Anda di halaman 1dari 8

Diagnosis pada pasien ini adalah Dispepsia Fungsional, didapatkan berdasarkan

anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan aspek
risiko eksternal dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik
holistik.
4.3.1 Analisa Kasus
Tabel Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien Dispepsia Fungsional.
Skor Resume Hasil Akhir Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Dispepsia 4 - Edukasi mengenai - Terselenggara 5
fungsional penyakit dispepsia penyuluhan
merupakan dan pencegahannya - Keluarga memahami
penyakit yang dengan mengurangi bahwa Dispepsia
dipengaruhi oleh konsumsi makanan memerlukan
jenis kelamin, yang dapat pengobatan yang
faktor makanan merangsang saluran teratur
dan lingkungan, pencernaan, rajin - Keluarga mau
dan faktor berolahraga dan menerapkan gaya
hormonal menghindari stress. hidup sehat
Faktor ekonomi
dan pemenuhan
kebutuhan - Motivasi mengenai - Keluarga
- Kondisi ekonomi 4 perlunya untuk menyisihkan 4
cukup baik memiliki tabungan pendapatan untuk
tabungan
- Kehidupan sosial 3 - tetap menjaga - menjalin hubungan 5
dengan silaturahmi dengan yang baik dengan
lingkungan para tetangga. tetangga
cukup baik
Faktor perilaku
kesehatan
- Pasien tidak 3 - Edukasi tentang - Pasien mulai 4
patuh atas pentingnya mengatur mengatur pola
edukasi dokter pola makan agar makan dengan tidak
untuk mengatur tidak terjadi mengkonsumsi
pola makan kekambuhan penyakit makanan yang
merangsang saluran
cerna
- Berobat tidak 3 - Edukasi untuk - Pasien berobat 5
teratur berobat secara teratur secara teratur dan
serta minum obat minum obat sesuai
sesuai anjuran dokter anjuran dokter
3 - Edukasi tentang - Anggota keluarga 5
- Tetap menjaga
pentingnya PHBS paham akan
kebersihan
dirumah untuk pentingnya PHBS
mencegah infeksi dan mau
mengaplikasikan
dengan baik PHBS
dilingkungan dan
rumah mereka
Faktor Psikososial
- Kekhawatiran 3 - Memotivasi pasien - Pasien termotivasi 4
penderita yang serta menjelaskan untuk sembuh
berlebihan kepada pasien bahwa
terhadap penyakitnya dapat
penyakitnya sembuh apabila
pasien berobat secara
teratur
Total Skor 23 32
Tabel 5. Klasifikasi Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnyaoleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada
upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
4.3.2 Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, dan Penatalaksanaan Selanjutnya
Pertemuan ke 1 : 21 Februari 2018
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-ekonomi dan
melakukan pemeriksaan fisik.
5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat yang akan
dipergunakan.
6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
8. Membuat diagnosis holistik pada pasien.
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis.

A. Anamnesis Holistik
a. Aspek Personal
Saat saya mendatangi rumah pasien, pasien sedang duduk di ruang tamu dan
Ayah Ibunya sedang tidak berada dirumah. Pasien baru pertama kali mendapat
kunjungan dari pihak pukesmas untuk mengontrol keadaan pasien, disamping itu pasien
sangat begitu senang karena ada teman berbagi cerita. Pasien masih memiliki harapan
untuk bisa beraktifitas seperti sedia kala.
b. Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis didapatkan diagnosis
Dispepsia Fungsional
c. Aspek Faktor Risiko Internal
Dulunya pasien sering menunda-nuda waktu makan dan susah untuk makan jika
tidak dilengkapi dengan sambal . Pasien kurang menerapkan pola hidup sehat berupa
pola makan yang baik.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga
pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, dikarenakan kesibukan dari
masing-masing anggota keluarga sehingga tidak mengingatkan untuk berobat.
e. Aspek Fungsional
Nn. FN selalu berada di rumah sambil menunggu panggilan untuk bekerja.
Sebelumnya, pasien rutin memasukkan lamaran pekerjaan ke kantor-kantor untuk
mendapatkan pekerjaan. Namun sampai saat ini, pasien belum bekerja sehingga hanya
tinggal di rumah dan membantu Ibunya untuk memasak dan membersihkan rumah.
f. Rencana Pelaksanaan
- Pertemuan ke-1: Puskesmas Minasa Upa Makassar 21 Februari 2018 pukul 10.00
WITA.
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien Jalan Syekh Yusuf 6 Nomor 1, 21 Februari 2018
pukul 16.00 WITA
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada saat Pasien dapat Tidak Tidak
personal kepada pasien mengenai kunjungan sadar dan ada menolak
Dispepsia dan komplikasi rumah mengerti
serta memberikan akan
informasi mengenai pentingnya
perkembangan pola hidup
penyakitnya. sehat

Aspek Memberikan obat Pasien Pada saat Keluhan Tidak Tidak


klinik Dispepsia untuk kunjungan yang ada menolak
mengontrol untuk rumah dirasakan
mengurangi gejala pasien
berkurang,
Aspek Mengajarkan bagaimana Pasien Pada saat Keluhan Tidak Tidak
risiko pola makan yang baik, kunjungan yang ada menolak
internal menganjurkan untuk tidak rumah dirasakan
menunda-nunda waktu pasien
makan berkurang,.
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada saat Keluarga Tidak Tidak
risiko selalu memberi dukungan kunjungan memberi ada menolak
external kepada pasien agar selalu rumah perhatian dan
menjaga kesehatannya dukungan
dan selalu mengingatkan lebih kepada
pasien untuk minum obat pasien dan
pasien lebih
Menganjurkan kepada termotivasi
keluarga pasien untuk untuk
tetap meningkatkan sembuh
komunikasi yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan untuk rajin Pasien Pada saat Agar kondisi Tidak Tidak
fungsional melakukan olahraga dan kunjungan tubuh selalu ada menolak
menghindari diet. rumah sehat dan
bugar, agar
kelemahan
pada tubuh
pasien bisa
berkurang
Tabel 11. Anamnesis Holistik Pasien Rheumatoid Arthritis

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 110/60 mmHg, Nadi : 82
x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,6oC.
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
A. Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Dispepsia Fungsional, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan
aspek risiko eksternal dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan
diagnostik holistik.

- Diagnose Psikososial:
- Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan.
- Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan pasien.
B. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien datang dengan keluhan nyeri perut atas
bagian tengah yang mulai dirasakan sejak kurang lebih 4 hari sebelum ke Puskesmas
terutama memberat jika pasien telat makan. Keluhan disertai adanya rasa mual saat
rasa nyerinya meningkat. Riwayat keluhan yang sama 1 tahun lalu dan kurang rutin
memeriksakan diri ke dokter. Pasien memiliki pola makan yang kurang teraturdan
memiliki kebiasan makan-makanan yang asam dan pedas. Riwayat keluhan yang
sama dalam keluarga tidak ada. Dari faktor psikoekonomi pasien mengaku stress
karena sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan.
Anjuran penatalaksanaan penyakit terdiri dari upaya
promotif,preventif,kuratif,dan rehabilitative. Upaya promotif meliputi edukasi
terhadap keluarga untuk tidak meminum air mentah, perbanyak konsumsi sayur dan
buah-buahan, dan rajin berolahraga. Upaya preventif seperti membatasi konsumsi
garam dan lemak,serta rutin memeriksakan kesehatan di puskesmas terkait masalah
dispepsia. Sedangkan upaya kuratif yang dilakukan untuk pasien adalah dengan
pemberian terapi farmakologis dengan menggunakan omperazole 1x1, domperidon 3
x1 jika masih muntah dan Vit. Bcom 1 x 1 . Selain terapi farmakologis, diberikan juga
terapi non farmakologis dengan pemberian konseling tentang untuk tidak menunda
makan, mengatur pola makan dengan teratur dan sebaiknya menghindari
mengkonsumsi makanan yang asam dan pedas. Upaya rehabilitative yang dilakukan
seperti menganjurkan pasien untuk kontrol rutin di puskesmas.
Dalam penatalaksaan dispepsia perlu dilakukan investigasi mengenai
penyebab dispepsianya agar target terapi lebih tepat walaupun terapinya hampir sama.
Karena puskesmas merupakan pelayanan pertama masyarakat maka pasien
dikategorikan dalam dispepsia yang belum diinvestigasi karena tidak adanya alat
pemeriksaan Helicobacter pylori berupa urea breath test. Strategi tata laksana optimal
pada fase ini adalah memberikan terapi empirik selama 1-4 minggu sebelum hasil
investigasi awal, yaitu pemeriksaan adanya Hp.
Untuk daerah dan etnis tertentu serta pasien dengan faktor risiko tinggi,
pemeriksaan helicobacter pylori harus dilakukan lebih awal. Obat yang dipergunakan
dapat berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole,
rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik,
dan sitoprotektor (misalnya rebamipide), di mana pilihan ditentukan berdasarkan
dominasi keluhan dan riwayat pengobatan pasien sebelumnya. Masih ditunggu
pengembangan obat baru yang bekerja melalui down-regulation proton pump yang
diharapkan memiliki mekanisme kerja yang lebih baik dari PPI, yaitu DLBS 2411.
Terkait dengan prevalensi infeksi Hp yang tinggi, strategi test and treat
diterapkan pada pasien dengan keluhan dispepsia tanpa tanda bahaya. Test and treat
dilakukan pada :

- Pasien dengan dispepsia tanpa komplikasi yang tidak berespon terhadap


perubahan gaya hidup, antasida, pemberian PPI tunggal selama 2-4 minggu dan
tanpa tanda bahaya.
- Pasien dengan riwayat ulkus gaster atau ulkus duodenum yang belum pernah
diperiksa.
- Pasien yang akan minum OAINS, terutama dengan riwayat ulkus gastroduodenal.
- Anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan, purpura trombositopenik
idiopatik dan defisiensi vitamin B12.

Gambar 7 . Algoritme Tata


Laksana Dispepsia di
Berbagai Tingkat
Layanan Kesehatan
C. Terapi Untuk Keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang berkaitan
dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota keluarga diberikan
pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk tidak
menunda waktu makan.. Selain itu apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini
dengan resiko ada , penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola makan
serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai