Anda di halaman 1dari 50

PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

PENGAMATAN KINERJA
PELAKSANAAN K3

ADA DUA MACAM

1. Active monitoring (sebelum ada insiden). Dimana dalam menggapai tujuan


apakah standard yang dipersiapkan adalah efektif ?

2. Reactive monitoring (setelah terjadi insiden). Melakukan investigasi berbagai


kasus luka-luka, property damage, near misses dsb.

Page 1
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

1). Active monitoring

Pemantauan : pelaksanaan konstruksi menggunakan lembar “performa score sheet”

Contoh berikut :

Kontraktor : ………
Proyek : ………

Obyek yang diperiksa Skor yang benar Jumlah Skor tidak benar Jumlah Persen
1. Work practice (cara-
cara melakukan
pekerjaan)

2. Housekeeping

3. Pemasangan instalasi
listrik

4. Scaffold & ladder

5. Pencegahan jatuh
dan kejatuhan benda

6. Plant and equipment

Jumlah yang Jumlah yang


……. …….
benar tidak benar

Page 2
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Contoh pengisian

Hasil : monitoring ini skornya =72%


Monitoring ini diulang secara periodik
Dengan trend analysis dapat diprediksi kinerja pelaksanaan K3

Kriteria untuk mengukur kategori dalam industri konstruksi

Page 3
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Category Principles Criteria for correct score


1. Work practices Dalam setiap areal Seseorang menggunakan APD yang
(Cara-cara kerja yang kerja diobservasi diperlukan atau peralatan keselamatan
baik dan aman) pada yang benar sehingga tidak mengundang
Mis.: penggunaan setiap pekerja risiko mis.: harness, ear and eye
APD protection
2. Housekeeping Observasi dilakukan Access way bersih
Mis.: acces bersih, di areal kerja Bak sampah tidak terlelu penuh
bak sampah bersih, Housekeeping Areal kerja pada umumnya bersih
sampah tidak Setiap jalan access untuk menghindari bahya terpeleset
mengganggu Setiap bak terantuk, dan puing-puing dapat
kelancaran kerja mengganggu work flow
Working platform bersih mis.: pada
deck dari scaffold bersih
3. Electrical and Pada setiap areal Memulai dengan adanya ground dan
Lighting kerja atau areal tidak ada kabel yang putus
Mis.: cukup bservasi: Peralatan, termasuk switch board,
penyinaran untuk Setiap peralatan diberi label arus (amper)
areal kerja, untuk Earth Leakage Earth Leakage switch dipasang pada
inspeksi dan untuk Switch supply utama atau pada genset
pekerjaan Ligh ladder Lampu cukup terang untuk
pemeliharaan berlangsungnya aktivitas kerja
peralatan listrik
4. Scaffold dan Setiap areal kerja Tangga dikaitkan (tied off) dan sudut
tangga atau areal observasi pemasangan benar
Mis.: Cara mendirikan Setiap bagian dari Scaffold adequately braced dan tied
scaffold dan pondasi scaffold dipasang pada interval yang benar
penyangga, tangga Setiap tangga Pemasangan mobile scaffold benar
dipasang dengan mis.: pemasangan tangga, bracing dan
sudut yang benar, toeboard
serta di lekatkan (tied Tidak boleh ada gap yang lebar antar
off) tepi perimeter dan tepi scaffold

Page 4
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

5. Proteksi terhadap Dalam setiap areal Percegahan jatuh pada bagian tepi
bahaya jatuh dan kerja atau areal terpasang dengan baik
kejatuhan benda observasi : Bagian penetrasi (dimana puing-puing
Mis .: pencegahan Pada setiap bagian dapat jatuh)
jatuh yang benar, handrail Perlindungan adanya benda dari atas
pencegahan benda Pada setiap bagian dapat jatuh mengenai orang
jatuh, overhead penetration (overhead protection) terpasang
protection (dimana benda dengan baik
dapat jatuh)
Pada bagian
perlindungan dari
atas (overhead
protection)
6. Plant and Dalam setiap areal Penjagaan (penghalang, rambu) dipasang
Equipment atau areal untuk di proyek (plant) dan peralatan
Mis.: verifikasi observasi : (equipment).
pelaksanaan Peralatan atau Flashing light and reversing buzzer
perawatan routin, bagian dari perating pada semua mobile plant,
penjagaan peralatan e.g., loader, bobcat, and backhoe
(penghalang, rambu) . Bila posisinya pada jalan umum (public
yang diperlukan road).
penyimpanan yang Sebagaimana poin di atas dapat
benar dipasang pada semua mobile plant
operating on site. Appropriate
plant/machine guards di tempatnya
(mis: baricade).
Tabung O2 dan tabung Acetylene
(ELPIJI) disimpan dengan benar (jangan
sampai roboh)
Log book or service tag yang up to
date

Page 5
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

KRITERIA PADA ACTIVE MONITORING


(Apa yang perlu diketahui untuk menilai benar / salah)

I. Work practice

1. Personal Protective Equipment

Head Protection, (helm) seluruh personil proyek harus menggunakan, visitors, and
vendors harus memakai hard hat, kecuali di dalam kantor kompleks proyek, di
kendaraan atau tempat tertentu. Hard hat harus memenuhi standar.
Foot Protection, safety footwear (steel-toed) diperlukan pada personel yang masuk
areal konstruksi tertentu, penggunaan sandal atau berbagai macam sepatu olah raga
tidak diijinkan.
Hearing Protection, protective hearing equipment is to be provided and used in
designated areas or for high noise hazard jobs.
Respiratory protection, respiratory equipment harus digunakan pada lokasi
dimana bahaya adanya akumulasi debu, asap atau uap beracun.
Safety Harness/safety belts, positive protection dari adanya bahaya jatuh bila
tidak ada working platforms consisting of guardrails, mid-rails, toe-boards and
close boarded planking. Bila working platforms tidak layak atau berbahaya
gunakan alternative methods dengan menggunakan safety harnesses/safety belts
dapat juga dikombinasikan dengan life lines, safety nets, man basket, etc.All safety
harnesses/safety belts harus memenuhi standar yang ditentapkan ( mis: ANSI or BS
standards)
Hand protection, gloves harus digunakan untuk menangani material dan dimana ada
kontak dengan serpihan-serpihan, thermal hazards (hot or cold), permukaan benda
yang kasar atau tajam, abrasive, corrosives, vibrasi dsb.

Page 6
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Eye Protection, semua karyawan, visitors, and vendors harus menggunakan safety
glasses dengan kerangka yang kuat sepanjang waktu, kecuali di kantor kompleks
dan di dalam kendaraan. Keharusan menggunakan pada personel yang kemungkinan
terkena flying objects, dust, chemicals, or harmful rays. Persyaratan untuk safety
glasses memenuhi ANSI standard. Pada pekerjaan pengelasan harus menggunakan
pelindung mata yang memenuhi syarat
Safety Nets, untuk tempat kerja lebih dari 7,5 meters di atas tanah/ di atas air atau
permukaan lainnya bila pada ladders, scaffolds, catch platforms, temporary floors,
safety lines or safety harness tidak digunakan. Safety nets harus menggantung
dengan jarak yang sesuai (sufficient clearance) untuk mencegah terbentur dengan
permukaan di bawahnya. Nets harus terbentang 2,5 meters di bawah permukaan
lantai kerja.

II. Housekeeping
Tempat kerja dan acces selalu bersih
Jalan masuk proyek, jalan masuk kantor bersih
Beri tutup pada kernjang sampah
Ada pemisahan sampah bekas makanan, puing-puing bangunan, sampah
potongan kayu, kaleng-kaleng bekas, oli bekas dsb
Buanglah sampah pada tempat yang disediakan
Tidak ada tumpahan oli, cat, bensin dsb yang mengundang bahaya kebakaran
Minimalkan sampah

Page 7
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

III. Pemasangan instalasi listrik

Electrical Requirements
1. Semua peralatan listrik yang ada di proyek harus ada daftar dan disahkan
2. Portable electrical hand tools harus di grounded (earthed or double insulated).
double insulated: adalah alat listrik yang pada pemakaiannya tidak diperlukan
arde (grunded)
3. Semua kabel listrik yang malang melintang harus ditutup atau “lewat atas”
untuk mencegah kerusakan atau menghidari bahaya “kesrimpet” (tripping
hazards).
4. Power saws, grinders, and other power tools harus ada proper guard dan
ditempat tertentu
5. Temporary lighting harus mempunyai pelindung pada bola lampunya.

6. Distribution panels harus mempunyai kotak pelindung (casing) terkunci, dan


grounded
7. Flexible cords (kabel yang dapat digunakan kemana-mana) harus mempunyai
isolasi heat resistant, oil resistant dan flame retardant rubber-sheath atau dengan
PVC insulation.

8. Semua jaringan dengan rating tidak lebih dari 60 A three-phase or single-phase


harus menggunakan Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dengan tripping
current tidak melebihi 30mA dan tripping time 0,1 second. Untuk jaringan yang
melebihi 60 A three-phase or single-phase menggunakan ELCB dengan tripping
current tidak melebihi 300mA.
9. Bila menggunakan instalasi temporary electrical systems, lockouts and tag
harus digunakan. (PERIKSA APAKAH PERALATAN LOCKOUT & TAGOUT ADA )
10. Pada kebakaran listrik : alat pemadam apa yang diguakan

Page 8
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

11. Jangan menggunakan perhiasan, arloji dsb bila bekerja dengan electrical system.

IV. Scaffold & ladder

Ladders

1. Seluruh manufactured ladders harus menggunakan tipe heavy duty, dilengkapi


dengan pengaman anti slip pada kakinya
2. Broken or damaged ladders tidak boleh digunakan, tidak boleh di-repair harus di
destroyed immediately.
3. Tangga yang pendek tidak boleh disambung-sambung menjadi tangga yang panjang
4. Semua tangga (including stepladders) harus di kaitkan bagian atasnya untuk
mencegah roboh, tergelincir
5. Tangga tidak boleh disandarkan pada obyek yang dapat bergerak
6. Alas tangga diletakkan pada jarak aman dari sumbu vertikal, kira-kira 1 : 4
tinggi tangga

Page 9
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

7. Tangga yang digunakan untuk acces floor or platform harus lebih tinggi , sekurang-
kurangnya 1 meter above the landing.

8. Areal sekitar “top and base” dari tangga harus bebas dari benda-benda yang
menyebabkan bahaya tripping
9. Pekerja harus memastikan bahwa sepatu untuk naik tangga hrs bebas lumpur, oli
(grease), yang menyebabkan slip or fall.
10. Materials /peralatan tidak boleh dibawa (dengan salah satu tangan) untuk naik harus
menggunakan dua tangan untuk berpegangan

Page 10
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Scaffolding
1. Guardrails, mid rails and toe boards harus dipasang bagian samping (all open
sides) untuk scaffold yang lebih dari 2 meters in height.

Page 11
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

2. Tumpuan yang adequate atau suatu rigid footing, yang mampu menopang beban
maksimum.
3. Scaffold harus ditambatkan pada building atau structure dipasang pada setiap
second lift. Pemasangan mendatar dengan setiap 3 bays or 7,5 meter.
4. Tempat berdirinya scaffold hrs dilengkapi dengan base-plate.
5. Semua suspended scaffolds or platforms harus dilengkapi dengan vertical safety
line yang terpisah ditambatkan terpisah dari scaffold system. Pekerja harus
ditambatkan pada vertical line.

Mobile Scaffold
1. Tinggi dari mobile scaffolds tidak boleh melebihi 3 kali minimum ukuran
dasar (alasnya)
2. Work platforms harus diberi papan penuh seluruh lebar dari scaffold dan
dikencangkan untuk mencegah gerakan papan kerja itu
3. Mobile scaffolds hanya boleh digunakan pada alas yang solid dan rata
4. Castor wheel brakes harus dipasang bila sedang berhenti.

REM HARUS DIPASANG !!

Page 12
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Barricades and Barrier Tape

Barricades diperlukan sekitar penggalian, bukaan pada lantai, dsb


Two categories exist:
1. Warning
o Red & White/Yellow & Black barrier tape.
o Disini diberitahukan bahwa tidak ada physical protection suatu peringatan
kepada personel bahwa ada bahaya.

2. Protective
o Misalnya pemasangan guardrails dari bahan logam atau kayu
o Dalam hal ini bukan hanya peringatan tetapi juga proteksi dari bahaya
seperti jatuh ke dalam galian atau bukaan.
o Protective barrier harus dibangun untuk mencapai maksud misalnya bila
baricade dimaksud mencegah pekerja terperosok memerlukan semacam
guardrail.

Page 13
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

V. Pencegahan jatuh dan kejatuhan benda


1. Bila bekerja di tempat tinggi :
Dilarang meninggalkan peralatan atau material yang mungkin akan ter-
tendang dan terjatuh
Jangan melempar material dari ketinggian
Pakailah helm keselamatan bila bekerja dibawah atau diatas area kerja
2. Jaring Keselamatan
Peralatan Keselamatan yang diletakkan dibawah elevasi kerja
Terbuat dari jaring yang kuat
Harus diinspeksi
Menggunakan helm pelindung kepala
3. Barricade area dibawah pekerjaan yang kemungkinan ada benda jatuh

VI. Plant and equipment

Pintu Masuk dan Keluar


Lampu/Penerangan
Kebersihan
Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Alat Pemadam Kebakaran

Perlindungan Terhadap Benda-Benda Jatuh dan bagian Bangunan Yang


Rubuh
Perlindungan Agar Orang Tidak Jatuh/Terali Pengaman dan Pinggir
Pengaman
Penghindaran Terhadap Orang Yang Tidak Berwenang (Sekuriti)
Struktur Bangunan dan Peralatan

Page 14
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Permesinan
Instalasi dan Pemasangan.

Semua bagian dari mesin/motor yang bergerak harus terlindung aman, kecuali bila dalam
pemasangan dan penempatan sudah diperhitungkan keamanannya.
Untuk menjamin keamanan:
a) Semua bagian-bagian bergerak harus diberi pelindung untuk mencegah bahaya,
juga alat-alat pengemudi harus dilindungi. Bagian-bagian bergerak itu seperti :
roda gilas, roda-gigi, roda sisir, roda kerekan, sabuk-sabuk, rantai-rantai, ujung-
ujung sayap roda, dan batang gigi, tongkat pengatrol, balok penggeser, balok
pengengkol dan bagian ujungnya dan bagian-bagian lain dari mesin yang dapat
mengakibatkan bahaya.

b) Semua ujung-ujung yang menonjol keluar pada waktu mesin/motor bekerja, harus
diberi pelindung atau disem-bunyikan untuk mencegah bahaya bila seseorang
tersang-kut.
c) Jalur-jalur untuk beban/kantung pemberat, gandul pem-berat atau semacamnya
harus diberi pagar.
d) Pada waktu bekerja semua bagian dari motor yang megeluarkan / memancarkan
benda-benda kecil harus dilin-dungi atau diberi pengamanan
Setiap mesin yang digerakkan dengan tenaga penggerak hams dilengkapi dengan
alat penyetop yang mudah dicapai oleh pengemudi dan menahan motor untuk
bergerak kembali.

Tempat pengemudi/operator mesin bekerja harus :


a) aman dan mudah dicapai.
b) mempunyai ruangan yang cukup luasnya.

Page 15
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

c) dibangun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan ketegangan atau kurang


nyaman bagi operator mesin.
Bila perlu untuk mencegah bahaya, tempat operator mesin harus di beri:
a) pagar, papan pengaman dan tanda pengaman, atau semacamnya.
b) Fasilitas untuk mencapainya seperti tangga, atau papan beralur.
Bila tempat operator bekarja seluruhnya tertutup maka harus ada lubang
angin yang cukup.
Alat-alat pengontrol mesin harus dibuat dan dipasang sehingga bekerja dengan
baik, aman dan mudah dikemudikan dari tem pat operator / pengemudi.
Bila mungkin pada motor-motor/mesin-mesin, harus ditulis arah pertukaran dan
kecepatan maksimal yang aman.
Mesin harus diberi alat pengaman yang diperlukan meskipun sedang tidak dipakai
untuk sementara, kecuali bila sedang diperbaiki
Lebar celah-celah pada pagar pengaman bergantung pada jarak antara pagar
pengamanan dengan mesin yang dilindungi, lebar celah-celah tersebut tidak
boleh melebihi:
a) 6 mm bila jarak kurang dari 10 cm.
b) 1,2, cm bila jarak antara 10 s.d. 40 cm.
c) 5 cm bila jarak lebih dari 40 cm.
Lubang-lubang terbuka pada lantai yang digunakan untuk memindahkan barang-
barang, harus dilindungi dengan papan dan tonggak pengaman
Di atas tempat-tempat kerja dan tempat melintas dimana terdapat sabuk yang
berputar cepat, tali-tali dan sabuk besi, dan juga sabuk-sabuk yang besar harus
diberi pelindung.
Pada waktu mesin dipasang, diperbaiki atau dipindahkan harus diambil tindakan
yang mencegah mesin untuk bekerja.

Page 16
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Pengawasan dan pemeliharaan untuk mesin-mesin.

Tempat operator mesin harus diperlihara dengan baik dan tidak boleh ada benda-
benda penghalang.
Pagar untuk mesin-mesin yang berbahaya tidak boleh dilepas bila mesin sedang
bekerja, dan bila ingin dilepas harus dipasang kembali sebelum mesin berjalan
secara normal.
Bagian-bagian dari mesin yang sedang bergerak dan tidak ada pagar pengaman
tidak boleh diperiksa, dilumasi, distel atau direparasi kecuali oleh orang yang ahli
yang dizinkan menurut standar keamanan. .
Bagian-bagian dari mesin hanya dapat dibersihkan bila mesin sedang tidak bekerja
kecuali bila diizinkan dan dapat diterima menurut standar keamanan.
Sabuk, tali, lantai dan tali penghubung untuk roda gigi tidak boleh dilepas atau
dipasang dengan tangan bila sedang berjalan atau berputar.
Bila mesin sedang diperbaiki harus dicegah penghidupan mesin kembali tanpa
persetujuan pekerja bagian pemeliharaan.
Bila pemeliharaan atau perbaikan sedang dilakukan di tempat yang berbahaya di
dekat mesin, maka mesin harus dimatikan selama perbaikan.
Tidak dibenarkan mencuci/membersihkan mesin dengan menggunakan cairan
yang mudah terbakar terutama apabila ada kemungkinan timbulnya bunga api.

Penggunaan mesin.
Hanya pekerja yang sudah diberi instruksi yang cukup dapat di percaya untuk
menjalankan mesin tanpa diawasi
Operator mesin harus :
a) Tidak boleh memakai pakaian yang terlalu longgar, dasi selendang atau perhiasan-
perhiasan.
b) Menutup rambutnya yang terlalu panjang supaya tidak terjepit bagian mesin yang

Page 17
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

bergerak.

Sebelum menghidupkan mesin harus diperiksa untuk menjamin keselamatan bekerja


dan khususnya harus diperiksa :
a) bahwa semua telah disete! baik.
b) Bagian-bagian yang bekerja diberi pelumas yang baik.
c) baur-baut dan mur-mur sudah terikat. kuat.
d) semua alat pelindung berada di tempatnya dan dapat menjamin keselamatan.
e) Mesin yang sedang bergerak tidak boleh ditinggalkan bila dapat mengakibatkan
bahaya.
f) Bila bahaya dapat terjadi pada waktu suatu mesin dihidupkan, maka hams ada signal
yang keras/yang terdengar dan dapat dilihat dari tempat dekat mesin tersebut
dipasang.
g) Bila beberapa pekerja hams bekerja pada suatu mesin pada waktu yang bersamaan,
maka mesin yang dihidupkan dengan tombol utama tidak boleh dihidupkan, sampai
pekerja yang menghidupkan mesin yakin bahwa tidak ada pekerja yang di-
bahayakan.
h) Roda pengatur kecepatan dan mesin untuk bekerja hanya dapat dinormalkan/dilepas
bila sedang berhenti dan harus dilepas/dinormalkan bila sedang tidak dipakai.

Tindakan yangsesuai harus diambil untuk mencegah :


a) kecepatan yang melebihi kecepatan maksimal yangam an.
b) perubahan kecepatan yang tiba-tiba.

Mesin yang digerakkan dengan tenaga manusia tidak boleh digerakkan dengan motor.
Bila dalam menggunakan mesin, bahaya dapat berasal dari percikan-percikan api,
pancaran serbuk-serbuk, percikan debu-debu atau semacamnya maka tindakan
pencegahan bahaya harus diambil

Page 18
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Tindakan pencegahan harus diambil untuk melindungi mata.


Sabuk pengatur kecepatan tidak boleh dilepaskan atau diperbaiki letaknya pada waktu
bergerak.
Mesin-mesin yang masih bergerak meskipun motornya telah dimatikan, harus diberi rem
(alat penyetop) yang dapat distel dari tempat pengemudi/pengontrol

Tempat Kerja
Pintu Masuk dan Keluar
Pintu Masuk dan Keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.

Lampu/Penerangan
Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat
kerja, termasuk pada gang-gang.
Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mati/pecah.

Ventilasi
Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang
dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain, harus dibuatkan
ventilasi untuk pern-buangan udara kotor.
Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja hams disediakan alat pelindung diri untuk mencegah
bahaya-bahaya ter-sebut di atas.

Page 19
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Kebersihan
Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan
ke tempat yang aman.
Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda
tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh
atau tersandung (terantuk).
Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
Tempat-tempat kerja dan gang-gang(passageways) yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah di-pakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpan semula.

Pencegahan Terhadap Kebakaran dan alat pemadam kebakaran.

Di tempat-tempat kerja, tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia:


a). Alat-alat pemadam kebakaran.
b). Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
Semua pengawas (Supervisor) dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus
dilatih untuk menggunakan alat pemadam kebakaran.
Orang-orang yang terlatih dan tahu cara menggunakan alat pemadam
kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh
orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang

Page 20
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam


kebakaran harus selalu dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan ditempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
Sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus bersedia:
a), disetiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
b). di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c). pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana
terdapat barang-barang, alat-alat yang mudah terbakar.
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan:
a), di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah
terbakar.
b). di tempat yang terdapat oli/bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
c). di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d). di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon
tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang
terbatas. (ruangan tertutup, sempit).
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu
gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa sebuah katup yang
menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.

Page 21
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Alat Pemanas (Heating Appliances)


Alat pemanas seperti kompor arang hanya boleh diguna kan di tempat yang cukup
ventilasi.
Alat-alat pemanas dengan api terbuka, tidak boleh ditempatkan di dekat jalan
keluar.
Alat-alat yang mudah mengakibatkan kebakaran seperti kompor minyak tanah
dan kompor arang tidak boleh ditempatkan di lantai kayu atau bahan yang
mudah terbakar.
Terpal, bahan canvas dan bahan-bahan lain-lainnya tidak boleh ditempatkan di
dekat alat-alat pemanas yang meng-gunakan api, dan hams diamankan supaya
tidak terbakar.
Kompor arang tidak boleh menggunakan bahan bakar batu bara yang
mengandung bitumen.

Bahan-bahan yang mudah terbakar


Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk gergaji lap berminyak
dan potongan kayu yang tidak ter-pakai tidak boleh tertimbun atau terkumpul
di tempat kerja.
Baju kerja yang mengandung oli tidak boleh ditempatkan di tempat yang
tertutup.
Bahan-bahan kimia yang bisa tercampur air dan memecah harus dijaga supaya
tetap kering.
Pada bangunan, sisa-sisa oli hams disimpan dalam kaleng yang mempunyai alat
penutup.
Dilarang merokok, menyalakan api, dekat dengan bahan yang mudah terbakar.

Page 22
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Cairan yang mudah terbakar


Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut, dan digunakan
sedemikian mpa sehingga kebakaran dapat dihindarkan.
Bahan bakar/bensin untuk alat pemanas tidak boleh disimpan di gedung
atau sesuatu tempat/alat, kecuali di dalam kaleng atau alat yang tahan api
yang dibuat untuk maksud tersebut.
Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu.

Inspeksi dan pengawasan


Inspeksi yang teratur harus dilakukan di tempat-tempat dimana risiko
kebakaran terdapat. Hal-hal tersebut ter-masuk.misalnya tempat yang dekat
dengan alat pemanas, instalasi listrik dan penghantar listrik tempat penyimpanan
cairan yang mudah terbakar dan bahan yang mudah terbakar, tempat
pengelasan (las listrik, karbit).
Orang yang berwenang untuk rnencegah bahaya kebakaran harus selalu siap
meskipun di luar jam kerja.
Perlengkapan, Peringatan
Papan pengumuman dipasang pada tempat-tempat yang menarik perhatian;
tempat yang strategis yang menyata-kan dimana kita dapat menemukan.
a) Alarem kebakaran terdekat.
b) Nomor telpon dan alat-alat dinas Pemadam Kebakaran yang terdekat.

Tempat-tempat Kerja Yang Tinggi


Tempat kerja yang tingginya lebih dari 2 m di atas lantai atau di atas tanah,
seluruh sisinya yang terbuka harus dilindungi dengan terali pengaman dan pinggir
pengaman sesuai

Page 23
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Tempat kerja yang tinggi harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar. misalnya
tangga.
Jika perlu untuk menghindari bahaya terhadap tenaga kerja pada tempat yang
tinggi, atau tempat lainnya di-mana tenaga kerja dapat jatuh lebih dari ketinggian
2m harus dilengkapi dengan jaring (jala) perangkap; pelatar-an, (platform) atau
dengan menggunakan ikat pinggang (sabuk pengaman) yang dipasang dengan kuat.

Kebisingan dan Getaran (Vibrasi).


Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus dikurangi
sampai di bawah nilai ambang batas.
Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga kerja harus memakai alat
pelindung telinga (ear protectors).

Penghindaran Terhadap Orang yang Tidak Berwenang.


Di daerah konstruksi yang sedang dilaksanakan dan di-samping jalan raya harus
dipagari.
Orang yang tidak berwenang tidak diijinkan memasuki daerah konstruksi,
kecuali jika disertai oleh orang yang berwenang dan diperlengkapi dengan alat
pelindung diri.

Welding and Burning

• Welding and burning operation mempunyai potensi terjadinya kebakaran dan luka-
luka pada personel,

Page 24
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

• Melakukan pekerjaan tersebut patuhilah larangan umum berikut :


– Setiap hot work harus diantisipasi dan memerlukan ijin,
– Areal kerja dan sekelilingnya harus diinspeksi untuk memastikan bahwa
percikan bunga api tidak mengenai pekerja ataupun combustible materials.
– Safeguard diperlukan untuk pekerjaan ini.
– Welding or burning di areal yang hazardous tanpa ijin tertulis : dilarang.
• Fire extinguishing equipment hrs tersedia.
• Burning or welding equipment hrs terpelihara.
• Welding cables dan oxy/acetylene hoses berada di atas lantai, walkways, and
stairways.  baik, tidak bocor, tidak tertindih, tidak terlipat
• Dilarang  pengelasan atau pembakaran pada barrels, tanks, piping, or other
systems, yang berisi (bekas) combustible or unknown product tanpa terlebih dahulu
mendapat ijin dari responsible supervision.

Welding

• Pengelasan perlu menggunakan APD


• Face and eye protection with correct grade of filter.
• Welders gauntlets.
• Long sleeved flame retardant overalls.
• All welding must be performed using welding hoods.
• Lindungilah mata.
• Bila pengelasan dekat dengan pekerja lain maka pekerja tersebut hars menggunakan
APD yang sesuai.
• Frames dari welding machines harus di-grounded,
• Cables harus sering diperiksa, hindari kerusakan kabel

Page 25
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Use of Gas & Oxygen Equipment

• Jangan menggunakan korek api untuk menghidupkan light torches. Gunakan Sparks
igniters
• Gunakan (APD) sarung tangan .
• Bila mengatur regulator menggunakan kunci Inggris (operate the acetylene cylinder
valve),  kunci inggris harus tetap di posisi valve.
• Selang (Hoses) harus mempunyai color coded tetap sesuai internationally
recognized standard
• untuk gas, selang harus mempunyai kondisi yang baik, dan fitted with hose
connectors disambung dengan permanent clips.
• Gunakan goggles, filter lenses yang cocok. Sun glasses tidak cocok untuk
penggunaan ini.
• Cylinders (isi gas) tidak boleh dimasukan ke dalam confined spaces.
• Semua flammable gas cylinders yang digunakan dalam proyek harus mempunyai
approved flash back arrestor fitted to the gauges of the cylinders (semacam troley
tempat meletakkan tanki).
• Cylinders ditempatkan pada tempat yang aman. Bila menggunakan trolley gunakan
metoda yang sesuai untuk maksud ini.

Storage and Handling of Cylinders (compressed gas)

• Compressed gas cylinder yang dibawa ke tempat kerja perlu mematuhi petunjuk
berikut.

Page 26
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

• Cylinders harus :
– Kondisi baik tanpa adanya karat
– Mempunyai kode warna yang jelas
– Dapat diidentifikasi dengan mudah
– Disertai (dilampiri) sertifikat uji yang resmi
• Pelindung valve harus ada dan biarkan tetap pada tanki.
• Cylinders digunakan dan disimpan pada posisi yang benar dan diberi pengaman.
• Oxygen and acetylene cylinders dalam penyimpanan dipisahkan dengan jarak
sekurang-kurangnya 6 m atau 1,6 m bila menggunakan dinding pemisah

Ventilation and Protection

• Welding, burning, and heating dilakukan dalam confined spaces memerlukan


ventilasi yang mekanikal atau local exhaust untuk mengurangi konsentrasi asap
dan uap sehingga tercapai acceptable levels.
• Bila adequate ventilation tidak tesedia  breathing apparatus yang
menggunakan air supply.
• Welding, cutting, or heating metals menyebabkan adanya toxic significance, seperti
zinc, lead, cadmium, or chromium  respirator

Fire Extinguishers

• Fire extinguishers ditempatkan sesuai regulasi.


• Extinguishers  mudah terlihat, mudah dijangkau dan dapat digunakan setiap
saat.

Page 27
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

• Portable or permanently mounted extinguishers mudah dijangkau jarak 15 meters


dari pekerjaan pengelasan, pembakaran.

Combustible and Flammable Liquids Storage

• Sources of ignition, termasuk merokok dilarang di seluruh hazardous areas.


• Seluruh containers yang digunakan menyimpan flammable liquids harus dengan
type yang disahkan.
• Flammable liquids tidak dimaksud untuk penggunaan pembersihan (misalnya
bensin untuk mencuci ).
• Bulk dispensing containers untuk flammable liquids harus di-grounded dan
diberi grounding strap (dihubungkan dengan ground) untuk containers yang diisi
dari dispenser.
• Seluruh wadah yang berisi flammable liquids harus di simpan terpisah dari
bangunan sekurang-kurangnya 15 meters dari gedung lainya.
• Tidak boleh ada kebocoran pada wadah yang disimpan di gudang. Wadah yang
digunakan flammable liquids harus diinspeksi dari kebocoran.

Page 28
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Hasil Monitoring

Contoh Hasil Aktif Monitoring


Monitoring Hasil Monitoring (%)
1 46
2 58
3 51
4 60
5 64
6 72
7 68
8 74
9 82
10 79

Page 29
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Interpretasi Hasil
Idealnya memang naik dari waktu ke waktu, jadi selalu ada perbaikan
(continual improvement)

Page 30
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

2). REAKTIVE MONITORING


Incident Rate

Incident rates menunjukkan berapa kali incidents telah terjadi atau bagaimana keparahan
terjadinya. Pengukuran hanya merupakan past performance atau merupakan indikator
yang ketinggalan (usang). Incident rates juga hanya salah sati dari banyak items yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja, ada banyak item digunakan pengukuran
kinerja ini, kebanyakan dengan cara positive; incident rates cenderung meninjau indikasi
adanya sesuatu yang salah dengan system K3, dibandingkan dengan apakah yang positive
atau yang benar (yang seharusnya benar) mengenay sistem. Walaupun banyak
perusahaan masih menggunakan incident rates digunakan sebagai indicator utama
sebagai ukuran kinerja K3. Hal ini disebabkan bahwa incident rates merupakan cara
mudah untuk menggambarkan dan membandingkan antara satu perusahaan dan
perusahaan lainnya.
Merupakan hal yang sulit mengenai incident rates adalah bahwa lima major types dari
rates mudah rancu (easily confused) dengan lainnya. Yang paling umum rate yang
digunakan adalah Recordable Incident Rate. Rate ini biasanya disebut “total case incident
rate” atau hanya disebut “incident rate”.
“Lost Time Case Rate” (LTC) merupakan rate ke dua yang sering dipakai “Lost Workday
Rate” and “Severity Rate” merupakan Rate utama yang sering dipakai pada perusahaan
besar yang mempunyai angka besar dalam “Lost Time Cases”. Yang terbaru dari rate
adalah DART or “Days Away/Restricted or Transfer Rate”.

Page 31
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Bagaimana membandingkan perusahaan yang hanya mempunyai 15 pekerja dan 250


pekerja. Hal ini dapat dengan hanya menggunakan rumus yang menggunakan nilai
numerik
Untuk mendapatkan Incident rate, angka dari kejadian berbeda yang didapat dari angka
cedera. Dibandingkan dengan Incident Rate perusahaan lainnya harus ditetukan
“normalize data”
Hal ini dipenuhi dengan menggunakan 200.000 jam kerja, yang dibuat oleh Bureau of
Labor Statistics. Angka 200.000 merupakan angka jam kerja dimana 100 pekerja full time
bekerja 50 minggu dengan 40 jam kerja seminggu. Jadi dapat dihitung Incident Rate
dengan rumus

Angka 200.000 merupakan konstanta jam kerja (angka ini dapat berbeda-beda mis
1000.000. atau 100.000)

Saverity Rate
Sering disebut “lost – time work day rate” digunakan untuk menentukan betapa serious
cedera yang terjadi. Perusahaan dapat mempunyai angka incident rate rendah atau
dengan cedera sedikit orang, tetapi bilacedera tersbut menyebabkan banyak hari kerja
terbuang, lost work day case dapat berakibat biaya tinggi atau biaya dapat lebih tingi dari
pada angka lost work days = 0
Dimana dalam hal ini perusahaan hanya dibebani medical cost
Lost work day case dapat menentukan dapak biaya kompensasi lebih tinggi lebih tinggi
Penghitungan Saferity Rate serupa dengan penghitungan Incident Rate dimana total
angka dari lost time work day digunakan. Saferity Rate dapat dihitung dengan rumus
berikut

Page 32
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Bagaimana menghitung
frequency rate/Severity rate(by ANSI),
incident rate(by OSHA)

contoh soal

Plant type ………. : petrochemical plant


Total Staff ………. : 1,000 persons
Total Working hour : 1,200,000 worked hour
Accident ………. : 1 (satu) kasus ( menyebabkan 2 cedera dan loss time 5 days)

ditanyakan

Injury Frequency rate =?


Injury severity rate =?
Incidence rate =?.

Cara mengerjakan
Plant type : petrochemical plant
Total Staff = 1,000 persons
Total Working hour : 1,200,000 worked hour
Accident : 1 Case (evidence have 2 injury persons and loss time 5 days).
o Injury Frequency rate =?
o Injury severity rate =?
o Incidence rate =?

Page 33
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Number of Accidents
Injury Frequency Rate = x 1.000.000
the number of hours worked

= (2 x 1,000,000) divided by 1,200,000 = 1.67 injuries per million hours worked

Catatan : Menurut persyaratan Konvensi menggunakan angka pekerja yang cedera bukan
angka kejadian kecelakaan atau insiden. Jadi pada kecelakaan sekali (1) menyebabkan
cedera = 6 orang maka pada perhitungan (pada rumus : Number of accident = 6).

Number of loss time injuries


Injury Severity Rate = x 1.000.000
the number of hours worked

(2 x 1,000,000) divided by 1,200,000 = 1.67 Lost Time Injuries per million hours worked

Number of Recordable Injuries


Incident Rate (OSHA) = x 200,000
the number of hours worked

(2 x 200,000) divided by 1,200,000 = 0.34 Injuries per 100 Employees (or 200,000 hours
worked)

Page 34
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

FORMULAS for CALCULATING RATES

OSHA Recordable Incident Rate


Lost Time Case Rate
Lost Work Day Rate (LWD)
DART Rate (Days Away/Restricted or Job Transfer Rate)
Severity Rate

USEFUL DEFINITIONS

OSHA RECORDABLE INCIDENT RATE – Suatu mathematical calculation yang


digunakan untuk mendeskripsi angka per 100 full-time pekerja yang terlibat dalam
angka cedera yang recordable.
TOTAL INCIDENT RATE – suatu mathematical calculation yang digunakan
mendeskripsi angka recordable incident per 100 pekerja full-time untuk jangka
waktu tertentu.
LOST TIME CASE RATE – suatu mathematical calculation yang digunakan
mendeskripsi angka lost time cases per 100 pekerja full-time dalam jangka waktu
tertentu.
LOST WORKDAY RATE – suatu mathematical calculation yang digunakan untuk
mendeskripsi angka lost workdays per 100 full-time pekerja dalam jangka waktu
tertentu.
SEVERITY RATE – suatu mathematical calculation yang digunakan mendeskripsi
angka lost days yang diketahui sebagai angka kualitas incidents (keparahan
insiden).

Page 35
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

DART RATE – suatu mathematical calculation yang digunakan untuk mendeskripsi


angka recordable incidents per 100 pekerja full time yang menyebabkan lost or
restricted days or job transfer yang disebabkan work related injuries or illnesses.

INCIDENT RATE(S) USES

Incident rates, digunakan dalam berbagai industri. Rates merupakan indikasi dari past
performance (lagging indicators) dan bukan merupakan indikasi dari apa yang akan
terjadi, bukan mengenai future performance dari perusahaan (leading indicators).
Incident rates telah di standarisasi, oleh karena itu dapat dibandingkan statistically
significant data, dan menentukan dimana industries dapat menambahkan program
perbaikan. OSHA menggunakan recordable incident rates untuk menentukan dimana
perbedaan klasifikasi perusahaan untuk dibandingkan satu dengan yang lain dengan
menggunakan past safety performance. Oleh karena itu OSHA secara potensial dapat
menggunakan data ini untuk enforcement action, sekurang-kurangnya incident rates ini
dari waktu ke waktu selalu tinggi untuk perusahaan kecil dalam beberapa tahun,
OSHA juga membuat specific mathematic calculations yang setiap perusahaan dapat
melaporkan recordable incident rates, lost time rates, and severity rates, sehingga dapat
dibandingkan antar perusahaan. Standard base rate untuk menghitung didasarkan pada
suatu rate of 200,000 labor hours. Angka ini (200,000) sebanding dengan 100 pekerja,
yang bekerja dalam 40 jam per minggu, dan per tahun 50 minggu kerja.

Page 36
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

CALCULATIONS

OSHA Recordable Incident Rate

The OSHA Recordable Incident Rate (or Incident Rate) dihitung dengan mengalikan angka
kasus yang tercatat dengan 200,000, dan dibagi dengan angka jam kerja dari pekerja.

Angka kasus yang tercatat X 200,000


IR = -----------------------------------------------------------
Jam kerja dari pekerja

Contoh :
pekerja full time = 17 orang (40 jam seminggu)
Pekerja part time Rate = 3 orang (20 jam seminggu)
Angka jam kerja setahun = 28,400 labor hours each year.
Bila dalam kecelakaan tercatat = 2 orang
Maka :
2 x 200,000 400,000
IR = --------------- IR = ---------- IR = 14.08
28,400 28,400

Jadi dalam hal ini setiap 100 pekerja tercatat = 14.08 pekerja terlibat recordable injury or
illness.
Harap diingat bahwa pada perusahaan kecil tampak recordable incidents ini tampak
incident rate sangat besar, atau incident rates berfluktuasi secara signifikan dari tahun
ke tahun. Hal ini disebabkan jumlah karyawan sangat kecil (lagi pula angka jam kerja juga
kecil). Perhitungan lebih bermakna pada perusahaan yang besar yang mempunyai jumlah
pekerja besar dengan jam kerja juga besar.

Page 37
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Lost Time Case Rate (LTC)

Pada Lost Time Case Rate penghitungan sama, digunakan angka kasus dengan lost work
days (hari kerja yang hilang). The calculation is made by multiplying the number of
incidents that were lost time cases by 200,000 and then dividing that by the employee
labor hours at the company.

Number of Lost Time Cases x 200,000


LTC Rate = -----------------------------------------------------
Number of Employee Labor Hours Worked

Contoh :
Misalkan salah satu dari dua kasus terjadi terjadi lost work days berkaitan dengan
terjadinya insiden. Hitungan LTC adalah:

1 x 200,000 200,000
LTC Rate = ---------------- LTC Rate = ---------- LTC Rate = 7.04
28,400 28,400

What is now known is that for every 100 employees, 7.04 employees have suffered lost
time because of a work related injury or illness.

Page 38
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Severity Rate (SR)

Severity rate merupakan angka rata-rata hilangnya hari kerja per recordable incident.
Perlu dicatat bahwa sangat sedikit perusahaan menggunakan severity rate sebagai
hitungan perkiraan. Perhitungan didapat dari pembagian angka total dari lost workdays
dengan angka total angka recordable incidents.

Total number lost workdays


SR = ---------------------------------------------
Total number of recordable incidents
Contoh
Misalkan lima hari kerja hilang dari dua insiden.
Maka severity rate dapat dihitung sbb:

5
SR = -------- SR = 2.5
2

Maka diketahui bahwa setiap recordable incident rata-rata 2.5 hari hilang karena cedera.

Page 39
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

CONTOH ISILAH

Tahun JAM KERJA CEDERA INJURY RATE


1998 4.081.000 47
1999 3,635,000 35
2000 3,715,000 37
2001 5,028,000 58
2002 4,520,600 66
2003 3,629,300 52
2004 3,807,100 25
2005 7,188,422 61
2006 7,641,953 38
2007 8,584,623 35

Tahun JAM KERJA LTI LTC RATE


1998 6,000,284 43
1999 5,745,815 27
2000 6,030,763 47
2001 7,237,561 40
2002 7,345,654 43
2003 7,032,381 34
2004 6,443,161 41
2005 10,897,814 48
2006 11,478,075 36
2007 12,671,300 27

Page 40
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

Harap diisi dan dihitung


Data diambil dari kerja lapangan

BULAN JAM KERJA CEDERA LTI IR LTC RATE


JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTMBER
OKTOBER
NOPEMBER
DESEMBER

Page 41
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

CONTOH MELAKUKAN ANALISA (TREND ANALYSIS)


Dari tahun 2000 – 2009 didapat LTI Rate
TAHUN LTI RATE
2000 1.43
2001 0.94
2002 1.56
2003 1.11
2004 1.17
2005 0.97
2006 1.27
2007 0.88
2008 0.63
2009 0.43

TREND ANALYSIS

Page 42
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

INTERPRETASI HASIL

Dari Trend Analysis tampak adanya penurunan LTI rate (LOST TIME INJURY RATE) atau
LTC rate (LOST TIME CASE RATE)
Berbeda dengan aktif monitoring untuk reaktif monitoring idealnya ada trend menurun

Page 43
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

1. MAKALAH, PRESENTASI DALAM SEMINAR

a. Makalah adalah suatu tulisan yang disusun dan disajikan secara sistimatis
dengan menggunakan bahan bahan / data yang diperoleh pada waktu
mengadakan observasi / peninjauan lapangan

b. Presentasi seminar :
 Maksud presentasi dalam seminar adalah suatu penyajian yang dilakukan
masing masing kelompok atas hasil observasi dan analisanya terhadap
masalah yang ditemui dilapangan.
 Presentasi dilakukan dihadapan pleno seluruh peserta pelatihan yang
dipandu oleh pembimbing sebagai moderator dan pengarah seminar
 Sarana presentasi menggunakan peralatan yang memadai, antara lain :
infocus, OHP, slide, papan tulis dll, sehingga para peserta dengan mudah
dan jelas dapat mengikuti hal-2 yang disampaikan oleh penyaji

c. Tujuan penyusunan makalah dan presentasi dalam seminar


Dengan disusunnya hasil peninjauan tersebut kedalam suatu bentuk makalah
dan kemudian dipresentasikan dalam acara seminar yang dihadiri oleh seluruh
peserta pelatihan, diharapkan :
 Para peserta mampu menyusun dan menyajikan hasil observasi lapangan
kedalam suatu makalah yang sistimatis
 Para peserta pelatihan didorong untuk mampu dan berani tampil
mempresentasikan serta mempertahankan argumentasi / pendapat dan
analisanya dalam suatu forum resmi dan terbuka

Page 44
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

II. METODOLOGI

a. Pra Observasi
 Sebelum hari – H tinjauan lapangan, para pembimbing bersama
penyelenggara telah menentukan proyek yang akan dijadikan tujuan
observasi
 Minimal 1 ( satu ) hari sebelum acara peninjauan proyek, pembimbing
melakukan observasi keproyek lebih dahulu
 Dari hasil peninjauan ini, pembimbing menetapkan topik / fokus masalah
yang nantinya akan dijadikan topic bahasan dalam seminar / lokakarya

b. Observasi Lapangan
Metode yang digunakan dalam kegiatan observasi lapangan adalah metode
pencarian data primer. Dalam hal ini kepada peserta pelatihan disarankan untuk :
melakukan wawancara langsung dengan pelaku proyek, yaitu Manajer
Proyek dan para staf proyek terutama yang menangani bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( K3 )
melakukan wawancara dengan para mandor, tukang , pekerja dll
MELAKUKAN MONITORING
o Kelompok A : Aktif Montoring
o Kelompok B : reaktif monitoring (mengumpulkan data kecelakaan
kerja selama satu tahun)

Page 45
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

III. KELOMPOK KERJA

ORGANISASI KELOMPOK

Agar setiap kelompok dapat menjalankan tugas secara efektif dan efisien, maka
perlu untuk membentuk organisasi kecil, yang terdiri dari :

1. Ketua Kelompok, merangkap anggota dengan tugas antara lain :


a. mengkoordinir anggota kelompok dalam pelaksanaan observasi lapangan,
penyusunan makalah, presentasi dalam seminar
b. melakukan koordinasi dengan pembimbing observasi lapangan
c. membagi tugas para anggota dalam penyusunan makalah
d. aktif melakukan tanya jawab dilapangan dan didalam kelas

2. Sekretaris Kelompok , merangkap anggota dengan tugas :


a. mengumpulkan data / hasil observasi lapangan dari para anggota
b. menyiapkan / mengetik bahan makalah dari para anggota
c. menyiapkan bahan presentasi dalam seminar ( power point, slide )
d. aktif melakukan tanya jawab dilapangan dan didalam kelas

3. Anggota Kelompok dengan tugas :


a. aktif melakukan Tanya jawab dilapangan pada saat observasi dan didalam
kelas
b. menyusun draft makalah dan menyerahkan kepada sekretaris untuk diketik
dan di-edit
c. membantu ketua dan sekretaris kelompok dalam pengumpulan dan
penyusunan makalah serta bahan presentasi

Page 46
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

3. TUGAS KELOMPOK
Tiap-tiap kelompok , sesuai dengan kelompoknya mempunyai tugas :
a. melakukan observasi lapangan
b. membuat makalah berdasarkan hasil observasinya
c. menyusun bahan presentasi
d. melaksanakan presentasi dalam seminar

IV. LAPORAN DAN MAKALAH

1. JUDUL MAKALAH
Laporan hasil observasi lapangan disusun kedalam suatu makalah. Masing-
masing kelompok menyusun dengan judul berdasarkan pembagian kelompok
dan juga sesuai dengan nama program diselenggarakanya acara
Karena didalam sesi observasi lapangan ini peserta dikelompokkan menjadi 4 (
empat ) , maka judul makalah tiap-tiap kelompok juga harus dibedakan.

Format Judul makalah sebagai berikut :

MAKALAH HASIL OBSERVASI LAPANGAN


PADA PROYEK : ………………..

Page 47
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

2. SUSUNAN MAKALAH
Susunan makalah laporan hasil observasi lapangan terdiri dari beberapa bab, sebagai
berikut :

BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi antara lain :
a. gambaran singkat tentang proyek yang di-observasi
b. peraturan dan perundangan yang berlaku, standar / ketentuan umum K3
c. segala sesuatu tentang diselenggarakannya pelatihan ini
d. segala sesuatu tentang dilakukannya observasi lapangan
e. segala sesuatu tentang diadakannya seminar

BAB II. MAKSUD DAN TUJUAN


Berisi antara lain :
a. maksud dan tujuan diadakannya pelatihan ini
b. maksud dan tujuan dilakukannya observasi lapangan
c. maksud dan tujuan diadakannya seminar

BAB III. PERMASALAHAN DI LAPANGAN


Berisi antara lain :
a. kondisi lapangan ( termasuk lingkungan )
b. permasalahan yang dijumpai pada waktu melakukan observasi
c. hasil wancara dengan para petugas dilapangan yang belum / tidak sesuai
ketentuan yang ada

Page 48
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

BAB IV. ANALISA


Berisi tentang analisa terhadap hasil observasi ( gunakan tolok ukur yang ada diproyek
tersebut, misalnya : peraturan K3, Keputusan Direksi, Standard and Code, spesifikasi /
ketentuan / syarat-2 dll

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi antara lain :
a. Kesimpulan terhadap hasil observasi lapangan , permasalahan yang ditemui dan
analisanya
b. Saran yang diberikan kepada obyek observasi untuk perbaikan dan
penyempurnaannya, juga masukan yang lebih umum kepada kantor Cabang /
Pusat

BAB VI. PENUTUP

LAMPIRAN
Apabila didalam observasi lapangan ditemukan data sekunder yang dapat digunakan
sebagai bahan dan referensi dalam membuat analisa, dapat dilampirkan dalam
makalah ini
Data tersebut dapat berupa : Safety Plan, laporan-2, foto, lembar-2 periksa, gambar
kerja, denah dll

3. FORMAT MAKALAH
a. Untuk keseragaman format makalah diketik dengan ketentuan sbb :
1. ukuran kertas : A4
2. Margin : Top : 2,0 ; Bottom : 1,5 ; Left : 2,0 ; Right : 2,0 cm
3. Header kanan atas : Nama Kelompok ( Contoh : Kelompok B )
Page 49
PENGAMATAN KINERJA PELAKSANAAN K3

4. Footer Kiri bawah : Judul ( Contoh : Aspek Operasional )


5. Font : Arial , Size : 12
6. Line spacing : 1,50 lines
7. Jumlah halaman : maksimal 10 ( sepuluh ) lembar ; tidak termasuk :
cover, lembar tanda tangan, daftar isi, lampiran
b. Susunan / urutan makalah :
8. Cover makalah
9. Hal i : Daftar Anggota Kelompok ( terdiri dari : Ketua, Sekretaris,
anggota ) , lengkap dengan tanda tangan
10. Hal ii : Daftar Isi
11. Hal 1, 2 dan seterusnya dimulai dari BAB I : PENDAHULUAN dst

V. SEMINAR
Hasil observasi lapangan yang laporannya disusun kedalam MAKALAH KELOMPOK ,
disajikan / dipresentasikan dalam acara seminar pada sidang pleno di-akhir pelatihan ini.
Oleh karena itu, pada saat sesi penyusunan makalah, seluruh anggota kelompok agar
aktif dalam proses diskusi dan memmberi masukan kepada ketua dan sekretaris,
sehingga lebih menguasai dan memahami isi makalah kelompoknya.
Dalam acara presentasi dan Tanya jawab, seluruh anggota kelompok harus dilibatkan,
tidak hanya diserahkan kepada ketua atau sekretaris

Page 50

Anda mungkin juga menyukai