Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

a. Menurut American Nurses Associations (ANA)


Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan.

Manusia

Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu

1
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu
mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana
perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

Lingkungan

Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri
individu.

 Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu
segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

Keperawatan

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan
diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri,
lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh
Keliat,1991).

2
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu
proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan
praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan
klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan
merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan
bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses
keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis,
dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling
bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien
berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak
mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan
sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat
lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran
klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian
klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau
masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.

a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.


b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi Klien :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.

3
Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara
terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan
lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik,
teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik
yang menjadi landasan praktik keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan
orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem
yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental,
sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi
fisik dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain
(mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida)
biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa,
yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang
perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang,
kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal,
indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa
tertekan/ depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan
merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu secara
optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang lain.

Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk


menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara
adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah
kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran
seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan
adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada kemungkinan kemampuan,

4
sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin tidak dapat/ akan
ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri seseorang terdapat potensi
dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang
tidak bersifat instrumental, dan yang memungkinkan perkembangan optimal seseorang.
Indikator minimal dari kesehatan pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan
pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan elektik-holistik yang
melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sebagai kesatuan
yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis (bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik
(psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya,
baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di
atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan
satu kesatuan yang utuh sebagai satu sistem (holistik).
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan sosial atau
psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada
masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal.
Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang
berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah
juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena
peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan,
khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :

 Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
 Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam
 mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.

5
 Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.

Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien
atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA
mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri
yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam
konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga,
tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa
sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasaripraktikkeperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah
diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam keperawatan
kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah proses
formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki
pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan
memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada
praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang
keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat, unit psikitari
di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi. Namun, dengan adanya
reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi
perawat jiwa.

6
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi yang
memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian, perawatan residetial,
perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home,
hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan, shelter,
nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri, fasilitas managed care, dan
organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1) Aktivitas asuhan langsung
(2) Aktivitas komunikasi
(3) Aktivitas penatalaksanaan

Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan
dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-
tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup
terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat
berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:

1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.


2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga
yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan
sakit.
3. Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses,
menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu
dan keluarga.
4. Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok
untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk
pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan
jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah
psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik

7
7. Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.

PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

- Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan
jiwa : yang kompeten).

- Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan
klien).

- Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).

- Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).

- Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam


keperawatan jiwa).

- Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam


keperawatan jiwa).

- Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam


keperawatan jiwa).

- Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam


keperawatan jiwa).

- Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).

- Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses


keperawatan : dengan standar- standar perawatan).

- Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards


(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional)

8
Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6
model yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal)
tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku
(deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak
mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata,
dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam
keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah
sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini
lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya (
pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh
dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
1. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep
ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa
aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan

9
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai
apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap
empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon
verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress
pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan
sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system
sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
3. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu
gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan
dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul
dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat
dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik
atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control
behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh
pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang

10
lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas
kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
4. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag,
migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah
cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu
mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan
mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang
dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan
yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik
dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
5. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim
medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan
menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
1.8 PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA

 Pengkajian yg mempertimbangkan budaya


 Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
 Berperan serta dlm pengelolaan kasus
 Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling
 Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan

11
 Memberikan pedoman pelayana kesehatan.

ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF


CARING )

· Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.


· Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
· Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga.
· Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi
dan sistem sosial yang paling tepat.
· Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental
melalui penyuluhan dan konseling.
· Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik.
· Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien,
keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model keperawatan
jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok,
diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa, trauma.

13
Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.


Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

14

Anda mungkin juga menyukai