Anda di halaman 1dari 16

Makalah Islamisasi Nusantara

Dosen pengampu : Sumarna , M.A

Disusun oleh
1. Agustina Damayanti ( 1602086 )
2. Anisah Mutmainah R( 1602087 )
3. Apriani Triningsih ( 1602088 )
4. Astuti Dwi Jayanti ( 1602090 )
5. Ayuning Tyas D J ( 1602091)
6. Azhari Ariibah I ( 1602092 )

Program Studi DIII Keperawatan


Stikes Muhammadiyah Klaten
2017

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah AIK
dengan judul “Islamisasi Nusantara” tanpa ada kendala suatu apapun. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Tak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada:
1. Sumarna , M.A selaku dosen pengampu mata kuliah AIK.
2. Teman-teman serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain ataupun di mata Allah SWT,
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan penyajiannya mengingat
akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki untuk itu kami selalu mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Klaten, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................................................ 4
C. Tujuan .................................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................... 5
A. Pengertian Islamisasi ........................................................................................................... 5
B. Proses Islamisasi .................................................................................................................. 5
C. Saluran-saluran Islamisasi ................................................................................................... 9
D. Pengaruh Islamisasi di Indonesia: ...................................................................................... 10
E. Pengaruh budaya Islam di Indonesia ................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum Islam sampai ke Indonesia, pengaruh Hindu sangat kuat terhadap
masyarakat Indonesia dimana adanya perbedaan kasta di kalangan masyarakat. Ketika
Islam datang dengan menawarkan toleransi dan persamaan derajat diantara sesama
manusia, maka masyarakat Indonesia merasa tertarik. Sehingga Islam dengan mudah
dianut oleh masyarakat Indonesia.
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang harus disiapkan, disebar luaskan
dan dikembangkan oleh penganutnya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun.
Demikian pula halnya dengan apa yang dilakukan para pedagang muslim yang juga
berperan sebagai dai, dengan berbagai metode yang digunakan berusaha mengembangkan
sayap Islam seluas-luasnya sampai penjuru Nusantara. Semenjak Islam masuk ke
Indonesia hingga Indonesia merdeka penganutnya semakin bertambah. Sehingga
menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu di dunia yang jumlah ummat Islamnya
paling banyak .
Makalah ini akan membahas mengenai pengertian Islamisasi, proses, saluran serta
mahzab Islam dan pengaruh Islamisasi di Indonesia.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dari Islamisasi?
2. Bagaimana proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia?
3. Bagaimana saluran Islamisasi?
4. Bagaimana mahzab Islam yang pernah berkembang dan pengaruh Islamisasi di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Islamisasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui beberapa saluran Islamisasi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui mahzab Islam yang pernah berkembang dan pengaruh Islamisasi
di Indonesia.
4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Islamisasi
Islamisasi adalah proses konversi masyarakat menjadi islam. Dalam penggunaan
kontemporer, mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan dari sistim sosial dan politik
islam di masyarakat dengan latar belakang sosial dan politik pribumi yang berbeda.
Pengertian islamisasi menurut para ahli :
1. Menurut Al Faruqi, islamisasi adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana
yang dikehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru, mengatur data,
mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-
tujuannya.
2. Al Attas memberi pengertian bahwa islamisasi sebagai proses pembebasan atau
pemerdekaan. Sebab ia melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh
atas jasmaninya dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam
dirinya, sebagai fitranya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Islamisasi adalah proses masuk dan
berkembangnya agama dan budaya Islam di Indonesia.

B. Proses Islamisasi
Agama Islam di Indonesia menyebar dan berkembang melalui perdagangan dan
mengikuti jalur-jalur pelayaran dan perdagangan. Terdapat persamaan antara proses
Islamisasi dan Hinduisasi. Keduanya berkembang melelui perdagangan dan keduanyapun
pada awal perkembangannya datang dan berasal dari Gujarat India. Sedangkan
perbedaannya terletak pada agama yang dikembangkan dan periode waktu untuk masing-
masing agama dikembangkan.
Dalam agama Hindu hanya kaum Brahmana atau Pendeta saja yang melakukan
kegiatan-kegiatan upacara keagamaan, membaca kitab suci dan menyebarkan agama serta
budaya Hindu. Jadi pada dasarnya pedagang-pedagang Hindu kurang berperanan dalam
menyebarkan agama. Sebaliknya dalam Islam oleh sifat misinya dan cara pengluasannya,
maka setiap orang Islam adalah pendakwah kepercayaannya (Daliman, 2012: 38).

5
Apabila pada masa- masa awal Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang
maka yang menjadi pendorong utama bagi para pedagang. Hal tersebut sesuai dengan
masa perkembangan pelayaran dan perdagangan Internasional antara Negara-negara di
Benua Asia Bagian barat, Tenggara, dan Timur. Kedatangan pedagang-pedagang Islam di
Indonesia dengan tujuan mencari keuntungan dari hasil bumi pada waktu itu, terutama
rempah- rempah yang sangat laku di Eropa. Karena rempah- rempahlah para pedagang
dari berbagai negara berlomba-lomba ke Indonesia. Untuk memperoleh monopoli
perdagangan di Indonesia pedagang-pedagang asing itu berusaha mencari simpati dari
masyarakat terutama bangsawan atu raja-raja yang memegang peranan penting dalam
dunia perdagangan. Raja-raja dan para bangsawan sering menjadi pemilik saham kapal-
kapal. (Dalman, 2012: 39-40).
Masuknya Islam di Indonesia hingga kini masih menjadi perdebatan para sarjana.
Berdasarkan Berita Cina dari Dinasti T’ang, diceritakan pada abad VII sudah ada orang-
orang tashih yang awalnya berdagang, bermaksud untuk menyerang Kerajaan Holing.
Penyerangan itu digagalkan oleh raja yang keras. Istilah tashih ini untuk menyebut
pedagang Arab dan Persia.
Sarjana lain berpendapat Islam masuk ke Indonesia pada abad XI. Dasar pendapat
ini adalah temuan makam Islam di Leran, yaitu makam Fatimah binti Maimun. Makam
yang nisannya berasal dari luar ini bertuliskan angka tahun 1082 M
Sarjana lainnya mengatakan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke XIII,
dikaitkan dengan runtuhnya Dinasti Abassiytah oleh Hulagu pada 1258 M. Berita ini
dihubungkan pemberitaan Marco Polo pada tahun 1292 M, berita Ibn Batutah pada abad
XIV dan nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1297 M (Supriyadi, 2014: 71).
Dari kenyataan tersebut, maka direkonstruksi masuk dan berkembangnya Islam di
Nusantara terdapat tiga tahap, yaitu kedatangan, pertumbuhan dan perkembangan. Tahap
kedatangan ditandai
Adanya orang-orang tashih yang tinggal di nusantara. Tahap pertumbuhan terjadi
abad XI yang ditandai dengan adanya makam Fatimah binti maimun tahun1082 M.
keberadaan makam Fatimah di Leran Gresik ini memnunjukan bahwa waktu itusudah
terdapat pemukimam Islam di sepanjang panati utara jawa sedangkan tahap

6
perkembangan ditandai dengan munculnya kerajaan islam, dibuktikan dengan
diketemukannya makam Sultan Malik Al Saleh berangka tahun 1297 (Supriyadi 2014:72)
Berita Cina mengatakan bahwa pembawa Islam masuk ke Nusantara adalah para
pedagang, karena sebutan orang tashih diperuntukkan bagi orang dari Arab dan Persia.
Pernyataan tersebut didukung dengan kenyataan bahwa sekitar abad VII, Indonesia
merupakan jalur perdagangan yang cukup ramai. Pendapat tersebut agak ditentang oleh
orientalis Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Nusntara dibawa
pedagang dari Gujarat, sebagai kelanjutan hubungn dagang India dengan Nusantara.
Ditegaskan bahwa hubungan dagang Nusantara dengan Arab baru muncul pada abad
XVII. Dugaan ini didukung penelitian J.P. Moquette mengenai nisan kubur Sultan Malik
al Saleh, yang menunjukkan bahwa pembuatannya yaitu dari Cambay – Gujarat India.
Pendapat lain mengatakan bahwa di samping para pedagang, Islam yang masuk
ke Nusantara juga disebarkan oleh para mubaligh yang menyertai para pedagang. Para
mubaligh ini memudahkan proses Islamisasi dan dapat memperdalam pengertian-
pengertian yang tercakup dalam Islam, maka terbentuklah pesantren yang menghasilkan
guru ngaji.
Selain itu, kedatangan kaum sufi yang mengkhususkan dalam bidang tassawuf
yang berperanan dalam perkembangan Islam di Nusantara yang masuk sekitar abad XIII
dan tassawuf ini lebih mudah diterima oleh masyarakat di Indonesia (Supriyadi, 2014:
72).
Ajaran agama Islam juga disebarkan oleh para sembilan wali yang menyebarkan
Islam di Pulau Jawa disebut wali songo. Berikut urutan para wali dari Timur ke Barat:
1. Sunan Ampel, atau Reden Rahmat, seorang kemenakan dari permaisuri Kertawijaya
(1467), dimakamkan di Ampel (di Kota Surabaya).
2. Malik Ibrahim atau Maulana Magribi, dimakamkan di Gresik.
3. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik
4. Sunan Drajat, putra Sunan Ngampel, dimakamkan di Sidayu Lawas.
5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim, seorang putra juga dari Sunan Ampel, mungkin
sekali dilahirkan di Boneng Wetan dekat rembang dan meninggal di Tuban.
6. Sunan Kudus, putra Sunan Ngudug, panglima bala tentara para wali yang menyerbu
Mjapahit (1478), waktu ayahnya gugur ia menggantikannya.

7
7. Sunan Maria, seorang pejuang melawan Majapahit, kemudian bertapa, makamnya ada
di selatan kawah Gunung Muria. Menurut tradisi ayahnya, pangeran Gadung
dimakamkan di situ juga.
8. Sunan Kalijaga, atau Seda Lepen atau Sahid Djaka seorang tumenggung Majapahit
yang menyerang Jepara, tetapi kemudian masuk agama Islam karena usaha Sunan
Bonang yang menikahkan Sultan Kalijaga dengan seorang putri Sunan Gunung Jati,
menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah Sultan Trenggana
menetap di Kadilangu, dimana ia mendapat banyak murid tersohor, dan
sepeninggalnya dimakamkkan.
9. Sunan Gunung Jati, berasal dari Pasai, menikah dengan saudara perempuan Sultan
Trenggana (Demak), kemudian berhasil menaklukan Cirebon dan Banten. Makamnya
di Gunung Jati sebelah utara Cirebon.
Selain itu wali yang hanya terkenal di daerah tertentu juga ikut andil yang besar yang
disebut wali lokal. Diantaranya adalah:
a. Syeh Abdulmuhyi dari Pamijahan (Tasikmalaya).
b. Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang yang dijatuhi hukuman mati oleh
Permusyawaratan para wali karena dituduh mengajarkan Pantheisme (menganggap
dirinya adalah Tuhan). Dimakamkan di Pamlaten, dekat Cirebon.
c. Sunan Gaesang dan kawan-kawannya dimakamkan di Tirta (Magelang).
d. Sunan Tembayat dimakamkan di Bayat (Klaten) sebenarnya dia adalah Ki
Pandanarang, bupati Semarang yang dalam cerita rakyat dikatakan melakukan
perjalanan dari Semarang lewat Salatiga ke pedalaman untuk beretapa.
e. Sunan Panggung, adalah putra Sunan Bonang, menyebarkan agama Islam di Tegal
dan di makamkan di Tegal pula.
Islamisasi di Indonesia dipermudah karena berbagai faktor, yaitu:
1. Suasana keterbukaan di kota-kota menciptakan kecenderungan struktural untuk
mobilitas yang lebih besar, antara lain berpindah agama.
2. Bersamaan dengan proses yang diungkapkan di nomor satu, terjadi pula
disintergrasi serta diorientasi masyarakat lama sehingga diparlukan identitas baru
dengan nilai-nilai baru.

8
3. Dengan merosotnya kekuasaan Hindu-Jawa maka perubahan struktural
masyarakat mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan. Dalam hal ini agama
Islam sebagai tiang pendukungnya.
Dalam proses perubahan sosial seperti teruraikan diatas para wali memegang
kapemimpinan yang berkharisma. Pada satu sisi otoritas mereka dapat berbentuk formal
sebagai kekuasaan yakni sebagai raja atau penguasa politik, namun di sisi lain mereka
mempunyai kekuasaan sosial-religius yang kuat. Peranan kepemimpinan itu dapat mereka
jalankan karena mereka termasuk faktor yang dinamis dalam masyarakat kota pelabuhan,
dengan banyak pengalaman dan perjalanan serta kehidupan mereka diperantauan. Para
wali menenempatkan diri mereka dalam posisi yang tidak terikat ketat oleh struktur
feudal, maka lebih longgar untuk membuat tata masyarakat baru. Dimana perlu mereka
dapat menyesuaikan nilai-nilai dan struktur lama terhadap yang baru, umpamanya
kepercayaan mistik mistik serta lembaga politik sebagian dipertahankan untuk
mempermudah penerimaan yang baru.
Bukti-bukti dalam hal ini antara lain
1. Kesastraan selalu penuh dengan konsep-konsep mistik.
2. Suatu tradisi mengatakan bahwa pewayangan disebarkan oleh para wali.
3. Kultur nenek moyang diteruskan dengan penghormatan makam mereka sebagai
punden.
4. Bangunan makam serta hiasannya menunjukkan sinkretisme (Sartono Kartodirjo,
1999: 24-26)

C. Saluran-saluran Islamisasi
Mengenai saluran-saluran Islamisasi, pertama-tama kita telah ketahui bahwa
Islam masuk ke Nusantara melalui perdagangan. Oleh karena kontak dagang
memungkinkan terjadinya perkawinan antara pedagang dengan wanita pribumi. Beberapa
perkawinan yang dilakukan itu diantaranya yang menunjukkan perkawinan dengan putri
penguasa, sehingga memperlancar proses Islamisasi.
Kecuali melalui perdagangan dan perkawinan, tassawuf juga merupakan salah
satu saluran yang cukup penting dalam proses Islamisasi. Tassawuf merupakan kategori
yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa, yang meninggalkan tulisan-

9
tulisan antara abad XIII s.d. XVIII. Penyiaran Islam dengan pembentukan organisasi
masyarakat Islam di kota-kota pelabuhan dan bersifat memudahkan penerimaan
masyarakat non Islam di lingkungannya.
Saluran lain yang juga memegang peranan penting dalam proses Islamisasi,
melalui kesenian terutama musik dan seni bangunan. Dalam seni musik, Islamisasi
tampak memanfaatkan seni musik yang sudah ada, seperti gamelan, wayang dan
sebagainya. Sedangkan pada seni bangun, termasuk diantara seni ukir, tampak pada
bangunan-bangunan masjid kuno di Indonesia, misalnya di Demak, Cirebon, Banten, dll.
Mengenai seni ukir banyak yang memenfaatkan seni ukir Hindu-Budha, seperti Nampak
pada Masjid Mantingan, gapura bersayap di Sendangduwur dan hiasan ukiran di
sepanjang bangunan masjid kuno. (Supriyadi, 2014:73)

D. Pengaruh Islamisasi di Indonesia:


Dalam agama Islam terdapat aliran-aliran agama yang disebut dengan mazhab.
Berikut mazhab-mazhab Islam yang telah berkembang di Nusantara:
a. Mazhab Syi’ah
Agama Islam yang pertama masuk ke Indonesia sekitar abad ke-12 terutama ke
Perlak dan Samudra Pasai adalah mazhab Syi’ah. Aliran ini banyak berkembang di
Persia. Bahkan pada abad ke-16 Islam Syi’ah dijadikan agama resmi di Persia, pantai
Hindustan, Asia Tengah, Suriah, Bagian Barat Arab dan Mesir. Maka mudah dipahami
bila agama Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang Gujarat ke Indonesia terutama
ke pantai timur Sumatera pada awal abad ke-12 tersebut adalah mazhab Syi’ah. Para
pedagang Gujarat bersama dengan para pedagang Persia dan Arab menetap di
Sumatera dan berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia ialah
Kerajaan Perlak di muara Sungai Peureulak dan Kerajaan Samudra Pasai di muara
Sungai Pasal dengan bantuan Dinasti Fatimyah di Mesir.
b. Mazhab Syafi’i
Mazhab ini merupakan mahzab yang paling besar pengaruhnya pada
masyarakat Indonesia, mazhab ini mengikuti ajaran dari Muhammad ibn Idris as
Syafi’I (767—820), Syafi’I melatakkan dasar-dasar mazhabnya di Baghdad, kemudian
berkembang dan meluas ke Yaman, Mesir, Pantai Malabar dan Koromandel di India

10
dan akhirnya sampai di Indonesia. Mengenai masuknya mazhab ini di Indonesia
diperkirakan pada sekitar abad ke-13, dibuktikan dengan adanya nisan makam di
Sumatera Utara dan di Gresik yang mirip dengan nisan-nisan di Malabar di ( India)
yang menunjukan tanda-tanda dari mazhab Syafi’i.
Mazhab syafi’i datang ke Indonesia setelah mazhab Syi’ah. Setelah para
penganut mazhab Syafi’i di Mesir berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Fatimyah di
Mesir pada 1268, kemudian di sana mereka mendirikan Dinasti Mamluk pada 1284
yang menganut Islam Syafi’i. Untuk melenyapkan pengaruh Syi’ah di pantai timur
Sumatera terutama Perlak dan Samudra Pasai maka Dinasti Mamluk pada 1285
mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatera, Syekh Ismail di sana bertemu
dengan Marah Silu yang telah menganut Islam Syi’ah dan membujuk Marah Silu
untuk menganut Islam Syafi’i. Dengan bantuan Syekh Ismail, Marah Silu berhasil
mengakhiri kekuasaan Samudra Pasai yang beraliran Syi’ah. Marah Silu merupakan
orang pertama Indonesia yang memeluk Islam Syafi’I dan bergelar Sultan Malik al
Saleh. Selama pemerintahannya alairan Syi’ah di Samudra Pasai ditumpas.
Dari Samudra Pasai Islam Syafi’I berkembang ke Semenanjung Malaka, berkat
perkawinan putri Sultan Zainal Abidin Bahian Syah dengan Sultan pertama di Malaka,
Raja Parameswara. Yang kemudian Sultan Parameswara juga ikut memeluk Islam
Syafi’i dan mengambil gelar Sultan Megat Iskandar Syah pada 1414. Sejak saat itu
Malaka menjadi pusat pengembangan Islam Syafi’I, yang perkembangan Islam Syafi’I
ini beriringan dengan perluasan wilayah Kerajaan Malaka, wilayahnya Daerah Aru,
Rokan, Siak, Kampar dan Indragini.
c. Mazhab Hanafi
Beberapa babad menceritakan bahwa tokoh-tokoh penyiar Islam di Jawa pada
awal perkembangan Islam adalah berasal dari Campa. Raden Rahmat (Sunan Ampel)
menurut Babad Tanah Jawi berasal dari Campa. Syekh Ishak yang mendapat tugas
untuk menyiarkan Islam di Blambangan diceritakan oleh sebagai paman Raden
Rahmat, sehingga ia juga berasal dari Campa. Maka dengan demikian islam yang
berkembang di pantai utara jawa berasal dari Campa (nama suatu kerajaan kuno di
Asia Tenggara tepatnya Vietnam Selatan).

11
Pada waktu itu pusat penyebaran mazhab Syafi’i di Asia Tenggara adalah
Malaka, sedang di pantai timur Sumatera Utara menjadi pusa penyebaran Islam
Syi’ah. Oleh karena itu Islam yang berkembang di daratan Asia Tenggara khususnya
mazhab Hanafi, maka Islam yang berkembang di daerah pantura dengan sendirinya
adalah mazhab Hanafi.
Kronik Cina yang berasal dari Klenteng Talang memberi petunjuk bahwa
Islam yang berkembang di Kerajaan Demak adalah Mazhab Hanafi. Dalam kronik itu
dikisahkan bahwa ketika Fatahillah sebagai Panglima Tentara Demak menyerang
Cirebon, pernah ia memberikan gelar Maulana ifdil Hanafi kepada seorang imam
Muslim Cina yang telah berjasa dalam membantu merebut Cirebon tersebut.
Perintis mazhab ini adalah Abu Hanifah (699-767) dan berkembang di Turki,
Asia Tengah (Turkistan, Bokhara dan Samarkan) dan India. Saat kebesaran Dinasti
Yuan di Cina Islam mazhab Hanafi di Asia Tengah berkembang dengan pesat yang
disebabkan sikap Kubilai Khan yang terbuka. Turkistan, Bukhara dan Samarkand
menjadi pusat penyebaran Islam Hanafi. Kesatuan wilayah yang meliputi hamper
seluruh benua Asia yang berhasil diciptakan oleh tentara Mongolia sangat
mempermudah penyebaran Islam. Dari Asia Tengah kemudian Islam Hanafi menyebar
ke daerah yang lebih timur lagi.

d. Tasawuf
Tasawuf merupakan bentuk masdar dari kata suf yang artinya wol, biasanya
dipakai sebagai jubbah (labs al-suf) orang- orang yang menjalankan kehidupan mistik
(syufi) tasawuf juga dihubungkan dengan suluk yang berasal dari bahasa Arab yang
artinya perjalanan. (Poesponegoro, 1993: 202)
Dimulai dengan memasuki jalan dibawah pimpinan syekh dengan usaha
mencapai tingkat kejiwaan yang tertinggi menurut kemampuannya. Kaum penganut
tasawuf disebut faqir atau darwisy yang artinya orang miskin atau orang minta-minta.
Aliran tasawuf pada awal perkembangan islam, ajaran ini tidak dikenal.
Sebagai ajaran baru banyak tantangan dan kecaman, karena dianggap menyimpang
dari ajaran islam. Salah satu yang ditentang islam adalah pantheisme. Kaum sufi sudah
berkeyakinan bahwa dirinya sudah menemukan Tuhan dan Tuhan berada dalam

12
dirinya sendiri. Akibatnya salat lima waktu sudah tidak diperlukan, bahkan syariah
islam ditentangnya.
Pertentangan kaum sufi dengan kaum Ahl-al sunnah wa’l Jama’ah ini mereda
pada jaman Al-Gazali yang memberi jalan tengah, dengan memberikan pernyataan
bahwa syariah merupakan makanan sehari-hari bagi kaum muslimin, sedangkan
tasawuf merupakan pembimbingan ke arah jalan ke sorga.
Kedatangan kaum sufi dengan tassawufnya ke Indonesia diperkirakan abad
XIII, yaitu masa perkembangan dan persebaran ahli tasawuf dari India dan Persia.
Indonesia Baru pada abad XVI terutama di Jawa dan Sumatra.

E. Pengaruh budaya Islam di Indonesia


Pengaruh budaya Islam di Indonesia dapat di lihat dari bidang social yang
Nampak dalam politik, ekonomi, maupun kehidupan kemasyarakatan pada umumnya. Di
bidang budaya Nampak dari hasil budaya berupa agama dan pelaksanaannya.Kesenian
yang bercorak islami maupun kesusasteraan-kesusasteraan yang bercorak islam.
Peninggalan budaya islami,misalnya : keraton, masjid, tradisi gerebeg sekaten, perayaan
Idul Fitri, makam raja-raja di Kota Gede dan Imogiri (Y.Supriyadi, 2014: 77)
1. Keraton, merupakan tempat yang menjadi pusat kekuasaan dan kegiatan yang
berkaitan dengan urusan pemerintahan. Keraton juga merupakan tempat tinggal
sultan dan anggota keluarganya.
2. Masjid, adalah tempat umat islam melaksanakan kewajiban salat sesuai tuntunan
agama islam. Selain itu masjid juga berfungsi untuk melaksanakan kegiatan yang
berkaitan dengan pengajaran, pembinaan, pengembangan-pengembangan ajaran
islam. Masjid peninggalana masa kesultanan di Nusantara misalnya Masjid
Demak di Jawa Tengah, Masjid Sunan Ampel di Jawa Timur.
3. Sekaten adalah pasar mlam yang diadakan setiap bulan Maulud untuk merayakan
kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. Kegiatan sekaten dilaksanakan di
alun-alun keraton. Acara ini terdapat di keraton Yogyakarta dan Surakarta. Pada
acara ini dilakukan penabuhan gamelan-gamelan milik keraton.

13
4. Makam, adalah tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal.
Peninggalan sejarah bercorak islam yang berupa makam biasanya memiliki nisan
dan jirat atau kijing (Sukartono, 1993: 31)
5. Kasusastraan Peninggalan sejarah bercorak islam di Indonesia yang berupa karya
sastra beragam tentunya. Bentuk peninggalan sejarah itu antara lain syair, hikayat,
babad, dan suluk.
a) Syair, merupakan puisi lama yang setiap baitnya terdiri dari 4 baris dengan
bunyi akhir yang sama. Karya sastra berbentuk syair misalnya, syair prahu
dan syair si Burung Pingai karya Hamzah Fansuri
b) Hikayat, adalah karya sastra berbentuk cerita yang dibuat untuk melipur lara
atau membangkitkat semangat perjuangan. Misalnya hikayat Hang Tuah,
hikayat Bayan Budiman, hikayat raja-raja Pasai.
c) Suluk, adalah kitab yang mengungkapkan mengenai ajaran tasawuf.
Misalnya, suluk Wujil adalah mengenai nasehat Sunan Bonang kepada
Wujil, suluk Sukarasa yang isinya menceritakan ki Sukarsa yang mencari
ilmu sejati ntuk meraih kesempurnaan.
d) Babad, adalah cerita dengan latar belakang sejarah yang umumnya lebih
bersifat cerita daripada menguraikan sejarah yang disertai dengan buktidan
fakta. Karya sastra dalam bentuk babad misalnya babad Tanah Jawi dan
babad Giyanti. Babad Tanah Jawi menceritakan mengenai sejarah Pulau
Jawa yang dimulai dari Nabi Adam hingga abad ke-18, sedangkan Babad
Giyanti ceritanya mengungkapkan mengenai terpecahnya Kesultanan
Mataram (Soekmono, 1973: 33).

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Islamisasi adalah proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam di
Indonesia. Proses awal masuknya agama dan budaya Islam di Indonesia dibawa oleh
pedagang Gujarat (India). Saluran-saluran Islamisasi di Indonesia melalui perdagangan
yang memungkinkan terjadinya perkawinan, dan melalui tasawuf. Mazhab yang
berkembang di Indonesia pada waktu adalah mazhab Syi’ah, Syafi’i dan Hanafi. Dan
adanya keraton, masjid, sekaten, makam dan beberapa karya sastra pada waktu itu
menunjukkan dampak dari pengaruh Islamisasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Daliman. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: ombak
Nugroho Notosusanto, Mawarti Djoened Poesponegoro.1993. Sejarah Nasional Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Kartodirjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari
EmporiumSamapiImporium. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Soekomo. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Soekartono. 1993. Sejarah Perkembangan Kerajaan Islam. Yogyakarta: Widya Utama
Supriyadi. 2014. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakrta: Lintang Pustaka Utama

16

Anda mungkin juga menyukai