Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan salah satu rangkaian siklus perkembangan
manusia.Setiap perubahan kehamilan merupakan stressor pada
kehidupan.Sebagian besar wanita hamil merasakan bahwa kehamilan merupakan
saat meningkatnya kecemasan sekaligus kebahagiaan.
Kehamilan merupakan suatu periode krisis maturitas yang dapat menimbulkan
stress dikarenakan oleh perubahan psikologi pada saaat hamil. Pada trimester I
kecemasan ibu hamil disebabkan karena ibu mulai beradaptasi dengan
kehamilannya, trimester II ibu menerima janin sebagai sesuatu yang terpisah dari
tubuhnya sehingga membutuhkan perawatan yang berbeda dari dirinya sndiri,
sedangkan trimester III kecemasan timbul karena ibu khawatir akan proses
persalinan, nyeri persalinan dan perawatan bayi baru lahir (Bobak, 2006). Akibat dari
kecemasan yang tidak tertangani dapat menyebabkan persalinan abnormal.
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu
tetapi masih normal, perasaan tidak pasti, keadaan emosi yang tidak memiliki objek
yang spesifik (Stuart, 2007). Adapun faktor yang menjadi penyebab kecemasan
adalah faktor internal yang meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan dan penyakit
yang dialami.Faktor eksternal terdiri dari dukungan keluarga, tenaga kesehatan,
lingkungan fisik, biologis dan sosial. Keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil yang
mengalami kecemasan adalah cemas, khawatir, mudah tersinggung, tegang,
gelisah, takut, gangguan pola tidur, gangguan konsentrasi, rasa sakit pada otot dan
tulang, berdebar- debar, gangguan pencernaan, sakit kepala (Hidayat, 2006).
Adapun tingkat kecemaan dibagi menjadi empat yaitu tingkat satu (1) yang
ditandai dengan kelelahan, irritable, persepsi meningkat, kesadaran tinggi, motivasi
ada, tingkah laku sesuai dengan kondisi. Tingkat dua (2) disebut sebagai tingkat
sedang yang ditandai dengan memilki perhatian yang selektif pada masalah,
kelelahan yang meningkat, meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, mampu
untuk belajar tapi tidak optimal, menurunya konsentrasi, mudah tersinggung, tidak
sabar, mudah lupa dan marah. Tingkat tiga (3) disebut sebagai kecemasan tingkat
berat yang ditandai dengan memusatkan sesuatu pada masalah secara terinci,
pusing, mual, insomnia, sering kencing, diare, palpitasi, bingung, disorientasi dan
tingkat empat (4) ditandai dengan panik, disorganisasi kepribadian, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,
kehilangan pemikiran yang rasional (Stuart, 2007).
Secara fisiologi tubuh memiliki respon dalam menghadapi
kecemasan.Mekanisme tersebut terdiri dari dua mekanisme yaitu mekanisme koping
dan adaptasi. Koping adalah merupakan respon stress dengan berbagai reaksi tubuh
sedangkan adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan baru
sebagai upaya mencari keseimbangan (Rasmun, 2005).
Massage/pijat adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau
meningkatkan sirkulasi.Massage/pijat merupakan intervensi yang termasuk dalam
pendekatan nonfarmakologi yang bertujuan untuk analgesia psikologis yang
dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage, stimulasi kuteneus, aroma
terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009). Tindakan ini dilakukan secara
lembut sehingga membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman menjelang
persalinan. Hal itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda sakit alami sekaligus dapat menciptakan
perasaan nyaman dan enak.Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong
merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat.Banyak bagian tubuh ibu
bersalin dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, perineum dan tungkai.Saat
memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan
sudah tepat (Danuatmadja, dan Meiliasari, 2008).
Dengan banyaknya ibu yang mengalami kecemasan di Puskesmas
Gondanglegi Kabupaten Malang tahun 2017 dan pijat perineum yang juga dipercaya
bisa menurunkan tingkat kecemasan, maka penulis tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Pijat Perineum terhadap Penurunan Kecemasan pada Ibu Hamil
Primigravida Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Gondanglegi Kabupaten
Malang Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pijat perineum terhadap penurunan kecemasan pada ibu
hamil primigravida trimester III?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pijat perineum terhadap penurunan kecemasan pada ibu
hamil primigravida trimester III
2. Tujuan Khusus
Mengetahui keefektifan pijat perineum terhadap penurunan kecemasan pada ibu
hamil primigravida trimester III
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
tentang pijat perineum dapat menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil.
2. Bagi Praktisi
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu praktisi dalam menerapkan
terapi pijat perineum pada ibu hamil.
BAB II
KAJIAN TEORI
Primigravida
1. Pengertian Kehamilan dan Primigravida

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana seorang wanita berhenti menstruasi


karena terjadi konsepsi atau pertemuan sel telur dengan sperma dan berakhir sampai
permulaan persalinan (Saifuddin, 2006). Wibisono (2009), mengatakan bahwa kehamilan
dapat terjadi karena ada pertemuan sperma dan sel telur didalam tuba falopi yang
kemudian tertanam di dalam uterus.
Kehamilan normal adalah masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam triwulan yaitu triwulan pertama
mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2009).
Primigravida adalah keadaan di mana seorang wanita mengalami masa kehamilan
untuk pertama kalinya (Manuaba, 2007). Dengan kemungkinan risiko tinggi, sehingga
dibutuhkan perawatan antenatal, natal dan postnatal (Nargis et al., 2010). Perbedaan
mendasar kehamilan primigravida dengan multigravida yaitu pada primigravida ostium
uteri internum belum terbuka dan akan terbuka lebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis kemudian ostium uteri internum baru akan membuka. Sedangkan
pada multigravida, ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum sudah sedikit
terbuka (Prawirohardjo, 2009).
2. Usia Primigravida

Usia terbaik seorang wanita untuk hamil adalah 20 tahun hingga 35 tahun. Apabila
seorang wanita mengalami primigravida (masa kehamilan pertama kali) di bawah usia 20
tahun, maka disebut primigravida muda. Sedangkan apabila primigravida dialami oleh
wanita di atas usia 35 tahun, maka disebut primigravida tua. Beberapa peneliti
menggunakan istilah “advanced maternal age” pada ibu hamil usia 35 tahun atau lebih,
tanpa melihat paritas atau Older woman atau Gravida tua atau Elderly gravid
(Cunningham, 1995). Sedangkan dalam Jurnal Naqvi et al. (2004) menyebut older
primigravida pada ibu yang hamil pertama pada usia 35 tahun atau lebih.
Seorang primigravida tua memiliki risiko preeklamsia lebih tinggi oleh karena adanya
perbedaan elastisitas dan kemunduran sistem kardiovaskuler, selain itu seorang
primigravida tua memiliki kecenderungan mengalami masalah obesitas lebih tinggi
dibanding primigravida muda (Naqvi et al., 2004). Banyak faktor yang menyebabkan
seorang wanita mengalami primigravida tua. Selain oleh karena faktor alami biologis, kini
wanita karir dan terdidik banyak yang ingin hidup mandiri untuk mengejar karir sehingga
akan terlambat menikah dan hamil di atas usia 35 tahun. Pengawasan perlu diperhatikan
karena dapat terjadi hipertensi karena stres pekerjaan yang kemudian hipertensi ini dapat
menjadi pemicu preeklamsia, Diabetes Melitus, perdarahan antepartum, abortus,
persalinan prematur, kelainan kongenital, dan ganggguan tumbuh kembang janin dalam
rahim (Manuaba, 2007).
3. Komplikasi
Baik primigravida muda maupun primigravida tua memiliki Kehamilan Risiko Tinggi
(KRT), yaitu keadaan di mana jiwa ibu dan janin yang dikandungnya dapat terancam,
bahkan dapat mengakibatkan kematian.Namun pada primigravida muda memiliki risiko
lebih rendah, karena dianggap memiliki ketahanan tubuh lebih baik daripada primigravida
tua (Manuaba, 2007).Hal ini diperkuat oleh suatu penelitian yang membandingkan antara
primigravida muda dan primigravida tua. Didapatkan pada kehamilan primigravida tua 8x
memiliki risiko komplikasi lebih berat, seperti hipertensi kronis, superimposed
hypertension, tingkat persalinan dengan operasi caesar yang lebih tinggi, persalinan
dengan bantuan bila dibandingkan primigravida muda (Shehadeh, 2002). Juga ditemukan
adanya kelainan pertumbuhan intrauterin dan malformasi kongenital (Naqvi et al., 2004)

Konsep Kehamilan Trimester Tiga


1. Pengertian Kehamilan Trimester tiga

Kehamilan dibagi dalam triwulan yaitu triwulan pertama mulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan
ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2009).
2. Perubahan fisiologis pada kehamilan trimester tiga
a. Uterus mulai menekan kearah tulang belakang, menekan vena kava dan aorta
sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan sering terjadi kontraksi
uterus yang disebut his palsu (braxton hicks). Itmus uteri menjadi bagian korpus
dan berkembang menjadi segmen bawah rahim yang lebih lebar dan tipis, servik
menjadi lunak sekali dan lebih mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir
kehamilan.
b. Sirlukasi Darah dan Sistem Respirasi Volume darah meningkat 25% dengan
puncak pada kehamilan 32 minggu diikuti pompa jantung meningkat 30%. Ibu
hamil sering mengeluh sesak nafas akibat pembesaran uterus yang semakin
mendesak kearah diafragma.
c. Traktus digestivus. Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan regurgitasi
karena terjadi tekanan keatas uterus. Sedangkan pelebaran pembuluh darah
pada rectum, bisa terjadi.
d. Traktus urinarius. Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil akan
kembali mengeluh sering kencing.
e. Sistem muskulus skeletal. Membesarnya uterus sendi pelvik pada saat hamil
sedikit bergerak untuk mengkompensasi perubahan bahu lbh tertarik ke
belakang, lebih melengkung, sendi tulang belakang lbh lentur sehingga
mengakibatnya nyeri punggung
f. Kulit terdapat striae gravidarum, mengeluh gatal, kelenjar sebacea lebih aktif.
Berat badan akan mengalami kenaikan sekitar 5,5 kg
g. Metabolisme Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan metabolisme
basal sebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester ketiga, penurunan
keseimbangan asam basa dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter
akibat hemodelusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi.
Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau
sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan
protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil seperti : kalsium 1,5 gram setiap
hari dan 30-40 gram untuk pembentukan tulang janin, Fosfor rata-rata 2 gram
dalam sehari, Zat besi 800 mg atau 30-50 mg per hari dan air yang cukup.
h. Perubahan Kardiovaskuler. Volume darah total ibu hamil meningkat 30- 50%,
yaitu kombinasi antara plasma 75% dan sel darah merah 33% dari 19 nilai
sebelum hamil. Peningkatan volume darah mengalami puncaknya pada
pertenahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32 minggu, setelah itu
relative stabil (Prawirohardjo,2009).

3. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester III


Pada trimester III biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya,
bayinya, kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak akan pernah
tahu kapan ia akan melahirkan. Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu
merasa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah
tersinggung serta merasa menyulitkan. Disamping itu ibu merasa sedih akan berpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang akan diterimanya selama hamil,
disinilah ibu memerlukan keterangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarganya.
Perubahan Psikologis Trimester III (penantian dengan penuh kewaspadaan).
1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik.
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
4. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi
yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5. Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
6. Merasa kehilangan perhatian.
7. Perasaan mudah terluka atau sensitif.
8. Libido menurun (Prawirohardjo, 2009)

4. Pada kehamilan trimester III juga terjadi ketidaknyamanan, seperti :


a) Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis) dan konstipasi. Frekwensi berkemih
pada trimester ketiga sering dialami pada kehamilan primi setelah terjadi lightening.
Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk ke dalam panggul
dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih, sehingga merangsang
keinginan untuk berkemih. Terjadi perubahan pola berkemih dari diurnal menjadi
nokturia karena edema dependen yang terakumulasi sepanjang hari diekskresi.
Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos
pada usus besar ketika terjadi penurunan jumlah progesterone. Akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi menyebabkan pergeseran dan tekanan pad usus dan
penurunan motilitas pada saluran gastrointestinal. Dan bisa juga akibat efek
mengkonsumsi zat besi. Konstipasi dapat memacu hemoroid.
b) Edema devenden dan Varises, kedua hal ini disebabkan oleh gangguan sirkulasi
vena dan meningkatnya tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan
ini akibat penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita tersebut
duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat berbaring.
c) Nyeri Ligemen. Ligament teres uteri melekat di sisi-sisi tepat dibawah uterus. Secara
anatomis memiliki kemampuan memanjang saat uterus meninggi an masuk kedalam
abdomen. Nyeri ligamentum teres uteri diduga akibat peregangan dan penekanan
berat uterus yang meningkat pesat pada ligament. Ketidak nyamanan ini merupakan
salah satu yang harus ditoleransi oleh ibu hamil. Nyeri punggung bawah tepatnya
pada lumbosakral yang diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur
tubuh ibu hamil, yang semakin berat seiring semakin membesarnya uterus.
Pengaruh sikap tubuh lordosis, membungkuk berlebihan, jalan tanpa istirahat,
mengangkat beban berat terutama dalam kondisi lelah (Prawirohardjo,2009).

5. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah
perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan
(Pantiawati,2010). Pada Kehamilan usia lanjut,perdarahan yang tidak normal
adalah merah,banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu disertai dengan
rasa nyeri (Asrinah,2010).
2. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang serius
adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu
mungkin merasa penglihatannya kabur atau berbayang.Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi (Asrinah,2010).
3. Penglihatan Kabur
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual
yang mendadak, misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan ini
mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre-
eklampsia (Pantiawati,2010).
4. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Pada saat kehamilan,hampir seluruh ibu hamil mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah
beristirahat dengan meninggikan kaki.Bengkak bisa menunjukan adanya
masalah serius jika muncul pada muka dan tangan,tidak hilang setelah
beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain .Hal ini dapat pertanda
anemia,gagal jantung atau pre-eklampsia
5. Keluar Cairan per Vagina
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III. Ibu harus dapat
membedakan antara urine dengan air ketuban.Jika keluarnya cairan ibu tidak
terasa,berbau amis dan berwarna putih keruh,berarti yang keluar adalah air
ketuban.Jika kehamilan belum cukup bulan,hati-hati akan adanya persalinan
preterm (< 37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum .
6. Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau
ke-6,beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.Jika bayi
tidur gerakan bayi akan melemah.Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika
ibu berbaring untuk beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan
baik.Bayi harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam.Jika
kurang dari itu,maka waspada akan adanya gangguan janin dalam
rahim,misalnya asfiksia janin sampai kematian janin.
7. Nyeri Perut yang Hebat
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti
pada persalian.Pada kehamilan lanjut,jika ibu merasakan nyeri yang
hebat,tidak berhenti setelah beristirahat,disertai tanda-tanda syok yang
membuat keadaan umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai
perdarahan yang tidak sesuai dengan beratnya syok,maka kita harus
waspada akan kemungkinan terjadinya solusio placenta. Nyeri perut yang
hebat bisa berarti apendiksitis,kehamilan etopik,aborsi,penyakit radang
pelviks,persalinan preterm,gastritis,penyakit kantong empedu,iritasi
uterus,abrupsi placenta,infeksi saluran kemih atau infeksi
lainnya (Asrinah,2010).

Pijat Perineum
1. Pengertian Pijat Perineum
Pemijatan perineum adalah sebuah teknik sederhana yang dapat dilakukan sekali
sehari selama beberapa minggu terakhir kehamilan di daerah perineum ( area antara
vagina dan anus) (Nolan,2004). perineum itu sendiri adalah area kulit antara liang vagina
dengan anus (dubur) yang dapat robek ketika melahirkan atau sengaja digunting guna
melebarkan jalan keluar bayi (episiotomi) yang panjangnya 4cm (Prawirohardjo, 2005)
2. Manfaat Pemijatan Perineum
Pijat ini akan membantu melunakkan jaringan perineum sehingga jaringan tersebut
akan membuka tanpa resistensi saat persalinan, untuk mempermudah lewatnya bayi.
Pemijatan perineum ini memungkinkan untuk melahirkan bayi dengan perineum tetap
utuh (Mongan, 2007, hlm. 178).
Pijat perineum memiliki berbagai keuntungan yang semuanya bertujuan mengurangi
kejadian trauma di saat melahirkan. Keuntungannya diantaranya adalah:
a. Menstimulasi aliran darah ke perineum yang akan membantu mempercepat proses
penyembuhan setelah melahirkan.
b. Membantu ibu lebih santai di saat pemeriksaan vagina (Vaginal Touche).
c. Membantu menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum di
kala kepala bayi akan keluar.
d. Menghindari kejadian episotomi atau robeknya perineum di kala melahirkan dengan
meningkatkan elastisitas perineum (Danuatmaja,2004).
3. Waktu Untuk Melakukan Pemijatan Perineum
Pijat perineum sebaiknya tidak dilakukan bagi ibu hamil dengan infeksi herpes aktif di
daerah vagina, infeksi jamur, atau infeksi menular yang dapat menyebar dengan kontak
langsung dan memperparah penyebaran infeksi.Pemijatan perineum ini sebaiknya
dimulai sekitar 4 sampai 6 minggu sebelum waktunya melahirkan atau pada minggu ke-
34.
Pemijatan perineum sebaiknya sudah mulai dilakukan sejak enam minggu sebelum
hari-H persalinan, ibu bisa mulai memijat daerah perineum, area di antara vagina dan
anus. Pijatan pada perineum ini dapat meningkatkan kemampuan meregang area ini,
sehingga kemungkinan ibu mengalami episiotomi (sayatan pada pintu vagina untuk
mempermudah keluarnya bayi) maupun robekan akibat persalinan jadi lebih kecil.Pijat
perineum ini memang belum selalu terbukti meningkatkan fleksibilitas otot di area
ini.Lakukanlah pemijatan sebanyak 5-6 kali dalam seminggu secara rutin. Selanjutnya,
selama 2 minggu menjelang persalinan, pemijatan dilakukan setiap hari, dengan jadwal
sebagai berikut:
 Minggu pertama, lakukan selama 3 menit.
 Minggu kedua, lakukan selama 5 menit.
 Hentikan pemijatan ketika kantung ketuban mulai pecah dan cairan ketuban
mulai keluar. Atau, pada saat proses persalinan sudah dimulai

4. Persiapan Sebelum Pemijatan


1. Persiapan untuk Ibu
 Ruangan yang tenang dan nyaman
 Ruangan yang aman
 Ruangan tidak terlalu terang
2. Persiapan untuk Pemijat
 Tangan pemijat harus bersih dan bekerja secara hati – hati.
 Selalu cepat tanggap tehadap Ibu jika mengalami rasa nyeri yang
berlebihan.
 Atur posisi Ibu dalam keadaan yang nyaman ketika melakukan
pemijatan.
3. Alat
 Minyak yang hangat seperti minyak gandum yang kaya vitamin E,
minyak sayur atau sweet almond.
 Jam atau petunjuk waktu untuk menghitung lamanya pemijatan.
 Beberapa buah bantal untuk pengganjal Ibu.
 Sarung tangan yang steril
 Handuk kecil setelah pemijatan

5.Teknik Pijat Perineum


1. Cuci tangan ibu terlebih dahulu dan pastikan kuku ibu tidak panjang.
2. Berbaringlah dalam keadaan yang nyaman
3. Ibu dapat menggunakan cermin untuk pertama kali guna mengetahui daerah
perineum tersebut.
4. Ibu dapat menggunakan minyak zaitun, minyak vitamin E, minyak kelapa, atau
sweet almond pada jari-jari tangan, jempol, dan area perineum. Lakukan
pemijatan sebelum mandi pagi dan sore
5. Letakkan satu atau dua ibu jari (atau jari lainnya bila ibu jari tidak sampai) sekitar
2-3 cm di dalam vagina. Tekan ke bawah dan kemudian menyamping pada saat
bersamaan. Perlahan-lahan coba rengangkan daerah tersebut sampai ibu
merasakan sensasi seperti terbakar, perih, atau timbul rasa hangat (slight
burning).
6. Tahan ibu jari dalam posisi seperti diatas selama 2 menit sampai daerah tersebut
menjadi tidak terlalu berasa dan ibu tidak terlalu merasakan perih lagi.
7. Tetap tekan daerah tersebut dengan ibu jari. Perlahan-lahan pijat ke depan dan
ke belakang melewati separuh terbawah dari vagina. Lakukan ini selama 3-4
menit. Ingatlah untuk menghindari pembukaan saluran kemih, ibu dapat memulai
dengan pijatan ringan dan semakin ditingkatkan tekanannya seiring dengan
sensitivitas yang berkurang
8. Ketika ibu sedang memijat, tarik perlahan bagian terbawah dari vagina dengan
ibu jari tetap berada di dalam. Hal ini akan membantu meregangkan kulit dimana
kepala bayi saat melahirkan nanti akan meregangkan perineum itu sendiri
9. Lakukan pijatan perlahan-lahan dan hindari pembukaan dari katup uretra (lubang
kencing) untuk menghindari iritasi atau infeksi.
10. Setelah pemijatan selesai di lakukan, kompres hangat jaringan perineum Ibu
selama kurang-lebih 10 menit. Lakukan secara perlahan dan hati-hati. Kompres
hangat ini akan meningkatkan sirkulasi darah sehingga otot-otot di daerah
perineum kendur (tidak berkontraksi atau tegang).

Dalam waktu beberapa minggu, ibu akan merasakan daerah perineum menjadi
lebih elastis. Melahirkan dengan perlahan dan terkendali (mengikuti instruksi
dokter/bidan ketika mendorong) adalah kunci jaminan perineum utuh dan
mengurangi angka kejadian laserasi (robekan/perlukaan). Bayi harus berada di
dalam kondisi baik dan ibu harus mengikuti segala hal yang diperintahkan oleh
dokter/bidan (Danuatmaja,2004).

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemijatan

- Jangan memijat seandainya didaerah kemaluan ibu terdapat infeksi


- Jangan memaksakan posisi pijat tertentu pada ibu
- Jangan memaksa ibu untuk dipijat

. Hal-hal yang perlu diingat segera setelah melakukan pemijatan

- Jika terjadi iritasi, segera datang untuk memberitahukan bidan.

Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan (ansietas) adalah keadaan ketika seseorang mengalami perasaan
gelisah yang tidak jelas tentang keprihatinan dan khawatir karena adanya ancaman pada
nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2006). Potter (2005) mengatakan bahwa
kecemasan merupakan perasaan tidak menentu yang dihasilkan dari antisipasi adanya
suatu keadaan bahaya. Seseorang akan merasa cemas apabila dihadapkan pada
perubahan dan kebutuhan untuk melakukan tindakan yang berbeda.
2. Klasifikasi kecemasan
Terdapat empat tingkat kecemasan menurut Stuart yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari.kecemasan pada tingkat ini dapat menyebabkan seseorang menjadi waspada
dan meningkatkan lahan persepsinya. Mampu menghadapi situasi yang
bermasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang
akan datang. Perasaan relatif nyaman dan aman.Tanda-tanda vital normal,
ketegangan otot minimal dan pupil normal atau kontriksi.Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas (Stuart, 2006).
b) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan hal yang lainnya, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.Kesulitan dalam berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih
dalam belajar.Pada kondisi ini terdapat kesulitan dalam beradaptasi dan
menganalisa.Tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat, dan
tremor.Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu (Stuart, 2006).
c) Kecemasan berat Kondisi
kecemasan berat sangat mengganggu lapang persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak
dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi
ketegangan.Pembelajaran sangat terganggu dan tidak mampu
berkonsentrasi.Hampir tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini.Tanda-
tanda vital meningkat, diaphoresis, nafsu makan menurun, sensasi nyeri
meningkat, otot-otot tegang, pandangan menurun dan terjadi peningkatan haluaran
urin (Stuart, 2006).
d) Panik
Kecemasan pada tingkat ini berhubungan dengan ketakutan dan teror.Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yangpanik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan.Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan
terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional.Tingkat kecemasan tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian (Stuart, 2006).
3. Kecemasan pada primigravida
Terdapat beberapa kecemasan yang dialami ibu primigravida menjelang
persalinan pertamanya. Kecemasan tersebut dapat berupa kecemasan akan bayi
lahir prematur, cemas terhadap perkembangan janin dalam rahim, dan cemas akan
bayinya lahir cacat. Selain itu proses persalinan, kemungkinan komplikasi saat
persalinan, dan nyeri saat persalinan juga dapat mengakibatkan kecemasan pada
ibu hamil (Wita, 2008). Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian
akan kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis. Kecemasan dapat mempengaruhi
detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi
asam lambung, dan lain-lain. Tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala
fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pusing, susah tidur, mual atau merasa
malas (Erlina, 2007).
Suasana psikologis ibu yang tidak mendukung akan mempersulit proses
persalinan. Cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab pada ibu hamil,
dapat memicu kondisi yang berujung pada stres.Kondisi stres inilah yang
mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada dijalan lahir
ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Emosi yang tidak stabil
juga akan membuat ibu merasakan sakit yang semakin hebat (Amalia, 2009). Ibu
hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan akan meningkatkan resiko
ketidakseimbangan emosional ibu setelah melahirkan. Cemas selama kehamilan
juga meningkatkan resiko keterlambatan perkembangan motorik dan mental janin,
serta dapat menyebabkan colic pada bayi baru lahir (Bakshi, 2008).

4. Penyebab Kecemasan Pada Ibu Primigravida Trimester Ketiga


a. Perubahan – perubahan fisik selama tiga trimester
Kehamilan dapat dibagi menjadi tiga trimester yaitu trimester pertama,
trimester kedua, dan trimester ketiga. Pada tiap trimester tersebut wanita hamil
akan mengalami perubahan – perubahan fisik. Perubahan fisik tersebut dapat
menimbulkan kecemasan pada tiap trimester (Aisyah, 2009).
b. Pengalaman emosional ibu
Kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman –
pengalaman baru. Wanita hamil yang pertama kali hamil akan merasa lebih
cemas dibandingkan dengan wanita hamil yang sudah pernah melahirkan.
Wanita hamil akan belajar dari pengalaman – pengalaman emosionalnya selama
menjalani kehamilan. Namun tiap individu mempunyai pengalaman –
pengalaman yang berbeda sehingga antara individu yang satu dengan individu
yang lainnya tidak sama dalam menyikapi kecemasannya (Stuart & Sundeen,
2002).
Pada trimester ketiga kecemasan akan kembali muncul ketika akan
mendekati proses persalinan. Ibu hamil akan ditakuti oleh kesakitan yang luar
biasa ketika akan melahirkan bahkan resiko kematian. Jika wanita hamil lemah,
maka akan mempersulit proses melahirkan nanti (Aisyah, 2009).

5. Gejala kecemasan pada Ibu Hamil


Menurut Blackburn (2000), gejala-gejala kecemasan pada ibu hamil meliputi tiga
aspek, yaitu:
a. Gejala fisik
Meliputi telapak tangan basah, tekanan darah meninggi, badan
gemetar, denyut jantung meningkat dan keluarnya keringat dingin.
Perubahan fisik yag terjadi pada ibu hamil contohnya muncul jerawat,
varises, noda juga dapat menimbulkan kecemasan. Perubahan lainnya
yang terjadi ketika hamil adalah mudah lelah, badan terasa tidak
nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, sering sulit bernafas, dan lain-lain.
Perubahan – perubahan tersebut berbeda – beda intensitasnya pada
masing – masing ibu hamil (Blackburn, 2000).
b. Gejala psikologis
Kecemasan merupakan reaksi psikologis yang wajar pada ibu hamil,
jika ibu hamil dapat mengatasi kecemasannya maka ia akan dapat
menikmati tahapan kehamilannya dengan lebih nyaman dan tenang.
Secara psikologis, kecemasan dapat meningkatkan kerja dari sistem
saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu.Akibat pelepasan
hormon tersebut, muncullah perangsangan pada organ – organ,
seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun fisiologis tubuh
lainnya.Kecemasan yang ditimbulkan secara psikologis juga
dikarenakan ketidakmampuan individu dalam mengidentifikasi
ancaman yang datang sehingga muncul gelaja – gejala seperti marah
– marah, takut, perasaan tidak tentu, serta ketidakmampuan
mengendalikan pikiran buruk.Ada dua hal yang menyebabkan
kecemasan pada ibu hamil yaitu perasaan takut dan penolakan ibu
terhadap kehamilannya.Perasaan takut yang dirasakan oleh ibu hamil
lebih didasarkan pada perubahan besar yang terjadi pada tubuhnya.
Penolakan ibu terhadap kehamilannya lebih didasarkan pada calon ibu
tersebut tidak menikah atau karena kesulitan ekonomi sehingga
dengan hadirnya anak dapat memberatkan ekonomi keluarga
(Sastrawinata, 2003)
c. Gejala Sosial
Kecemasan dalam ruang lingkup sosial dapat dilihat dari situasi,
kondisi dan obyek tertentu misalnya individu cemas ketika
memperlihatkan diri di depan umum. Keadaan ini terutama terjadi pada
individu yang pemalu, penakut, merasa tidak tentram, dan cemas bila
berkumpul dengan orang-orang yang masih asing dengannya. Pada
ibu hamil biasanya kepercayaan tradisional yang dianut dalam suatu
daerah akan berpengaruh terhadap pola pikirnya sehingga akan
menimbulkan kecemasan tersendiri. Sikap yang kurang
menyenangkan di pihak orang-orang yang berarti, sikap yang kurang
menyenangkan dari lingkungan juga menimbulkan efek yang
mendalam bagi kondisi mental ibu hamil. Misalnya orang tua yang
tidak menghendaki kelahiran karena takut mengganggu program
pendidikan dan pekerjaan (Blackburn, 2000)
BAB III
PEMBAHASAN

A. Judul
Pengaruh Pijat PerineumTerhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil Primigravida
Trimester III
B. Pengarang
Elly Dwi Masita
C. Tahun / Penerbit
2016 / Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.9, No.1 hal 7-11, Surabaya: Universitas
Nahdtaul Ulama
D. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperimentdengan rancangan control
group pre-post test design. Pengambilan sampel berdasarkan jumlah pasien
primigravida trimester III yang berkunjung di puskesmas Gondanglegi (berjumlah 10
orang)
E. Partisipan
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas
Gondanglegi. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu primigravida trimester III yang
berkunjung di Puskesmas Gondanglegidalam kurung waktu yang telah ditetapkan oleh
peneliti
F. Prosedur / Intervensi
1. Sampel berjumlah 10 ibu primigravida yang berkunjung di Puskesmas Gondanglegi
dalam kurung waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti
2. 10 sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok (5 orang sebagai kelompok
perlakuandengan diberikan edukasi dan praktek pijat perineum, sedangkan 5 orang
yang lain sebagai kelompok kontrol hanya dilakukan penyuluhan pijat perineum
tanpa praktek)
3. Setelah terpilih sampel dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner tingkat
kecemasan
4. Selanjutnya peneliti memberikan edukasi dan pelatihan pada setiap responden
kelompok perlakuan untuk melakukan praktek pijat perineum selama 3 menit serta
mengevaluasi tindakan sampai responden benar-benar mampu dan benar saat
melakukan pijat perineum di rumah
5. Setiap responden pada kelompok perlakuan diberikan jadwal untuk diisi setiap
melakukan pijat perineum secara mandiri di rumah. Waktu yang diberikan selama 7
hari setelah pelatihan dengan jadwal dilakukan pijat perinium 1 kali per hari dalam 7
hari
6. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan
selama 7 hari. Pengukuran dilakukan 1x24 jam sebelum perlakuan diberikan dan
berikutnya diukur setelah 7 hari diberikan perlakuan atau setelah melaksanakan pijat
perineum sesuai jadwal
G. Pengumpulan Data
1. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperiment dengan rancangan control
group pre-post test design.
2. Setelah melakukan pijat perineum selama 7 hari responden diberikan kuesioner
untuk menilai tingkat kecemasan.
3. Setelah itu, hasil intervensi pada kelompok eksperimen akan dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang diberikan penyuluhan tentang pijat perineun saja.
4. Teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan prosentase hasil pre test
dan post test terhadap kuisioner kecemasan yang diberikan kepada sampel.

H. Hasil Penelitian
1. Hasil penelitian dibagi kedalam 3 kategori, yaitu perbedaan tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah penyuluhan pijat perineum pada kelompok kontrol dan
perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah perlakuan pijat perineum pada
kelompok eksperimen, serta perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen
2. Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol saat dilakukan pretest adalah 60% pada
tingkat sedang dan meningkat menjadi 40% pada tingkat ringan. Ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pada ibu hamil kelompok kontrol yang
tidak signifikan.
Tingkat kecemasan

Ringan Sedang Tinggi

N % N % N %

Pre 0 0 3 60% 2 40%


test
Post 2 40% 2 40% 1 20%
test

3. Rata-rata tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen saat dilakukan pretest


adalah 60% pada tingkat tinggi yang meningkat secara signifikan setelah dilakukan
posttest dengan hasil rata-rata 80% pada tingkat ringan. Ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan pada kelompok eksperimen.
Tingkat kecemasan

Ringan Sedang Tinggi

N % N % N %

Pre 0 0 2 40% 3 60%


test
Post 4 80% 1 20% 0 0%
test

4. Rata-rata perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok kontrol eksperimen saat


dilakukan post test adalah 40% pada tingkat ringan, 40% tingkat sedang dan 20%
tingkat tinggi (Ringan (2): Sedang (2): Tinggi (1))sedangkan hasil post test pada
kelompok eksperimen adalah 80% tingkat ringan, 20% tingkat sedang dan tidak ada
yang memiliki kecemasan tingkat tinggi (Ringan (4): Sedang (1))
Tingkat kecemasan

Ringan Sedang Tinggi

N % N % N %

Kontrol 2 40% 2 40% 1 20%

Eksperimen 4 80% 1 20% 0 0%

I. Diskusi
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada kelompok perlakuan didapatkan 90%
subjek penelitian mengalami kecemasan tingkat rendah. Hal ini disebabkan karena pijat
perineum dapat menigkatkan endorphin sehingga ibu hamil mengalami ketenangan dan
rileks sehingga perineum menjadi elastis (Aprilia, 2010).
Menurut Chapman (2006) pijat perineum merupakan salah satu mekanisme
koping bagi ibu sehingga ibu berada dalam kenyamanan. Kondisi ini menyebabkan
perineum menjadi elastis. Ditinjau dari segi psikologi pijat perineum menimbulkan
perasaan senang dan nyaman sehingga dapat menurunkan kekhawatiran, ketakutan
menghadapi persalinan serta dapat menurunkan nyeri.
Hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok kontrol mengalami tingkat
kecemasan rendah sebesar 40%. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian masih
belum berpengalaman dalam menghadapi kehamilannya serta tidak memperoleh pijat
perineum. Kondisi ini mengakibatkan kekhawatiran, ketakutan dalam menghadapi
periode persalinan. Kecemasan yang tinggi pada kelompok kontrol disebabkan karena
kurangnya pengetahuan, dukungan keluarga yang kurang, dan kurangnya kedekatan
antara tenaga kesehatan dengan subjek penelitian.

J. Kesimpulan
Kesimpulan dari jurnal tersebut, peneliti menemukan suatu bukti yang
menunjukkan bahwa pijat perineum yang dilakukan selama 3 menit setiap hari selama 7
hari mampu menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester III.
Tingkat kecemasan pada kelompok kontrol mengalami penurunan tetapi tidak signifikan.
Dapat disimpulkan pada hasil perbandingan pada kelompok kontrol dan eksperimen
didapatkan perbedaan yang signifikan mengenai penurunan kecemasan pada ibu hamil
primigravida trimester III.

K. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Kelebihan :
1. Jurnal dapat diaplikasikan dengan mudah di Indonesia
2. Design jurnal dan hasil penelitian mudah di interpretasikan
3. Jurnal sesuai dengan kondisi yang ada di indonesia
Kekurangan :
1. Tidak terdapat data karakteristik responden
2. Tidak terdapat tabel hasil penelitian
3. Tidak terdapat metode/langkah dalam pijat perineum

L. Jurnal Pelengkap
No Penulis Tahun Judul Negara Isi/hasil penelitian

1. Dartiwen 2015 PENGARUH Indonesia Penelitian ini menyimpulkan


bahwa pemijatan perineum
dkk. PEMIJATAN
pada primigravida
PERINEUM PADA berpengaruh terhadap
kejadian laserasi perineum
PRIMIGRAVIDA
pada saat persalinan.
TERHADAP
KEJADIAN
LASERASI
PERINEUM SAAT
PERSALINAN DI
BIDAN PRAKTIK
MANDIRI (BPM)
WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
MARGADADI
KABUPATEN
INDRAMAYU
TAHUN 2015
Lampiran 1. Jadwal Pijat Perineum

Jadwal Pijat Perineum di Rumah

Tanggal Jam Keterangan

Nb:
1. Keterangan berisi: Apa saja yang sudah dilakukan saat pijat perineum, siapa
yang membantu (jika ada), efek setelah melakukan pijat perineum
2. Jadwal ditulis sesuai yang dilakukan
3. Jadwal tidak boleh dihilangkan
Lampiran 2. Kuisioner Tingkat Kecemasan
Petunjuk Pengisian :
• Berilah tanda checklist ( ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai
dengan situasi dan kondisi yang anda alami.
Keterangan :
HTP = Hampir Tidak Pernah
K = Kadang-kadang
SR = Sering
SL = Selalu
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang tingkat kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan.
No Pernyataan HTP K SR SL
1 Saya merasa senang menghadapi persalinan
yang akan saya alami.
2 Saya merasa proses persalinan akan berjalan
lancar.
3 Saya merasa tidak mempunyai masalah dengan
kehamilan ini
4 Saya merasa siap lahir dan batin menjalani
proses persalinan
5 Saya mersa khawatir sesuatu yang buruk akan
terjadi pada saat proses persalinan
6 Saya merasa tersiksa menghadapi waktu
persalinan.
7 Saya merasa takut persalinan saya tidak lancar
8 Saya merasa puas dengan pelayanan rumah
sakit/klinik sehingga saya dapat menikmati
persalinan ini.
9 Saya merasa tidak ada beban dalam
menghadapi persalinan ini
10 Saya merasa takut jika anak saya lahir tidak
sempurna
11 Saya merasa was-was apakah nanti bersalin
secara normal atau operasi
12 Saya merasa ketakutan menjalani persalinan ini.
13 Saya merasa pikiran saya kacau saat
menghadapi persalinan
14 Jika saya mengingat akan menghadapi
persalinan, tangan saya gemetar dan mulut
saya kering.
15 Saya merasa percaya diri menghadapi
persalinan ini karena ditolong oleh tenaga
kesehatan yang profesional.
16 Saya merasa kuat menghadapi proses
persalinan ini karena mendapat dukungan dari
suami
17 Jika saya mengingat akan menghadapi
persalinan, otot-otot saya terasa kaku
18 Saya merasa tidak nafsu makan selama
menghadapi proses persalinan ini.
19 Saya mengalami gangguan tidur ( sulit tidur,
mudah terbangun, mengigau dan sering mimpi
buruk ) karena takut menghadapi persalinan ini.
20 Saya merasa jantungan saya berdebar-berdebar
dalam menghadapi persalinan.
Lampiran 3. Daftar Inisial Responden

DAFTAR RESPONDEN

NO Nama Inisial Umur Usia Kehamilan Alamat


1 Ny. Su 25 34-36 Gondanglegi wetan
2 Ny. B 27 37-38 Gondanglegi wetan
3 Ny. T 25 36-38 Gondanglegi kulon
4 Ny. N 26 34-36 Malang
5 Ny. Sr 23 37-38 Gondanglegi kulon
6 Ny. M 25 34-36 Sepanjang
7 Ny. Y 24 36-38 Gondanglegi wetan
8 Ny. Nu 24 34-36 Gondanglegi kulon
9 Ny. Sa 26 36-38 Sepanjang
10 Ny. Mr 27 37-38 Gondanglegi wetan
DAFTAR PUSTAKA
Afzal, H, Afzal, S, Siddiqie, SA, dan Naqvi, S.A.A.2012.Measures used by
Amalia,T. 2009. Kecemasan Ibu Menanti Persalinan. Jakarta : EGC
Asrinah,dkk.2010.Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan.Yogyakarta:Graha Ilmu
Blackburn, J.A. dan Dulmus, C. N. (2007). Handbook of Gerontology EvidenceBased Approaches to
Theory, Practice, and Policy. John Wiley & Sons, Inc
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih Bahasa
Monica Ester, Jakarta : EGC
Comparison Between Booked and Un-booked Patients. Di buka pada 24
Cunningham. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Danish, Nargis. (2010). Assessment Of Pregnancy Outcome in Primigravida: Juni 2012 dari
http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/22-2/Nargis.pdf
Danuatmaja, Bonny. 2004. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspa Swarna
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007
medical students to reduce test anxiety. Journal Pak.Med Assoc 62: 982
Shehadeh A. Elderly primigravida and pregnancy outcome. J Res Med Sci. 2002; 9 (2): 8-1
Mongan. 2007. Hypnobrithing. PT Bhuana Ilmu popular. Jakarta
Nolan, Mary. ( 2004). Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: ARCAN.
Pantiawati,Ika.2010.Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Yogjakarta:Nuha Medika Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Potter, P. A, Perry, A. G, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, (Edisi 4), vol.1, Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Pustaka.
Saifuddin. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Stuart, dkk 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 Jakarta : EGC
Wibisono, H. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta : Argo Media

Anda mungkin juga menyukai