Anda di halaman 1dari 8

1.

Pendahuluan

Sound Level Meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur berapa
tingkat frekuensi atau berat suara yang akan ditampilkan pada dB-SPL. 0.0 dB-
SPL adalah ambang pendengaran dan sama dengan 20 UPA(micropascal). Semua
Sound Level Meter (SLM) memiliki fitur pengukuran kondensor mikrofon
omnidirectional, preampmic, jaringan pembobotan frekuensi, rangkaian detector
RMS, layar pengukuran , AC dan DC output yang digunakan untuk merekam.
Banyak Sound Level Meter memiliki set yang sama dan pengaturan pengguna,
termaksud pemilihan jangkauan SPL, filter pembobotan A dan C, respon detector
lambat dan cepat, dan minimum dan maksimum SPL.

1.1. Dasar Hukum


1.1.1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja
1.1.2. KEPMEN NO.51 Tahun 1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika Di Tempat Kerja
1.1.3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
718/Menkes/Per/XI/1 987

1.2. Tujuan pengukuran


1.2.1. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di suatu area khususnya di area
kerja
1.2.2. Untuk mengetahui tingkat keamanan suatu area kerja pada paparan
bising terhadap Pekerja
1.2.3. Memberikan pengetahuan Mahasiswa dalam hal penggunaan alat
Sound Level Meter
1.2.4. Menciptakan Mahasiswa D4-K3 yang terampil dan berkompeten

2. Metode Pengukuran

Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
2.1. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang


batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat
dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu
peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari
sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain
itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.

2.2. Pengukuran dengan peta kontur


Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam
mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang
kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan
membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan
pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk
menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan
intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang
tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas
antara 85 – 90 dBA.

2.3. Pengukuran dengan Grid


Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data
kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat
dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran
lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama,
misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk
memudahkan identitas.

3. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman


untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi
dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus
tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum
bekerja adalah sebagai berikut

Standarisasi Kebisingan sesuai dengan KepmenKes No. 1405 tahun 2002

WAKTU PEMAJANAN PER INTENSITAS KEBISINGAN DALAM


HARI dBA

8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 detik 115


14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127
0,88 130
0,44 133

0,22 136

0,11 139

4. Zona Kebisingan

Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan

4.1. Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat


penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.

4.2. Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan,


tempat Pendidikan dan rekreasi.

4.3. Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,


Perdagangan dan pasar.
4.4. Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri,
pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)

4.5. Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

4.6. Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai


pelindung telinga (earmuff dan earplug)

4.7. Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff

4.8. Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug

5. Prosedur Pengukuran

5.1. Posisikan sound level meter pada kedudukan yang merepresentasikan tingkat
intensitas bising di tempat itu.

5.2. Aktifkan pengukuran dengan mengatur saklar geser pada kedudukan Lo atau
Hi. Lo atau Low Intensity berada pada skala 40 s/d 80 dB, sedangkan Hi atau
High Intensity berada pada skala 80 s/d 120 dB.

5.3. Pencatatan pada satu kedudukan akan terkait dengan pembacaan skala
minimum dan skala maksimum.

5.4. Ambil jumlah titik kedudukan sebanyak yang diperlukan.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan serta hasil


analisa dan interpretasi Mahasiswa, maka dari pelaksanaan pengukuran
kebisingan di setiap área yang telah ditentukan, dapat kami ambil kesimpulan
sebagai berikut:
6.1. Dari Hasil pengukuran yang di peroleh oleh mahasiswa tingkat kebisingan di
área sekitar UNIBA di bawah Nilai Ambang Batas dan dapat di nyatakan
aman.

7. Saran

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan dari yang dilakukan serta


hasil analisa dan interpretasi Mahasiswa, maka dari pelaksanaan pengukuran
kebisingan kami memberikan saran sebagai berikut :

7.1. Menjaga konsistensi tingkat kebisingan dengan sesuai standar di Universitas


Balikpapan.

8. Lampiran

GAMBAR KETERANGAN
Pengukuran kebisingan
ruangan dilakukan di ruang
kelas G405 Universitas
Balikpapan
Pengukuran kebisingan
ruangan dilakukan di
Fakultas D4K3 Universitas
Balikpapan

Pengukuran kebisingan
ruangan dilakukan di ruang
Laboratorium K3
Universitas Balikpapan

Pengukuran kebisingan
ruangan dilakukan di
Laboratorium Mesin
Universitas Balikpapan
Pengukuran kebisingan
ruangan dilakukan di ruang
Perpustakaan Universitas
Balikpapan

Anda mungkin juga menyukai