Anda di halaman 1dari 6

Serial Syarh Hadits Pilihan Bulughul Maram #1

Penyusun : Yani Fahriansyah S.Pd

Akurator : Didi Jimansyah, Lc.


Petunjuk :

1. Peserta mendengar bacaan hadits kemudian memberikan harakat setiap kosa kata yang belum berharakat.

2. Sangat dianjurkan untuk menghafal dan menyalin hadits beserta penjelasan ringkasnya di buku tersendiri
sehingga lebih kuat di ingatan dan bisa menjelaskannya dengan baik kepada keluarga, rekan atau pihak lain.
______________________________________________________________________________

‫اَّللُ َعلَيي ِه َو َسله َم َم يد َخ ََل ِن فَ ُكينت إِ َذا‬


‫صلهى ه‬ ِ‫ول ه‬
‫اَّلل‬ ِ ‫عن َعلِ ٍّي قال كان ِل ِمن رس‬
َ َُ ‫ي ي‬
‫تنحنح ِ يل رواه النسائي وابن ماجه‬ ‫ي‬ِ‫أَتَي ته وهو يصل‬
‫ي‬ َ ُ َ ُ‫ي‬
Ali -radhiyallahu ‘anhu- mengatakan:

“Aku memiliki dua waktu untuk masuk (ke rumah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Maka jika aku mendatangi beliau dan beliau sedang shalat, beliau
berdehem untukku.” (Diriwayatkan an-Nasa-iy dan Ibnu Majah)1
______________________________________________________________________________
#Kosa kata
Madkhalani (‫)مدخالن‬ : Dua waktu untuk masuk
Tanah-naha (‫)تنحنح‬ : Berdehem

#Abstraksi
Ali radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa beliau memiliki dua waktu yang digunakan untuk
menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam guna berziarah, yaitu siang dan malam.2 Ketika
sahabat ‘Ali mendatangi nabi shallallahu alaihi wasallam dan mendapati beliau sedang shalat
maka beliau shallallahu alaihi wasallam berdehem untuk Ali saat Ali meminta ijin untuk masuk.

1
Hadits ini didhaifkan oleh an-Nawawiy, al-Albaniy, dan yang lain. Dishahihkan oleh Ibnu Sakan dan Ibnu
Hibban. Lihat Taudhih al-Ahkam, hal. 479
2
Tas-hil al-Ilmam, hal. 118

1
#Mutiara Faidah Hadits
1. Keutamaan sahabat Ali karena begitu sering menemui beliau shallallahu alaihi
wasallam.3 Dan keduanya pun memiliki hubungan yang sangat erat.4

2. Hadits ini mengandung pensyariatan meminta ijin ketika seseorang ingin memasuki
rumah orang lain. Allah berfirman

ۗ
‫أٰيَيُّ َها اله ِذيي َن اأ َمنُ يوا ََل تَ يد ُخلُ يوا بُيُ يو اًت َغ ي َْي بُيُ يوتِ ُك يم َح أّت تَ يستَأينِ ُس يوا َوتُ َسلِ ُم يوا َع ألى أ يَهلِ َها أذلِ ُك يم َخ يْيٌ له ُك يم‬
‫لَ َعله ُك يم تَ َذ هك ُريو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”5

Karena itu, meminta ijin adalah suatu hal yang wajib. Tidak boleh bagi seseorang
memasuki rumah orang lain tanpa ijin sebab rumah orang lain -sebagaimana rumah kita-
memiliki kehormatan yang harus dijaga. Ini pula agar aurat dan rahasia pemilik rumah
tak terlihat. Karena itu mesti minta izin.6

3. Boleh bagi seseorang masuk ketika mendapat ijin peghuni rumah.7

4. Dalam hadits ini pula terkandung pensyariatan ziarah atau kunjungan terhadap keluarga
dan kerabat beserta menggalakkan kunjungan tersebut sebab ‘Ali yang merupakan
misan nabi shallallahu alaihi sekaligus menantu beliau sering mengunjungi beliau
shallallahu alaihi wasallam.8

5. Boleh berdehem saat shalat ketika dibutuhkan.9 Ini termasuk isyarat dan tidak termasuk
megucapkan kata/kalimat/berbicara dalam shalat.10 Berdehem ini dmakruhkan ulama
jika tak ada kebutuhan dan orang berdehem tidak disebut berbicara.11

3
Ibid
4
Taudhih al-Ahkam, hal. 479
5
QS an-Nur: 27
6
Tas-hil al-Ilmam, hal. 118
7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid
10
Fat-hul ‘Allam, hal. 587
11
Ibid

2
______________________________________________________________________________

‫اَّللُ َعلَيي ِه َو َسله َم يرد َعلَيي ِه يم‬ ٍّ ِ ُ ‫َعن اب ِن ُعمر قَ َال قُ يل‬
‫صلهى ه‬ ‫ت لبِ ََلل ي‬
‫كيف رأيت النِ ه‬
َ ‫هِب‬ ََ ‫ي ي‬
‫حني يسلمو َن َعلَيي ِه َوُه َو يصلي؟ قال يقول هكذا وبسط كفه أخرجه أبو دوود‬
‫والرتمذي وصححه‬
Ibnu Umar berkata: Aku bertanya kepada Bilal: “Bagaimana engkau melihat nabi
shallallahu alaihi wasallam menjawab salam untuk mereka saat mereka
mengucapkan salam kepada beliau sementara beliau sedang shalat?”
Bilal menjawab ‘begini’ dan mencontohkan dengan membuka telapak tangannya.
(Diriwayatkan Abu Daud dan at-Tirmidziy. Dishahihkan at-Tirmidziy)
______________________________________________________________________________
#Kosa kata
Basatha’ (‫)بسط‬ : Membentangkan/membuka
Kaffun (‫)كف‬ : Telapak tangan
#Abstraksi
Abdullah bin Umar bertanya kepada Bilal tentang apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam saat menjawab salam yang diucapkan para sahabat kepada beliau sementara
beliau dalam keadaan shalat. Bilal pun menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam menjawab salam mereka dengan cara memberikan isyarat dengan telapak tangan
terbuka.
#Mutiara Faidah Hadits
1. Disyariatkan shalat di masjid Quba. Hadits ini adalah tentang nabi yang pergi menuju
masjid Quba untuk melaksanakan shalat di sana. Setiap hari Sabtu, dari Madinah,
dengan jalan kaki, beliau pergi ke masjid Quba guna melaksanakan shalat. Beliau pun
memberi wejangan kepada para sahabat untuk melakukan hal yang sama dan
menyebutkan bahwa demikian itu setara dengan umrah.12

2. Begitu cinta dan antusias para sahabat kepada nabi shallallahu alaihi wasallam
hingga mereka yang ada di sekitar masjid Quba berduyun-duyun mendatangi masjid
tersebut ketika mengetahui bahwa beliau sedang di sana.

12
Tas-hil al-Ilmam, hal. 119

3
3. Hadits ini mengandung pensyariatan salam kepada orang yang sedang shalat sebab
para sahabat mengucapkan salam kepada belliau yang sedang shalat. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam pun tidak mengingkari perbuatan mereka ini setelah usai
shalat. Ini menunjukkan salam tetap disyariatkan meskipun kepada orang yang
sedang shalat.13

Sebagian ulama memakruhkan ucapan salam kepada orang yang sedang shalat
sebab ditakutkan akan membuatnya tidak bisa konsentrasi hingga ia menjawab
salam tersebut dengan ungkapan/kata/kalimat yang membatalkan shalatnya.14

4. Disyariatkan bagi orang yang sedang shalat untuk menjawab salam yang terlontar
kepadanya. Para ulama berbeda pendapat apakah ini wajib baginya, sunnah atau
sekedar mubah.15 Hanya saja, menjawab salam disini adalah dengan isyarat tangan
sebagaimana hadits di atas, bukan menjawab dengan ungkapan kata/kalimat sebab
demikian akan membatalkan shalat.16

5. Di antara faidah agung dalam hadits ini adalah semangat sahabat yang tinggi dalam
mengikuti petunjuk nabi shallallahu alaihi wasallam dan ini terlihat ketika mereka
bertanya kepada Bilal, “Bagaimana engkau meilhat nabi shallallahu alaihi wasallam
menjawab para sahabat yang mengucapkan salam kepada beliau sementara beliau
sedang shalat?”

13
Ibid
14
Fathul ‘Allam, hal. 591
15
Tas-hil al-Ilmam, hal. 119
16
Min-hatull ‘Allam, hal. 382

4
______________________________________________________________________________

َ‫صلِي وهو َح ِام ٌل أ َُم َامة‬ ِ ‫اَّلل صلهى ه‬


َ ُ‫اَّللُ َعلَييه َو َسله َم ي‬
ِ ُ ‫عن أَِِب قَتاد َة قال كان رس‬
َ ‫ول ه‬ َُ ََ
‫ب فِإذا سجد وضعها َوإذا قام ََحلها متفق عليه وملسلم وهو يؤم الناس‬ َ َ‫ت َزيين‬َ ‫بِين‬
‫يف املسجد‬
Abu Qatadah berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah shalat dalam
keadaan menggendong Umamah puteri Zainab. Lalu jika beliau sujud, beliau
meletakkan Umamah. Dan jika berdiri, beliau menggendongnya.”
Muttafaq ‘alaihi. Pada riwayat Muslim: “Dan beliau dalam keadaan mengimami orang-orang..”
______________________________________________________________________________
#Kosakata
Wadha’a (‫)وضع‬ : Meletakkan/menempatkan
Sajada (‫)سجد‬ : Sujud
#Abstraksi
Zainab, puteri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menikah dengan ‘Ash bin Abi Rabi’17. Dari
pernikahan ini, lahir Umamah. Jadilah Umamah cucu perempuan nabi shallallahu alaihi
wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menggendong cucunya ini saat beliau shalat. Saat
hendak sujud, beliau meletakkan Umamah dan kembali menggendongnya saat berdiri menuju
raka’at selanjutnya.
#Mutiara Hikmah Hadits
1. Boleh bagi anak-anak masuk masjid jika mereka dijaga dan tidak menimbulkan gangguan
bagi orang lain. Dalam riwayat Muslim, fragmen dalam hadits di atas terjadi di masjid
beliau shallallahu alaihi wasallam.18 Ini artinya diperbolehkan anak-anak masuk masjid.
Imam an-Nasa’i pun menuliskan bab “Idkhal as-Shibyan al-masajid” (masuknya anak-
anak di masjid-masjid) dalam kitab beliau yaitu Sunan an-Nasa’i.19

17
Dalam Min-hatul ‘Allam, hal. 388 namanya Abu al-’Ash bin Rabi’ dan inilah yang benar berdasarkan
riwayat Muslim dan lainnya.
18
Tas-hil al-Ilmam, hal. 120
19
Min-hatul ‘Allam, hal. 392

5
2. Hadits ini menunjukkan ketawadhuan nabi shallallahu alaihi wasallam, dimana beliau -di
balik kemuliannya- mau menggendong anak kecil saat berdiri untuk shalat lalu
meletakkannya saat beliau sujud.20

Catatan: Boleh pula wanita menggendong anaknya sekaligus menyusui anaknya itu
saat shalat dengan ketentuan sumber ASI yang merupakan aurat harus
tetap tertutup.21

3. Zainab -puteri tertua bahkan disebutkan anak tertua Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam22- memiliki keagungan nasab kepada nabi shallallahu alaihi wasallam. Petikan
ini tersarikan dalam hadits di atas dimana Umamah dinisbatkan kepada Zainab -
Umamah puteri Zainab- dan tidak dinisbatkan kepada suaminya.23

4. Hadits ini pula menegaskan bahwa sikap beliau shallallahu alaihi wasallam dan hal
serupa dalam shalat tidak membatalkan shalat baik shalat wajib maupun sunnah, baik
yang bersangkutan menjadi imam ataupun ma’mum. Jika saat menjadi imam saja tidak
masalah maka lebih-lebih saat menjadi ma’mum.24

Maraji’ (Rujukan)
1. Tas-hil al-Ilmam bi Fiqh al-Ahadits min Bulugh al-Maram, karya syaikh shaleh
bin Fauzan al-Fauzan, penerbit Dar al-Imam Ahmad, Qahirah, Mesir, Jilid ke-2.

2. Min-hatul ‘Allam fiy Syarh Bulugh al-Maram, karya syaikh Abdullah bin Shaleh al-Fauzan,
penerbit Dar ibnul Jauziy, Arab Saudi, jilid ke-2.

3. Fat-hul ‘Allam fiy Dirasati Ahadits Bulugh al-Maram, karya Abu Abdillah Muhammad al-
Fadhliy al-Ba’daniy, penerbit Maktabah ibn Taimiyyah, Yaman, jilid ke-1.

4. Taudhihul Ahkam min Bulugh al-Maram, karya Abdullah bin Abdirrahman al-Bassam,
penerbit Dar Alamiyah, Mesir, jilid ke-1.

20
Tas-hil al-Ilmam, hal. 121
21
Fat-hul ‘Allam, hal. 593
22
Min-hatul ‘Allam, hal. 388
23
Ibid
24
Ibid

Anda mungkin juga menyukai