Anda di halaman 1dari 3

[8/4, 16:21] wisnu mukti nugroho: Islam mencapai puncaknya ketika berdiri kerajaan-kerajaan Islam di

Nusantara yang mengimplementasikan hukum Islam. Namun kejayaan hukum Islam mulai pudar seiring
dengan takluknya kerajaan-kerajaan Islam oleh bangsa Eropa, terutama Belanda yang gigih hendak
menghapus hukum Islam di Nusantara.

[8/4, 16:22] wisnu mukti nugroho: Periode pertama ini bermula ketika munculnya Kerajaan Islam
pertama di Nusantara pada abad ke-13 M (Kerajaan Samudra Pasai di Aceh) sampai kedatangan bangsa
Eropa yang menjajah Nusantara pada permulaan abad ke-17 M.

[8/4, 16:24] wisnu mukti nugroho: Karakteristik keberlakukan hukum Islam pada zaman ini, antara lain :

1. Agama Islam dijadikan agama negara sejak rajanya masuk Islam (seperti kerajaan Gowa Tallo, Bone
dan lain-lain) maupun didirikannya kerajaan tersebut bersendikan Islam (seperti Samudera Pasai, Demak
dan sebagainya).

2. Hukum Islam diberlakukan secara positif sebagai hukum kerajaan, sekali pun pada beberapa
Kerajaan dan Kesultanan Nusantara ada yang melaksanakan dengan tidak ketat. A.C. Milner mengatakan
bahwa Kerajaan Aceh dan Kesultanan Banten yang melaksanakannya secara ketat, baik dalam masalah
perdata dan pidana.[3] Kerajaan Mataram Islam di Jawa dipandang paling longgar dalam melaksanakan
hukum Islam, khususnya dalam masalah hukum pidana dan hukum yang berkenaan dengan raja yang
masih mengikuti tradisi pra-Islam. Namun dalam masalah hukum keluarga, seperti nikah, talak, dan rujuk
dilaksanakan secara merata di seluruh kerajaan dan kesultanan Islam di Nusantara. Perbedaan
pelaksanaan hukum Islam pada kerajaan dan kesultanan Islam di Nusantara hanya terlihat dalam konteks
pelaksanaan hukum pidana. Pada kerajaan atau kesultanan tertentu, hukum-hukum pidana ada yang
masih mengikuti hukum adat atau hukum adat dipadukan dengan hukum Islam, terutama kasus-kasus
yang tidak secara jelas diatur oleh hukum Islam.[4]

3. Telah dibentuk lembaga peradilan Islam yang menjalankan hukum Islam, baik perdata maupun
pidana, misalnya, Wizar Al-hukkām yang dipimpin oleh Wazir al-Hukkām di Kerajaan Perlak,[5]
Mahkamah Agama yang dipimpin oleh Qadi di Kerajaan Samudra Pasai,[6] Balai Majlis Mahkamah yang
dipimpin oleh Sri Panglima Wazir Mizan serta Balai Kadhi Malikul Adil pada Kesultanan Aceh Darussalam,
[7] Pengadilan Pradata yang berubah menjadi Pengadilan Surambi di Kerajaan Mataram Islam,[8] dan
sebagainya.

4. Telah dilakukan kodifikasi hukum Islam yang diundang-undangkan oleh negara. Kesultanan Malaka
memiliki kodifikasi hukum Risalah Hukum Kanun yang disusun pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar
Syah (1446-1456) yang memuat tentang banyak hal untuk mengatur kehidupan masyarakat. Risalah
Hukum Kanun dari Kesultanan Malaka ini diduga secara luas diduga diterapkan oleh berbagai kerajaan
dan kesultanan Islam Melayu karena beberapa salinannya ditemukan di Riau, Pahang, Pontianak, dan
Brunai; Kesultanan Aceh Darussalam memiliki kodifikasi hukum Islam yang dinamakan Kitab Adat
Mahkota Alam yang diduga disusun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636); Kerajaan Mataram
Islam memiliki Hukum Kisas yang disusun pada masa Sultan Agung; Kesultanan Cirebon memiliki undang-
undang yang disebut pepakem; sedangkan Kesultanan Banten sebagaimana laporan seorang pengamat
Belanda memiliki kitab hukum Islam sendiri yang diundangkan oleh Kesultanan Banten yang tidak
diketahui nama kitab tersebut.[9]

[8/4, 16:38] wisnu mukti nugroho: Ketika bangsa Belanda datang menjajah Nusantara, mereka melihat
bahwa hukum Islam telah menjadi hukum yang hidup (living law) pada rakyat Indonesia dan telah
dipraktekkan bertahun-tahun, bahkan telah menjadi ”adat istiadat .”

Pada fase ini bangsa indonesia menggunakan hukum islam sebagai hukum materiil peradilan sesuai
dengan teori receptie in complexu yang dikemukakan oleh Lodewijk Willem Christiaan van den Berg

[8/4, 16:49] wisnu mukti nugroho: Kemudian bangsa belanda mengganti ketetapan tersebut karena
dikhawatirkan membangkitkan perlawanan - perlawanan bangsa terjajah yang beragama Islam terhadap
bangsa Eropa

[8/4, 16:50] wisnu mukti nugroho: Hukum Islam sebagai salah satu basis kesadaran keberagamaan
hendak ditanggalkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang beragama Islam dengan memunculkan
hukum adat sebagai tandingannya. Di sisi lain, pemunculan hukum adat diharapkan dapat mendekatkan
pemerintah kolonial Belanda terhadap kaum adat di Nusantara untuk mewujudkan taktik devide et
empera (politik pecah belah). Pemerintah Hindia Belanda secara sistematis kemudian melumpuhkan
dan menghambat pengembangan hukum Islam di Indonesia dengan berbagai cara, yaitu:

[8/4, 16:51] wisnu mukti nugroho: Dalam lapangan hukum pidana Islam (fiqh al-jināyah) dikeluarkan
sama sekali dari tata hukum dan digantikan dengan hukum pidana Belanda atau Wetbock van Stafrect
yang diberlakukan sejak Januari 1919 dengan Stbl. 1915 : 732.

2) Hukum tata negara Islam (fiqh al-siyāsah) dihancurkan sama sekali. Pengajian ayat al-Qur’an atau
hadis yang menyangkut politik Islam atau ketatanegaraan dilarang.

ah) dan hukum kewarisan Islam (fiqh al-mawāris). Hukum kewarisan Islam diupayakan agar tidak berlaku
dengan cara menanggalkan kewenangan Pengadilan Agama di Jawa dan Kalimantan Selatan mengadili
masalah waris, memberikan kewenangan masalah waris kepada pengadilan umum (Landraad), serta
melarang penyelesaikan perkara dengan menggunakan hukum Islam jika di tempat adanya perkara tidak
diketahui bagaimana bunyi hukum adat.[24]

3) Mempersempit hukum keluarga yang menyangkut hukum perkawinan Islam (fiqh al-munākah

[8/4, 16:53] wisnu mukti nugroho: Kemudian pada masa penjajahan jepang, pemerintah jepang
berusaha menarik simpati umat islam sebagai agama mayoritas di indonesia dengan cara :

[8/4, 16:54] wisnu mukti nugroho: Upaya untuk memulihkan kewenangan Pengadilan Agama dalam
masalah kewarisan dan perwakafan tetap dilakukan melalui Sanyo Kaigi (Dewan Pertimbangan) oleh para
ulama dan tokoh-tokoh agama Islam, meskipun mendapat penentangan dari tokoh-tokoh nasionalis
sekuler.
b. Mulai dirintis lembaga resmi pemerintah yang mengurus keberadaan umat Islam, melalui Kantoor
Voor Het Islanddsche Zaken menjadi Sumubu dan diperluas kewenangannya sampai mengurus masalah
kehakiman bagi orang Islam. Pada tanggal 1 April 1944 dimulai pembentukan Sumubu di setiap
keresidenan. Sumubu inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal bagi lahirnya Kementerian Agama R.I. dan
Kantor Urusan Agama (KUA).

[8/4, 17:00] wisnu mukti nugroho: Jadi pada awal masa penjajahan belanda kejayaan islam masih stabil
dan dapat berkembang luas namun setelah belanda menerapkan kebijakan hukum adat yang
disandingkan dengan hukum islam serta mempersulit / menghambat perkembangan islam . Islam di
nusantara mengalami kemerosotan akibat adanya politik adu domba dari belanda

Setelah berakhirnya masa penjajahan belanda, jepang yang berusaha menarik simpati dari rakyat
indonesia yang mayoritas beragama islam mendirikan lembaga - lembaga resmi pemerintah yang
mengatur tentang islam

Anda mungkin juga menyukai