Anda di halaman 1dari 8

Dr.

O’ Abuyamin Bin H Abas Z

BAGIAN DUA : DASAR DASAR PERPAJAKAN

BAB 2

PENGANTAR SEJARAH SINGKAT PERPAJAKAN

Dalam dunia kehidupan manusia yang terus berkembang dari masa kemasa dimulai sejak dalam
kandungan Ibu, kemudian lahir, tumbuh menjadi anak2, dewasa, usia lanjut dan meningggal dunia ,
manusia tidak akan lepas dari perpajakan, masalah perpajakan selalu seiring sejalan dengan kegiatan
dari perkembangan sejarah manusia itu sendiri. Sebagai mahluk sosial manusia selalu hidup bersama
membentuk suatu kehidupan , mulai dari individu, masyarakat dan berkembang menjadi kelompok,
kerajaan, ataupun negara.Kelompok, kerajaan dan negara tidak akan lepas dari keperluan dana untuk
menghidupi nya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dimasing masing bentuk kelompok tersebut.
Salah satu sumber dana adalah antara lain bisa diperoleh dari sumbangan, iuran, ataupun pajak.
Bagaimanakah sejarah pajak dari waktu ke waktu ? Berikut ini “ sejarah singkat “ pajak dalam
perkembangan dari masa ke masa, antara lain adalah :

A.Sejarah Singkat Perpajakan : di Roma, di Mesir, di Spanyol, dan di Benua Amerika.

1.Tahun 509 – 27 SM : Censor, Questor

Di kota Roma ada beberapa pungutan yang diwajibkan kepada rakyatnya dengan sebutan seperti
censor, questor dan jenis pungutan lainnya.

2.Tributum

Pajak langsung ( tributum ) dipungut pada zaman perang terhadap penduduk Roma sampai tahun 167
SM ( Penyusun : lihat jenis Pajak langsung di Indonesia : Pajak Penghasilan)

3. Setelah Abad Kedua: Vegtigalia , portoria

Setelah abad kedua penguasa Roma mengandalkan pajak tidak langsung yang disebut vetgtigalia,
seperti portoria yakni pungutan atas penggunaan pelabuhan ( Penyusun : lihat jenis Retribusi
Pelayanan Kepelabuhanan yang merupakan jenis retribusi daerah di Indonesia )

4.Centesima rerum venalium.

Dijaman Juius Caesar dikenal centesima rerum venalium , yakni sejenis pajak penjualan dengan tarif 1 %
dari omzet penjualan. ( Penyusun : lihat Pajak Penjualan 1951, PPN & PPn BM di Indonesia )

5.Decumae.

Di Italia dikenal decumae , yakni pungutan sebesar 10 % dari petani atau penguasa tanah.( Penyusun :
lihat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Indonesia ). Setiap penduduk di Italia, termasuk penduduk
Roma sendiri , dikenakan pajak langsung ( tributum ) yang tetap.

6.Di Mesir

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 9


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

Di Mesir pembuatan piramida pada akhirnya dilakukan dalam bentuk kerja paksa, yang pada mulanya
adalah suatu bentuk pengabdian dan sifatnya sukarela dari rakyat Mesir

7.Di Spanyol : Alcabala

Pada Abad XIV di Spanyol dikenal dengan istilah alcabala, salah satu bentuk pajak penjualan ( Penyusun :
lihat PPn , PPN dan PPn BM di Indonesia )

8.Di Benua Amerika : The Stamp act ( 1765) dan The Townshend Act ( 1767 )

Di benua Amerika, setelah benua tersebut menjadi koloni Inggris , penduduk koloni tersebut
mempunyai kewajiban membayar berbagai pungutan kepada pemerintah kolonial Inggris , yang
dikemudian waktu menjadi penyebab Revolusi Amerika, yaitu setelah diundang-undangkannya The
Stamp Act ( 1765) dan The Townshend Act. The Stamp Act merupakan undang undang yang mewajibkan
setiap penduduk koloni tersebut membayar pajak atas pembelian koran , kartu judi, dadu, dan akte
perkawinan. ( Penyusun : Lihat Bea Meterai untuk Akte di Indonesia ). The Townshend Act merupakan
pemungutan terhadap teh , kertas, cat, dan kartu ( Safri Nurmantu: 2005 ).

B.Sejarah Singkat Perpajakan : Zaman Majapahit, Mataram, Kediri, Zaman Kolonial, dan Sebelum
Reformasi Perpajakan 1983.

1.Upeti.

Upeti atau sejenisnya dikenal sebagai istilah pengganti bagi sebutan “ pajak “ sejak jaman kerajaan di
Indonesia dulu. Upeti : uang ( emas dsb.) yang wajib dibayarkan ( dipersembahkan) oleh negara (-
negara) kecil kepada raja atau negara yang berkuasa atau yang menaklukannya ( KBBI, 1996: 1109).

2.” Pajak “ – “ ajeg “ - “ Paa-jeg “.

Soemarsaid M. ( Muhammad B.E.,2006 : 20 ) : Istilah pajak … berasal dari bahasa Jawa , yaitu kata “ ajeg
“ yang berarti pungutan yang diberikan secara teratur pada waktu tertentu. Pa-ajeg berarti pungutan
teratur terhadap hasil bumi sebesar 40 % dari yang dihasikkan petani untuk diserahkan kepada raja dan
pengurus desa termasuk Bekel ( Pemungutan pajak pada masa Mataram Kuno dilakukan oleh petugas
pajak yang biasanya dilakukan para bekel ( Muhammad B.E.,2006 : 26 ).Besar kecilnya bagian yang
diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan kebiasaan semata yang berkembang pada saat itu.

3.Punddhutan, beya, upeti, dan caosan.

Dalam kontek kerajaan Indonesia , maka selanjutnya muncul istilah istilah punddhutan, beya, upeti, dan
caosan sebagai bentuk penyerahan dari rakyat kepada raja … sebagai manifestasi loyalitas dan rasa
ketundukan kepada penguasa dan sebagai imbalannya rakyat mendapatkan imbalan berupa jaminan
ketertiban dan keamanan( Muhammad B.E.,2006 : 21 )

4. Kerajaan Majapahit : Adan-Adan.

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 10


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

Bukti diberlakukannya pajak setidaknya telah dapat diketahui sejak abad XIV Masehi, dengan
ditemukannya prassasti yang menyebut suatu tempat bernama Adan-Adan, yang ditetapkan sebagai
daerah perdikan atau daerah bebas pajak. Adan –Adan adalah suatu daerah di wilayah Kerajaan
Majapahit, sedangkan perdikan adalah istilah untuk menyebut suatu tempat dikarenakan suatu hal
maka terlepas dari beban pajak, Kompas edisi Minggu, tanggal 5 Juli 1992 (( Muhammad B.E.,2006 : 2 )

5. Pajak tanah

Agustini Asikin dkk. ( Muhammad B.E.,2006 : 32 ) : Di Indonesia memang belum ada petunjuk pasti
tentang sejak kapan kerajaan tertua mulai memberlakukan pajak.Hanya saja sejak sebelum kedatangan
bangsa Eropa, kerajaan kerajaan di Indonesia sudah mengenal bentuk pajak tanah ( diwilayah agraris )
dan berbagai mata dagangan selain berbagai bentuk kewajiban seperti terlihat dalam Kerajaan Mataram
pertama, Kediri, Majapahit dan Pajang .Bagi kerajaan agragris tradisi pembayaran pajak langsung dan
rodi merupakan aspek tradisional, berbeda dengan kerajaan maritim yang memberlakukan pajak tidak
langsung terhadap barang dagangan

6. Tahun 1878 sampai dengan tahun 1907

Patent Recht , dengan subyek pajak nya adalah Badan dan Orang, sedangkan obyeknya adalah
penghasilan dan berlaku dari tahun 1878 sampai dengan tahun 1907 .

7. Tahun 1908 sampai dengan tahun 1920

Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1908 , Ordonantie Pajak pendapatan 1908 , dengan subyek
pajaknya adalah Badan/Orang Eropa atau yang disamakan dan obyeknya adalah penghasilan. Berlaku
dari tahun 1908 sampai dengan tahun 1920 .

8. Tahun 1921 sampai dengan tahun 1932

Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1920, Ordonansi Pajak Pendapatan 1920, subyeknya badan
dan orang, dan obyeknya adalah penghasilan. Berlaku : Badan dari tahun 1921 sampai dengan tahun
1925 ,sedangkan Orang berlaku mulai tahun 1921 sampai dengan tahun 1932 .

9. Tahun 1926 sampai dengan tahun 1983.

Ordonantie Op De Vennotschap Belasting 1925, Ordonansi Pajak Perseroan 1932. Subyek pajaknya
adalah badan. Obyeknya adalah laba.Berlaku dari tahun 1926 sampai dengan tahun 1983.

- Ordonansi Pajak Perseroan 1925 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-
undang No. 22 Tahun 1964 (Lembaran-Negara Tahun 1964 No. 113);

10. Tahun 1933 sampai dengan tahun 1944.

Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1932., Ordonansi Pajak Pendapatan Indonesia 1932 .Subyek
pajaknya : Orang pribadi.Obyek pajaknya : pendapatan.Berlaku dari tahun 1933 sampai dengan tahun
1944.

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 11


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

11. Tahun 1945 sampai dengan tahun 1983

Ordonantie Op De Inkomsten Belasting 1944, Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 ( PPd ). Subyek
pajaknya : Orang Pribadi.Obyek pajaknya : pendapatan. Berlaku dari tahun 1945 sampai dengan tahun
1983.

12.Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908; dirubah dengan UU No. 2 Th.1953.

13.Aturan Bea Meterai 1921 ( Zegelverordening 1921,sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan UU No. 25 Tahun 1964 (Lembaran-Negara Tahun 1964 No. 116);

14.Ordonansi Pajak Kekayaan Tahunj 1932, sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU nomor 24
Tahun 1964 .Subyeknya Orang Pribadi.Obyeknya :kekayaan bersih, adalah seluruh niai kekayaan yang
dimiliki wajib pajak dikurangi dengah nilai tunai dari hutang hutang wajib pajak.

15.Ordonansi Pajak Upah 1935 ( Wages Tax Ordinance 1935)

16.UU Pajak Penjualan 1951 sebagaimana telah diubah dan ditambah UU No. 24 Tahun 1959 yo. UU
No.1 Tahun 1961 (Lembaran-Negara Tahun 1961 No. 3); yang diubah dengan UU No. 2 Tahun 1968.

17.Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor 1934 (Staatsblad Tahun 1934 Nomor 718 sebagaimana telah
ditambah dan diubah dengan Staatsblad Tahun 1939 Nomor 226 dan Staatsblad Tahun 1949 Nomor
376, Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 8 Tahun 1959 dalam Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1857 ) ;

18.Ordonansi Pajak Potong 1936 ( Staatsblad Tahun 1936 Nomor 671 ) sebagaimana telah ditambah dan
diubah, terakhir dengan Staatsblad Tahun 1949 Nomor 317 ;

19.UU Nomor 12 Tahun 1947 tentang Pajak Radio sebagaimana telah ditambah dan diubah, terakhir
dengan UU Nomor 27 Drt. Tahun 1957, Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 1402

20.UU Nomor 14 Tahun 1947 tentang Pajak Pembangunan I sebagaimana telah ditambah dan diubah,
terakhir dengan UU Nomor 27 Tahun 1957 (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 84,Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1402) ;

21.UU Nomor 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 1957
Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1287 ) ;

22.UU Nomor 12 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
1957 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1288 ) ;

23.UU Nomor 74 Tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1345) sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU Nomor
24 Tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1692 ) ;

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 12


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

25.UU Nomor 27 Tahun 1959 tentang Bea Balik Nama Kendaran Bermotor (Lembaran Negara Tahun
1959 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1911);

26.UU Nomor 10 Tahun 1968 tentang Penyerahan Pajak-Pajak Negara, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bangsa Asing dan Pajak Radio Kepada Daerah .

27.UU No. 21 Tahun 1959 tentang Pajak Dividen yang diubah dengan UU No. 10 Tahun 1967 tentang
Pajak atas Bunga, Dividen, dan Royalti;

28.UU No.8 Thun 1970: Perubahan dan Tambahan Ordonansi Pajak Perubahan dan Tambahan UU Pajak
atas Bunga Dividend dan Royalty 1970.

29.UU No. 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa;

30.Surat Keputusan Menteri Iuran Negara tanggal 20 Nopember 1965, No.P.M.P.P.P.R.I.1.1.3. yang
menyatakan mulai tanggal 1 Nopember 1965 Pajak Hasil Bumi diganti menjadi Iuran Pembangunn
daerah ( IPEDA).

31.Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia (Perpu) Nomor 2 Tahun 1965
(2/1965) Tentang Kebijaksanaan Penerimaan Negara Tahun 1966

32.UU No. 8 Tahun 1967 ,tgl.26-8-1967), Jo.PP No.11 Tahun 1967,tgl.19-9-1967 ( peraturan pelaksanaan
UU No.8. Tahun 1967) : yang isinya mengenai Perubahan dan Penyempurnaan Tata Cara Pemungutan
Pajak Pendapatan Tahun 1944 , Pajak Kekayaan 1932 dan Pajak Perseroan 1925, yang pada umumnya
disebut dengan suatu sistem yang bernama : Menghitung Pajak Sendiri (MPS) dan Menghitung Pajak
Orang Lain (MPO).

33.Ordonansi 27 Desember 1886 (Staatsblad 1886 No. 249) sebagaimana telah diubah dan ditambah
terakhir dengan UU No. 34 Tahun 1956 tentang Cukai Minyak;

34.Ordonansi 27 Pebruari 1898 (Staatsblad No. 90) sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan UU Tahun 1959 No. 15 tentang Cukai Alkohol;

35.Ordonansi Cukai Bir 1931 (Staatsblad 1931 No. 488 dan 489) sebagaimana telah diubah dan ditambah
terakhir dengan UU No. 15 Tahun 1959;

36.Ordonansi Cukai Gula (Staatsblad 1933 No. 351) sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan UU No. 17 Tahun 1957;

37.Ordonansi Cukai Tembakau 1932 (Staatsblad 1932 No. 517) sebagaimana telah diubah dan ditambah
terakhir dengan UU No. 14 Tahun 1959;

38.Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan UU No.
23 Tahun 1944 (Lembaran-Negara Tahun 1964 No. 114);

39.Ordonansi Bea Balik Nama 1924 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan UU No. 10
Tahun 1959 yo. UU No. 1 Tahun 1961 (Lembaran-Negara Tahun 1961 No. 3);

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 13


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

40.Undang-undang Pajak Dividen 1959 No. 12 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan
UU No. 1 Tahun 1961 (Lembaran-Negara Tahun 1961 No. 3);

41. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara Dengan Surat Paksa
(Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 63 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 1850)

42. Regeling van het Beroep in Belastingzaken (Staatsblad Tahun 1927 Nomor 29) sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1748) .Setelah proklamasi kemerdekaan tgl.17-8-1945,
Regeling van het Beroep in Belastingzaken dinamakan Majelis Pertimbangan Pajak ( MPP).

C.Reformasi Perpajakan di Indonesia

C.1.Reformasi Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP)

1.UU Nomor 6 Tahun 1983,tanggal 31 Desember 1983,tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

2.UU Nomor 9 Tahun 1994,tanggal 9 Nopember 1994, tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun
1983,tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

3.UU Nomor 16 Tahun 2000, tanggal 2 Agustus 2000, tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 6
Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

4.UU Nomor 28 Tahun 2007, tanggal 17 Juli 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

5.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang

C.2.Reformasi Pajak Penghasilan ( PPh ).

1. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan .

2. Undang Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.

3.Undang Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

4.Undang Undang Nomor 17 Tahun 2000,tentang Perubahan Ketiga Atas Undang Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

5.Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 14


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

C.3.Reformasi Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ( PPn BM).

1. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1984 Ditetapkan Tanggal 27 Oktober 1984 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1984 Tentang Penangguhan Mulai
Berlakunya Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 Menjadi Undang-Undang

3.Undang Undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

4. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

5. Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

C.4.Reformasi Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB )

1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah

C.5.Reformasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan ( BPHTB)

1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Dan Bangunan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah

C.6.Reformasi Bea Meterai ( BM)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1985, tanggal 27 Desember 1985, Tentang Bea
Meterai

C.7.Reformasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( PDRD )

1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 15


Dr.O’ Abuyamin Bin H Abas Z

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah

C.8.Reformasi Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ( PPSP )

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

C.9.Reformasi Pengadilan Pajak

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa
Pajak ( BPSP )

2.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak

Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter 16

Anda mungkin juga menyukai