Bab Iv Ain
Bab Iv Ain
1
4.2.1 Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Tabel 1.1: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Jenis
Kelamin
1 Laki-laki 19 41.3
2 Perempuan 27 58,7
Jumlah 46 100
1 7 9 19,6
2 8 9 19,6
3 9 11 23,9
4 10 7 15,2
5 11 5 10,9
6 12 5 10,9
Jumlah 46 100
2
Tabel 1.3: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Berat
Badan
1 15 – 22 22 47,8
2 23 – 36 18 39,1
3 37 – 50 6 13,0
Jumlah 46 100
1 115-120 5 10,9
3 126-130 8 17,4
6 141-145 2 4,3
7 146-150 4 8,7
8 151-155 1 2,2
Jumlah 46 100
3
Tabel 1.4 menunjukan bahwa di SDN 7 Dungaliyo berdasarkan frekuensi
responden berdasarkan tinggi badan, didapatkan tinggi badan terbanyak terdapat
pada TB 121 – 125 dan 136-140 sebanyak 10 (21,7%) anak dan tinggi badan
paling sedikit yaitu TB 151-155 sebanyak 1 (2,2%).
Jumlah 46 100
1 Buruk 39 84,8
2 Baik 7 15,2
Jumlah 46 100
4
4. Frekuensi Status Gizi
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden SDN 7 Dungaliyo Berdasarkan Status
Gizi Anak
1 Normal 12 26,1
jumlah 46 100
2 Sesuai 22 47,8
Jumlah 46 100
5
4.2.2 Analisa Bivariat
1. Hubungan Karies Gigi Dengan Konsumsi Jajanan
Tabel 1.1: Hubungan konsumsi Jajanan Anak Dengan Kejadian Karies Gigi di
SDN 7 Dungaliyo
Karies Gigi
Konsumsi Jumlah
Karies Tidak Karies Value
Jajanan
n % N % N %
Jumlah 46 100
6
n % N % N %
Tidak 044
20 43,5 14 30,4 34 73,9
Normal
Jumlah 46 100
Tabel 3.1: Hubungan Menggosok Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak
Karies Gigi
Konsumsi Jumlah
karies Tidak karies value
janana
n % N % N %
7
Hasil analisis data dengan menggunakan uji statistik chi-Square maka di
2
peroleh hasil X hitung nilai p 0,000 (< 0,005) ini berarti Ho di tolak dan Ha di
terima. Dari hasil tersebut dapat di lihat bahwa ada hubungan antara menggosok
gigi dengan kajadian karies gigi di SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorotalo.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Analisis Hubungan Konsumsi Jajanan Dengan Kejadian Karies Gigi Di
SDN 7 Dungaliyo Kabupaten Gorontalo
8
Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam, zat asam
inilah yang sangat disukai oleh streptococcus mutans yang meruoakan
mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies gigi.
Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekueinsi yang lebih tinggi akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya karies gigi dibandingkan dengan
mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Menurut walker (2006) dikutib dalam Dwi Lakoro (2015), makanan dengan
pemanis buatan menipu tubuh dengan cara yang bisa meruntuhkan kebiasaan
makanan yang baik, makanan manis berpotensi melatih anak untuk
mengembangkan selera makanan manis secara berlebihan konsumsi makanan
kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan Ph plak tetap
dibawa normal yang menyebabkan demineralisasi email dan terjadilah
pembentukkan karies gigi.
Dari penjelasan diatas peneliti dapat meyimpulkan bahwa jumlah anak yang
sering mengonsumsi jajanan (kariogenik) dengan buruk lebih banyak terutama
anak yang memilki karies gigi. Hal ini di sebabkan karena mereka lebih menyukai
dan sering sekali makanan-makanan manis yang mengandung banyak karbohidrat
seperti eskri, coklat, peremen, makanan lunak/lengket. Kebiasaan anak
mengonsumsi makanan manis seperti coklat dan permen di sebabkan karena
makanan tersebut bentuknya dan rasanya yang lezat yang sangat disukai oleh
anak-anak. Dimana anak usia sekolah lebih senang untuk mengonsumsi makanan
kariogenik yang menyebabkan karies gigi dibandingkan dengan makanan yang
tidak menyebabkan karies gigi. Alasan tersebut dikarenakan makanan karogenik
lebih nikmat di konsumsi oleh siswa sekolah dasar tanpa tahu dampak yang
diakibatkan oleh kandungan karbohidrat yang ada didalam makanan kariogenik.
4.3.2. Analisis Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Karies Gigi Di Sdn 7
Dungaliyo Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antra status gizi dan kejadian karies gigi, tetapi dari hasil penelitan
menunjukkan dimana lebih banyak anak yang memilki status gizi tidak normal
(obesitas, gemuk dan kurus) lebih banyak anak yang memilki karies gigi,
9
sedangkan untuk status gizi normal lebih banyak anak yang tidak memilki karies
gigi. Dikarenakan anak yang memilki status gizi tidak normal dilihat dari hasil
kuisioner konsumsi jajanan rata-rata anak yang tidak normal lebih banyak
menjawab pertanyaan “ya” menunjukkan anak tersebut memilki konsumsi jajanan
yang buruk dan dilihat juga dari data anak yang karies gigi lebih banyak anak
yang obesitas yang memilki karies gigi yang tertinggi dikarena anak yang obesitas
sering mengonsumsi jajanan (kariogenik) yang buruk.
Hal tersebut berbeda dengan penelitian oleh Hana Yuan Kartikasari (2013),
hasil penlitian yang didapatkan pada anak kelas III dan IV SDN Kadipaten 1 dan
II, menunjukan bahwa ada hubungan antara karies gigi dan status gizi, bahwa
akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi). Anak
dengan fungsi penguyahan yang terganggu akan menghindari dan memilih
makanan tertentu, sehingga asupan makanan akan berkurang dan akan
berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut. Sebagaian responden menjelaskan
bahwa ketika menglami rasa sakit pada gigi, maka mereka akan memilih makanan
dalam bentuk lunak. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan terhadap fungsi
gigi, bahkan beberapa anak ada yang mengalami penurunan nafsu makan.
Menurut Dwita Rosdiana (2015) Anak yang memiliki status gizi yang buruk
dapat berdampak pada fungsi kelenjar ludah sehingga tidak maksimal dalam
pencegahan karies. Secara garis besar masalah gizi pada anak-anak dapat
berdampak buruk bagi kesehatan karena adanya ketidakseimbangan antara asupan
dan pengeluaran zat gizi maupun kesalahan dalam memilih makanan. Kekurangan
zat gizi esensial seperti vitamin A, C, D, kalsium, fosfor dan fluor pada anak-anak
dapat mempengaruhi perkembangan gigi sehingga lebih rentan terhadap karies.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terganggunya pembentukan gigi,
sedangkan kekurangan vitamin D, kalsium dan fosfat dapat menyebabkan
perlambatan pola erupsi gigi
Dari hasil uji analisisi penelitian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
anak yang memilki karies gigi lebih banyak anak dengan status gizi tidak normal,
dimana anak yang memilki status gizi tidak normal (obesitas, gemuk dan kurus)
rata-rata anak memilki karies gigi lebih banyak terutama anak yang obesitas, dari
10
hasil observasi/wawancara anak yang memilki karies gigi kebanyakan responden
tidak mengeluh rasa sakit gigi, sehingga tidak menggagngu proses pencernaan
makanan, sehingga mereka lebih sering mengonsumsi jajajnan terutama jajanan
kariogenik yang menyebabkan karies gigi.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Permata Sari,
menunjukan bahwa pola jajan anak yang buruk cenderung tinggi hal ini
berpengaruh besar terhadap kejadian karies gigi anak, keadaan diperburuk dengan
tinggi pengetahuan anak dalam menggosok gigi yang kurang,sikap anak dalam
menggosok gigi yang tidak mendukung, dan tindakan anak dalam menggosok gigi
yang tidak baik.
Menurut Khotmi (2011) dikutib dalam Dwi Lakoro (2015), Penyebab utama
karies gigi (gigi berlubang) adalah pola hidup yang tidak sehat terutama berkaitan
dengan menggosok gigi, terjadinya karies gigi merupakan ciri-ciri nyata anak
dengan kondisi oral hygine buruk karena umumnya anak sulit menjaga kebersihan
mulut. Kesehatan gigi invidu merupakan salah satu faktor yang memepengaruh
terhadap kesehatan invidu tersebut. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya,
kebiasan menggosok gigi yang teratur atau sebaliknya perilaku kesehatan gigi
negatif misalnya, tidak menggosok gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi
dan mulut akan menurun dengan dampak anatara lain mudah berlubang. Pada
11
masa anak-anak merupakan waktu yang sanggat teapat untuk menerapkan dan
mengajarkan anak-anak tentang cara serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut yaitu dengan cara menyikat gigi karena pada masa anka-anak adalah salah
satu kelompok usia yang kritis untuk terkena penyakit gigi dan mulut seperti
karies gigi pada saat anak-anak mengalami transisi pergantian gigi susu ke gigi
permanen.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kebiasaan menyikat gigi pada anak di
SDN 7 Dungaliyo Kabupaten gorontalo masi sangat memprihatinkan karena masi
rendahnya kesadaran anak untuk menyikat gigi dengan cara yang baik dan benar.
Pada kebanykan responden umunya mereka menyikat gigi pada saat mandi pagi
untuk pergi kesekolah dan saat mandi sore. Padahal waktu yang tepatnya untuk
menggosok gigi yaitu saat sesudah sarapan pagi dan sebelum tedur malam.
Banyak dari mereka juga yang hanya menggosok gigi 1 kali sehari. Berdasarkan
hasil wawancara yang di lakukan ternyara hal ini terjadi karena kurangnya
informasi, dan disekolah ini juga belum ada penyuluhan tentang kesehatan gigi.
12
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.2. Berdasarkan uji statistik chi square dengan tabulasi silang diperoleh
hubungan konsumsi jajanan terhadap kejadian karies gigi terdapat hubungan
yang signifikan dengan p value 0,005 (p < 0,005), hubungan status gizi
terhadap kejadian karies gigi tidak terdapat hubungan yang signifikan
dengan p value 044 (p > 0,005) , dan untuk hubungan menggosok gigi
13
dengan kejadian karies gigi terdapat hubungan yang dengan p value 0,000
(p < 0,005)
5.2. Saran
5.2.2. Puskesmas
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 8 : Analisi Univariat dan Analisi Bivariat
1. Analisis Univariat
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
16
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
berat badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
17
tinggi badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
karies gigi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
konsumsi jajanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
18
status gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
menggosok gigi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Analsisi bivariat
19
konsumsi jajanan * karies gigi Crosstabulation
karies gigi
baik Count 0 7 7
Total Count 23 23 46
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 46
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
20
status gizi * karies gigi Crosstabulation
karies gigi
Total Count 23 23 46
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00.
21
menggosok gigi * karies gigi Crosstabulation
karies gigi
sesuai Count 4 18 22
Total Count 23 23 46
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 46
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.
22
23