Anda di halaman 1dari 9

KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

ANEMIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


ANAK MALNUTRISI

Siti Zulaekah1, Setiyo Purwanto2, Listyani Hidayati1

Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta, Indonesia


1

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta, Indonesia


2

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Di Indonesia masalah gizi kurang atau malnutrisi masih menjadi salah satu masalah
Diterima 8 November 2013 kesehatan masyarakat yang utama. Masalah penelitian adalah apakah ada perbedaan
Disetujui 28 November 2013 pertumbuhan dan perkembangan antara anak malnutrisi yang anemia dan tidak anemia.
Dipublikasikan Januari 2014
Tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan pertumbuhan dan perkembangan
Keywords: antara anak malnutrisi yang anemia dan tidak anemia. Lokasi penelitian di Kelurahan
Anemia; Semanggi dan Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Data sosial
Malnutrision; ekonomi yang dikumpulkan adalah pendapatan keluarga ,umur ayah, umur ibu, dan
Growth; jumlah anak. Data karakteristik anak meliputi kadar Hb anak, data pertumbuhan anak
Development. (berat badan, tinggi badan dan nilai Z-Score BB/U), dan perkembangan anak (motorik
kasar, motorik halus, dan perkembangan bahasa). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi anemia pada anak malnutrisi sebesar 25%. Anak malnutrisi yang
anemia mempunyai berat badan, tinggi badan, dan Z-Score BB/U yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak malnutrisi yang tidak anemia. Skor perkembangan motorik
kasar, motorik halus, dan perkembangan bahasa anak malnutrisi yang anemia lebih
rendah dibandingkan dengan anak yang tidak anemia. Simpulan penelitian, tidak
terdapat beda nyata laju pertumbuhan dan tingkat perkembangan antara anak malnutrisi
yang anemia dengan yang tidak anemia.

ANEMIA TO THE GROWTH AND DEVELOPMENT ONMALNUTRITION CHILD

Abstract
In Indonesia, lack of nutrition or malnutrition remains one of the major public health prob-
lems. Research problem was whether difference growth and development between malnutri-
tion child with anemic and without anemic. The purpose to analyze the differences growth
and development between malnutrition child with anemic and without anemic. Research
location Semanggi and Sangkrah Village, Pasar Kliwon District, Surakarta City. Socio-eco-
nomic data collected were family income, father’s age, mother’s age, and number of children.
Data child characteristics include hemoglobin level of children, child growth data (weight,
height, and the Z-Score value of W/A), and child development (gross motor, fine motor, and
language development). The result showed that the prevalence of anemia in malnourished
children as 25%. Child malnutrition anemia have weight, height, and Z-Score W/A lower
than the malnourished children without anemic. Score gross motor development, fine mo-
tor, and language development child malnutrition with anemic lower than children without
anemic. The conclusions, there was no significant growth and development difference of
malnutrition children with anemic or not.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 57102
E-mail: hafirasabda@yahoo.com
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

Pendahuluan han fisik sering dijadikan indikator status gizi


baik individu maupun populasi. Anak-anak
Di Indonesia masalah gizi kurang atau yang menderita gizi kurang berpenampilan le-
malnutrisi masih menjadi salah satu masalah bih pendek dengan bobot badan lebih rendah
kesehatan masyarakat yang utama (Riskesdas, dibandingkan dengan rekan-rekannya sebaya
2010). Malnutrisi memberikan kontribusi ter- yang sehat dan bergizi baik. Bila defisiensi
hadap tingginya rata-rata angka kematian di gizi berlangsung lama dan parah, maka tinggi
negara sedang berkembang. Anak-anak yang badan akan terpengaruh, bahkan proses pen-
malnutrisi tidak mempunyai cadangan lemak dewasaan mulai terganggu.
dan sangat sedikit otot. Perkembangan otak Beberapa hasil penelitian yang telah di-
menjadi lambat oleh karena anak-anak mengala- dokumentasikan dari beberapa literatur yang
mi insiden penyakit yang tinggi karena tubuh menunjukkan malnutrisi sangat berkaitan erat
tidak mampu melawan infeksi. Fakta menun- dengan perkembangan anak. Status gizi (TB/U)
jukkan bahwa angka kematian akibat penyakit dan tingkat kecukupan energi, protein dan zat
infeksi pada anak yang malnutrisi 3 hingga 27 besi berhubungan secara bermakna dengan
kali lebih besar daripada anak-anak yang gizinya perkembangan motorik kasar anak. Selanjut-
baik, sehingga malnutrisi merupakan faktor nya Sylvia (2010) dalam penelitiannya juga me-
risiko yang signifikan penyebab kematian pada nyimpulkan bahwa status gizi (BB/U) dan sta-
anak (UNS/SCN, 2005). tus gizi (TB/U) berhubungan secara bermakna
Seringkali anak yang malnutrisi juga dengan perkembangan motorik kasar balita
mengalami anemia. Malnutrisi maupun anemia usia 2-5 tahun. Senada dengan penelitian-pe-
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, nelitian tersebut Muslim (2007) menjelaskan
penurunan fungsi kognitif, psikomotor dan bahwa terdapat perbedaan antara perkembang-
daya tahan tubuh anak, karena pada umumnya an motorik kasar antara anak pendek (stunted)
anak yang malnutrisi selain kekurangan energi dengan anak normal.
dan protein juga mengalami kekurangan ber- Clark, (2008) mengungkapkan bahwa
bagai mikronutrien. Sementara itu, prevalen- malnutrisi dalam wujud anemia defisensi besi
si anemia pada anak-anak di dunia mencapai memberikan dampak yang luas termasuk me-
angka 47,4% atau sekitar 300 juta anak men- nurunkan kapasitas kerja, menurunkan regula-
derita anemia. Bila prevalensi ini didasarkan si panas, disfungi imunitas, gangguan saluran
pada wilayah, maka separuh (47,7%) atau seki- cerna, menurunkan kemampuan kognitif. Ol-
tar 170 juta dari anak-anak yang anemia ini be- ney, et al (2007) mengungkapkan bahwa anak
rada di wilayah Asia, sehingga Asia merupakan yang kurang gizi mengalami hambatan dalam
wilayah dengan peringkat tertinggi, yang masih perkembangan motorik, demikian pula dengan
sangat jauh dibandingkan dengan angka anemia anak yang anemia defisiensi besi.
di Eropa yang mencapai 16,7% dan Amerika Hasil penelitian Listyani, dkk (2012)
Utara yang hanya mencapai 3,4% (Khan, et al, menunjukkan bahwa (a) lokasi penelitian ter-
2008; Geogieff, 2007). Dari sejumlah anak- masuk wilayah perkotaan dengan kondisi ling-
anak yang anemia tersebut, sekitar 200 juta kungan yang kumuh dan tingkat kepadatan
anak mengalami “kegagalan” untuk mencapai penduduk yang cukup tinggi; (b) Angka ane-
perkembangan kognitif dan sosio-emosional mia (Hb anak < 11,0 g/dL) pada anak Batita
(Darnton-Hill, et al., 2007). Selain itu, anemia cukup tinggi yaitu 25%; (c) Jumlah anak yang
pada anak-anak menyebabkan pertumbuhan mengalami malnutrisi dengan kategori stunted
yang lebih lambat (Sharieff, et al., 2006). sebesar 57,61%, underweight 46,74%, wasted
Pertumbuhan dan perkembangan pada 9,78% Angka ASI Eksklusif di wilayah peneli-
anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan per- tian masih sangat kecil, yaitu 2%; (d) Hampir
kembangan secara fisik, intelektual, maupun separuh (44,57%) keluarga di wilayah ini me-
emosional. Pertumbuhan dan perkembangan miliki pendapatan dibawah Upah Minimum
secara fisik dapat berupa perubahan ukuran Regional/UMR.
besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbu- menganalisis perbedaan pertumbuhan (berat

107
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

badan, tinggi badan dan status gizi) anak dan Pengambilan darah dilakukan mengguna-
perkembangan (motorik kasar, motorik halus kan jarum suntik melalui darah vena (venous
dan perkembangan bahasa) antara anak mal- blood). Pembacaan kadar Hb dilakukan dengan
nutrisi yang anemia dengan anak malnutrisi menggunakan alat hemolyzer.
tidak anemia. Data pertumbuhan anak dikumpulkan
melalui pengukuran berat badan dan tinggi ba-
Metode dan pada saat awal penelitian. Timbangan yang
digunakan untuk menimbang anak adalah tim-
Desain penelitian yang digunakan ada- bangan injak digital dengan nilai ketelitian 0,1
lah crossectional untuk menganalisis pengaruh kg, sedangkan untuk pengukuran panjang ba-
anemia terhadap berat badan, tinggi badan, dan anak usia 1-2 tahun digunakan babyboard
status gizi, perkembangan motorik kasar, per- dengan ketelitian 0,1 cm dan untuk anak yang
kembangan motorik halus dan perkembangan berusia >2-3 tahun digunakan alat microtoise
anak malnutrisi. dengan ketelitian 0.1 cm. Sebelum digunakan
Pada awal penelitian, telah dilakukan untuk penelitian, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan antropometri. Pada anak-anak peneraan terhadap alat-alat tersebut. Pada saat
yang memenuhi kriteria inklusi (malnutrisi pengukuran dilakukan, anak harus menggu-
dan beresiko malnutrisi) selanjutnya dilakukan nakan pakaian dengan seminimal mungkin.
pemeriksaan Hb. Subjek penelitian dibagi ke- Pengambilan data antropometri ini dilakukan
dalam dua kelompok, yaitu kelompok pertama oleh peneliti dan dibantu enumerator yang te-
kelompok anak batita malnutrisi yang anemia lah menjalani pelatihan. Data perkembangan
dan kelompok kedua adalah kelompok anak anak diukur dengan menggunakan test Denver
batita malnutrisi yang tidak anemia. II yang dilakukan oleh peneliti kemampuan
Semua anak yang berumur 1-3 tahun perkembangan diukur berdasarkan kemampu-
diundang untuk berpartisipasi. Penentuan po- an motorik kasar serta motorik halus.
pulasi dilakukan secara purposive dengan kri- Data antropometri anak yang meliputi
teria inklusi, yaitu anak yang mengalami mal- berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) diolah
nutrisi atau beresiko malnutrisi: berat badan dengan menggunakan software WHO Antro
kurang menurut umur, berdasarkan kriteria 2005. Data yang memiliki skala rasio dan in-
dari WHO-NCHS, anak tidak cacat secara fi- terval, sebelum dilakukan analisis statistik ter-
sik, tidak ada kelainan kongenital serta ada lebih dahulu dilakukan uji kenormalan data.
pernyataan kesediaan dari responden untuk Perbedaan BB, TB, nilai Z-Score BB/U, dan per-
menjalani pemeriksaan atau wawancara sela- kembangan bahasa diantara 2 kelompok diuji
ma penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi dengan Independent-Sample T Test. Sedangkan
ditetapkan bila terdapat tanda-tanda yang ber- perkembangan motorik, kasar, perkembangan
kaitan dengan mata pada xerophthalmia, kadar motorik halus diantara 2 kelompok diuji den-
Hb<7,5 mg/dL, mengalami sakit kronis, anak gan Mann-Whitney U.
meninggal atau pindah. Jumlah subjek pada
penelitian ini adalah 80 anak malnutrisi dan Hasil dan Pembahasan
beresiko malnutrisi.
Lokasi penelitian di Kelurahan Semang- Kecamatan Pasar Kliwon merupakan se-
gi dan Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar buah kecamatan di wilayah Kota Surakarta yang
Kliwon, Kota Surakarta. Data sosial ekonomi terletak 121 m di atas permukaan laut dengan
yang dikumpulkan meliputi: data pendapatan luas wilayah 1.923 Ha. Jarak dari ibukota keca-
keluarga, pendikan ibu dan umur ibu. Data ini matan ke ibukota Kabupaten Sukoharjo kurang
diperoleh melalui wawancara dari rumah ke lebih 23 Km. Wilayah ini berbatasan dengan
rumah yang akan dilakukan oleh enumerator empat wilayah kecamatan lainnya, yaitu: Ke-
dengan menggunakan pedoman pertanyaan camatan Jebres dan Kecamatan Serengan Kota
atau kuesioner. Data kadar Hb anak diperoleh Surakarta, Kecamatan Grogol dan Kecamatan
berdasarkan pengukuran hemoglobin dengan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan
menggunakan metode cyanmethemoglobin. Pasar Kliwon ini terbagi menjadi 9 Kelurahan,

108
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

yaitu: Gajahan, Kedung Lumbu, Semanggi, dapat terjadi ketika anak tidak atau kurang
Sangkrah, Buluwarti, Pasar Kliwon, Kauman, terpenuhi zat-zat gizi tersebut (Hidayat, 2009).
Kampung Baru, dan Joyosuran. Sebagian be- Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa anak
sar wilayah ini merupakan wilayah kumuh di yang kurang gizi atau malnutrisi dalam hal
perkotaan, termasuk Kelurahan Semanggi dan ini termasuk pula anemia berisiko mengalami
Kerurahan Sangkrah. gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Jumlah keseluruhan anak malnutrisi dan Subjek dalam penelitian ini adalah anak
beresiko malnutrisi yang bersedia menjadi sub- yang berumur 1-3 tahun yang mengalami mal-
jek penelitian berjumlah 104 anak, akan tetapi nutrisi dan beresiko malnutrisi dengan indeks
yang berhasil diambil data fungsi psikomotor BB/U (Z-score kurang dari -1,0 SD. Umur mini-
dan diambil sampel darahya untuk pemerik- mal subjek adalah 12,85 bulan maksimal 36,30
saan kadar hemoglobin adalah 90 anak. Dari bulan dengan rata-rata 25,23 ± 7,01 bulan. Be-
90 anak tersebut yang lengkap semua datanya rat badan minimal 6,65 Kg maksimal 11,60 Kg
adalah 80 anak. Dari 80 anak tersebut kemu- dengan rata-rata 9,53 ± 1,23 Kg. Tinggi badan
dian dikelompokkan menurut kadar hemoglo- minimal 67,80 Cm, maksimal 89,00 Cm deng-
binnya menjadi kelompok anemia dan tidak an rata-rata 80,15 ± 5,76 Cm. Nilai Z score mi-
anemia. Kelompok anemia berjumlah 60 (75 nimal -3,59 maksimal -1,00 dengan rata-rata
%) anak dan kelompok tidak anemia berjum- -1,97 ± 0,53.
lah 20 (25%) anak. Karakteristik keluarga pada Apabila dibandingkan antara kelom-
penelitian ini dapat dilihat secara lengkap pada pok anak malnutrisi anemia dan tidak ane-
tabel 1 . mia, maka tampak bahwa anak malnutrisi
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata yang anemia mempunyai berat badan, tinggi
pendapatan keluarga subjek penelitian adalah badan maupun skor BB/U yang lebih rendah
Rp 816.333,50, nilai ini masih dibawah nilai dibandingkan dengan anak malnutrisi yang
Upah Minimal Regional (UMR) Kota Sura- tidak anemia. Hal ini membuktikan bahwa
karta yaitu Rp 915.900,-. Hal ini berarti ting- kondisi anemia dapat menurunkan laju per-
kat ekonomi subjek penelitian yaitu anak-anak tumbuhan anak. Anak-anak yang menderita
malnutrisi di Kecamatan Pasar Kliwon berada malnutrisi berpenampilan lebih pendek dengan
pada tingkat ekonomi yang rendah. Apabila bobot badan lebih rendah dibandingkan dengan
dilihat dari karakreristik umur ayah dan ibu rekan-rekannya sebaya yang sehat dan bergizi
serta jumlah anak, menunjukkan bahwa usia baik. Bila defisiensi gizi berlangsung lama dan
rata-rata mereka berada pada kisaran usia parah, maka tinggi badan akan terpengaruh,
produktif dan tergolong usia dewasa dengan bahkan proses pendewasaan mulai terganggu.
rata-rata jumlah anak antara 2 sampai 3. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa preva-
Pertumbuhan merupakan bertambah lensi anemia pada anak malnutrisi di lokasi pe-
jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian nelitian masih cukup tinggi yaitu 25 %. Hal ini
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. berarti anak yang mengalami malnutrisi dalam
Pemenuhan zat gizi merupakan salah satu hal ini defisiensi energi dan protein juga berisiko
komponen yang penting dalam menunjang untuk mengalami defisiensi mikronutrien lain
keberlangsungan proses pertumbuhan dan seperti terjadinya anemia. Masalah ini harus
perkembangan. Zat gizi menjadi kebutuhan segera ditangani, apabila tidak kondisi yang
utama untuk tumbuh dan berkembang selama lebih buruk bisa terjadi dan gangguan pertum-
masa pertumbuhan. Hambatan pertumbuhan buhan dan perkembangan dapat terjadi pada

Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Keluarga


Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi
Pendapatan Keluarga (Rp) 400.000,00 2000.000,00 861.337,50 381.124,35
Umur Ibu (tahun) 19,00 53,00 31,34 6,78
Umur Ayah (tahun) 20,00 60,00 34,36 7,41
Jumlah Anak 1 7 2,56 1,34

109
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

Tabel 2. Karakteristik Subjek di Awal Penelitian


Anemia Tidak Anemia
Karakteristik p
(20 anak) (60 anak)
Berat Badan (Kg)
Minimal 6,65 7,05 0,383*
Maksimal 11,55 11,60
Rata-rata 9,33 ±1,43 9,60 ±1,16
Tinggi Badan (Cm)
Minimal 67,80 67,90 0,350*
Maksimal 88,90 89,00
Rata-rata 79,10 ±6,16 80,49 ±6,15
Status gizi (Skor BB/U)
Minimal -3,29 -3,59 0,770*
Maksimal -1,20 -1,00
Rata-rata -2,00 ± 0,53 -1,96 ± 0,53
* Independent-Sample T Test

Tabel 3. Deskripsi Perkembangan Psikomotor Anak


Anemia Tidak Anemia
Karakteristik p
(20 anak) (60 anak)
Skor Psikomotor Halus
Minimal 0,00 0,00 0,353**
Maksimal 11,00 12,00
Rata-rata 5,05 ±3,90 5,95 ±2,75
Skor Psikomotor Kasar
Minimal 0,00 0,00 0,592**
Maksimal 11,00 11,00
Rata-rata 4,85±3,03 5,45±2,11
Skor Perkembangan Ba-
hasa
Minimal 0,00 0,00 0,061*
Maksimal 18,00 18,00
Rata-rata 5,55± 4,90 7,58± 3,85
* Independent-Sample T Test
** Mann-Whitney U
tingkatan yang lebih parah. Beberapa upaya Perkembangan adalah pola perubahan
yang bisa dilakukan untuk menangani masalah yang dimulai sejak pembuahan, yang berlan-
ini diantaranya adalah meningkatkan kon- jut sepanjang rentang hidup. Perkembangan
sumsi zat gizi melalui pendidikan gizi, fortifi- meliputi penambahan yang progresif terhadap
kasi bahan makanan dan suplementasi zat gizi. keterampilan dan kemampuan di berbagai aspek,
Hasil penelitian Zulaekah (2012) menunjukkan yaitu motorik (motorik kasar dan motorik ha-
bahwa ada perbedaan bermakna pengetahuan lus), bahasa atau komunikasi (penerimaan, ek-
gizi anak SD yang anemia sebelum dan sesudah spresi, artikulasi), kognitif, dan adaptasi sosial
intervensi pendidikan gizi dengan media book- (Santrock, 2009). Pada penelitian ini psikomo-
tet. Dengan meningkatnya pengetahuan gizi tor anak dinilai melalui test Denver II meliputi
diharapkan akan terjadi perubahan perilaku perkembangan psikomotor halus, psikomotor
makan anak dan keluarga sehingga kejadian kasar dan perkembangan bahasa. Hasil peneli-
anemia bisa dicegah. tian menunjukkan skor perkembangan psiko-

110
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

motor halus minimal 0,00 maksimal 12.00 baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
dengan rata-rata 5,73 ± 3,07. Skor perkem- Malnutrisi pada anak dicirikan oleh 3 bentuk
bangan psikomotor kasar minimal 0,00 maksi- yaitu stunting yang berarti tinggi badan kurang
mal 18.00 dengan rata-rata 7,08 ± 4,20. menurut umur (TB/U), wasting yang berar-
Apabila dibandingkan antara kelompok ti berat badan kurang menurut umur (BB/U),
anak anemia dan tidak anemia, maka tampak dan undernutrition berat badan kurang me-
bahwa anak yang anemia mempunyai skor nurut tinggi badan (BB/TB) (Gibson, 2005).
psikomotor halus, psiokomotor kasar, mau- Menurut UNICEF (2004) malnutri-
pun perkembangan bahasa yang lebih rendah si berarti lebih dari sekedar perasaan lapar
dibandingkan dengan anak yang tidak anemia. atau tidak mempunyai cukup makanan untuk
Hal ini membuktikan bahwa kondisi anemia dimakan. Ketidakcukupan makanan in dapat
dapat menurunkan fungsi psikomotor anak. menyebabkan berbagai tipe malnutrisi. Jika tu-
Anemia yang ditandai dengan rendahnya ka- buh tidak menerima energi yang dibutuhkan
dar hemoglobin akan menurunkan kemampuan dalam makanan, maka kehilangan berat badan
darah untuk menangkap oksigen, sehingga ok- akan terjadi. Anak-anak yang malnutrisi tidak
sigen yang dibawa ke jaringan tubuh juga se- mempunyai cadangan lemak dan sangat sedikit
makin berkurang, demikian pula oksigen yang otot. Tubuh membutuhkan mikronutrien dari
dibawa ke jaringan otak. makanan karena tubuh tidak dapat membuat
Atamna et al. dalam McCann dan Ames seluruh mikronutrien ini untuk kenormalan
(2007) menunjukkan bahwa kekurangan besi fungsi tubuh. Mikronutrien ini termasuk vita-
heme menyebabkan mitokondria mengeluar- min A, vitamin B, vitamin C, folat, seng, kal-
kan oksidan yang dapat membahayakan ber- sium, iodium dan besi. Defisiensi beberapa
bagai fungsi sel dalam otak. Lambatnya proses zat gizi merupakan masalah kesehatan yang
mielinasi dan menurunnya aktivitas beberapa sangat serius di dunia, karena defisiensi bebe-
enzim, menurunnya densitas dan afinitas rapa zat gizi ini penyebab utama terjadinya ane-
reseptor dopamin D2 mempengaruhi sistem mia pada anak-anak.
neurotranmiter yang semua ini berhubungan Malnutrisi akibat defisiensi mikronutri-
dengan terbatasnya besi dan kemungkinan en biasanya terjadi secara simultan. Hasil pene-
yang bertanggung jawab terhadap performan litian Hyder, et al (2007) di wilayah pedesaan
motor, kognitif dan perilaku. Perubahan mor- Bangladesh menunjukkan bahwa intervensi
fologi dan biokimia pada otak tikus juga terjadi multimikronutrien dapat menurunkan kejadi-
setelah dilakukan pembatasan besi pada tingka- an anemia lebih besar dibandingkan dengan
tan yang parah, termasuk penurunan aktivitas kelompok kontrol, demikian pula dengan pe-
atau konsentrasi protein meliputi metabolisme rubahan status vitamin A dan status Zn yang
energi (cytochrome C oxidase dan cytochrome menunjukkan efek yang lebih baik dibanding
c) lambatnya pertumbuhan dendrit, dan penu- dengan kelompok kontrol. Infestasi cacing
runan metabolit syaraf dalam hippokampus. merupakan faktor lain yang dapat memicu
terjadinya malnutrisi. Menurut Windle, et al.
Pengaruh Anemia terhadap pertumbuhan (2007) infeksi Helicobacter pylori pada anak-
dan perkembangan anak malnutrisi. anak di negara sedang berkembang merupa-
Malnutrisi secara bahasa berarti gizi kan inisiator dalam siklus yang tak berujung
salah. Gizi salah dapat berarti kekurangan pangkal yang pada akhirnya menghasilkan
gizi dapat pula berarti kelebihan gizi. Namun malnutrisi dan gangguan pertumbuhan. Infeksi
pengertian umum yang digunakan oleh WHO ini mempengaruhi kondisi asam lambung yang
adalah malnutrisi yang berarti kekurangan gizi. berakibat pada terjadinya diare dan anemia de-
Gizi kurang adalah bentuk dari malnutrisi se- fisiensi besi.
bagai akibat kekurangan ketersediaan zat gizi Hasil uji beda dengan Independent-Sample
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Salah T Test berat badan, tinggi badan dan status gizi
satu tanda-tanda kurang gizi adalah lambatnya antara anak malnutrisi anemia dan tidak anemia
pertumbuhan yang dicirikan dengan kehi- menghasilkan nilai p>0,05 dengan masing-ma-
langan lemak tubuh dalam jumlah berlebihan, sing nilai p=0,383 untuk berat badan anak,

111
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

p=0,350 untuk tinggi badan anak dan p=0,770 dalam wujud anemia defisensi besi memberi-
untuk status gizi. Angka ini menunjukkan tidak kan dampak yang luas termasuk menurunkan
ada beda nyata berat badan, tinggi badan dan kapasitas kerja, menurunkan regulasi panas,
status gizi antara anak malnutrisi anemia dengan disfungi imunitas, gangguan saluran cerna,
anak malnutrisi tidak anemia. menurunkan kemampuan kognitif. Liu, et al.,
Penelitian ini memberikan indikasi meski- (2003) membandingkan perkembangan kog-
pun laju pertumbuhan (berat badan, tinggi ba- nitif dan performan di sekolah 1559 anak-anak
dan dan status gizi tinggi) anak malnutrisi yang berumur 3-11 tahun. Hasil penelitian menun-
anemia lebih rendah dibandingkan dengan jukkan anak-anak yang malnutrisi pada umur 3
anak malnutrisi yang tidak anemia, namun tahun akan berakibat pada rendahnya kemam-
secara statistik tidak terdapat beda nyata laju puan kognitif dan performan anak di sekolah
pertumbuhan antara anak malnutrisi anemia pada saat umur 3 dan 11 tahun. IQ anak yang
dengan anak malnutrisi yang tidak anemia. malnutrisi lebih rendah 15 point dibandingkan
Hal ini senada dengan beberapa penelitian dengan anak yang tidak malnutrisi. Fungsi kog-
yang menunjukkan tidak ada hubungan antara nitif diukur pada 191 anak Bangladesh umur
status antropometri dengan kadar hemoglobin 6-9 tahun melalui tes verbal dan tes non verbal.
(Kaur dan Garg, 2006). Hasilnya menunjukkan anak yang stunting ber-
Hasil uji beda perkembangan motorik hubungan negatif dengan skor kognitif, artinya
halus anak sebelum dilakukan intervensi anak yang semakin stunting semakin rendah
dengan Mann-Whitney U antara anak malnutri- skor kognitifnya. Mengurangi kasus malnutrisi
si anemia dan tidak anemia menghasilkan nilai berarti membantu mengurangi kasus defisiensi
p=0,353. Sedangkan hasil uji beda dengan Inde- kognitif. Olney, et al (2007) mengungkapkan
pendent-Sample T Test perkembangan motorik bahwa anak yang kurang gizi mengalami ham-
kasar dan perkembangan bahasa anak malnutrisi batan dalam perkembangan motorik, demikian
sebelum dilakukan intervensi antara anak mal- pula dengan anak yang anemia defisiensi besi.
nutrisi anemia dan tidak anemia menghasilkan Tidak terdapatnya perbedaan nyata
nilai p=0,592 untuk perkembangan motorik pertumbuhan dan perkembangan anak mal-
kasar dan p=0.061 untuk perkembangan ba- nutrisi anemia dengan yang tidak anemia
hasa anak. Angka ini menunjukkan tidak ada pada penelitian ini sejalan dengan pendapat
beda nyata perkembangan motorik halus, moto- Hidayat (2009) bahwa dalam pertumbuhan
rik kasar dan perkambangan bahsa anak sebelum dan perkembangan anak, setiap individu akan
intervensi antara anak malnutrisi yang anemia mengalami siklus yang berbeda pada kehidu-
dengan tidak anemia pan manusia. Peristiwa itu dapat secara cepat
Penelitian ini memberikan indikasi meski- maupun lambat tergantung dari individu atau
pun perkembangan anak (motorik kasar, motorik lingkungan. Proses percepatan dan perlambat-
halus dan perkembangan bahasa) anak malnutrisi an tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor he-
yang anemia lebih rendah dibandingkan dengan rediter, faktor lingkungan, dan faktor homoral.
anak malnutrisi yang tidak anemia, namun secara Faktor Herediter merupakan faktor yang da-
statistik tidak terdapat beda nyata laju tingkat per- pat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
kembangan antara anak malnutrisi anemia deng- tumbuh kembang anak disamping faktor-fak-
an anak malnutrisi yang tidak anemia tor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis
Liu, et al. (2003) mengindikasikan bahwa kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini da-
malnutrisi merupakan faktor predisposisi bagi pat ditentukan dengan intensitas, kecepatan
penurunan neurokognitif, sehingga mencegah dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas
malnutrisi seawal mungkin akan membantu jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas,
menurunkan perilaku antisosial dan agresif. dan berhentinya pertumbuhan tulang. Fak-
Perilaku negatif ini merupakan eksternalisasi tor Lingkungan merupakan faktor yang me-
dari keadaan IQ anak yang rendah, sehingga megang peranan penting dalam menentukan
dapat disimpulkan bahwa malnutrisi merupa- tercapai dan tidaknya potensi yang dimiliki.
kan faktor predisiposisi terjadinya IQ yang ren- Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingku-
dah. Clark (2008) mengungkapkan malnutrisi ngan prenatal (lingkungan dalam kandungan)

112
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

dan lingkungan postnatal (lingkungan setelah Jakarta.


bayi lahir). Lingkungan prenatal merupakan Hyder, SMZ., Haseen, F., Khan, M., Schaetzel,T.,
dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai Jalal, CSB., Rahman, M., Lönnerdal, B.,
lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, Mannar, V., Mehansho, H. 2007. A Multiple-
Micronutrient-Fortified Beverage Affects
lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan
Hemoglobin, Iron, and Vitamin A Status
hormoral. Selain faktor lingkungan intrauteri
and Growth in Adolescent Girls in Rural
terdapat lingkungan setelah lahir yang juga Bangladesh. J. Nutr. 137: 2147-2153
dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, Kaur, PRD ;Garg,B.S. 2006. Epidemiological
seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi ke- correlates of nutritional anemia in adolescent
luarga, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga, posisi girls in rural wardha. Indian Journal of
anak dalam keluarga dan status kesehatan. Community Medicine. 31(4): 155-8
Khan, AA., Bano, N.,Salam, A. 2007. Child
Penutup Malnutrition in South Asia, A comparative
Perspective. South Asian Survey, 14(1): 129-
145
Prevalensi anemia pada anak malnutrisi
Listyani, H., Zulaekah, S., Purwanto, S. 2012.
sebesar 25%. Anak malnutrisi yang anemia
Prediksi Peningkatan Fungsi dan Status
mempunyai berat badan, tinggi badan mau- Gizi Motorik, Status Gizi Anak Malnutrisi
pun skor BB/U yang lebih rendah dibanding- yang Anemia setelah Suplementasi Multi-
kan dengan anak malnutrisi yang tidak anemia. Mikronutrien. Jurnal Kesehatan FIK UMS,
Skor perkembangan motorik kasar, motorik 6(1): 74-82
halus dan perkembangan bahasa anak malnu- Liu, J., Raine, A., Venables, PH., Dalais, C., Mednick,
trisi yang anemia lebih rendah dibandingkan SA. 2003. Malnutrition at Age 3 Years and
dengan anak yang tidak anemia. Meskipun Lower Cognitive Ability at Age 11 Years:
pertumbuhan anak (berat badan, tinggi badan Independence From Psychosocial Adversity.
Arch Pediatr Adolesc Med, 157: 593 - 600
dan skor BB/U) serta perkembangan anak (mo-
Mc. Cann, JC., and Ames, BN. 2007. An overview
torik kasar, motorik halus dan perkembangan
of evidence for a causal relation between iron
bahasa) anak malnutrisi yang anemia lebih ren- deficiency during development and deficits
dah dibandingkan dengan anak malnutrisi yang in cognitive or behavioral function. Am J
tidak anemia, namun secara statistik tidak ter- Clin Nutr; 85: 931– 45
dapat beda nyata laju pertumbuhan dan tingkat Muslim. 2007. Perbedaan perkembangan anak
perkembangan antara anak malnutrisi anemia pendek(stunted) dengan anak normal.
dengan anak malnutrisi yang tidak anemia. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Daftar Pustaka Olney,DK., dkk. 2007. Young Zanzibar Children
with Iron Deficiency, Iron Deficiency
Anemia, Stunting, or Malaria HaveLower
Clark, SF. 2008. Iron Deficiency Anemia. Nutrition
MotorActivity Scores and Spend Less Timein
in Clinical Practice, 23(2): 128-141
Locomotion. J. Nutr; 137:2756-62
Darnton-Hill, I. Webb, P., Harvey, PW., Hunt, JM.,
Riskesdas. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dalmiya, N., Chopra,M., Ball., MJ., Bloem,
Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
MW., De Benoist, B, 2005. Micronutrient
Kesehatan. Jakarta
Deficiencies and Gender : Sosial And
Sharieff, W., Zlotkin, S., Tondeur, M., Feldman,
Economic Cost. Am. J. Clin, Nutrition, 81:
B., and Tomlinson, G. 2006. Physiologic
1198s-1205s
mechanism can predict hematologic
Georgieff, MK. 2007. Nutrition and the developing
responses to iron supplements in growing
brain: nutrient priorities and measurement.
children : a computer simulation model. Am
Am J Clin Nutr, 85: 614S–20S
J Clin Nutr; 83: 681-7
Gibson. 2005. Only A Small Proportion Of
UNS/SCN. 2005. Crisis Situations Report n° 6
Anemia In Northeast Thai Schoolchildren Is
Summary. United Nations System Standing
Associated With Iron Deficiency. Am. J. Clin.
Committee on Nutrition. Geneva.
Nutr, 82: 380 - 387
Windle, HJ., Dermot Kelleher, D., Crabtree, JE. 2007.
Hidayat, AA. 2009. Ilmu Kesehatan Anak untuk
Childhood Helicobacter pylori Infection
Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika:
and Growth Impairment in Developing

113
Siti Zulaekah, Setiyo Purwanto, Listyani Hidayati / KEMAS 9 (2) (2014) 106-114

Countries: A Vicious Cycle?. Pediatrics, 119:


e754-e759
Zulaekah, S. 2012. Efektifitas Pendidikan Gizi dengan
Media Booklet terhadap Pengetahuan Gizi
Anak SD. Jurnal Kemas. Unnes. 6(2): 121-128

114

Anda mungkin juga menyukai