Anda di halaman 1dari 7

A.

PENGERTIAN DERMATOFITOSIS
Penyakit yang disebabkan oleh golongan fungi dermatofit disebut "
Dermatofitosis ". Golongan fungi ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena
mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi fungi ini
dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan
stratum basalis.

B. ETIOLOGI
Dermatofitosis disebabkan fungi golongan dermatofit yang terdiri dari tiga genus
yaitu genus: Microsporum, Trycophyton dan Epidermophyton. Dari 41 spesies
dermatofit yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trycophyton, 7
spesies Microsporum dan 1 spesies Epidermophyton.
Selain sifat keratinofilik ini, setiap spesies dermatofit mempunyai afinitas
terhadap hospes tertentu. Dermatofit yang zoofilik terutama menyerang binatang,
dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Microsporum canis dan
Trychophyton verucossum. Dermatofit yang geofilik adalah fungi yang hidup di
tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya
Microsporum gypseum.

C. GAMBARAN KLINIS
Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada
mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang
antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai
hospes tetapnya. Golongan fungi ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit
menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan.
Contoh fungi yang antropofilik ialah: Microsporum audoinii dan Trychopyhton
rubrum.

D. CARA PENULARAN
Cara penularan fungi dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung fungi baik
dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui
tanaman, kayu yang dihinggapi fungi, barang-barang atau pakaian, debu atau air.
Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di
kulit tergantung dari beberapa faktor :

1. Faktor virulensi dari dermatofita


Virulensi ini tergantung pada afinitas fungi itu, apakah fungi Antropofilik,
Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis fungi ini berbeda
pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-
bagian dari tubuh Misalnya : Trychophyton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermophyton floccosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang fungi.
3. Faktor-suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi fungi, tampak pada
lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari
paling sering terserang penyakit fungi ini.

4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan


Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi fungi di mana terlihat insiden
penyakit fungi pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini
lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

5. Faktor umur dan jenis kelamin


Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan
orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi fungi di sela-sela
jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping
faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh
(topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang
serba nilan, dapat mempermudah penyakit fungi ini.

E. PEMBAGIAN / LOKASI JAMUR


Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang
ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh
karena harus menunggu hasil biakan fungi dan ini memerlukan waktu yang agak
lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat
disebabkan oleh beberapa jenis spesies fungi, dan kadang-kadang satu gambaran
klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dematofit sesuai dengan lokalisasi
tubuh yang diserang.
Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofit dengan dibubuhi tempat
bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis
sebagai berikut :
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala dan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat
meluas sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan,
terutama telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran
klinik yang khas.

F. GEJALA -GEJALA KLINIK


Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu
bercak-bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain,
sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang
aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang
Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini
digaruk maka papula atau vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang
erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya
menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya berupa
makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder
menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).

1. TINEA KAPITIs
(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu
dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
menimbulkan alopesia setempat.
Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada
rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya
disebabkan spesies Microsporum dan Trychophyton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trychophyron Tonsurans, T. violaceum,
Mentagrophytes. Infeksi fungi terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut
(ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala.
Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan kulit, yang
berwarna kelabu sehingga tampak sebagai gambaran ” black dot". Biasanya
bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut
sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena
infeksi penyebab utama adalah Trychophyton tonsurans dan T.violaceum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang
bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini
putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu
daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama
disebabkan oleh Microsporum canis, M.gypseum , T.tonsurans dan T. Violaceum.
4.Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk
cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus. Rambut di atas
skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila sembuh akan
meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya
adalah Trychophyton schoenleinii , T.violaceum dan M.gypseum. Oleh karena
Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang
daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit
bukan oleh fungi seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

2. TINEA KORPORIS
(Tinea circinata=Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan
dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban
kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas,
dada, punggung dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi
yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar
dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan
vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis
ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan
daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi
bersama-sama dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.rubrum, T.mentagrophytes. Microsporum
gypseum, M. canis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai :
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.

3. TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat
bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut
atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula
yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir
kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula
yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas
adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah
perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot
bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.
Penyebab utama adalah Epidermophyton floccosum, Trycophyton rubrum dan
T.mentogrophytes.
Diferensial Diagnosa :
1. Kandidiasis inguinalis
2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea

4. TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS


Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini
sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari
harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif
bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila
ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis
1. Bentuk intertriginosa
keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari
terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-celah
jari tersebut membuat fungi- fungi hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi
fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis
atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama
ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat
terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian
meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila
vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut
Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan
sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis,
dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.
Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrophytes, dan Epidermophyton
floccosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan :
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa

5. TINEA UNGUIUM
(Onikomikosis = ring worm of the nails)
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung fungi penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal
kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila
di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi,
rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya
detritus yang banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit fungi yang kronik sekali, penderita minta
pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena
penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit.
Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah
terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.mentagrophytes.
Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten

6. TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,
jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
SUPERFISIALIS
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil
selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian
tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.
KERION
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau
abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam

7. TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Tricophyton consentrycum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous
dengan skuama yang melingkar.
Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada
bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi
seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering
menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun

G. PENGOBATAN
1. . Pengobatan Pencegahan :
a. Perkembangan infeksi fungi diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika
faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan
lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus
dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
b. Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
c. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun
yang menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau
bahan sintetis.
d. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air
panas.
2. Terapi lokal :
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
a. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat
dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus
menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.
b. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol,
ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan
konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam
waktu 1-3 minggu.
c. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki
memerlukan terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik
seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan
mengelupas. Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga
perlu hati-hati kalau menggunakannya.
d. Pengobatan infeksi fungi pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai
kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya
dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian
haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari
kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan
satu-satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

Daftar Pustaka
Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2013. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Jawetz. 2010. Mikrobiologi Kedokteran – Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Linuwih, Sri. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin - Edisi 7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Boel, Trelia. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas Kedokteran Gigi. Univesitas
Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai