Anda di halaman 1dari 6

Tafsir_Hadits.

com
TAFSIR HADITS UIN SGD BDG ANGKATAN 2009

Sabtu, 03 November 2012


KEDUDUKAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN

BAB I

KEDUDUKAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN

A. Fungsi Al-Qur’an

1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT

2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan

3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu

4. Sebagai Obat

Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang

yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain

kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).

Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga dari

penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman dalam

mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :


“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang) diutus

kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada

Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kalian kepada

Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-

kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof :

158)

Juga disebutkan FirmanyaNya :

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada hambaNya, agar

menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1)

Petunjuk pada jalan yang lurus

Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isrâ (17)

ayat 9.

B. Kedudukan Al Qur’an

1. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7 : 1-2)

2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50

3. Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69

4. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79

5. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup),

6. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5

1. Al-Qur’an Sebagai Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)

Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari

kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral
yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah

SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :

“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki

keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia

secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini

sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat

menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam

satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan

da’wah ini…”

Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau

mengatakan dalam sebuah haditsnya:

‫سله َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ِ‫َّللاُ َع ْن ُه َما قَا َل قَا َل النهب‬
َ ‫ي‬ ‫ي ه‬ َ ‫ض‬
ِ ‫صي ٍْن َر‬
َ ‫عن ِع ْم َرانَ بْنَ ُح‬

‫َخي ُْر ُك ْم قَ ْرنِي ث ُ هم الهذِينَ يَلُونَ ُه ْم ث ُ هم الهذِينَ يَلُونَ ُه ْم‬

“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi

yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in),

kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”

Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan generasi

pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga

mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:

ْ َ ‫سبُّوا أ‬
‫ص َحا ِبي فَ َل ْو‬ ُ َ‫سله َم الَ ت‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُّ ‫َّللاُ َع ْنهُ قَا َل قَا َل النه ِب‬
َ ‫ي‬ ‫ي ه‬ ِ ‫س ِعي ٍد ْال ُخد ِْري ِ َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫َع ْن أ َ ِبي‬

ِ ‫أ َ هن أ َ َحدَ ُك ْم أ َ ْنفَقَ ِمثْ َل أ ُ ُح ٍد ذَ َهبًا َما بَلَ َغ ُمده أ َ َح ِد ِه ْم َوالَ ن‬


(‫َصيفَهُ ) رواه البخاري‬
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-

sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar

gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai

setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).

Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi

para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini.

Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an

sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan

mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya,

mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain

sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang

diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala

hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam

merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang

bersifat pemikiran maupun budaya.

Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang

pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi

dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk

sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman

hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di

akhirat.
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT, Tuntunan

serta hukum untuk menempuh kehidupan, Menjelaskan masalah-masalah yang pernah

diperselisihkan oleh umat terdahulu, Sebagai Obat.

B. SARAN

Kami harapkan makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan
bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini, sehingga dapat menambah
wawasan kita semua tentang kedudukan dan fungsi Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Fahd bin Muhammad Al-Rummi, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997), h.38

Departemen Agama Respublik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya : Toha Putra),
h.231

Drs. Atang Abd. Hakim, MA., Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya) h.70

Imam Muslim, Shahih Muslim, (Libanon : Darul Fikri, tt), h.134

Diposkan oleh Tafsir_Hadits.com di 01.20


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai