CEDERA KEPALA
Etiologi
Penyebab cedera kepala terdiri dari kecelaksaan bermotor, jatuh, kecelakaan industri,
serangan dan yang berhubungan dengan olah raga.
Patofisiologi
Patofisiologi dari cedar kepala traumatik dibagi dalam proses primer dan proses
sekunder. Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang berkaitan dengan
suatu trauma yang relative baru terjadi dan bersifat irreversible untuk sebagian besar
bagian otak. Walaupun kontusio dan laserasi yang terjadi pada permukaan otak, terutama
pada kutub temporal dan permukaan orbital dan lobus frontal, memberikan tanda-tanda
yang jelas tetapi selama lebih dari 30 tahun telah dianggap jejas akson difus pada substansi
alba subkorteks adalah penyebab utama kehilangan kesadaran berkepanjangan gangguan
respon motorik dan pemulihan yang tidak komplit yang merupakan penanda pasien yang
menderita cedera kepala traumatik berat.
1. Proses Primer
Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera kepala primer
biasanya fokal (perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson difus). Proses ini adalah
kerusakan otak tahap awal yang diakibatkan oleh benturan mekanik pada kepala,
derajat kerusakan tergantung pada kuat dan arah benturan, kondisi kepala yang
bergerak diam, percepatan dan perlambatan gerak kepala. Proses primer yang
menyebabkan fraktur tengkorak, perdarahan segera intakranial, robekan regangan
serabut saraf dan kematian langsung padaa daerah yang terkena.
2. Proses sekunder
RENCANA KEPERAWATAN
neurologis khas. Nafas dangkal tak teratur yang dijumpai pada kerusakan medula
oblongata akan menimbulkan asidesil. Napas yang cepat dan dalam yang terjadi pada
gangguan setinggi diensefalon akan mengakibatkan alkalosis respiratorik.
Cedera kepala sekunder terjadi setiap saat setelah terjadi benturan. Faktor-
faktor yang menyebabkan cedera otak sekunder adalah :
1. Hematoma intracranial
a. Epidural
b. Subdural
c. Intraserebral
d. Subarachnoid
2. Pembengkakan otak
Mungkin terjadi dengan atau tanpa hematoma intrakraanial. Hal ini diakibatkan
timbunan cairan intra atau ekstrasekuler atau bendungan vaskuler.
3. Herniasi : tentorial dan tonsiler
4. Iskhemi serebral, akibat dari :
a. Hipoksi / hiperkarbi
b. Hipotensi
c. peningkatan tekanan intracranial
5. Infeksi : meningitis, abses serebri
Manifestasi klinik
1. gangguan kesadaran 8. Kejang otot
2. Konfusi 9. Sakit kepala
3. Abnormalitas pupil 10. Vertigo
4. Awitan tiba-tiba deficit neurologik 11. Gangguan pergerakan
5. Perubahan tanda vital 12. Kejang
6. Gangguan penglihatan dan pendengaran 13. Disfungsi sensori
7. Shock hipovolemik jika terjadi cedera multi system
Evaluasi Diagnostik
1. CT Scan : pencitraan neuro primer, bermanfaat dalam efvakuasi terhadap cedera
jaringan lunak
2. MRI : digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan cedera kepala
3. Angiorafi cerebral : menggambarkan adanya hematoma supratentorial, ekstra
serebral dan intra serebral serta kontusion serebral.
Penatalaksanaan
1. Tindakan terhadap peningkatan TIK
a.Pemantauan TIK dengan ketat
b. Oksigenasi adekuat
c.Pemberian manitol
d. Penggunaan steroid
e.Peningkatan kepala tempat tidur.
f. Bedah neuro
2. Tindakan pendukung
a.Dukung ventilasi
b. Pencegahan kejang
c.Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
d. Terapi anti konvulsan
RENCANA KEPERAWATAN
4). Kontusio jaringan otak yang mempunyai diameter > 1 cm dan atau laserasi
otak.
5). Subdural higroma
6). Kebocoran cairan serebrospinal
b. Kontaindikasi
1). Adanya tanda-tanda renjatan (shock), ini biasanya bukan karena trauma
kepalanya tetapi karena sebab-sebab lain, misalnya rupture alat viscera
(hepar, lien, ginjal) atau fraktur berat pada ekstremitas
2). Penderita dengan trauma kepala yang pada waktu masuk RS pupil sudah
dilatasi maksimal dan reaksi cahaya negatif, denyut nadi dan respirasi
irregular.
c. Tujuan pembedahan
1). Untuk mengeluarkan bekuan darah dan atau jaringan otak yang nekrotik
2). Untuk mengangkat bagian tulang yang menekan atau masuk jaringan otak
3). Untuk mengurangi tekanan intracranial
4). Untuk menutup duramater atau memperbaiki duramater yang rusak
5). Menutup defek pada kulit kepala untuk mencegah infeksi atau untuk
kepentingan segi kosmetik.
4. Tahap IV
a. Pembedahan spesifik
1). Perlukaan pada kulit kepala prinsipnta dilakukan “debridemen”.
2). Pada lesi desak ruang intracranial traumatic pada prinsipnya dilakukan
kraniotomi yang cukup luasnya.
a). Pada hematoma epidural biasanya dilakukan
* Trepanasi
* Kraniotomi yang diperluas dengan kraniektomi
Bila diagnosa dengaan CT Scan yang ditunjukkan lesi dengan jelas,
cukup dengan kraniotomi yang terbatas. Pada epidural hematom yang
lebih tebal < 1,5 – 1 cm, belum perlu tindakan operasi.
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipoksia
2. Kurangt pengetahuan tentang proses penyakit, program pengobatan dan tindakan
preventif berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan kesadaran dan disfungsi
hormonal
4. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi
oksigen melalui alveolar dan atau membrane kapiler
5. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
6. kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
RENCANA KEPERAWATAN
Daftar Pustaka
Hudak, C.M dan Gallo, B.M. 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Volume II.
EGC, Jakarta.
IOWA Outcomes Project, 2000, Nursing Outcomes Clasification (NOC). Secound Edition.
Mosby Year Book, USA.
IOWA Interventions Project. 2000. Nursing Outcome Classification (NIC). MOsby Year.
USA.
Long, C.B. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Yayasan IAPK Padjajaran,
Bandung.
NANDA.2005. Nursing Diagnosis : Deffinitions and Classification. Mosby Year Book.
USA.
Price, S.A dan Wilson, M.L. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-proses Penyakit,
EGC, Jakarta.
Smeltzer, Bare, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Volume 3.
EGC, Jakarta.
RENCANA KEPERAWATAN
- Vital sign pada batas normal 2. Monitor Tekanan Inta Kranial (TIK)
- Pola tidur-istirahat - Monitor TIK pasien dan neurologisnya,
- Tidak didapatkan kejang bandingkan dengan keadaan normal
- Fungsi neurologis : sentral motor - Monitor tekanan perfusi serebral
control - Posisikan kepala agak tinggi dan dalam
- Tekanan intracranial pada batas normal posisi anatomis
- Tidak didapatkan sakit kepala - Pertahankan keadaan tirah baring
- Pantau tanda tanda vital
Skala : - Kolaborasi pemberian oksigen, obat
1 : Extremely comromized antikoagulansi, obat antifibrolitik,
2 : Subtantially comromized antihipertensi, vasodilatasi perifer,
3 : Mederately comromized pelunakan feses sesuai indikasi
4 : Mildly comromized 3. Monitor vital sign
5 : Not comromized - Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat klien berbaring, duduk
atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama
dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
- Monitor frekwensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna dan kelembaban
kulit
RENCANA KEPERAWATAN
dengan injuri fisik 1. Kontrol nyeri - Kaji secara komprehensif tentang nyeri
- Mengenal faktor-faktor penyebab nyeri (lokasi, karakteristik dan onset, durasi,
- Mengenal onset nyeri frekwensi dan kualitas)
- Melakukan tindakan pengontrolan non - Observasi isyarat-isyarat non verbal
analgetik klien terhadap ketidaknyamanan
- Menggunakan analgetik - Berikan analgetiksesuai anjuran
- Melaporkan gejala-gejala kepada tim - Gunakan komunikasi terapeutik agar
kesehatan pasien dapat mengeksperesikan nyeri
- Mengontrol nyeri - Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
Skala : terhadap kualitas hidup : pola tidur,
1 : Tidak pernah dilakukan nafsu makan, mood, pekerjaan, tanggung
2 : Jarang dilakukan jawab, relationship.
3 : Kadang-kadang dilakukan - Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
4 : Sering dilakukan - Evaluasi tentang keefektifan dari
5 : Selalu dilakukan tindakan mengontrol nyeri yang telah
2. Menunjukkan tingkat nyeri digunakan
Indikator : - Berikan dukungan terhadap pasien dan
- Melaporkan nyeri keluarga
- Melaporkan frekwensi nyeri - Berikan informasi tentang nyeri, seperti :
- Melaorkan lamanya episode nyeri penyebab, berapa lama terjadi dan
- Mengekspresikan nyeri, meringis tindakan pencegahan
- Menunjukkan posisi melindungi tubuh - Kontrol faktor-faktor lingkungan yang
- Kegelisahan dapat mempengaruhi respon pasien
- Perubahan RR, TD, HR terhadap ketidaknyamanan
- Kehilangan nafsu makan - Ajarkanpenggunaan teknik non
Skala : farmakologis
1 : Berat - Tingkatkan istirahat/tidur yang cukup
2 : Agak berat - Monitor kenyamanan pasien terhadap
3 : Sedang manajemen nyeri
4 : Sedikit 2. Pemberian analgetik
5 : Tidak ada - Tentukan lokasi nyeri, karakteristik,
RENCANA KEPERAWATAN
PK : Peningkatan Tekanan Perawat akan meminimalkan komplikasi PTIK 1. Kaji dan laporkan segera tanda-tanda yang
Intrakranial (PTIK) mengarah pada PTIK yang lebih hebat
2. Batasi cairan sesuai program terapi
3. Elevasi kepala 30-40 derajat kalau tidak ada
kontraindikasi
4. Pertahankan kepala dan leher pada posisi
midline, hindari fleksi ekstensi dan rotasi
pada kepala dan leher
5. Kelola obat : pelunak feses antitusif dan
antideuretik sesuai program
6. Pertahankan kebersihan jalan napas dan beri
RENCANA KEPERAWATAN