Oleh :
Benny Bradley Pradana Pangaribuan
1618012084
Pembimbing :
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ, M.Kes
I. IDENTITAS PASIEN
Tn A, laki-laki, 28 tahun, lahir 13 April 1990, Islam, belum menikah, tidak
bekerja, suku Lampung, alamat Talang Padang, Tanggamus, merupakan pasien
rawat inap bangsal Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung sejak
tanggal 12 Mei 2018 dengan nomor CM 03XXXX. Dilakukan pemeriksaan
pada tanggal 31 Mei 2018 pada pukul 10.00 WIB.
A. Keluhan Utama
Mengamuk dan melukai orang lain
5. Periode Dewasa
Menurut pasien hubungan bersama teman dan keluarga terkesan baik.
E. Riwayat Pendidikan
Pasien tidak menyelesaikan pendidikan SMK (hanya sampai kelas 1 SMK)
di Tanggamus dikarenakan ketidakmampuan pasien terhadap beban
pelajaran.
F. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang yang tidak memiliki pekerjaan menetap. Pasien
memiliki riwayat mengamuk di tempat kerja sehingga dberhentikan.
G. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
H. Riwayat Psikoseksual
Menurut keluarga pasien tidak tahu kapan pertama kali pasien mimpi
basah. Kakak pasien mengatakan pasien tidak pernah menceritakan
tentang teman dekat perempuannya. Pasien mengatakan memiliki banyak
teman dekat perempuan saat ia masih SMA.
I. Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
K. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah tinggal atau berada di daerah konflik
L. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, tinggal dirumah pribadi
milik orang tuanya, Pasien mecukupi kebutuhan sehari-hari dengan
bergantung pada orang tua yang bekerja sebagai petani. Menurut pengakuan
keluarganya, tidak ada yang memiliki gangguan jiwa.
Diagram Keluarga
B. Pembicaraan
Spontan, lancar, volume cukup, artikulasi jelas, amplitudo sesuai,
menjawab sesuai dengan pertanyaan, kualitas dan kualitas cukup
C. Keadaan Afektif
Mood : Disforik
Afek : Menyempit
Keserasian : Serasi
D. Persepsi :
Halusinasi : riwayat halusinasi auditorik(+) dan visual(+),
olfaktori(-), gustatorik(-), taktil(-)
Ilusi : (+)
Depersonalisasi : (+)
Derealisasi : tidak ada
E. Proses pikir:
1. Proses dan Bentuk Pikir
Koheren dan realistic
2. Arus Pikiran
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ditemukan, kualitas baik, kuantitas
banyak
3. Isi pikiran
Ditemukan waham dikendalikan, thought of insertion, dan ide
kebesaran
G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan emosi selama wawancara. Pasien dapat
mengendalikan impuls untuk tetap kooperatif saat wawancara.
H. Daya Nilai
Daya nilai sosial : baik (Pasien merasa sedih jika salah seorang
anggota keluarga sakit)
Uji daya nilai : buruk (Pasien mengambil barang yang bukan
miliknya)
Tilikan : Tilikan 4 (pasien menyadari dirinya sakit dan
butuh bantuan namun tidak tahu apa penyebab
sakitnya)
C. Status Neurologis
Sistem sensorik, sistem motorik dan fungsi luhur, dalam batas normal.
Pasien masuk Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa (RSJ) pada tanggal 12
Mei 2018 karena mengamuk dan melukai orang lain dan diri sendiri. Pasien
sudah sering mengalami hal seperti ini sejak tahun 2013. Pasien merasakan
tubuhnya dimasuki oleh jin, dan secara tidak sadar (merasa dikendalikan)
membacok tangan kiri pasien. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang
mengejek dan merendahkan pasien, juga terkadang mendengar pohon
mengatakan bahwa didalamnya terdapat benda gaib. Pasien mengaku meilhat
bayangan yang tidak nyata. Pasien merasakan dirinya memilki kekuatan dalam
dan dapat membaca pikiran orang lain. Pasien pernah masuk RSJD Provinsi
Lampung pada tahun 2013 karena keluhan diatas, tetapi pasien jarang kontrol
dan minum obat. Pasien tidak memiliki penyakit medis umum, riwayat kejang
dan trauma tidak ada. Pada riwayat keluarga tidak ada anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa. Pasien merokok namun tidak menggunakan zat
psikotropika atau meminum alkohol. Pasien tidak memiliki masalah pada
periode prenatal, perinatal, balita, dan masa kanak. Pasien selalu naik kelas
(namun hanya sampai kelas 2 SMK) dan tidak memiliki masalah dalam
pertemanan. Menurut keluarga, tidak mengetahui apa penyebab pasien
menjadi seperti ini.
2. Psikoterapi
a. Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
b. Konseling: Memberikan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik serta
menganjurkan untuk berobat teratur.
c. Psikoedukasi: Memberikan penjelasan pada pasien dan orang
sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan
lingkungan yang kondusif.
- Intervensi keluarga
- Intervensi Kognitif Perilaku
- Rehabilitasi
X. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : Dubia ad malam
c. Quo ad sanationam : Dubia ad malam
XI. DISKUSI
Pada pasien ini mengalami gangguan jiwa karena ditemukan adanya
gangguan persepsi dan isi pikir berupa waham yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sesuai dengan pengertian gangguan
jiwa.
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling stabil dan paling
sering dijumpai di negara manapun.Simptom utama dari skizofrenia paranoid
adalah delusi persecusion dan grandeur, dimana individu merasa dikejar-
kejar.Gambaran klinis di dominasi oleh waham-waham yang secara relatif
stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-
halusinasi, terutama halusinasi pendengaran. Gangguan afektifdan
pembicaraan serta gejala-gejala katatonik tidak menonjol. Berdasarkan
PPDGJ III, maka kasus ini dititikberatkan pada:
Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Pedoman diagnostik :
Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atu lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi
jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control),dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity”(delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, dalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Pada kasus ini penegakan diagnosis aksis I berdasarkan anamnesis dari pasien
dan keluarga, didapatkan beberapa gejala yaitu halusinasi auditorik dan
halusinasi visual, serta waham dikendalikan, ide kebesaran, dan thought of
insertion, dengan demikian pasien ini dapat didiagnosis dengan Skizofrenia.
Pada pasien ini gejala yang menonjol adalah waham dikendalikan, ide
kebesaran, dan thought of insertion serta halusinansi auditorik dan visual
sehingga diagnosis pasien adalah Skizofrenia Paranoid.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan psikoterapi dan farmakoterapi.
Obat yang diberikan berupa Risperidon 2x2mg, Trihexylphenidyl 2x2mg.
Risperidon merupakan golongan anti psikostik atipikal (APG-II) dengan
mekanisme kerja adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
(Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga berafinitas terhadap “Serotonin
5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists), sehingga efektif untuk
gejala positif maupun negatif. Efek samping yang terjadi dapat berupa sedasi
dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun), dan gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering, kesulitan miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung), gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia,
sindrom Parkinson seperti tremor, brdikinesia, rigiditas), gangguan endokrin,
hematologik biasanya pada pemakaian jangka panjang. Kekuatan antagonis
D2 dari risperidone lebih rendah bila dibandingkan dengan haloperidol,
sehingga efek samping ekstrapiramidalnya juga lebih rendah. Sediaan
risperidone tersedia dalam bentuk tablet 1mg, 2mg, 3mg; ada juga dalam
bentuk depo (long acting) yang digunakan setiap 2 minggu secara IM. Dengan
rentang dosis 2-6mg/hari (Maslim R, 2007)
Keterangan :
Dokter Muda (D)
Kakak Pasien (T)
D : Selamat sore pak, apakah benar ini Bapak Rxxx? Perkenalkan saya
dokter muda Benny dari Rumah Sakit Jiwa Mohon maaf mbak
mengganggu waktu istirahatnya
R : Iya benar saya Rxxx
D : Saya mau tanya-tanya sedikit mengenai pasien a.n Trisna yang dirawat di
RSJ”
R : Oh iya boleh
D : Bapak ini hubungan apa dengan pasien?
R : Oh saya kakak kandungnya dok
D : nah waktu itu kan bulan Mei 2018, pasien masuk RSJ mbak, nah bapak
tahu mengapa Pak Axxx bisa masuk RSJ?”
R : Iya saya tau. Itu karena dia sering ngamuk dan bicara sendiri dok
D : Ohh itu sudah lama ya pak pasien memiliki perilaku seperti itu?
R : Iya sudah lama dok sejak 2013. Saya juga gak tau penyebabnya apa dok
D : Nah pasien ini tinggal sama siapa aja pak dirumahnya?
R : Tinggal bertujuh dok, kami semua tinggal serumah dok
D : Jadi awal mulanya seperti ini, gimana pak?
R : Jadi dari dulu itu memang sudah sering seperti ini dok, dia sering ngamuk
sendiri. Katanya ada yang ngerasukin tubuh dia. Itu yang kemaren dia
kan sampe bacok tangan dia sendiri.
D : Memang pernah pak Axx memukul anak bapaknya pak?
R : Iya dok, yang pas kemaren itu dia mukul bapaknya sendiri dok
D : Pak, sebelumnya pak Axx pernah masuk RSJ?
R : pernah dok
D : kapan pak?
R : tahun 2013 dok, waktu itu dia ngedenger bisikan-bisikan dok, ngurung
diri, sering ngamuk dan ngancurin barang gitu dok
D : Terus dibawa ke RSJ?
R : Iya dok, dibawa ke RSJ dok
D : Oh gitu, semenjak sakit itu, pak Axx trisna sering kontrol ga pak?
R : awalnya sering dok, tapi udah beberapa lama gak kontrol dok karena
merasa udah baik
D : Kalau dari keluarga bapak atau ibu, ada gak yang punya sakit kayak pak
Axx tidak?
R : oh ga ada dok
D : baik pak kalo gitu, terima kasih atas waktunya. Nanti kalo ada infomasi
lagi yang kita butuhkan, kita hubungi bapak lagi
R : oh baik dokter
D : baik pak, selamat sore
GRAFIK RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT