Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan (Nurarif, 2015).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas sspontan
dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia
ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada
bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul (Sofian, 2012).

B. KLASIFIKASI
1. “Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. “Mild Moderate asphyksia/ asfiksia sedang”
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x
permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang
tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post
partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat (Indrasanto, 2008).

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan
pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan
O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun
akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena
hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit
menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam
persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam
tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/
analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia
diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari
pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada
ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta
seperti solusio plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi
terdiri dari :
1. Faktor ibu
a.Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b.Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi dsb.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi
tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu;
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan
misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb (Nurarif,
2015).

D. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primarg gasping”
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /
persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia
ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi
jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti
pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi
berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan
tekanan darah. Disamping terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme
dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang.
Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi
jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel
otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
JUMLAH
TANDA Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
NILAI
Frekwensi Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
jantung X/menit X/menit
Usaha Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
bernafas teratur
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
sedikit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

Warna Biru / pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan


ekstremitas biru ekstremitas
kemerahan

APGAR SCORE
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang
nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik
setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar)
(Surasmi, 2008).
E. PATHWAY

Faktor ibu
FaktorJanin Faktorplasenta Faktor neonatus

Kala I/II lama HT,Anemia, KPD, Kala I/II Lama Solusioplasenta, Anastesi/analgesic(SC)
PEB/eklamsia perdarahanplasenta
Kel.kongenital
Hipoksia ibu Kompresi umbilicus Plasenta iskemik

Gangguanalirandarah Depresi pernafasan,


Munurunnya
utero-plasenta Obstruksi jalan nafas
pasokan O2

ASFIKSIA PO2 Menurun

Primary
GaspingGagal
DJB dan
TD
Napascepatd menurun
andalam Glikogenmenu
(hiperapneu) runhipoglike
Darah : O2
menurundan mia
Apneu CO2 metabolism
Primer meningkat anaerob

Secondary Hasil metabolism


Gasping (CO2)
tdkdptdikeluarkan

ApneuSek Asidosisre Iskemiapembulu


under
spiratorik hdarah

GangguanP
erfusiJaring
an

Pembengkakan
sel

Kerusakan
sel

Kerusakan
otak

Kematian
bayi
F. TANDA DAN GEJALA

Gejala klinis:
1. RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
2. Bradikardia
3. tonus otot berkurang
4. DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
5. Takikardi
6. Apnea
7. Pucat
8. Sianosis
9. penurunan terhadap stimulus
10. Nafas cepat, nafas cuping hidung

Gejala lanjut pada asfiksia :


1. Pernafasan megap-megap yang dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler

F. KOMPLIKASI

1. otak : edema otak,perdarahan otak,


2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru.
3. ginjal : tubular nekrosis akut.
4. Hiperbilirubenimia
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa Gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)

I. PENATALAKSANAAN
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-
tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil, beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk
telapak kaki bayi. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau
mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru
dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu
disertai asidosis. Koreksi dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula
glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra
vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi
paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah
tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan
pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan
frekuensi 80-100x/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3
yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika
tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti
hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak
timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana
dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil
diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan
pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil
tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari
mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi
20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul.
Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjadi
penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus
segera dilakukan, bikarbonat natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit
setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan
dengan adekuat
J. PENGKAJIAN

a. Identitas klien dan keluarga


b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
2. Riwayat Persalinan ibu
c. Objektif
d. Pemeriksaan Umum
e. Pemeriksaan Fisik
f. Antropometri
g. Eliminasi

K. DIAGNOSA

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.


b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan janin dalam kandungan kekurangan 02 dan
kadar co2 meningkat, penurunan ekspansi paru
c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ganguan perfusi ventilasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan adaanya
kemungkinan hipovolemia atau kematian jaringan
f. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya infeksi nosokomial dan respon imun yang
terganggu.
L. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan kebutuhan oral/ 1. pengumpulan data untuk perawatan optimal
efektif b.d produksi mukus keperawatan selama proses suction tracheal. 2. membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
banyak. keperawatan diharapkan 2. Auskultasi suara nafas klien
Tujuan : Setelah dilakukan jalan nafas efektif . Kriteria sebelum dan sesudah 3. meminimaliasi penyebaran mikroorganisme
tindakan keperawatan hasil: suction . 4. untuk mengetahui efektifitas dari suction.
selama proses keperawatan 1. Tidak menunjukkan 3. Bersihkan daerah bagian
diharapkan jalan nafas demam. tracheal setelah suction
lancar. 2. Tidak menunjukkan selesai dilakukan.
cemas. 4. Monitor status oksigen
3. Rata-rata repirasi dalam pasien, status hemodinamik
batas normal. segera sebelum, selama dan
4. Pengeluaran sputum sesudah suction.
melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas
tambahan.
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan1. Observasi ttv terutama 1. Mengetahui status pernafasan
berhubungan dengan janin keperawatan selama proses irama, kedalaman dan
dalam kandungan keperawatan diharapkan frekuensi nafas 2. Jalan nafas yang baik dapat menjamin lancarnya

kekurangan 02 dan kadar Pola nafas tetap paten atau2. Pertahankan jalan nafas proses inspirasi dan ekspirasi
co2 meningkat, penurunan efektif tetap baik 3. rangsangan taktil dapat merangsang terjadinya usaha

ekspansi paru Kriteria hasil: 3. Berikan rangsangan taktil nafas spontan

1.Kecepatan dan irama4. Ajarkan keluarga untuk 4. untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas

respirasi dalam batas menempatkan 5.


bayi pada Mengetahui perkembangan oksigen pemberian O2

normal posisi terlentang dengan dapat mencegah terjadinya metabolisme anaerob


2. Tidak adanya bunyi leher sedikit 6.
ekstensi dan Mengetahui perkembangan oksigen

nafas tambahan hidung menghadap ke atas


3.Denyut jantung bayi5. Kolaborasi pemberian O2
normal sesuai indikasi
4.Bayi bereaksi terhadap6. Kolaborasi dalam
rangsangan pemeriksaan AGD
5. Bayi menunjukkan upaya
bernafas spontan
6. Ekspansi dada simetris

Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola1. Pasien pada ventilator dapat mengalami
yang berhubungan dengan keperawatan selama proses napas. Catat frekuensi hiperventilasi/hipoventilasi. Dispnea dan berupaya
ganguan perfusi ventilasi keperawatan diharapkan pernapasan, jarak antara memperbaiki kekurangan dengan bernapas berlebihan.
gangguan pertukaran gas pernapasan spontan dan2. Memberikan informasi tentang aliran udara melalui
pasien dapat teratasi. napas ventilator. trakeobronkial dan adanya/takadanya cairan,
Criteria hasil: 2. Auskultasi dada obstruksimukosa.
1.Membuat atau secara periodik, catat3. Peninggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur
mempertahankan pola adanya/takadanyadan sementara masih ada ventilator secara fisik dan
pernapasan efektif melalui kualitas bunyi napas, bunyi psikologi menguntungkan.
ventilator dengan tanpa napas tambahan, juga4. Napas panjang meningkatkan ventilasi maksimal
penggunaan otot simetrisitas gerakan dada. alveoli untuk mencegah atau menurunkan atelektasis
pernapasan aksesori,3. Tinggikan posisi kepala dan meningkatkan secret.
sianosis atau tanda lain bayi dengan menggunakan5. Fase ekspirasi biasanya dua kali panjangnya dari
hipoksia, saturasi oksigen bantal. kecepatan inspirasi, tetapi lebih lama untuk
dalam rentang normal. 4. Periksa kecepatan interval mengkonsumsi jebakan udara untuk memperbaiki
2.Berpartisipasi dalam napas panjang (biasanya pertukaran gas pada pasien.
upaya penyapihan( 1,5 sampai 2 kali volume
dengantepat ) dalam tidal ).
kemapuan individu. 5. Awasi pernafasan /
3.Menunjukkan perilaku inspirasi dan ekspirasi
untuk mempertahankan
fungsi pernapasan.

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan


1. Observasi tanda vital 1. untuk mengetahui perkembangan kondisi cardiac
berhubungan dengan keperawatan selama proses
2. berikan posisi yang pulmonal
ketidakseimbangan suplai keperawatan diharapkan nyaman,memberikan bantal2. pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,karena
oksigen gangguan intoleransi dan tempat tidur yang aliran darah lebih mudah masuk ke otak dan bahu rileks
aktifitas dapat tertatasi nyaman 3. menurunkan stress dan rangsangan
Kriteria hasil : 3. Menganjurkan keluarga berlebihan,meningkatkan istirahat
1. Tekanan darah normal untuk mengurangi sentuhan4. dengan informasi yang benar diharapkan keluarga
2.Frekuensi jantung normal4. Memberikan informasi dapat membantu dalam proses kesembuhan
3.RR normal kepada keluarga mengenai5. obat ini dapat meningkatkan kenyamanan atau istirahat
penyakit asfiksia dan hal – umum
hal yang berhubungan
dengan asfiksia tersebut
5. kolaborasi analgesic
sesuai dengan kondisi
.
Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan1. auskultasi frekuensi dan1. takikardi sebagai akibat sebagai hipoksimia dan
perfusi jaringan otak yang keperawatan selama proses irama jantung. Catat kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan terjadinya bunyi jantung jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan
adaanya kemungkinan Risiko ketidakefektifan ekstra hipoksemia,ketidakseimbangan elektrolit,dan atau
hipovolemia atau kematian perfusi jaringan otak dapat2. observasi warna dan suhu peningkatan peregangan jantung kanan bunyi jantung
jaringan diatasi kulit atau membrane ekstra misalnya S3 dan S4 terlihat sebagai peningkatan
Kriteria Hasil : mukosa kerja jantung atau terjadinya dekompensasi.
1. irama jantung ataau3. ukur haluaran urine dan2. kulit pucat/sianosis,kuku,membrane bibir atau
frekuensi dan nadi perifer catat berat jenisnya lidah.,atau dingin,kulit burik menunjukkan
dalam batas normal 4. anjurkan keluarga untuk vasokontriksi perifer (syok) dan atau gangguan darah
2.tidak adanya sianosis ikut memantau keadaan sistemik.
sentral atau perifer pasien 3. syok lanjut atau penurunan curah jantung
3.kulit hangat atau kering 5. berikan cairan (IV/ per menimbulkan penurunan perfusi ginjal.
4.haluaran urine dan berat oral) sesuai indikasi Dimanifestasikan oleh penurunan haluaran urine dengan
jenis dalam batas normal berat jenis normal atau meningkat.
4. untuk mengurangi terjadinya resiko perfusi jaringan
5. peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan
hipervsikositas darah (potensial pembentukan thrombus
) atau mendukung volume sirkulasi atau perfusi
jaringan.
Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan1. Observasi keadaan umum
1. demam mengindikasikan efek dari endotoksin dan
dengan adanya infeksi keperawatan selama proses dan tanda – tanda vital endorphin yang melepaskan tirogen. Hipotermi adalah
nosokomial dan respon keperawatan diharapkan2. Berikan isolasi atau pantau tanda genting yang merefleksikan perkembangan status
imun yang terganggu. resiko infeksi dapat teratasi pengunjung syok atau penurunan perfusi jaringan
Kriteria hasil : 3. Batasi penggunaan alat
2. isolasi/pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk
atau prosedur infasif melindungi pasien imunosupresi mengurangi resiko
4. Ajarkan keluarga pasien kemungkinan infeksi
untuk mencuci tangan
3. mengurangu jumlah lokasi yang dapat menjadi
sebelum dan sesudah tempat masuk organism
melakukan aktifitas yang
4. untuk mengurangi kontaminasi silang
melibatkan pasien (bayi) 5. untuk mengidentifikasi portal entry dan organisme
5. Kolaborasi dengan kemungkinan infeksi.
laboratorium mengambil
specimendarah urine dan
feses bayi
DAFTAR PUSTAKA

http://ditchanchan.blogspot.com/2017/11/asuhan-keperawatan-pada-bayi-
dengan.html
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA

Disusun Oleh :
Nama : Tiara Romadanish
NIM : 16056

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA


WONOGIRI
2017

Anda mungkin juga menyukai