PENGAMATAN KINERJA
PELAKSANAAN K3
Page 1
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Contoh berikut :
Kontraktor : ………
Proyek : ………
Obyek yang diperiksa Skor yang benar Jumlah Skor tidak benar Jumlah Persen
1. Work practice (cara-
cara melakukan
pekerjaan)
2. Housekeeping
3. Pemasangan instalasi
listrik
5. Pencegahan jatuh
dan kejatuhan benda
Page 2
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Contoh pengisian
Page 3
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 4
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
5. Proteksi terhadap Dalam setiap areal Percegahan jatuh pada bagian tepi
bahaya jatuh dan kerja atau areal terpasang dengan baik
kejatuhan benda observasi : Bagian penetrasi (dimana puing-puing
Mis .: pencegahan Pada setiap bagian dapat jatuh)
jatuh yang benar, handrail Perlindungan adanya benda dari atas
pencegahan benda Pada setiap bagian dapat jatuh mengenai orang
jatuh, overhead penetration (overhead protection) terpasang
protection (dimana benda dengan baik
dapat jatuh)
Pada bagian
perlindungan dari
atas (overhead
protection)
6. Plant and Dalam setiap areal Penjagaan (penghalang, rambu) dipasang
Equipment atau areal untuk di proyek (plant) dan peralatan
Mis.: verifikasi observasi : (equipment).
pelaksanaan Peralatan atau Flashing light and reversing buzzer
perawatan routin, bagian dari perating pada semua mobile plant,
penjagaan peralatan e.g., loader, bobcat, and backhoe
(penghalang, rambu) . Bila posisinya pada jalan umum (public
yang diperlukan road).
penyimpanan yang Sebagaimana poin di atas dapat
benar dipasang pada semua mobile plant
operating on site. Appropriate
plant/machine guards di tempatnya
(mis: baricade).
Tabung O2 dan tabung Acetylene
(ELPIJI) disimpan dengan benar (jangan
sampai roboh)
Log book or service tag yang up to
date
Page 5
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
I. Work practice
Head Protection, (helm) seluruh personil proyek harus menggunakan, visitors, and
vendors harus memakai hard hat, kecuali di dalam kantor kompleks proyek, di
kendaraan atau tempat tertentu. Hard hat harus memenuhi standar.
Foot Protection, safety footwear (steel-toed) diperlukan pada personel yang masuk
areal konstruksi tertentu, penggunaan sandal atau berbagai macam sepatu olah raga
tidak diijinkan.
Hearing Protection, protective hearing equipment is to be provided and used in
designated areas or for high noise hazard jobs.
Respiratory protection, respiratory equipment harus digunakan pada lokasi
dimana bahaya adanya akumulasi debu, asap atau uap beracun.
Safety Harness/safety belts, positive protection dari adanya bahaya jatuh bila
tidak ada working platforms consisting of guardrails, mid-rails, toe-boards and
close boarded planking. Bila working platforms tidak layak atau berbahaya
gunakan alternative methods dengan menggunakan safety harnesses/safety belts
dapat juga dikombinasikan dengan life lines, safety nets, man basket, etc.All safety
harnesses/safety belts harus memenuhi standar yang ditentapkan ( mis: ANSI or BS
standards)
Hand protection, gloves harus digunakan untuk menangani material dan dimana ada
kontak dengan serpihan-serpihan, thermal hazards (hot or cold), permukaan benda
yang kasar atau tajam, abrasive, corrosives, vibrasi dsb.
Page 6
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Eye Protection, semua karyawan, visitors, and vendors harus menggunakan safety
glasses dengan kerangka yang kuat sepanjang waktu, kecuali di kantor kompleks
dan di dalam kendaraan. Keharusan menggunakan pada personel yang kemungkinan
terkena flying objects, dust, chemicals, or harmful rays. Persyaratan untuk safety
glasses memenuhi ANSI standard. Pada pekerjaan pengelasan harus menggunakan
pelindung mata yang memenuhi syarat
Safety Nets, untuk tempat kerja lebih dari 7,5 meters di atas tanah/ di atas air atau
permukaan lainnya bila pada ladders, scaffolds, catch platforms, temporary floors,
safety lines or safety harness tidak digunakan. Safety nets harus menggantung
dengan jarak yang sesuai (sufficient clearance) untuk mencegah terbentur dengan
permukaan di bawahnya. Nets harus terbentang 2,5 meters di bawah permukaan
lantai kerja.
II. Housekeeping
Tempat kerja dan acces selalu bersih
Jalan masuk proyek, jalan masuk kantor bersih
Beri tutup pada kernjang sampah
Ada pemisahan sampah bekas makanan, puing-puing bangunan, sampah
potongan kayu, kaleng-kaleng bekas, oli bekas dsb
Buanglah sampah pada tempat yang disediakan
Tidak ada tumpahan oli, cat, bensin dsb yang mengundang bahaya kebakaran
Minimalkan sampah
Page 7
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Electrical Requirements
1. Semua peralatan listrik yang ada di proyek harus ada daftar dan disahkan
2. Portable electrical hand tools harus di grounded (earthed or double insulated).
double insulated: adalah alat listrik yang pada pemakaiannya tidak diperlukan
arde (grunded)
3. Semua kabel listrik yang malang melintang harus ditutup atau “lewat atas”
untuk mencegah kerusakan atau menghidari bahaya “kesrimpet” (tripping
hazards).
4. Power saws, grinders, and other power tools harus ada proper guard dan
ditempat tertentu
5. Temporary lighting harus mempunyai pelindung pada bola lampunya.
Page 8
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
11. Jangan menggunakan perhiasan, arloji dsb bila bekerja dengan electrical system.
Ladders
Page 9
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
7. Tangga yang digunakan untuk acces floor or platform harus lebih tinggi , sekurang-
kurangnya 1 meter above the landing.
8. Areal sekitar “top and base” dari tangga harus bebas dari benda-benda yang
menyebabkan bahaya tripping
9. Pekerja harus memastikan bahwa sepatu untuk naik tangga hrs bebas lumpur, oli
(grease), yang menyebabkan slip or fall.
10. Materials /peralatan tidak boleh dibawa (dengan salah satu tangan) untuk naik harus
menggunakan dua tangan untuk berpegangan
Page 10
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Scaffolding
1. Guardrails, mid rails and toe boards harus dipasang bagian samping (all open
sides) untuk scaffold yang lebih dari 2 meters in height.
Page 11
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
2. Tumpuan yang adequate atau suatu rigid footing, yang mampu menopang beban
maksimum.
3. Scaffold harus ditambatkan pada building atau structure dipasang pada setiap
second lift. Pemasangan mendatar dengan setiap 3 bays or 7,5 meter.
4. Tempat berdirinya scaffold hrs dilengkapi dengan base-plate.
5. Semua suspended scaffolds or platforms harus dilengkapi dengan vertical safety
line yang terpisah ditambatkan terpisah dari scaffold system. Pekerja harus
ditambatkan pada vertical line.
Mobile Scaffold
1. Tinggi dari mobile scaffolds tidak boleh melebihi 3 kali minimum ukuran
dasar (alasnya)
2. Work platforms harus diberi papan penuh seluruh lebar dari scaffold dan
dikencangkan untuk mencegah gerakan papan kerja itu
3. Mobile scaffolds hanya boleh digunakan pada alas yang solid dan rata
4. Castor wheel brakes harus dipasang bila sedang berhenti.
Page 12
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
2. Protective
o Misalnya pemasangan guardrails dari bahan logam atau kayu
o Dalam hal ini bukan hanya peringatan tetapi juga proteksi dari bahaya
seperti jatuh ke dalam galian atau bukaan.
o Protective barrier harus dibangun untuk mencapai maksud misalnya bila
baricade dimaksud mencegah pekerja terperosok memerlukan semacam
guardrail.
Page 13
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 14
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Permesinan
Instalasi dan Pemasangan.
Semua bagian dari mesin/motor yang bergerak harus terlindung aman, kecuali bila dalam
pemasangan dan penempatan sudah diperhitungkan keamanannya.
Untuk menjamin keamanan:
a) Semua bagian-bagian bergerak harus diberi pelindung untuk mencegah bahaya,
juga alat-alat pengemudi harus dilindungi. Bagian-bagian bergerak itu seperti :
roda gilas, roda-gigi, roda sisir, roda kerekan, sabuk-sabuk, rantai-rantai, ujung-
ujung sayap roda, dan batang gigi, tongkat pengatrol, balok penggeser, balok
pengengkol dan bagian ujungnya dan bagian-bagian lain dari mesin yang dapat
mengakibatkan bahaya.
b) Semua ujung-ujung yang menonjol keluar pada waktu mesin/motor bekerja, harus
diberi pelindung atau disem-bunyikan untuk mencegah bahaya bila seseorang
tersang-kut.
c) Jalur-jalur untuk beban/kantung pemberat, gandul pem-berat atau semacamnya
harus diberi pagar.
d) Pada waktu bekerja semua bagian dari motor yang megeluarkan / memancarkan
benda-benda kecil harus dilin-dungi atau diberi pengamanan
Setiap mesin yang digerakkan dengan tenaga penggerak hams dilengkapi dengan
alat penyetop yang mudah dicapai oleh pengemudi dan menahan motor untuk
bergerak kembali.
Page 15
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 16
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Tempat operator mesin harus diperlihara dengan baik dan tidak boleh ada benda-
benda penghalang.
Pagar untuk mesin-mesin yang berbahaya tidak boleh dilepas bila mesin sedang
bekerja, dan bila ingin dilepas harus dipasang kembali sebelum mesin berjalan
secara normal.
Bagian-bagian dari mesin yang sedang bergerak dan tidak ada pagar pengaman
tidak boleh diperiksa, dilumasi, distel atau direparasi kecuali oleh orang yang ahli
yang dizinkan menurut standar keamanan. .
Bagian-bagian dari mesin hanya dapat dibersihkan bila mesin sedang tidak bekerja
kecuali bila diizinkan dan dapat diterima menurut standar keamanan.
Sabuk, tali, lantai dan tali penghubung untuk roda gigi tidak boleh dilepas atau
dipasang dengan tangan bila sedang berjalan atau berputar.
Bila mesin sedang diperbaiki harus dicegah penghidupan mesin kembali tanpa
persetujuan pekerja bagian pemeliharaan.
Bila pemeliharaan atau perbaikan sedang dilakukan di tempat yang berbahaya di
dekat mesin, maka mesin harus dimatikan selama perbaikan.
Tidak dibenarkan mencuci/membersihkan mesin dengan menggunakan cairan
yang mudah terbakar terutama apabila ada kemungkinan timbulnya bunga api.
Penggunaan mesin.
Hanya pekerja yang sudah diberi instruksi yang cukup dapat di percaya untuk
menjalankan mesin tanpa diawasi
Operator mesin harus :
a) Tidak boleh memakai pakaian yang terlalu longgar, dasi selendang atau perhiasan-
perhiasan.
b) Menutup rambutnya yang terlalu panjang supaya tidak terjepit bagian mesin yang
Page 17
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
bergerak.
Mesin yang digerakkan dengan tenaga manusia tidak boleh digerakkan dengan motor.
Bila dalam menggunakan mesin, bahaya dapat berasal dari percikan-percikan api,
pancaran serbuk-serbuk, percikan debu-debu atau semacamnya maka tindakan
pencegahan bahaya harus diambil
Page 18
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Tempat Kerja
Pintu Masuk dan Keluar
Pintu Masuk dan Keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
Lampu/Penerangan
Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat
kerja, termasuk pada gang-gang.
Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mati/pecah.
Ventilasi
Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang
dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain, harus dibuatkan
ventilasi untuk pern-buangan udara kotor.
Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja hams disediakan alat pelindung diri untuk mencegah
bahaya-bahaya ter-sebut di atas.
Page 19
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Kebersihan
Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan
ke tempat yang aman.
Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda
tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh
atau tersandung (terantuk).
Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
Tempat-tempat kerja dan gang-gang(passageways) yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah di-pakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpan semula.
Page 20
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 21
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 22
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 23
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Tempat kerja yang tinggi harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar. misalnya
tangga.
Jika perlu untuk menghindari bahaya terhadap tenaga kerja pada tempat yang
tinggi, atau tempat lainnya di-mana tenaga kerja dapat jatuh lebih dari ketinggian
2m harus dilengkapi dengan jaring (jala) perangkap; pelatar-an, (platform) atau
dengan menggunakan ikat pinggang (sabuk pengaman) yang dipasang dengan kuat.
• Welding and burning operation mempunyai potensi terjadinya kebakaran dan luka-
luka pada personel,
Page 24
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Welding
Page 25
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
• Jangan menggunakan korek api untuk menghidupkan light torches. Gunakan Sparks
igniters
• Gunakan (APD) sarung tangan .
• Bila mengatur regulator menggunakan kunci Inggris (operate the acetylene cylinder
valve), kunci inggris harus tetap di posisi valve.
• Selang (Hoses) harus mempunyai color coded tetap sesuai internationally
recognized standard
• untuk gas, selang harus mempunyai kondisi yang baik, dan fitted with hose
connectors disambung dengan permanent clips.
• Gunakan goggles, filter lenses yang cocok. Sun glasses tidak cocok untuk
penggunaan ini.
• Cylinders (isi gas) tidak boleh dimasukan ke dalam confined spaces.
• Semua flammable gas cylinders yang digunakan dalam proyek harus mempunyai
approved flash back arrestor fitted to the gauges of the cylinders (semacam troley
tempat meletakkan tanki).
• Cylinders ditempatkan pada tempat yang aman. Bila menggunakan trolley gunakan
metoda yang sesuai untuk maksud ini.
• Compressed gas cylinder yang dibawa ke tempat kerja perlu mematuhi petunjuk
berikut.
Page 26
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
• Cylinders harus :
– Kondisi baik tanpa adanya karat
– Mempunyai kode warna yang jelas
– Dapat diidentifikasi dengan mudah
– Disertai (dilampiri) sertifikat uji yang resmi
• Pelindung valve harus ada dan biarkan tetap pada tanki.
• Cylinders digunakan dan disimpan pada posisi yang benar dan diberi pengaman.
• Oxygen and acetylene cylinders dalam penyimpanan dipisahkan dengan jarak
sekurang-kurangnya 6 m atau 1,6 m bila menggunakan dinding pemisah
Fire Extinguishers
Page 27
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 28
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Hasil Monitoring
Page 29
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Interpretasi Hasil
Idealnya memang naik dari waktu ke waktu, jadi selalu ada perbaikan
(continual improvement)
Page 30
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Incident rates menunjukkan berapa kali incidents telah terjadi atau bagaimana keparahan
terjadinya. Pengukuran hanya merupakan past performance atau merupakan indikator
yang ketinggalan (usang). Incident rates juga hanya salah sati dari banyak items yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja, ada banyak item digunakan pengukuran
kinerja ini, kebanyakan dengan cara positive; incident rates cenderung meninjau indikasi
adanya sesuatu yang salah dengan system K3, dibandingkan dengan apakah yang positive
atau yang benar (yang seharusnya benar) mengenay sistem. Walaupun banyak
perusahaan masih menggunakan incident rates digunakan sebagai indicator utama
sebagai ukuran kinerja K3. Hal ini disebabkan bahwa incident rates merupakan cara
mudah untuk menggambarkan dan membandingkan antara satu perusahaan dan
perusahaan lainnya.
Merupakan hal yang sulit mengenai incident rates adalah bahwa lima major types dari
rates mudah rancu (easily confused) dengan lainnya. Yang paling umum rate yang
digunakan adalah Recordable Incident Rate. Rate ini biasanya disebut “total case incident
rate” atau hanya disebut “incident rate”.
“Lost Time Case Rate” (LTC) merupakan rate ke dua yang sering dipakai “Lost Workday
Rate” and “Severity Rate” merupakan Rate utama yang sering dipakai pada perusahaan
besar yang mempunyai angka besar dalam “Lost Time Cases”. Yang terbaru dari rate
adalah DART or “Days Away/Restricted or Transfer Rate”.
Page 31
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Angka 200.000 merupakan konstanta jam kerja (angka ini dapat berbeda-beda mis
1000.000. atau 100.000)
Saverity Rate
Sering disebut “lost – time work day rate” digunakan untuk menentukan betapa serious
cedera yang terjadi. Perusahaan dapat mempunyai angka incident rate rendah atau
dengan cedera sedikit orang, tetapi bilacedera tersbut menyebabkan banyak hari kerja
terbuang, lost work day case dapat berakibat biaya tinggi atau biaya dapat lebih tingi dari
pada angka lost work days = 0
Dimana dalam hal ini perusahaan hanya dibebani medical cost
Lost work day case dapat menentukan dapak biaya kompensasi lebih tinggi lebih tinggi
Penghitungan Saferity Rate serupa dengan penghitungan Incident Rate dimana total
angka dari lost time work day digunakan. Saferity Rate dapat dihitung dengan rumus
berikut
Page 32
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Bagaimana menghitung
frequency rate/Severity rate(by ANSI),
incident rate(by OSHA)
contoh soal
ditanyakan
Cara mengerjakan
Plant type : petrochemical plant
Total Staff = 1,000 persons
Total Working hour : 1,200,000 worked hour
Accident : 1 Case (evidence have 2 injury persons and loss time 5 days).
o Injury Frequency rate =?
o Injury severity rate =?
o Incidence rate =?
Page 33
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Number of Accidents
Injury Frequency Rate = x 1.000.000
the number of hours worked
Catatan : Menurut persyaratan Konvensi menggunakan angka pekerja yang cedera bukan
angka kejadian kecelakaan atau insiden. Jadi pada kecelakaan sekali (1) menyebabkan
cedera = 6 orang maka pada perhitungan (pada rumus : Number of accident = 6).
(2 x 1,000,000) divided by 1,200,000 = 1.67 Lost Time Injuries per million hours worked
(2 x 200,000) divided by 1,200,000 = 0.34 Injuries per 100 Employees (or 200,000 hours
worked)
Page 34
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
USEFUL DEFINITIONS
Page 35
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Incident rates, digunakan dalam berbagai industri. Rates merupakan indikasi dari past
performance (lagging indicators) dan bukan merupakan indikasi dari apa yang akan
terjadi, bukan mengenai future performance dari perusahaan (leading indicators).
Incident rates telah di standarisasi, oleh karena itu dapat dibandingkan statistically
significant data, dan menentukan dimana industries dapat menambahkan program
perbaikan. OSHA menggunakan recordable incident rates untuk menentukan dimana
perbedaan klasifikasi perusahaan untuk dibandingkan satu dengan yang lain dengan
menggunakan past safety performance. Oleh karena itu OSHA secara potensial dapat
menggunakan data ini untuk enforcement action, sekurang-kurangnya incident rates ini
dari waktu ke waktu selalu tinggi untuk perusahaan kecil dalam beberapa tahun,
OSHA juga membuat specific mathematic calculations yang setiap perusahaan dapat
melaporkan recordable incident rates, lost time rates, and severity rates, sehingga dapat
dibandingkan antar perusahaan. Standard base rate untuk menghitung didasarkan pada
suatu rate of 200,000 labor hours. Angka ini (200,000) sebanding dengan 100 pekerja,
yang bekerja dalam 40 jam per minggu, dan per tahun 50 minggu kerja.
Page 36
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
CALCULATIONS
The OSHA Recordable Incident Rate (or Incident Rate) dihitung dengan mengalikan angka
kasus yang tercatat dengan 200,000, dan dibagi dengan angka jam kerja dari pekerja.
Contoh :
pekerja full time = 17 orang (40 jam seminggu)
Pekerja part time Rate = 3 orang (20 jam seminggu)
Angka jam kerja setahun = 28,400 labor hours each year.
Bila dalam kecelakaan tercatat = 2 orang
Maka :
2 x 200,000 400,000
IR = --------------- IR = ---------- IR = 14.08
28,400 28,400
Jadi dalam hal ini setiap 100 pekerja tercatat = 14.08 pekerja terlibat recordable injury or
illness.
Harap diingat bahwa pada perusahaan kecil tampak recordable incidents ini tampak
incident rate sangat besar, atau incident rates berfluktuasi secara signifikan dari tahun
ke tahun. Hal ini disebabkan jumlah karyawan sangat kecil (lagi pula angka jam kerja juga
kecil). Perhitungan lebih bermakna pada perusahaan yang besar yang mempunyai jumlah
pekerja besar dengan jam kerja juga besar.
Page 37
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Pada Lost Time Case Rate penghitungan sama, digunakan angka kasus dengan lost work
days (hari kerja yang hilang). The calculation is made by multiplying the number of
incidents that were lost time cases by 200,000 and then dividing that by the employee
labor hours at the company.
Contoh :
Misalkan salah satu dari dua kasus terjadi terjadi lost work days berkaitan dengan
terjadinya insiden. Hitungan LTC adalah:
1 x 200,000 200,000
LTC Rate = ---------------- LTC Rate = ---------- LTC Rate = 7.04
28,400 28,400
What is now known is that for every 100 employees, 7.04 employees have suffered lost
time because of a work related injury or illness.
Page 38
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Severity rate merupakan angka rata-rata hilangnya hari kerja per recordable incident.
Perlu dicatat bahwa sangat sedikit perusahaan menggunakan severity rate sebagai
hitungan perkiraan. Perhitungan didapat dari pembagian angka total dari lost workdays
dengan angka total angka recordable incidents.
5
SR = -------- SR = 2.5
2
Maka diketahui bahwa setiap recordable incident rata-rata 2.5 hari hilang karena cedera.
Page 39
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
CONTOH ISILAH
Page 40
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
Page 41
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
TREND ANALYSIS
Page 42
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
INTERPRETASI HASIL
Dari Trend Analysis tampak adanya penurunan LTI rate (LOST TIME INJURY RATE) atau
LTC rate (LOST TIME CASE RATE)
Berbeda dengan aktif monitoring untuk reaktif monitoring idealnya ada trend menurun
Page 43
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
a. Makalah adalah suatu tulisan yang disusun dan disajikan secara sistimatis
dengan menggunakan bahan bahan / data yang diperoleh pada waktu
mengadakan observasi / peninjauan lapangan
b. Presentasi seminar :
Maksud presentasi dalam seminar adalah suatu penyajian yang dilakukan
masing masing kelompok atas hasil observasi dan analisanya terhadap
masalah yang ditemui dilapangan.
Presentasi dilakukan dihadapan pleno seluruh peserta pelatihan yang
dipandu oleh pembimbing sebagai moderator dan pengarah seminar
Sarana presentasi menggunakan peralatan yang memadai, antara lain :
infocus, OHP, slide, papan tulis dll, sehingga para peserta dengan mudah
dan jelas dapat mengikuti hal-2 yang disampaikan oleh penyaji
Page 44
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
II. METODOLOGI
a. Pra Observasi
Sebelum hari – H tinjauan lapangan, para pembimbing bersama
penyelenggara telah menentukan proyek yang akan dijadikan tujuan
observasi
Minimal 1 ( satu ) hari sebelum acara peninjauan proyek, pembimbing
melakukan observasi keproyek lebih dahulu
Dari hasil peninjauan ini, pembimbing menetapkan topik / fokus masalah
yang nantinya akan dijadikan topic bahasan dalam seminar / lokakarya
b. Observasi Lapangan
Metode yang digunakan dalam kegiatan observasi lapangan adalah metode
pencarian data primer. Dalam hal ini kepada peserta pelatihan disarankan untuk :
melakukan wawancara langsung dengan pelaku proyek, yaitu Manajer
Proyek dan para staf proyek terutama yang menangani bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( K3 )
melakukan wawancara dengan para mandor, tukang , pekerja dll
MELAKUKAN MONITORING
o Kelompok A : Aktif Montoring
o Kelompok B : reaktif monitoring (mengumpulkan data kecelakaan
kerja selama satu tahun)
Page 45
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
ORGANISASI KELOMPOK
Agar setiap kelompok dapat menjalankan tugas secara efektif dan efisien, maka
perlu untuk membentuk organisasi kecil, yang terdiri dari :
Page 46
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
3. TUGAS KELOMPOK
Tiap-tiap kelompok , sesuai dengan kelompoknya mempunyai tugas :
a. melakukan observasi lapangan
b. membuat makalah berdasarkan hasil observasinya
c. menyusun bahan presentasi
d. melaksanakan presentasi dalam seminar
1. JUDUL MAKALAH
Laporan hasil observasi lapangan disusun kedalam suatu makalah. Masing-
masing kelompok menyusun dengan judul berdasarkan pembagian kelompok
dan juga sesuai dengan nama program diselenggarakanya acara
Karena didalam sesi observasi lapangan ini peserta dikelompokkan menjadi 4 (
empat ) , maka judul makalah tiap-tiap kelompok juga harus dibedakan.
Page 47
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
2. SUSUNAN MAKALAH
Susunan makalah laporan hasil observasi lapangan terdiri dari beberapa bab, sebagai
berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi antara lain :
a. gambaran singkat tentang proyek yang di-observasi
b. peraturan dan perundangan yang berlaku, standar / ketentuan umum K3
c. segala sesuatu tentang diselenggarakannya pelatihan ini
d. segala sesuatu tentang dilakukannya observasi lapangan
e. segala sesuatu tentang diadakannya seminar
Page 48
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
LAMPIRAN
Apabila didalam observasi lapangan ditemukan data sekunder yang dapat digunakan
sebagai bahan dan referensi dalam membuat analisa, dapat dilampirkan dalam
makalah ini
Data tersebut dapat berupa : Safety Plan, laporan-2, foto, lembar-2 periksa, gambar
kerja, denah dll
3. FORMAT MAKALAH
a. Untuk keseragaman format makalah diketik dengan ketentuan sbb :
1. ukuran kertas : A4
2. Margin : Top : 2,0 ; Bottom : 1,5 ; Left : 2,0 ; Right : 2,0 cm
3. Header kanan atas : Nama Kelompok ( Contoh : Kelompok B )
Page 49
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3
V. SEMINAR
Hasil observasi lapangan yang laporannya disusun kedalam MAKALAH KELOMPOK ,
disajikan / dipresentasikan dalam acara seminar pada sidang pleno di-akhir pelatihan ini.
Oleh karena itu, pada saat sesi penyusunan makalah, seluruh anggota kelompok agar
aktif dalam proses diskusi dan memmberi masukan kepada ketua dan sekretaris,
sehingga lebih menguasai dan memahami isi makalah kelompoknya.
Dalam acara presentasi dan Tanya jawab, seluruh anggota kelompok harus dilibatkan,
tidak hanya diserahkan kepada ketua atau sekretaris
Page 50