Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN PERAWATAN POST

OPERATIF
RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN

2014
RUMAH SAKIT ISLAM “NASHRUL UMMAH”
LAMONGAN - JAWA TIMUR
Jalan Merpati No. 62, Sidokumpul, Lamongan, Jawa Timur 62213
Telepon : (0322) 321522, 321427, 323440. Fax : (0322) 321427
email : rsinashrulummah@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


RUMAH SAKIT ISLAM NASHRUL UMMAH LAMONGAN
NOMOR : ……/SK/DIR/XII/2014

TENTANG
PANDUAN PERAWATAN POST OPERATIF
RUMAH SAKIT ISLAMNASHRUL UMMAH LAMONGAN

DIREKTUR RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN

Menimbang : a. bahwa RSI Nashrul Ummah Lamonganperlu untuk


selalu meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
melalui peningkatan mutu secara
berkesinambungan;
a. bahwa dalam upaya meningkatkan keselamatan
pasien, maka diperlukan adanya Panduan
Perawatan Post Operatif di RSI Nashrul Ummah
Lamongan;
a. bahwa sesuai butir a. dan b. diatas perlu ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur RSI Nashrul
Ummah Lamongan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
IndonesiaNomor 417/MENKES/PER/II/2011
tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

ii
RUMAH SAKIT ISLAM “NASHRUL UMMAH”
LAMONGAN - JAWA TIMUR
Jalan Merpati No. 62, Sidokumpul, Lamongan, Jawa Timur 62213
Telepon : (0322) 321522, 321427, 323440. Fax : (0322) 321427
email : rsinashrulummah@gmail.com

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN PERAWATAN POST OPERATIF


RUMAH SAKIT ISLAM NASHRUL UMMAH
LAMONGAN.
Pertama : Memberlakukan Buku Panduan Perawatan Post
Operatif RSI Nashrul Ummah Lamongan
sebagaimana terlampir bersama surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal
ditetapkannya dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan, maka
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lamongan
Pada Tanggal : 29 Desember 2014
--------------------------------------------
Direktur,

dr. Muwardi Romli, Sp.B, M.Kes


NIK. 120001

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang diberikan kepada penyusun, sehingga
Panduan Perawatan Post Operatif di RSI Nashrul Ummah Lamongan ini
dapat selesai disusun. Buku ini merupakan panduan kerja bagi petugas
yang terkait dalam memberikan pelayanan post operatif kepada pasien di
RSI Nashrul Ummah Lamongan.

Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada


jajaran Direksi RSI Nashrul Ummah Lamongan yang telah memberikan
dukungan moril dan materiil dalam pembuatan pedoman ini, para pejabat
struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RSI Nashrul Ummah
Lamongan yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan
pedoman ini, serta seluruh staf di RSI Nashrul Ummah Lamongan yang
telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan,
pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-
pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah
sakit.Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan buku panduan ini sangat
kami harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Lamongan, Desember 2014

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................. i

Surat Keputusan Direktur .............................................................. ii

Kata Pengantar .............................................................................. iv

Daftar Isi ....................................................................................... v

Bab I. Pengertian Perawatan Pasca Operatif ................................ 1

Bab II. Ruang Lingkup Perawatan Pasca Operatif…………….. .. 3

BabIII. Tata Laksana Perawatan Pasca Operatif……………………. 10

Bab IV. Dokumentasi Perawatan Pasca Operatif………………….. 14

v
BAB 1
PERAWATAN POST OPERATIF

A. Pendahuluan
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada
setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat).
Keberhasilan pembedahan tidak terlepas dari anestesi yang
diberikan baik anestesi umum, regional, maupun lokal. Selama
dalam pembiusan seorang anestesiologis harus menjaga kepatenan
jalan nafas, memberikan ventilasi dan melakukan resusitasi jika
terjadi kardiak arrest. Adanya obstruksi jalan napas akan
mengakibatkan kejadian yang sangat patal terhadap pasien dan
kelancaran anestesi. Tidak semua pasien dapat dilakukan pembiusan
umum, ada beberapa kontra indikasi untuk tidak dilakukan
pembiusan umum. Anestesi umum bukan metode yang paling aman
dalam pembiusan. Beberapa anesteesi dapat menyebabkan
komplikasi yang berakibat patal terhadap pasien.

B. Pengertian
Perawatan pasca operatif adalah periode akhir dari perawatan
perioperatif. Selama periode ini proses perawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis
pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada
fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. Upaya yang

Panduan Perawatan Post Operatif 1


dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk
mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit
atau membayakan diri pasien.
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi
pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi
syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
Recovery Room (RR) adalah suatu ruang Pemulihan pasien
pasca operasi, yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan
perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga
apabila timbul keadaan gawat pasca bedah, klien dapat segera diberi
pertolongan.

Panduan Perawatan Post Operatif 2


BAB II
Ruang lingkup

Perawatan post operatif meliputi beberapa ruang lingkup,


diantaranya adalah:
1. Pemindahan Pasien Dari Kamar Operasi Ke Ruang Pemulihan
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan
atau Recovery room memerlukan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Pertimbangan itu diantaranya adalah letak incisi bedah,
perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak incisi bedah harus
selalu dipertimbangkan setiap kali pasien pasca operatif
dipindahkan. Banyak luka ditutup dengan tegangan yang cukup
tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan
sutura lebih lanjut. Selain itu pasien diposisikan sehingga ia tidak
berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase.
Hipotensi arteri yang serius dapat terjadi ketika pasien
digerakkan dari satu posisi ke posisi lainnya. Seperti posisi
litotomi ke posisi horizontal atau dari posisi lateral ke posisi
terlentang. Bahkan memindahkan pasien yang telah dianastesi ke
brankard dapat menimbulkan masalah gangguan vaskuler juga.
Untuk itu pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat.
Segera setelah pasien dipindahkan ke brankard atau tempat tidur,
gaun pasen yang basah (karena darah atau cairan lainnnya) harus
segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari
kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien

Panduan Perawatan Post Operatif 3


diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta
side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury.
Selain hal tersebut diatas untuk mempertahankan keamanan
dan kenyamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus
ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal.
Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat
sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter
anastesi yang bertanggung jawab.
2. Perawatan Pasca Anastesi di Ruang Pemulihan (Recovery Room)
Setelah selesai tindakan pembedahan, paseien harus
dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR)
sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi
dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan
(bangsal perawatan).
Recovery room biasanya terletak berdekatan dengan ruang
operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi
pasien apabila butuh pertolongan darurat.untuk itu perawat yang
disiapkan dalam merawat pasca operatif adalah perawat anastesi,
ahli anastesi, serta alat monitoring dan peralatan khusus
penunjang lainnya harus di sediakan..
Alat monitoring yang terdapat di ruang ini digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien. Jenis peralatan
yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan : oksigen,
laringoskop, peralatan bronkhial, kateter nasal, dan peralatan
suction,syring pump. Selain itu di ruang ini juga harus terdapat
alat yang digunakan untuk memantau status hemodinamika dan

Panduan Perawatan Post Operatif 4


alat-alat untuk mengatasi permasalahan hemodinamika, seperti :
monitor TTV, apparatus tekanan darah, peralatan parenteral,
plasma ekspander, set intravena, set pembuka jahitan,
defibrilator, kateter vena, torniquet. Bahan-bahan balutan bedah,
narkotika dan medikasi kegawatdaruratan, set kateterisasi dan
peralatan drainase.
Selain alat-alat tersebut diatas, pasien post operasi juga
aman serta memudahkan akses bagi pasien, seperti pemindahan
darurat dan dilengkapi dengan kelengkapan yang digunakan
untuk mempermudah perawatan, seperti tiang infus, side rail,
tempat tidur beroda, dan rak penyimpanan catatan medis dan
perawatan. Pasien tetap berada dalam RR sampai pulih
sepenuhnya dari pegaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil,
fungsi pernafasan adekuat, saturasi oksigen minimal 95% dan
tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan
untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari RR
adalah :
a. Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
b. Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang
adekuat
c. Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
d. Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
e. Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
f. Mual dan muntah dalam kontrol
g. Nyeri minimal
h. Ekstrimitas sudah bisa di gerakkan

Panduan Perawatan Post Operatif 5


3. Transportasi Pasien Ke Ruang Rawat
Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien
menuju ruang rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil.
Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan aldrate score
>8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil.
Waspadai hal-hal berikut : henti nafas, vomitus, aspirasi selama
transportasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada saat
transportasi klien :
a. Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang dipersiapkan
semuanya dari sumber daya manusia sampai dengan
peralatannya.
b. Sumber daya manusia (ketenagaan)
Bukan sembarang orang yang bisa melakukan prosedur ini.
Orang yang boleh melakukan proses transfer pasien adalah
orang yang bisa menangani keadaan kegawatdaruratan yang
mungkin terjadi sselama transportasi. Perhatikan juga
perbandingan ukuran tubuh pasien dan perawat. Harus
seimbang.
c. Equipment (peralatan)
Peralatan yang dipersiapkan untuk keadaan darurat, misal :
tabung oksigen, sampai selimut tambahan untuk mencegah
hipotermi harus dipersiapkan dengan lengkap dan dalam
kondisi siap pakai.

Panduan Perawatan Post Operatif 6


d. Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian
radiologi dulu dan sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan
saja. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisioning
pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan
kenyamanan pasien.
e. Passage (jalur lintasan)
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman dan yang
paling singkat. Ekstra waspada terhadap kejadian lift yang macet
dan sebagainya.
4. Komplikasi pasca operatif
A. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok
hipovolemik, syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok
secara klasik adalah sebagai berikut :
a. Pucat
b. Kulit dingin, basah
c. Pernafasan cepat
d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah
e. Nadi cepat, lemah dan bergetar
f. Penurunan tekanan darah
g. Urine pekat
B Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien
syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai
kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara

Panduan Perawatan Post Operatif 7


lutut harus dijag tetap lurus. Penyebab perdarahan harus dikaji
dan diatasi. Luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap
perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan yang
kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi
ketinggian jantung. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan
kondisi pasien.
1. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi
pada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang
bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca
flebitis.
2. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus
pembedahan rektum, anus dan vagina. Atau juga setelah
herniofari dan pembedahan pada daerah abdomen bawah.
Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan
kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
3. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka psot operasi seperti dehiseinsi dan sebaginya
dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada saat
operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan.
Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian
antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip
steril.

Panduan Perawatan Post Operatif 8


4. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana
kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian
bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan multi organ.
5. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah,
udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di
sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri
pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi
keperawatan seperti ambulatori pasca operatif dini dapat
mengurangi resiko embolus pulmonal.
6. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal paling sering terjadi pada
pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis.
Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga
distensi abdomen.

Panduan Perawatan Post Operatif 9


BAB III
Tata Laksana Pelayanan

Perawatan post operatif yang meliputi perawatan sesudah


pembedahan, bertujuan untuk:
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim RR yang
lain.
2. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien post
operatif.
3. Memahami dan mengetahui jenis pembiusan
4. mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan
terhadap pasien.
5. Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang timbul.
6. Mengevaluasi pengadaan, penggunaan, pemeliharaan alat serta
tindakan, secara berkesinambungan.

Alur dan Prosedur Kerja

Ruang
Meja oprasi Ruang RR timbang
terima

Panduan Perawatan Post Operatif 10


A. Persiapan Lingkungan Post Operatif
1. Persiapan alat-alat
a. Brankard yang di gunakan harus memenuhi standar
keamanan pasen
b. Monitor untuk observasi pasen harus dalam keadaan normal
c. Alat-alat RR yang disposable tidak boleh diulang, harus
segera langsung dibuang.
d. Tempat larutan antiseptik atau desinfektan yang dipakai di
RR harus sering diganti, paling sedikit seminggu sekali.
2. Ventilasi
Udara yang masuk di RR disaring bebas debu dan kuman,
filter harus sering diganti sesuai dengan petunjuk dan harus
sering diperiksa. Suhu dan kelembaban udara harus diatur, suhu
antara 200 -250 C, kelembaban antara 50-55.
3. Keluarga
Keluarga pasen tidak boleh masuk d ruang RR dan harus
berada di ruang tunggu demi kenyamanan dan resiko terjadinya
infeksi nosokomial.

B. Syarat-Syarat Bekerja di Recovery Room


1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan.
2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan terlalu
berisik..
3. Kesehatan dan kebersihan.
4. Petugas RR harus bebas dari kuman-kuman yang mudah
ditularkan (karier sangat sukar ditentukan).

5. Perlengkapan petugas:

Panduan Perawatan Post Operatif 11


1) Baju RR
2) Penutup kepala
3) Masker
4) Alas kaki

C. Lalu Lintas di Lingkungan RR


1. Lalu lintas Petugas
Sarana pada lalu lintas petugas harus ditentukan adanya:
a. Ruang ganti pakaian
b. Perlengkapan-perlengkapan khusus
c. Batas daerah bersih dan kotor
Batas-batas tersebut meliputi:
1) Petugas buka alas kaki, masuk ruang bedah lewat pintu
khusus, menuju ruang ganti pakaian (daerah bersih)
2) Petugas ganti pakaian dengan pakaian khusus bedah
(tidak boleh dirangkap) dan cuci tangan.
3) Pakaian petugas disimpan dalam lemari pakaian yang
sudah disiapkan.
4) Petugas masuk dalam area restriktik dalam kedaan sudah
memakai tutup kepala, masker dan alas kaki khusus.
5) Bila sudah selesai bekerja petugas keluar melalui jalur
yang sama waktu masuk dengan meletakkan kembali
perlengkapan-perlengkapan yang sudah dipakai di tempat
yang sudah ditentukan.
2. Lalu lintas Penderita
a. Selesai operasi penderita dibawa ke kamar pemulihan atau
ruang sadar pulih dengan menggunakan Brankar Instalasi
Kamar Operasi dan memakai pakaian bedah.

Panduan Perawatan Post Operatif 12


b. Penderita keluar dari kamar pemulihan menuju ruangan lewat
pintu ruang pulih sadar.

D. Perawatan Pasca Bedah Di Ruang RR


Perawatan pasca bedah dimulai sejak pasien dipindahkan ke
ruang pulih sampai serah terimakan kepada perawat di ruang rawat
inap, yang bertujuan untuk:
1. Mengawasi kondisi pasien selama masa pemulihan
2. Mencegah dan mengatasi timbulnya komplikasi akibat tindakan
pembedahan / pembiusan.
3. Segera mengatasi komplikasi yang timbul akibat tindakan
pembedahan / pembiusan.
Langkah-langkah tindakan keperawatan di ruang pulih meliputi:
1. Mempertahankan jalan nafas dengan posisi extensi kepala.
2. Mengawasi tingkat kesadaran pasien berdasarkan Skoring
Alderet Pasca Anestesi. Pasien dapat dipindahkan jika nilainya
lebih dari 8 (delapan).
3. Memberi O2 bila perlu.
4. Mengukur tekanan darah, suhu nadi pernafasan tiap ¼ jam
sampai keadaan stabil.
5. Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus.
6. Mengukur dan mencatat produksi urine tiap jam.
7. Mengukur cairan yang masuk dan keluar.
8. Mengawasi warna dan kelembaban kulit.
9. Mengatur posisi sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
10. Memberi obat sesuai program pengobatan.
11. Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi.
12. Melakukan pemeliharaan kebersihan mulut.

Panduan Perawatan Post Operatif 13


13. Mengawasi dan segera melakukan tindakan lanjut terhadap
komplikasi pasca bedah misalnya:
a) Perdarahan
b) Hypoxia
c) Atelectasis
d) Respiratori distress
e) Cardiac arrest

Panduan Perawatan Post Operatif 14


BAB IV
Dokumentasi

Dokumentasi pada perawatan pasca operatif meliputi


pengkajian tentang fungsi respirasi, status, kardiovaskuler,
pengembalian kesadaran, memantau tanda komplikasi, respon
psikososial, pengkajian lanjutan, dan diagnosa keperawatan,
selain itu di catat pula rencana keperawatan intervensi, evaluasi
serta tindakan untuk mencegah bahaya pasca oprasi, rasa aman
dan nyaman, keseimbangan cairan, serta pencegahan infeksi dan
tingkat aktifitas.

Panduan Perawatan Post Operatif 15


Jalan Merpati No. 58-62, Sidokumpul, Lamongan,
Jawa Timur 62213
Telepon : (0322) 321522, 321427, 323440.
Fax : (0322) 321427
email : rsinashrulummah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai