Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Cabangbungin, Juli 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno....................................................................... 4
2.2 Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno................................................................ 5
2.3 Sistem Pemerintahan .......................................................................................................... 6
2.4 Sistem Sosial ..................................................................................................................... 9
2.5 Sistem Ekonomi ................................................................................................................ 9
2.5 Sistem Kebudayaan .............................................................................................................. 9
BAB II PENUTUP.............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

11. Latar Belakang


Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti
Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya
yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti
Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua
dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut
pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada
tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa
Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini
menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh
Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa
di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai
akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil
menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa
menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap
sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.

12. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?
2. Bagaimana proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno ?
3. Bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu ?
4. Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?
5. Apa saja peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ?
13. Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam tentang Kerajaan Mataram Kuno.
2. Mengetahui bagaimana sejarah dan proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno.
3. Mengetahui bagaiamana kehidupan dan penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno.
4. Mengetahui peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.

3
BAB II
PEMBAHASAN
21. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai
Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat
diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa
kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan
dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai
Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang
beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah
menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa
Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat
bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak
Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi agama
Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi Borobudur,
yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara
lain Candi RoroJongrang di Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman
pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan
menjadi semakin buruk setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan
istana. Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk
memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di sana ia membangun
sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai
seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang
Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja
Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat
berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di
Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa,
kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti candi
Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak.
Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu
sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak
meninggal kemudian digantikan oleh Rakai Garung.

4
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan
keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya
pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara
Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi.
Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai
persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu
zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.

22. Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno


Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi menjadi 2 :
a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam
karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia
menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti
Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang,
yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M)
diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan
berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan
membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian,
Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari
Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya
adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh
kedua (702-709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang
sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk
melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan
Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732,
Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan).
Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti
oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari
Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh
dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas
Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran
Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya
seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai
Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi
takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.

5
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa
Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini
pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa
Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya
berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan
tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa
Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa
kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu
kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah
anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti
Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih
keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti
Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam
prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan
Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di
Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di
Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya
memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar
pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan
kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya,
artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna,
memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal
ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang,
kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat
lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan
Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat
pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan
Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan
keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa
Isyana. Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap
merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh
Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga,
dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan
tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk
menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.

6
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan),
kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun
pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha
terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil
pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani
dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain
pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini


mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan
mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama
hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry
rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan
barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi,
kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa.Raja
telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-
kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas
perdagangan melalui aliran sungai tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri
sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak.Lancarya pengangkutan perdagangan melalui
sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat
Mataram Kuno.

2.3 Sistem Pemerintahan


Selama 178 tahun berdiri, kerajaan mataram kuno dipimpin oleh raja-raja yang sebagian
terkenal dengan keberanian, kebijaksanaan dan sikap toleransi terhadap agama lain. Adapun raja-
raja yang sempat memerintah kerajaan Mataram Kuno antara lain:
a) Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
b) Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
c) Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
d) Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)
e) Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
f) Sri Maharaja Rakai Pikatan (840-863 M)
g) Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (863-882 M)
h) Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-898 M)
i) Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910 M)
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai seorang
raja yang besar, gagah berani dan bijaksana serta sangat toleran terhadap agama lain. Ia adalah
penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia,
beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai
Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan

7
bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah
sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan
Melayu di Semenanjung Malaya. Ketika Rakai Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno
mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu,
candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak. Pada
zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga
pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal
kemudian digantikan oleh Rakai Garung. Pada masa pemerintahan Rakai garung pembangunan
kompleks candi dilanjutkan di Jawa Tengah bagian utara terutama di sekitar pegunungan Dieng.
Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya kompleks bangunan candi Hindu di dataran tinggi
Dieng, seperti candi Semar, candi Srikandi, candi Punta dewa, candi Arjuna dan candi Sembadra.
Selain itu di bangun pula kompleks candi Gedong Sanga yang terletak di
sebelah kota Semarangsekarang.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan
keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya
pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai
pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara
Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi.
Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai
persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu
zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.
Saat Rakai Kayuwangi meninggal ia digantikan oleh Rakai Watuhumalang. Rakai
Watuhumalang berhasil melanjutkan pembangunan Candi Prambanan. Kemudian setelah Rakai
Watuhumalang meninggal ia digatikan oleh Rakai Watukura Dyah Balitung. Pada masa
pemerintahan Rakai Dyah Balitung dikenal 3 jabatan penting, yaitu rakryan i hino (pejabat tinggi
sesudah raja), rarkyan i halu dan rarkyan i sirikan. Ketiganya merupakan tritunggal. Dyah
Balitung memerintah sampai tahun 910 M dan meninggalkan banyak prasasti ( 20
buah). Ada prasasti yang menyebutkan bahwa Raja Balitung pernah menyerang Bantan (Bali).
Setelah Rakai Watukura Dyah Balitung wafat ia digantikan oleh Daksa dengan gelar Sri
Maharaja Sri Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya. Sebelumnya ia menjabat
sebagai rakryan i hino. Ia memerintah dari tahun 913-919 M. Pada masa pemerintahan Raja
Daksa inilah pembangunan Candi Prambanan berhasil diselesaikan. Pada tahun 919 M Daksa
digantikan oleh Tulodhong yang bergelar Sri Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong Sri
Sajanasanmattanuragatunggadewa. Masa pemerintahan Tulodhong sangat singkat dan tidak
terjadi hal-hal yang menonjol.
Pengganti Tulodhong adalah Wawa. Ia naik tahta pada tahun 924 M dengan gelar Sri Maharaja
Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wajayalokanamottungga. Sri Baginda dibantu oleh Empu
Sindok Sri Isanawikrama yang berkedudukan sebagai Mahamantri i hino. Untuk
mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan kerajaan
tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan
sistem perkawinan politik. Misalnya pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha
menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang
bernama Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa
Sanjaya).

8
Wangsa Sanjaya merupakan penguasa awal di Kerajaan Mataram Kuno, sedangkan Wangsa
Syailendra muncul setelahnya yaitu mulai akhir abad ke-8 M. Dengan adanya perkawinan politik
ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya) dan Buddha (Wangsa
Syailendra) semakin erat.

2.4. Sistem Sosial


Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama
Hindu dan agama Buddha, masyarakatnya tetap hdup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu
dibuktikan ketika mereka bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat
Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi
karena sikap toleransi dan gotong royong yang telah mendarah daging turut juga dalam
pembangunan tersebut.
Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya
kepatuhan hukum pada semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata
juga di hormati dan dijalankan oleh para pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena
adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.

2.5 Sistem Ekonomi


Pusat kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan
Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga rakyat
menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-
kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha
untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja Balitung berkuasa. Raja
telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat perdagangan serta penduduk disekitar kanan-
kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas
perdagangan melalui aliran sungai tersebut. Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri
sungai tersebut dibebaskan dari pungutan pajak. Lancarya pengangkutan perdagangan melalui
sungai tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat
Mataram Kuno.

2.6 Aspek Kehidupan Kebudayaan


Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan
dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan
Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal (tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan
prasasti Mantyasih (Kedu). Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi
Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan, candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh.
Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi Borobudur, candi Kalasan,
candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut. Mereka juga telah mengenal bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa. Selain tiu, masyarakat kerajaan Mataram Kuno juga mampu
membuat syair.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah
berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.Istilah
Isyana berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok
setelah menjadi raja Medang (929–947). Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam prasasti
Pucangan tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku keturunan Mpu Sindok.
Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga prasasti yang berangka tahun yang ditentuka, yaitu
prasasti Hara-Hara tahun 888 Saka (966 M) prasasti Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992
M) dan prasasti ucem tahun 934 Saka (1012-1013 M).
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak
masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti
beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu. Juga hasil industri rumah tangga, seperti
alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman,
gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta
telurnya juga di perjualbelikan.
3.2 Saran
Semoga makalah tersebut dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.Selain itu kita bisa mengetahui lebih dalam tentang kerajaan-kerajaan hindu-budha di
Indonesia khususnya Kerajaan Kalingga.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta
menjaga peninggalan-peninggalannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang
http://ayunura.blogspot.com/2014/09/contoh-makalah-sejarah-kerajaan-mataram.html
http://fidrew.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-mataram-kuno-latar_18.html
http://diahnfadhilah.blogspot.com/2014/06/makalah-kerajaan-mataram-kuno.html

10

Anda mungkin juga menyukai