1. Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologi seseorang yang secara
klinis cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (disability) didalam 1 atau lebih fungsi yang penting dari
manusia.
Pada pasien ini mengalami stress berupa rasa cemas dan khawatir yang mengakibatkan
terjadinya distress dan adanya hendaya pada pekerjaannya sehingga pasien mengalami
gangguan jiwa.
2. Diagnosis multiaksial
A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesisdidapatkan adanya gejala klinis yang bermakna berupa
adanya, cemas, gelisah, takut, perasaan sedih, kesulitan tidur, cepat lelah,
berkeringat dingin jantung berdebar debar sejak 6 bulanlalu mengakibatkan distress
dan disability sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan
Jiwa.
Pasien mengalami hendaya sosial, preokupasi,kesulitan dalam menilai realita,
sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna tidak ditemukan
adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang menimbulkan
gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita
pasien ini, sehingga diagnosa Gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
Berdasarkan PPDGJ III dari deskripsi kasus diatas dimana adanya perasaan cemas
dimana sudah dialami sejak 6 bulan , dan dirasakan hamper setiap hari, dan muncul
tiba-tiba, tidak terbatas pada situasi khusus, terdapat hendaya pekerjaan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Cemas Menyeluruh.
B. Aksis II
Gangguan kepribadian tidak khas
C. Aksis III
Tidak ada
D. Aksis IV
Masalah berkaitan dengan pekerjaan dimana pasien telah pensiun dari pekerjaannya
sebagai PNS dan merasa tidak memiliki kesibukan seperti biasanya, sedangkan ia
masih memiliki anak yang sedang sekolah.
E. Aksis V
GAF Scale 60 – 51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
Gejala Utama
a) Afek depresif
Gejala lainnya
f) Tidur terganggu
2) Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan ansietas lainnya atau gangguan ansietas fobik.
3) Bila ditemukan sindrom depresi dan ansietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis, maka gangguan depresi harus diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori gangguan penyesuaian
Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah terapi yang
menggabungkan pendekatan psikoterapeutik, farmakoretapeutik dan support dari keluarga dan
lingkungan sekitar. Terapi ini dapat memakan waktu yang cukup lama bagi klinisi yang terlibat,
baik bila klinisi tersebut adalah seorang psikiater, dokter keluarga, atau spesialis lainnya.
Psikoterapi
Pendekatan psikoterapeutik untama gangguan ansietas menyeluruh adalah terapi perilaku-
kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi tilikan. Teknik perilaku-kognitif yang tampaknya
memiliki efektivitas jangka panjang maupun jangka pendek. Pendekatan kognitif secara
langsung ditunjukkan pada distorsi kognitif pasien yang didalilkan dan pendekatan perilaku
ditujukan pada gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
perilaku adalah relaksasi dan biofeedback.
Sebagian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara nyata ketika diberikan
kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan meraka dengan dokter yang simpatik dan peduli. Jika
klinisi menemukan situasi eksternal yang mencetuskan ansietas, mereka mungkin mampu sendiri
atau dengan bantuan pasien maupun keluarganya mengubah lingkungan sehingga mengurangi
tekanan yang menimbulkan stres. Perbaikan gejala sering memungkinkan pasien berfungsi
efektif di dalam pekerjaan dan hubungannya sehari-hari sehingga mendapatkan hadiah dan
kepuasan baru yang juga bersifat terapeutik.
Farmakoterapi
Alprazolam 0,5mg 1-0-1
Fluoxetin 10 mg 1-0-1
Jawab :
4. Obsesif Kompulsif ;
Obsesif yaitu Isi unsur pemikiran yg berulang2 timbul dlm kesadaran, sekalipun
pasien tdk menghendaki utk memikirkannya.Ia tdk sanggup mengeluarkannya dari
kesadarannya atas kemauan sendiri, ia seolah dipaksa utk memikirkan, mengingat
atau membayangkan.
Kompulsif Dorongan utk melakukan perbuatan atau rangkaian perbuatan tertentu
yg apabila dilawan atau tdk dilaksanakan akan menimbulkan ketegangan yg
sangat. Pasien seolah2 dipaksa menyerah pd impuls utk melakukan perbuatan itu
sekalipun tdk menyukainya & tdk memperoleh kepuasan dari perbuatan tsb.
5. Post traumatic stress disorders : sindrom yang terjadi saat seseorang mengalami,
melihat, peristiwa yg ekstrem, pasien mengalami trauma.
- Episode2 dimana bayangan2 kejadian traumatik tsb terulang kembali / dlm
mimpi (Flashback)
- Perasaan beku, penumpulan emosi
- Menjauhi orang lain & tdk responsif terhadap lingkungannya
- Anhedonia
- Menghindari aktivitas & situasi yg berkaitan traumanya
- Lazimnya ada ketakutan & penghindaran dari hal 2 yg mengingatkannya
kembali pd trauma yg dialami
- Kadang ada ketakutan mendadak & dramatik, panik atau agresif yg dicetuskan
oleh stimulus yg mendadak yg mengingatkan kembali pd trauma.
6. Gangguan cemas akibat keadaan medis umum gejalahnya dapat mencakup
serangan panic, ansietas menyeluruh, obsesi dan kompulsi, serta tanda stress lain.
Gejalahnya dapat identik dengan gejalah gangguan ansietas primer. Suatu sindrom
yang serupa dengan gangguan panik adalah gambaran klinis yang paling lazim.
Pasien yang memiliki penyekit kardiomiopati. Gangguan medis lain yang
dikaitkan dengan gangguan panic mencakup nyeri kronis, sirosis bilier, dan
epilepsi.
40.0 Agarofobia.
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan
(setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum,
bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c) menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi “house bound”)
Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik
F40.01= Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia Sosial
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the
family circle); dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)
Epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor β1 dan α1 adrenergik dan
memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi. Aktivasi
saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya asetilkolin dari postganglion n. vagus,
untuk selanjutnya asetilkolin ini akan berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot
polos bronkus dan mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir,
serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh pada kondisi
normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan kembali respons simpatis.
Epidemiologi.
Prevalensi : 3% - 8% dari populasi umum, 50% penderita GAM juga mempunyai ggn
mental lain. Onset antara usia 20-30 tahun, ratio laki-laki :perempuan = 2 :1. Kebanyakan
pasien GAM pergi berobat pd dokter umum, internist, cardiologist, pulmonolog, gastro-
entrologist oleh karena gejala somatiknya Komorbiditas gangguan anxietas menyeluruh 90%
memiliki setidaknya satu kali seumur hidup mengalami gangguan ini, 66% memiliki
gangguan saat Axis I lainnya
Penatalaksanaan
Penanganan pasien GAM yang efektif adalah kombinasi antara psikoterapi dan
farmakoterapi.
Farmakoterapi : Pengobatan dgn obat perlu 6 - 12 bln atau lebih lama. 25% pasien relaps
setelah 1 bln obat dihentikan, 60% - 80% penderita relaps dlm waktu 1 thn.
Gangguan Panik
Tingkat Kompetensi 3 A
Definisi
Gangguan Panik adalah kecemasan yang ditandai serangan panik spontan dan dapat
berkaitan agorafobia (takut di ruang terbuka, di luar rumah sendirian atau dlm keramaian)
dan
disertai dengan kecemasan antisipatorik.
Epidemiologi.
2-3% dari populasi umum; 5-10% dari pasien perawatan primer --- Onset remaja atau awal
20-
an. Ratio Perempuan: laki-laki 2-3: 1.
Komorbiditas Gangguan Panik.
50-60% mengalami depresi besar seumur hidup
Sepertiga mengalami depresi suatu saat
20-25% memiliki riwayat ketergantungan zat.
Palpitasi atau denyut jantung cepat, berkeringat, Gemetar atau bergetar, sesak napas
• Perasaan tersedak, nyeri dada atau ketidaknyamanan, mual
• Menggigil atau sensasi panas parestesia, merasa pusing atau pingsan, derealisasi atau
depersonalisasi takut kehilangan kontrol atau menjadi gila dan takut mati.
Penatalaksanaan
70% respon terhadap pengobatan lebih baik
Pendidikan, jaminan, pengurangan kafein, alkohol, obat-obatan, stimulant,Terapi kognitif-
perilaku
Farmakologik :
- Diazepam, Alprazolam (Xanax)
- Imipramin (Tofranil)
- Buspiran (Buspar)
- Obat- SSRI, Paroxetine, Sertraline, fluoxetine. venlafaxine, trisiklik, MAOIs,
- valproate, gabapentin
Psikoterapi :
- Terapi kognitif-behaviour
- efektif untuk gangguan panik
- koreksi keyakinan yang salah (kecenderungan mis-interpretasi sensasi-sensasi badan
sebagai serangan panik atau kematian)
- menjelaskan bahwa serangan panik itu terbatas waktunya dan tidak mengancam kehidupan
- relaksasi
- desensitisasi
GANGGUAN FOBIK
tingkat kompetensi 2
Definisi.
Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi spesifik
yg menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari objek, aktivitas atau situasi yg
ditakuti.Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu yg berlebih atau secara
proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau situasi itu.
Epidemiologi
Prevalensi 2% dari populasi
Ratio Wanita dengan laki-laki: 2: 1
Onset rata-rata adalah 17 tahun
30% dari orang dengan agoraphobia mengalami serangan panik atau gangguan panik
Menganugerahkan risiko tinggi gangguan kecemasan lain, depresi dan gangguan
penggunaan zat
Agorafobia
Pedoman Diagnostik
Semua kriteria dbawah ini harus dipenuhi untuk diagnosa pasti :
(a) Gejala psikologik perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnyawaham
atau pikiran obsesif.
(b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan)
setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum,
bepergiankeluar rumah, bepergian sendiri dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita
menjadi “house bound” Ketakutan atau kecemasan selama lebih dari 6 bulan sekitar dua atau
lebih dari 5 situasi berikut
Menggunakan transportasi umum
Berada di ruang terbuka
Berada di ruang tertutup
Berada di tengah orang banyak
Berada di luar rumah saja
Ketakutan individu atau menghindari situasi ini karena melarikan diri mungkin akan sulit
atau bantuan mungkin tidak tersedia
Situasi agoraphobic hampir selalu memprovokasi kecemasan
Kecemasan adalah tidak sesuai dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh situasi
Situasi agoraphobic dihindari atau mengalami kecemasan intens
Penghindaran, ketakutan atau kecemasan secara signifikan mengganggu rutinitas atau
fungsi mereka
Fobia Sosial
Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dlm kelompok yg relatif kecil :
makan di tempat umum
berbicara di depan umum
menghadapi jenis kelamin lain atau dapat bersifat difus.
biasanya disertai harga diri rendah & takut di kritik.
Pedoman Diagnotik
Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti :
(a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham
dan pikiran obsesif.
(b) Anxietas harus mendominasi atas terbatas pada situasi social tertentu (outside the family
circle) dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan anxietas sosial dengan agoraphobia, hendaknya diutamakan
diagnosis agoraphobia (F40.0)
Fobia Khas
Fobia terbatas pd objek / situasi yang sangat spesifik :
binatang tertentu
tempat tinggi
petir
ruang tertutup
darah
naik pesawat, dlli
Penatalaksanaan :
Farmakoterapi : SSRI,
Benzodiazepine,
Buspar,
-bloker (Tenormin,
Propanolol)
Psikoterapi suportif
Behaviour therapy : desensitisasi, implosion, flooding
Hipnosa
8. Menurut pandangan psikodinamika, kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwaterdapat
suatu dorongan dari id yang tidak dapat diterima atau mendapat tekanan yang besa
darisuperego dalam merealisasikan (memuaskan) dorongan tersebut. Sebagai suatu
sinyal,kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan
yang munculdari dalam diri manusia. Jika kecemasan naik di atas tingkat terendah dari
karakteristik ataufungsinya sebagai sinyal, maka kecemasan dapat timbul sebagai
gangguansudah melebihiambang batas karakteristik atau fungsinya sebagai sinyalyang akan
bermanifestasi denganserangan panik yang hebat.Idealnya, penggunaan represi menyebabkan
terjadinya
pemulihkeseimbangan psikologis tanpa pembentukan gejala, karena represi yang efektif dapat
menahan dorongan danafek serta khayalan yang menyertainya, menahan keduanya agar tetap
di bawah control kesadaran. Jika represi tidak berhasil, maka mekanisme pertahanan lain
(seperti
konversi, pengalihan, dan regresi) akan diperankan secara maksimal dan akan menunjukkan g
ejala-gejala berupa gangguan neurotik yang klasik seperti histeria, fobia, dan neurosis obsesif-
kompulsif.Dalam teori psikoanalitik (psikodinamika), kecemasan digolongkan ke dalam
empatkategori utama berdasarkan pada akibat yang ditimbulkannya atau biasa juga
dibahasakan“berdasarkan akibat yang ditakutinya”, yaitu:
Pada pasien ini yang menjadi faktor stresor nya itu adalah dimana pasien tersebut telah
pensiun dari pekerjaan nya sebagai pegawai PNS, dan diman pasien ini memiliki anak yang
bersekolah, dan pasien tersebut merasa selama pensiun dari pekerjaan nya tersebut pasien merasa
kurang aktivitas tidak seperti biasanya.Sehingga pasien sering memikirkan anaknya yang masih
bersekolah, sedangkan pasien telah pensiun.