Anda di halaman 1dari 11

BAB I

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

BAB I: Pendahuluan.
Pada bagian ini, penulis harus mampu menyajikan gambaran umum secara komprehensif
Industri tempat PKL dan pertimbangan pemilihan objek/materi PKL. (5 – 7 halaman)

Profil perusahaan

Ada berapa unit

Letak perusahaan

Pemilihan objek materi di unit 3 karena meggunakan boiler superkritikal, mengangkat


permasalahan pada boiler superkritikal seperti separator, kontrol pompa evaporasi

Pendidikan Politeknik membentuk individu menjadi tenaga terampil dan siap


terap ke dunia kerja/profesi. Sebagai konsekuensi, mahasiswa politeknik dituntut
mampu observasi dan beradaptasi secara cepat dan tepat. Latihan bekerja secara nyata
di industri merupakan ajang menguji kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan
secara komprehensif dan membentuk sikap profesional.
Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung mendidik dan
melatih mahasiswa untuk dapat berperan sebagai tenaga profesional di bidang
Keenergian di dalam lingkup dan lingkungan industri maju. Program pendidikan Teknik
Energi mewajibkan mahasiswa untuk menyelesaikan mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan/Seminar pada semester VII. Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar ini
merupakan ajang observasi dan berlatih mengenal dunia industri; serta memahami
bidang karir sesuai dengan minat mahasiswa berdasarkan pengetahuan & ilmu-
pengetahuan yang telah dipelajari. Mata kuliah ini memiliki bobot 2 sks yang ekuivalen
dengan 4 minggu intensif di lapangan (industri) dan 4 jam per minggu dalam satu
semester berupa kegiatan workshop di kelas. Empat minggu intensif, disebut Praktik
Kerja Lapangan (PKL), dilaksanakan pada waktu libur akhir semester VI, sedangkan
workshop, selanjutnya disebut Seminar dilaksanakan pada semester VII sesuai kalender
kuliah.
Melalui mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar, mahasiswa berlatih
menggunakan seluruh pengetahuan & ilmu-pengetahuan yang telah diperoleh (semester
I – VI) untuk mengenal dunia karir dan arena berkarya. Latihan tersebut diarahkan untuk
lebih membangun kemampuan komunikasi dalam mengembangkan dan menyampaikan
ide secara lisan (bertanya & menjawab, berpendapat, presentasi) dan tertulis (laporan
PKL, makalah, proposal, rangkuman referensi ilmiah). Secara teknis, PKL merupakan
ajang pengujian pemahaman atas pengetahuan & ilmu-pengetahuan yang telah
dipelajari; serta sarana untuk berlatih mengembangkan ide dan membangun jaringan
kerja (net-working) sesuai dengan minat dan perhatian mahasiswa terkait. Mahasiswa
yang melaksanakan PKL, secara spesifik, diarahkan dan dibimbing oleh Ketua Program
Studi melalui seorang dosen yang ditunjuk atau Sekretaris Jurusan/Program Studi
sebagai koordinator Praktik Kerja Lapangan.
Evaluasi mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar dilakukan pada beberapa
kemampuan mencakup: beradaptasi, berkreasi, dan presentasi. Kemampuan tersebut
dikaitkan dengan tanggung jawab yang bersesuaian terhadap standar kompetensi
seorang kandidat Sarjana Sains Terapan (S.ST). Secara berurutan dan integratif,
evaluasi diberikan oleh pihak Industri untuk aspek pelaksanaan PKL dan Laporan PKL,
serta Dosen (fasilitator workshop) mata kuliah Praktik Kerja Lapangan/Seminar untuk
pemanfaatan dan pertanggungjawaban PKL. Secara substansi, materi PKL
memungkinkan diarahkan pada alternatif pilihan topik dan/atau objek Tugas Akhir.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan/Seminar tersebut,
Jurusan Teknik Konversi Energi menyusun buku "Panduan Praktik Kerja
Lapangan/Seminar di Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik" ini sebagai rujukan
bagi setiap unsur/pihak yang terkait dengan pelaksanaan mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan/Seminar.
1.2 Rumusan Masalah Kerja Praktek
1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek
1.4 Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktek
1.5 Metode Pelaporan
1.6 Ruang Lingkup Bahasan
1.7
BAB II
BAB II: Bertema Penelusuran Teori/Konsep.
Di bagian ini, penulis menyajikan konsep teori yang relevan dengan objek/materi PKL, antara
lain dalam bentuk rumus-rumus terpakai, siklus/diagram, besaran spesifik, dan definisi-definisi.
Penulis dituntut mampu menyajikan bagian ini secara terstruktur dan sistimatis. (7-11 halaman)

2.1 Pengelolaan Sistem Tenaga Listrik di Indonesia

2.1.1 Sitem Kelistrikan Jawa Bali


2.1.2 Sistem Keliatrikan Sumatra
2.1.3 Sistem Kelistrikan di Pulau Lain
2.1.4 Sis
2.2 Kondisi Kelistrikan Nasional Saat Ini
2.3 Sistem Pembangkit Energi Listrik di Indonesia
2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap 1x660 MW
2.4.1 Pendahuluan
PLTU unit 3 dengan kapasitas terpasang 1x660 MW menggunakan teknologi
supercritical boiler dan Fuel Gas Desulpurization. Unit 3 telah beroperasi secara
kompersial (CoD) pada 10 Juni 2016 dan semenjak itu mendukung sistem kelistrikan
Jawa Bali melalui jaringan transmisi 500 Kv (SUTET). Setelah penandatanganan
PPA pada bulan Januari 2013, dilanjutkan kemudain dengan Pemancangan Tiang
Pertama (Ground Breaking) dan dimulailah pembangunan unit 3 yang seluruh
pelaksanaannya dapat selesai empat bulan lebih cepat dari yang telah direncanakan
36 bulan. Hal ini dapat terwujud karena pengalaman S2P dalam membangun dan
menjalankan PLTU unit 2 dan 2 sebelumnya.
Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan menggunakan siklus air-uap-air yang
merupakan suatu sistem tertutup air dari kondensat atau air dari hasil proses
pengondensasian di kondensor dan air make up water (air yang dimurnikan) dipompa
oleh condensat pump ke pemanas tekanan rendah. Disini air dipanasi kemudian
dimasukkan oleh daerator untuk menghilangkan oksigen, kemudian air ini dipompa
oleh boiler feed water pump masuk ke economizer. Dari economizer yang selanjutnya
dialirkan ke pipa untuk dipanaskan pada tube boiler.
Pada tube, air dipanasi berbentuk uap air. Uap air ini dikumpulkan kembali
pada steam drum, kemudian dipanaskan lebih lanjut pada superheater sudah berubah
menjadi uap kering yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi, dan selanjutnya
uap ini digunakan untuk menggerakkan sudu turbin tekanan tinggi, untuk sudu turbin
menggerakkan poros turbin. Hasil dari putaran poros turbin kemudian memutar poros
generator yang dihubungkan dengan coupling, dari putaran ini dihasilkan energi
listrik. Energi listrik yang dihasilkan dari generator disalurkan dan didistribusikan
lebih lanjut ke pelanggan. Uap bebas dari turbin selanjutnya dikondensasikan dari
kondensor dan bersama air dari make up water pump dipompa lagi oleh pompa
kondensat masuk ke pemanas tekanan rendah, daerator, boiler feed water pump,
pemanas tekanan tinggi, economizer, dan akhirnya menuju boiler untuk dipanaskan
menjadi uap lagi. Proses ini akan terjadi berulang-ulang.
2.4.2 Komponen PLTU Cilacap 1x600
2.4.2.1 Siklus PLTU Cilacap

2.4.2.2 Sistem Aliran Uap


2.4.2.3 Sistem Aliran Air

Sistem aliran air pada pembangkit listrik tenaga uap dikelompokan menjadi
dua sistem, yaitu sistem air kondensat (condensate water system) dan sistem air
pengisi (feed water system). Gambar 2.7 dan 2.8 merupakan gambar sitem air
kondensat dan sistem air pengisi.
2.4.2.3.1 Sistem Air Kondensat
Air kondensat adalah air hasil kondensasi di condenser yang merupakan air
untuk pengisi boiler drum. Aliran sistem air kondensat dimulai dari hotwell sampai
ke deaerator. Air dialirkan dari hotwell dengan condensate ekstraktion pump (CEP)
melalui condensate polishing, kemudian melewati gland steam condenser dan
dipanaskan di pemanas bertekanan rendah (LP Heater 8,7,6, dan 5) secara bertahap
sehingga temperaturnya naik, selanjutnya dialirkan ke deaerator. Pada proses ini
terjadi pemanasan, pemurnian dan dearasi. Berikut adalah ruang lingkup dari aliran
kondensat:
1. Kondensor

 Kondensor merupakan peralatan untuk mengkondensasikan uap (steam)


yang keluar dari turbin bertekanan rendah (LP turbine) melalui mekanisme
heat exchanger shell&tube dengan pendingin air laut yang dipompakan
oleh pompa air sirkulasi (circulation water pump/ CWP).
 Hot well merupakan bak penampungan air hasil kondensasi dari
kondensor.

2. Condensate Extration Pump (CEP)


Pompa kondensor/ condensate ekstraktion pump (CEP) (2x100%)
berfungsi untuk memompakan air kondensat dari hotwell ke deaerator melalui
condensate polishing, gland steam condenser, LP heater 8,7,6, dan 5.
3. Condensate Polishing
Berfungsi untuk memperbaiki kualitas air kondensate melalui mixed bed.

4. Gland Steam Condenser

Berfungsi untuk memanaskan air kondensat melalui mekanisme penukar


panas/ HE shell and tube, dengan memanfaatkan panas yang masih dimiliki gland
steam turbine.
5. LP Heater 8,7,6, dan 5
Berfungsi sebagai pemanas/ heater air kondensat dengan memanfaatkan
uap ekstraksi/ bled steam dari turbine. Masing-masing dilengkapi dengan by-
pass sistem, normal drain dan emergency drain
6. Asd
7.
2.4.2.3.2 Sistem Air Pengisi
Sistem air pengisi merupakan siklus air PLTU yang berfungsi sebagai pengisi
air boiler yang dipompakan oleh pompa feed water (Booster pump, MBFP, BFPT
A&B) dari deaerator storage tank ke boiler drum yang terlebih dahulu melewati HP
heater 3,2,1, dan ekonomiser. Berikut adalah ruang limgkup sistem air pengisi:
1. Deareator dan Deaerator Storage Tank
Deaerator berfungsi untuk membuang gas-gas tak terkondensasi
khususnya oksigen yang terkandung dalam air condensate, dengan cara
disembur (direct contact) dengan uap extraksi dari (normal operasi) atau aux
steam (start-up).
2. Boiler Feed Water Pump
Berfungsi untuk memompakan air pengisi dari deaerator storage tank ke
boiler drum
 BFP Motor
 BEPT A&B
3. Economizer
Ekonomiser berfungsi untuk memanaskan feed water sebelum masuk ke
drum dengan memanfaatkan panas gas hasil pembakaran boiler.
4. Heater

Berfungsi untuk menaikan suhu air pengisi sebelum masuk ke boiler.


Heater memanfaatkan panas dari uap yang berasal dari turbin.

5. Separator
Pada kondisi awal penyalaan boiler, boiler masih bekerja pada tekanan di
bawah titik kritis. Pada kondisi ini pemanasan air tentu akan menyentuh fase uap
saturasi, sehingga dibutuhkan komponen separator uap. Untuk memastikan
aliran air terus ada di dalam evaporator boiler selama tekanan kerja masih
dibawah titik kritis, maka ditambahkan pula pompa sirkulasi boiler. Secara
bertahap, tekanan kerja akan ditingkatkan (sliding pressure) hingga mencapai
tekanan ideal di atas titik kritis.
Jika tekanan kerja air sudah di atas titik kritis (umumnya didesain beban
boiler sudah lebih dari 30%), separator akan secara otomatis mengalirkan fluida
langsung ke low temperature superheater, dan tidak lagi disirkulasikan kembali
ke evaporator. Kerja pompa sirkulasi juga otomatis berhenti. Pada kondisi ini,
boiler supercritical sepenuhnya mengalami proses aliran tunggal (once-through
boiler flow). Dengan demikian, jumlah aliran air yang masuk ke boiler via
economizer sepenuhnya dikontrol oleh boiler feed water pump.
2.4.2.4 Sistem Aliran Udara
Sistem udara terutama berfungsi sebagai supply kebutuhan udara pada proses
pembakaran di ruang bakar, karena proses pembakaran itu berlangsung secara
berkelanjutan selama boiler beroperasi maka supply udara untuk pembakaran pun
harus dipasok secara berkelanjutan. Selain itu juga sistem udara berfungsi sebagai
pemasok udara yang membawa batubara dari pulverizer ke ruang bakar.

2.4.2.4.1 Udara Primer


Udara primer adalah udara yang berasal dari Primary Air Fan (PAF). Udara
primer berfungsi untuk membawa serbuk batubara yang telah dihaluskan di
pulverizer menuju ke ruang bakar boiler.
Selain itu udara primer juga digunakan untuk mengeringkan serbuk batubara
di dalam pulverizer. Untuk memenuhi fungsi ini temperatur udara primer harus
cukup tinggi, maka sebelum masuk ke pulverizer, udara primer dilewatkan melalui
primary air heater, pemanas yang memanfaatkan panas gas buang sebagai media
pemanas.

Peralatan pada sistem udara primer terdiri dari:

 Primary Air Heater sama dengan air preheater, berfungsi sebagai pemanas
udara primer yang memanfaatkan panas gas buang dari boiler.
 Hot Air Duct berfungsi untuk menyalurkan udara panas primer ke dalam mill.
 Cold Air Duct berfungsi untuk menyalurkan udara dingin primer ke dalam mill.

2.4.2.4.2 Udara sekunder


Udara sekunder adalah udara yang berasal dari force draft fan (FDF/ gambar
2.6) yang digunakan sebagai udara pembakaran di ruang bakar boiler. Udara
sekunder dialirkan ke steam coil untuk pemanasan awal kemudian dialirkan ke
primary air heater selanjutnya dialirkan ke wind box dan masuk ke ruang bakar.
Peralatan pada sistem udara sekunder adalah :

 FDF (Force Draft Fan) adalah kipas tekan paksa yang digerakan oleh elektro
motor 6 kV, satu FDF mampu untuk beban 50 % MCR.
 APH (Air Preheater) adalah alat penukar panas yang memanfaatkan panas gas
buang dari boiler. Sebagai pemanas udara, maka fungsi APH sebanyak 15%
digunakan untuk memanaskan PAF, 35% untuk udara yang menuju pulverizer
dan sisanya 50% dimanfaatkan untuk yang menuju saluran gas buang.
 Windbox adalah Line penyalur udara panas sekunder ke ruang bakar (Furnace).

2.4.2.4.3 asd
2.4.2.5 Sistem Aliran Bahan Bakar
2.4.2.5.1 Sistem Coal Handling
Bahan bakar untuk boiler di PLTU Cilacap 1x660 MW menggunakan batubara
yang berasal dai Kalimantan dan Sumatera. Batubara yang digunakan adalah
batubara jenis Low Coal Range (LCR) dengan nilai kalor 4200 kkal/kg dan Medium
Coal Range (MCR) dengan nilai kalor 4800 kkal/kg . Namun pada PLTU Cilacap
1x660 MW ini sering menggunakan campuran dari LRC dan MRC. Sementara
Moisture dari batubara nya berkisar antara 25% - 35 %.

Transportasi bahan bakar batu bara pada PLTU Cilacap 1x660 MW ini
menggunakan conveyor. Batubara dari tongkang dibongkar di dermaga dengan
menggunakan ship unloader melalui jetty conveyor satu dan dua kemudian sampling
tower 1, melalui transfer tower (TT) 1 yang selanjutnya menuju stock area/coal yard
(penyimpanan batu bara) dengan mengunakan stacker/ reclaimer atau langsung
menuju coal bunker yang disalurkan, transfer tower 1-4 dan sampling tower 2. Di
dalam transfer tower 4 tersebut terdapat crusher yang digunakan untuk
menghancurkan batu bara dalam ukuran yang masih besar.

Jika stacker/ reclaimer dalam keadaan rusak atau darurat, maka maka dengan
bantuan dozer untuk mendorong batu bara di coal yard ke teleschopik chute yang
kemudian di salurkan di conveyor melalui TT2.
Batu bara di coal bungker kemudian masuk ke coal feeder, jumlah yang masuk
ke pulverizer diatur oleh coal feeder tersebut. Di dalam pulverizer batu bara
dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil atau menjadi serbuk batu bara yang
halus.
Serbuk batu bara yang halus tersebut disalurkan menuju coal burner dengan
bantuan hembusan udara dari primary air fan. Gambar skematis sistem coal handling
ditunjukan pada gambar dibawah ini .

2.4.2.5.2 Sistem Start up


2.4.2.6 Sistem Aliran Gas Buang
Gas buang yang merupakan gas sisa pembakaran dari boiler dihisap oleh
induced draft fan (IDF) yaitu kipas hisap paksa melalui ekonomiser, air preheater
dan elektrostatic precipitator (ESP). Panas yang terkandung dari gas buang tersebut
dimanfaatkan untuk memanaskan air pengisi boiler di ekonomizer dan memanaskan
udara sekunder serta udara primer yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
boiler. Gas buang tersebut sebelum keluar ke cerobong temperaturnya dijaga ± 150
ºC untuk keamanan lingkungan.

Peralatan pada sistem udara gas buang terdiri atas:

1. IDF ( Induced Draft Fan )


 IDF berfungsi untuk menghisap gas buang dari boiler ke chimney/ cerobong
melalui economizer, APH dan ESP, IDF juga berfungsi mempertahankan
tekanan furnace- 0,8 Kpa.
 IDF di gerakkan oleh elektro motor 6KV, satu IDF mampu di bebani 50%
MCR, di PLTU 2 Labuan banten terpasang 2 buah IDF. Gambar 2.12
menunjukan gambar Induced Draft Fan.
2. Cerobong ( Stack / Chimney )
 Fungsi cerobong sebagai pembuangan akhir gas buang ke udara bebas,
temperature gas buang di jaga lebih kecil dari 1500C untuk keamanan
lingkungan (AMDAL).
 Di dalam cerobong di lengkapi detektor emisi (CEMS), continous emision
monitoring sistem.
3. Damper
 Inlet gas shut of damper APH
 Crossover damper outlet ESP
 Outlet damper ESP/ Inlet shut of damper IDF
 Inlet control damper IDF
 Outlet shut of damper IDF/ Inlet shut of damper cerobong (chimney).

2.4.2.7 Sistem Aliaran Daya Listrik

2.4.3 Asd
2.4.4
2.5
2.6
BAB III

BAB III: Bertema Diskripsi Materi/objek.


Pada bagian ini, penulis menyajikan secara rinci objek/materi PKL, mencakup kedudukan, fungsi
dan peran alat di dalam sistem (besar) yang diamati, mekanisme kerja alat, serta ilustrasi/gambar
teknik/spesifikasi teknis alat. (8-12 halaman)

3.1 Asd
3.2 Sd
3.3 Asd
3.4 Asd
3.5 Asd
BAB IV

BAB IV: Bertema Pengolahan data dan diskusi.


Bagian ini menampilkan sejumlah data/informasi yang relevan dengan kondisi operasi
alat/peralatan yang menjadi objek/materi PKL. Data yang diperlukan disesuaikan dengan tugas
yang diberikan oleh Pembimbing lapangan (pihak Industri tempat/lokasi PKL). Data tersebut
harus ditampilkan secara terstruktur. dan sistimatis dilengkapi penjelasan yang relevan dengan
tampilan data. (5-8 halaman)

4.1 Sd
4.2 Asd
4.3 Asd
4.4 Aaaasd
BAB V

BAB V: Penutup
Bagian ini memuat rangkuman yang memberikan gambaran hasil observasi dan pengamatan
(yang cermat) terhadap objek dan fokus PKL. Pada bagian ini, penulis dapat memuat hal-hal yang
diminati dan bila memungkinkan digali menjadi materi Tugas Akhir. (1– 2 halaman)

5.1 Asd
5.2 Asd
5.3 Asd
BAB VI

Referensi
Bagian ini adalah daftar acuan/pustaka (literatur) yang dipergunakan dalam observasi industri dan
mencermati objek & fokus PKL. Penulis harus menyusun daftar pustaka sesuai dengan ketentuan
dalam penulisan karya ilmiah. (1-2 halaman)

6.1 Asd
6.2 Asd
BAB VII
7.1 Asd
7.2 NAN
7.3 Asd
BAB VIII
8.1 Asd
8.2 Asd
8.3

Anda mungkin juga menyukai