi
Persiapan untuk transfuse
Hypovolemia management
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan
hematocrit Monitor tanda vital
Monitor respon pasien terhadap penambahan
cairan Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
3. Resiko syok b.d NOC NIC
Syok prevention Syok prevention
ketidakcukupan aliran darah
Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung,
ke jaringan tubuh Syok management
HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill
(perdarahan pervaginam Monitor tanda inadekuat oksigenasi
Kriteria Hasil: Monitor suhu dan pernapasan
berulang)
Nadi dalam batas yang Monitor input dan output
Pantau nilai labor : HB, HT, AGD, dan elektrolit
diharapkan Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
Irama jantung dalam batas Monitor tanda dan gejala asites
yang diharapkan Monitor tanda awal syok
Frekuensi nafas dalam batas Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi revisi Jilid 3.
Jakarta : Mediaction4
Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta:
Penerbit Andi
............................ , ..........................................
.................................................. ...................................................
NIP. NIM.
Nama Pembimbing / CT
.....................................................
NIP.