Anda di halaman 1dari 24

Learning objective

1. Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologi seseorang yang secara
klinis cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (disability) didalam 1 atau lebih fungsi yang penting dari
manusia.
Pada pasien ini mengalami stress berupa rasa cemas dan khawatir yang mengakibatkan
terjadinya distress dan adanya hendaya pada pekerjaannya sehingga pasien mengalami
gangguan jiwa.

2. Diagnosis multiaksial
A. Aksis I
 Berdasarkan autoanamnesisdidapatkan adanya gejala klinis yang bermakna berupa
adanya, cemas, gelisah, takut, perasaan sedih, kesulitan tidur, cepat lelah,
berkeringat dingin jantung berdebar debar sejak 6 bulanlalu mengakibatkan distress
dan disability sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan
Jiwa.
 Pasien mengalami hendaya sosial, preokupasi,kesulitan dalam menilai realita,
sehingga pasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.
 Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna tidak ditemukan
adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang menimbulkan
gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita
pasien ini, sehingga diagnosa Gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
 Berdasarkan PPDGJ III dari deskripsi kasus diatas dimana adanya perasaan cemas
dimana sudah dialami sejak 6 bulan , dan dirasakan hamper setiap hari, dan muncul
tiba-tiba, tidak terbatas pada situasi khusus, terdapat hendaya pekerjaan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Cemas Menyeluruh.
B. Aksis II
Gangguan kepribadian tidak khas
C. Aksis III
Tidak ada

D. Aksis IV
Masalah berkaitan dengan pekerjaan dimana pasien telah pensiun dari pekerjaannya
sebagai PNS dan merasa tidak memiliki kesibukan seperti biasanya, sedangkan ia
masih memiliki anak yang sedang sekolah.
E. Aksis V
GAF Scale 60 – 51: gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

3. Differential Diagnosis dari Anxietas Menyeluruh

F32.Episode Depresi Diagnostik (PPDGJ III)

 Gejala Utama

a) Afek depresif

b) Kehilangan minat dan kegembiraan

c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya rasa mudah lelah dan


menurunya aktivitas

 Gejala lainnya

a) Kosentrasi dan perhatian berkurang

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c) Gagasan tentang rasa bersalah

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

e) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri

f) Tidur terganggu

g) Nafsu makan berkurang

 F32.0 Episode Depresif Ringan

a) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

b) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya


c) Tidak boleh ada gejala berat diantaranya

d) Lamanya sluruh episode berlangsung sekitar 2minggu

e) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

 F32.1 Episode Depresif Sedang

a) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama

b) Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya

c) Lamanya sluruh episode berlangsung sekitar 2minggu

d) Mengalami kesulitan nyata dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi Diagnostik (PPDGJ III)

1) Terdapat gejala-gejala ansietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak


menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk ansietas, beberapa gejala otonom harus ditemukan walaupun tidak terus menerus,
di samping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

2) Bila ditemukan ansietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan ansietas lainnya atau gangguan ansietas fobik.

3) Bila ditemukan sindrom depresi dan ansietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis, maka gangguan depresi harus diutamakan.

Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori gangguan penyesuaian

4. Penatalaksanaan dari Anxietas Menyeluruh

Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah terapi yang
menggabungkan pendekatan psikoterapeutik, farmakoretapeutik dan support dari keluarga dan
lingkungan sekitar. Terapi ini dapat memakan waktu yang cukup lama bagi klinisi yang terlibat,
baik bila klinisi tersebut adalah seorang psikiater, dokter keluarga, atau spesialis lainnya.
 Psikoterapi
Pendekatan psikoterapeutik untama gangguan ansietas menyeluruh adalah terapi perilaku-
kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi tilikan. Teknik perilaku-kognitif yang tampaknya
memiliki efektivitas jangka panjang maupun jangka pendek. Pendekatan kognitif secara
langsung ditunjukkan pada distorsi kognitif pasien yang didalilkan dan pendekatan perilaku
ditujukan pada gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
perilaku adalah relaksasi dan biofeedback.

Sebagian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara nyata ketika diberikan
kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan meraka dengan dokter yang simpatik dan peduli. Jika
klinisi menemukan situasi eksternal yang mencetuskan ansietas, mereka mungkin mampu sendiri
atau dengan bantuan pasien maupun keluarganya mengubah lingkungan sehingga mengurangi
tekanan yang menimbulkan stres. Perbaikan gejala sering memungkinkan pasien berfungsi
efektif di dalam pekerjaan dan hubungannya sehari-hari sehingga mendapatkan hadiah dan
kepuasan baru yang juga bersifat terapeutik.

 Farmakoterapi
Alprazolam 0,5mg 1-0-1
Fluoxetin 10 mg 1-0-1

Benzodiazepin. Benzodiazepin merupakan obat pilihan pertama untuk gangguan ansietas


menyeluruh. Obat ini diresepkan bila perlu hingga pasien mengkonsumsi benzodiazepin kerja
cepat saat mereka terutama merasa cemas. Pendekatan alternatif adalah meresepkan
benzodiazepin untuk suatu periode waktu yang terbatas, selama pendekatan terapeutik
psikososial diterapkan.
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors. SSRI dapat efektif terutama untuk pasien dengan
komorbid depresi. Kerugian SSRI yang menonjol, terutama fluoxetine (Prozac), adalah bahwa
obat ini meningkatkan ansietas secara sementara. Oleh sebab itu SSRI sertralin atau paroksetin
adalah pilihan yang lebih baik. Sangatlah beralasan untuk memulai terapi dengan sertralin dan
paroksetin ditambah benzodiazepin setelah 2 hingga 3 minggu. Studi terkontrol diperlukan untuk
menentukan apakah SSRI sama efektifnya untuk gangguan ansietas menyeluruh karena SSRI
digunakan untuk gangguan panik dan gangguan obsesif kompulsif.

5. jelaskan jenis – jenis gangguan kecemasan

Jawab :

1. Gangguan cemas menyeluruh : merupakan kondisi kecemasan yang berlebih,


tidak rasional tidak realistis, sulit dikendalikan berhubungan dengan gejala
somatik, mengakibatkan distress dan disability. Perasaan khawatir (cemas yg
menyeluruh & menetap (bertahan lama) & disertai dengan gejala Somatik
(motorik & otonomik) yg menyebabkan gangguan fungsi sosial dan / fungsi
pekerjaan atau perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak
- Kecemasan tentang (akan nasib buruk, perasaan seperti berada di ujung
tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
- Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tdk dpt santai, dsb)
- Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnoe,
keluhan epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dsb)
2. Gangguan panik :Serangan panik pasien bereaksi secara spontan dan tidak
terduga, stressor tidak spesifik. Sering terjadi berulang-ulang, manifestasi
menyerang sistem kardiovaskular dan pernafasan. Pada serangan panik (perasaan
takut hebat, spontan, & tersendiri) terdpt 4 dari gejala berikut:
- Nafas pendek/rasa tercekik
- Pening, rasa tak mantap atau pingsan
- Palpitasi, takikardi
- Gemetar
- Berkeringat
- Tercekik
- Nausea atau distress abdomen
- Depersonalisasi atau derealisasi
- Kesemutan
- Menggigil
- Nyeri atau rasa tak enak di dada
- Takut mati
- Takut menjadi gila/melakukan sesuatu tak terkontrol
3. Fobia : merupakan gangguan kecemasan, pasien merasakan ketakutan yang
rasional pada suatu objek, keadaan atau situasi Gejala :
- Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau
situasi spesifik yg menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari
objek, aktivitas atau situasi yg ditakuti.
- Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu yg berlebih atau secara
proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau
situasi itu.

4. Obsesif Kompulsif ;
Obsesif yaitu Isi unsur pemikiran yg berulang2 timbul dlm kesadaran, sekalipun
pasien tdk menghendaki utk memikirkannya.Ia tdk sanggup mengeluarkannya dari
kesadarannya atas kemauan sendiri, ia seolah dipaksa utk memikirkan, mengingat
atau membayangkan.
Kompulsif Dorongan utk melakukan perbuatan atau rangkaian perbuatan tertentu
yg apabila dilawan atau tdk dilaksanakan akan menimbulkan ketegangan yg
sangat. Pasien seolah2 dipaksa menyerah pd impuls utk melakukan perbuatan itu
sekalipun tdk menyukainya & tdk memperoleh kepuasan dari perbuatan tsb.

5. Post traumatic stress disorders : sindrom yang terjadi saat seseorang mengalami,
melihat, peristiwa yg ekstrem, pasien mengalami trauma.
- Episode2 dimana bayangan2 kejadian traumatik tsb terulang kembali / dlm
mimpi (Flashback)
- Perasaan beku, penumpulan emosi
- Menjauhi orang lain & tdk responsif terhadap lingkungannya
- Anhedonia
- Menghindari aktivitas & situasi yg berkaitan traumanya
- Lazimnya ada ketakutan & penghindaran dari hal 2 yg mengingatkannya
kembali pd trauma yg dialami
- Kadang ada ketakutan mendadak & dramatik, panik atau agresif yg dicetuskan
oleh stimulus yg mendadak yg mengingatkan kembali pd trauma.
6. Gangguan cemas akibat keadaan medis umum gejalahnya dapat mencakup
serangan panic, ansietas menyeluruh, obsesi dan kompulsi, serta tanda stress lain.
Gejalahnya dapat identik dengan gejalah gangguan ansietas primer. Suatu sindrom
yang serupa dengan gangguan panik adalah gambaran klinis yang paling lazim.
Pasien yang memiliki penyekit kardiomiopati. Gangguan medis lain yang
dikaitkan dengan gangguan panic mencakup nyeri kronis, sirosis bilier, dan
epilepsi.

Jenis gangguan kecemasan menurut PPDGJ III


F40 Gangguan Anxietas Fobik
 Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar
indifidu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak
membahayakan. Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan
takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk
badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2
(gangguan hipokondrik).
 Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi rasa
terancam.
 Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak
berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai
yang berat (serangan panik).
 Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode
depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia,
khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-
jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat
pemeriksaan.

40.0 Agarofobia.
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan
(setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum,
bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c) menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi “house bound”)
Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik
F40.01= Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia Sosial
Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the
family circle); dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya
diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0)

F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)


Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atu pikiran obsesif.
b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific
situation)
c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan
fobia sosial.

F40.8 Gangguan anxietas Fobik lainnya


F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
 Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted)
pada situasi lingkungan tertentu saja.
 Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari
anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik)


Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan ansietas fobik (F40.-)Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya
bebrapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa
kira-kira satu bulan:
a) Pada keadaan-keadaan diman sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di
antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi
“anxietas antisipatorik”,yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu
yang mengkhawatirkan akan terjadi).

F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh


Pedoman Diagnostik
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi dsb.);
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Pada anak-anak sering terliahat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol. Adanya gejala-gejala lain
yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnostikutama yakni gangguan anxietas menyeluru, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan
panik (F41.0) atau gangguan obsesif-komfulsif (F42.-)

F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi


Pedoman diagnostik
 Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnostiktersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
 Bila ditemukan anietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas
fobik.
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan,
dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu
hal hanya dapat dikemukakan satu diagnostik maka gangguan depresif harus
diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas,
maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya


Pedoman Diagnostik
 Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan
(meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) cirri-ciri yang menonjol dari
kategori gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara
lengkap.
 Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi
dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka
dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD
F41.9 gangguan anxietas YTT
6. Bagaimana psikopatologi pada kasus ini
Jawaban
Adanya disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan
aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter
amin biogenik. Pada pasien depresiditemukan adanya disregulasi
neuroendokrin.Disregulasi ini terjadiakibat kelainan fungsi neuron yang
mengandung amin biogenik.Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi
aksishypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada
amin 4 biogenik sentral.Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu
adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan.
Hipersekresi cortisol Releasing Hormone (CRH) merupakan gangguan aksis HPA
yang sangat fundamental pada pasien depresi.Hipersekresi yang terjadi diduga
akibat adanya defek pada system umpan balik kortisol di sistem limbik atau
adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang
mengatur CRH.Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi.Emosi seperti perasaan takut
dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan
organ utama pada sistem endokrindan fungsinya diatur oleh sistem limbik.Emosi
mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH.
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas
involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Secara fisiologi
situasi stress akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur
utama stress, yaitu sistem endokrin (korteks adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan
parasimpatis). Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus menerima stimulus
stres atau kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan melepaskan Corticotrophin Releasing
Hormone (CRH), yang akan menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior untuk
mensekresikan Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Dengan disekresikannya hormon
ACTH ke dalam darah maka hormon ini akan mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal
untuk mensekresikan hormon glukortikoid yaitu kortisol.
Hormon kortisol ini juga berperanan dalam proses umpan balik negatif yang
dihantarkan ke hipotalamus dan kemudian sinyal diteruskan ke amigdala untuk memperkuat
pengaruh stress terhadap emosi seseorang. Selain itu, umpan balik negatif ini akan
merangsang hipotalamus bagian anterior untuk melepaskan hormon Thirotropic Releasing
Hormone (TRH) dan akan menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan
Thirotropic Hormone (TTH). TTH ini akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk mensekresikan
hormon tiroksin yang mengakibatkan perubahan tekanan darah, frekuensi nadi, peningkatan
Basal Metabolic Rate (BMR), peningkatan asam lemak bebas, dan juga peningkatan ansietas.
Mekanisme kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem saraf otonom.Setelah stimulus diterima
oleh hipotalamus, maka hipotalamus langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
frekuensi jantung, dilatasi ateri koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan
kekuatan otot rangka, melepaskan glukosa melalui hati dan meningkatkan aktivasi mental.
Perangsangan saraf simpatis juga mengakibatkan aktivasi dari medula adrenalis sehingga
menyebabkan pelepasan sejumlah besar epineprin dan norepinefrin ke dalam darah, untuk
kemudian kedua hormon ini dibawa oleh darah ke semua jaringan tubuh.

Epinefrin dan norepinefrin akan berikatan dengan reseptor β1 dan α1 adrenergik dan
memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi. Aktivasi
saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya asetilkolin dari postganglion n. vagus,
untuk selanjutnya asetilkolin ini akan berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot
polos bronkus dan mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir,
serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh pada kondisi
normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan kembali respons simpatis.

7. Gangguan Anxietas Menyeluruh (GAM) Tingkat kompetensi 3 A


Definisi.
Perasaan khawatir (cemas yg berat & menyeluruh & menetap (bertahan lama) & disertai
dengan gejala somatik (motorik & otonomik) yg menyebabkan gangguan fungsi sosial dan /
fungsi pekerjaan atau perasaan nyeri hebat, perasaan tak enak.

Epidemiologi.
Prevalensi : 3% - 8% dari populasi umum, 50% penderita GAM juga mempunyai ggn
mental lain. Onset antara usia 20-30 tahun, ratio laki-laki :perempuan = 2 :1. Kebanyakan
pasien GAM pergi berobat pd dokter umum, internist, cardiologist, pulmonolog, gastro-
entrologist oleh karena gejala somatiknya Komorbiditas gangguan anxietas menyeluruh 90%
memiliki setidaknya satu kali seumur hidup mengalami gangguan ini, 66% memiliki
gangguan saat Axis I lainnya

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III.


Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”.
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi,
dsb)
b) Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, janOveraktivitas otonomik
(kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung,
pusing kepala, mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing
kepala, mulut kering, dsb).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic brulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama. Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari episode
depresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panic (F41.0), gangguan obsesif
kompulsif (F42.)
Diagnosa Banding
Penyakit organik → anxietas Penyalahgunaan obat tertentu (amphetamin, caffein)
Penghentian obat (withdrawal) : alkohol, obat sedatif hipnotik dan anxiolitika Ggn panik,
ggn fobik, atau ggn obsesif kompulsif, & ggn depresif berat, dll

Penatalaksanaan
Penanganan pasien GAM yang efektif adalah kombinasi antara psikoterapi dan
farmakoterapi.

Psikoterapi : Suportif Dgn pasien, didiskusikan, problemnya → anxietas ↓↓ dgn penuh


perhatian & empati. Situasi stresful, kalau ada hrs dihilangkan.

Farmakoterapi : Pengobatan dgn obat perlu 6 - 12 bln atau lebih lama. 25% pasien relaps
setelah 1 bln obat dihentikan, 60% - 80% penderita relaps dlm waktu 1 thn.

Benzodiazepine Drugs of choice : Xanax0,25-0,5 mg


Ativan = Renaquil
Buspiron (Buspar):efektif 60% - 80% perlu waktu : 2-3 minggu baru terlihat hasilnya
Antidepressan trisiklik : Amitriptilin, Imimpramin, SSRI -bloker : Propranolol
Prognosis Sulit diramalkan. Mungkin berlangsung selama hidup (kronik) 25% pasien akan
mengalami ggn panik % tinggi penderita akan mempunyai / menderita ggn depresi berat.

Gangguan Panik
Tingkat Kompetensi 3 A
Definisi
Gangguan Panik adalah kecemasan yang ditandai serangan panik spontan dan dapat
berkaitan agorafobia (takut di ruang terbuka, di luar rumah sendirian atau dlm keramaian)
dan
disertai dengan kecemasan antisipatorik.

Epidemiologi.
2-3% dari populasi umum; 5-10% dari pasien perawatan primer --- Onset remaja atau awal
20-
an. Ratio Perempuan: laki-laki 2-3: 1.
Komorbiditas Gangguan Panik.
50-60% mengalami depresi besar seumur hidup
Sepertiga mengalami depresi suatu saat
20-25% memiliki riwayat ketergantungan zat.

Etiologi Gangguan Panik


Obat / Alkohol
Genetika
pembelajaran sosial
teori kognitif
Neurobiologi / condi-gaimana disebutkan takut
stessors psikososial

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III


• Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik (F 40.-)
• Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat
(severe attack of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan :
(a) Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situations)
(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara
serangan anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian
umumnya dapat terjadi juga “anxietas andapat terjadi juga “anxietas antisipatoric” yaitu
anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi.
Serangan Panik adalah Sebuah periode terpisah dari rasa takut yang intens di mana 4 gejala
berikut tiba-tiba berkembang dan puncaknya dalam waktu 10 menit :

 Palpitasi atau denyut jantung cepat, berkeringat, Gemetar atau bergetar, sesak napas
• Perasaan tersedak, nyeri dada atau ketidaknyamanan, mual
• Menggigil atau sensasi panas parestesia, merasa pusing atau pingsan, derealisasi atau
depersonalisasi takut kehilangan kontrol atau menjadi gila dan takut mati.

Penatalaksanaan
70% respon terhadap pengobatan lebih baik
Pendidikan, jaminan, pengurangan kafein, alkohol, obat-obatan, stimulant,Terapi kognitif-
perilaku
Farmakologik :
- Diazepam, Alprazolam (Xanax)
- Imipramin (Tofranil)
- Buspiran (Buspar)
- Obat- SSRI, Paroxetine, Sertraline, fluoxetine. venlafaxine, trisiklik, MAOIs,
- valproate, gabapentin

Psikoterapi :
- Terapi kognitif-behaviour
- efektif untuk gangguan panik
- koreksi keyakinan yang salah (kecenderungan mis-interpretasi sensasi-sensasi badan
sebagai serangan panik atau kematian)
- menjelaskan bahwa serangan panik itu terbatas waktunya dan tidak mengancam kehidupan
- relaksasi
- desensitisasi

Perjalanan & Prognosis


Cenderung kambuh setiap hari 2-3 kali
Kronik dengan remisi dan eksaserbasi
Prognosis sangat baik dengan terapi

GANGGUAN FOBIK
tingkat kompetensi 2

Definisi.
Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau situasi spesifik
yg menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari objek, aktivitas atau situasi yg
ditakuti.Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu yg berlebih atau secara
proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari objek, aktivitas atau situasi itu.

Pedoman diagnostic Anxietas Fobik (F40,-) menurut PPDGJ III.


 Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu
sendiri) yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan Kondisi lain (dari
individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan
akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tidak realistic dimasukkan dalam
klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
 Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam.
 Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbda dari
anxietas lainnya dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik)
 Anxiatas fobik sering kali berbarengan (coexist) dengan depresi.Suatu episode depresi
sering kali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada
sebelumnya.Beberapaepisode depresi dapat disertai anxietas fobik yang temporer,
sebaliknya afek depresi seringkali menyertai berbagai fobia, khususnya
agoraphobia.Pembuatan diagnosis tergantungdari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu
dan mana yang lebh dominan pada saatpemeriksaan.

Epidemiologi
 Prevalensi 2% dari populasi
 Ratio Wanita dengan laki-laki: 2: 1
 Onset rata-rata adalah 17 tahun
 30% dari orang dengan agoraphobia mengalami serangan panik atau gangguan panik
 Menganugerahkan risiko tinggi gangguan kecemasan lain, depresi dan gangguan
penggunaan zat

Klasifikasi Gangguan Fobik.


1. Gangguan agorafobi (F40.0)
2. Gangguan fobia social (F40.1)
3. Gangguan fobia khas (F40.2).

Agorafobia
Pedoman Diagnostik
 Semua kriteria dbawah ini harus dipenuhi untuk diagnosa pasti :
(a) Gejala psikologik perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnyawaham
atau pikiran obsesif.
(b) Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan)
setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian, tempat umum,
bepergiankeluar rumah, bepergian sendiri dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita
menjadi “house bound” Ketakutan atau kecemasan selama lebih dari 6 bulan sekitar dua atau
lebih dari 5 situasi berikut
 Menggunakan transportasi umum
 Berada di ruang terbuka
 Berada di ruang tertutup
 Berada di tengah orang banyak
 Berada di luar rumah saja
 Ketakutan individu atau menghindari situasi ini karena melarikan diri mungkin akan sulit
atau bantuan mungkin tidak tersedia
 Situasi agoraphobic hampir selalu memprovokasi kecemasan
 Kecemasan adalah tidak sesuai dengan ancaman aktual yang ditimbulkan oleh situasi
 Situasi agoraphobic dihindari atau mengalami kecemasan intens
 Penghindaran, ketakutan atau kecemasan secara signifikan mengganggu rutinitas atau
fungsi mereka

Fobia Sosial
Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dlm kelompok yg relatif kecil :
 makan di tempat umum
 berbicara di depan umum
 menghadapi jenis kelamin lain atau dapat bersifat difus.
 biasanya disertai harga diri rendah & takut di kritik.
Pedoman Diagnotik
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti :
(a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham
dan pikiran obsesif.
(b) Anxietas harus mendominasi atas terbatas pada situasi social tertentu (outside the family
circle) dan
(c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
 Bila terlalu sulit membedakan anxietas sosial dengan agoraphobia, hendaknya diutamakan
diagnosis agoraphobia (F40.0)

Fobia Khas
Fobia terbatas pd objek / situasi yang sangat spesifik :
 binatang tertentu
 tempat tinggi
 petir
 ruang tertutup
 darah
 naik pesawat, dlli

Pedoman Diagnostik Fobia Khas (F40.2) Menurut PPDGJ III.


 Semua kriteria dibwah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :
(a) Gejala psikologis perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham
dan pikiran obsesif.
(b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu (highly specific
situations), dan
(c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
 Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain. Tidak seperti halnya
agoraphobia dan fobia social.

Penatalaksanaan :
Farmakoterapi : SSRI,
Benzodiazepine,
Buspar,
-bloker (Tenormin,
Propanolol)
Psikoterapi suportif
Behaviour therapy : desensitisasi, implosion, flooding
Hipnosa

8. Menurut pandangan psikodinamika, kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwaterdapat
suatu dorongan dari id yang tidak dapat diterima atau mendapat tekanan yang besa
darisuperego dalam merealisasikan (memuaskan) dorongan tersebut. Sebagai suatu
sinyal,kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan
yang munculdari dalam diri manusia. Jika kecemasan naik di atas tingkat terendah dari
karakteristik ataufungsinya sebagai sinyal, maka kecemasan dapat timbul sebagai
gangguansudah melebihiambang batas karakteristik atau fungsinya sebagai sinyalyang akan
bermanifestasi denganserangan panik yang hebat.Idealnya, penggunaan represi menyebabkan
terjadinya
pemulihkeseimbangan psikologis tanpa pembentukan gejala, karena represi yang efektif dapat
menahan dorongan danafek serta khayalan yang menyertainya, menahan keduanya agar tetap
di bawah control kesadaran. Jika represi tidak berhasil, maka mekanisme pertahanan lain
(seperti
konversi, pengalihan, dan regresi) akan diperankan secara maksimal dan akan menunjukkan g
ejala-gejala berupa gangguan neurotik yang klasik seperti histeria, fobia, dan neurosis obsesif-
kompulsif.Dalam teori psikoanalitik (psikodinamika), kecemasan digolongkan ke dalam
empatkategori utama berdasarkan pada akibat yang ditimbulkannya atau biasa juga
dibahasakan“berdasarkan akibat yang ditakutinya”, yaitu:

1. Kecemasan id atau impuls;


2. Kecemasan perpisahan;
3. Kecemasan kastrasi; dan
4. Kecemasan superego.Varietas kecemasan tersebut dihipotesiskan akan berkembang pada
berbagai stadium pertumbuhan dan perkembangan.Kecemasan id atau impuls berhubungan
dengan adanya ketidaknyamanan primitif dandifus dari seseorang jika mereka dilanda oleh
kebutuhan dan berbagai stimulus dengan kondisiketidakberdayaan dimana mereka tidak
mungkin mengendalikan hal itu. Contohnya pada bayidengan segala bentuk ketidakberdayaan
yang dimilikinya.Kecemasan perpisahan terjadi pada anak-anak yang agak besar tetapi masih
dalam masa praoedipal, yang takut kehilangan cinta atau bahkan ditelantarkan oleh orang tuanya
jika merekagagal mengendalikan dan mengarahkan impuls-impulsnya sesuai dengan standar
kebutuhanorang tuanya.Fantasi kastrasi yang menandai anak oedipal, khususnya dalam
hubungan dengan impulsseksual anak yang sedang berkembang, dicerminkan dalam kecemasan
kastrasi dari masa dewasa.Kecemasan superego adalah akibat langsung dari perkembangan akhir
superego yang menandai berlalunya kompleks oedipus dan datangnya periode latensi pubertal.
Beberapa ahli
psikoanalisis berbeda pandangan tentang sumber dan sifat kecemasan. Otto Rank, sebagai conto ,
mengembalikan terjadinya semua kecemasan kepada trauma kelahiran. Sedangkan Harry
StackSullivan menekankan bahwa hubungan awal antara ibu dan anak merupakan proses
transmisikecemasan ibu kepada bayinya. Akan tetapi, terlepas dari semua itu, terapi gangguan
kecemasan biasanya melibatkan psikoterapi atau psikoanalisis yang berorientasi-tilikan jangka
panjang yangdiarahkan pada pembentukan suatu transferensi, yang memungkinkan terjadinya
resolusi gejala neurotik.
9. jelaskan gangguan cemas menyeluruh ?
Jawab :
Orang yang tampaknya cemas cemas patologis mengenai hampir semua hal
cenderung digolongkan memiliki gangguan ansietas menyeluruh.Revisi edisi keempat
(DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan
kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan.Kekhawatiran ini sulit dikendalikan dan
berkaitan dengan gejala somatik seperti otot tegang, iritabilitas, sulit tidur, dan
gelisah.Ansietas tidak berfokus pada gambaran gangguan aksis I lain, tidak disebabkan
penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan
mood atau psikiatri.Ansietas ini sulit dikendalikan, secara subjektif menimbulkan
penderitaan, dan mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang.
Seperti pada kebanyakan gangguan jiwa, penyebab gangguan ansietas
menyeluruh itu tidak diketahui.Sebagaimana yang baru-baru ini didefinisikan, gangguan
ansietas menyeluruh mungkin memengaruhi suatu kelompok orang yang
heterogen.Mungkin karena suatu derajat ansietas tertentu bersifat normal dan adaptif,
membedakan ansietas normal dan ansietas patologis serta membedakan faktor penyebab
biologis dan faktor psikologis sulit dilakukan.Faktor biologis dan faktor psikologis
mungkin bekerja bersama.
Kriteria diagnostik menurut DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh :

a. ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiran yang menakutkan), terjadi hampir


setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas
(seperti bekerja atau bersekolah )
b. orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
c. Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala
berikut ( denngan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6
bulan)
Perhatikan :hanya 1 gejala yang diperlukan pada anak-anak.

1. Gelisah atau merasa terperangkap atu terpojok.


2. Mudah merasa lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Mudah marah
5. Otot tegang
6. Gangguan tidur ( sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak
puas)
d. Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran gangguan
aksis I misal, ansietas atau cemas bukan karena mengalami serangan panik (seperti
pada gangguan panik ), merasa malu berada dikeramaian (seperti pada fobia sosial),
merasa kotor ( seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau
kerabat dekat ( seperti gangguan pada ansietas perpisahan), bertambahnya berat
badan (seperti pada anoreksia nervosa), mengalami gangguan fisik berganda (seperti
pada gangguan somatisasi), atau mengalami penyakit serius (seperti pada
hipokondriasi), juga ansietas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan
stres pasca trauma.
e. Ansietas, kekhwatiran, atau gejala fisis menyebabkan distres yang secara klinis
bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lainnya.
f. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misal,
penyalagunaan obat, obat-obatan) atau keadaan medis umum (misal, hipertiroidisme)
dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan psikotik, atau gamgguan
perkembangan pervasif.

Kriteria diagnostik menurut PPDGJ III :

 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung


hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja ( sifatnya
“free floating” atau mengambang)
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (kekhawatiran akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk,
sulit konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai), dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reasurrance)serta keluhan –keluhan somatikl berulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari)
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebutn tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), ganggua panik (F41.0), atau
gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)
10. Bagaimana faktor stresor pada pasien ini ?
Jawab :

Pada pasien ini yang menjadi faktor stresor nya itu adalah dimana pasien tersebut telah
pensiun dari pekerjaan nya sebagai pegawai PNS, dan diman pasien ini memiliki anak yang
bersekolah, dan pasien tersebut merasa selama pensiun dari pekerjaan nya tersebut pasien merasa
kurang aktivitas tidak seperti biasanya.Sehingga pasien sering memikirkan anaknya yang masih
bersekolah, sedangkan pasien telah pensiun.

11. Prognosis dari Gangguan Anxietas Menyeluruh


Jawab:
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin berlangsung
seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan perkembangan
komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena tingginya insidensi gangguan mental
komorbid pada pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis
gangguan cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan.Namun demikian, beberapa data
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan kecemasan umum.
Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan
akan terjadinya gangguan cemas menyeluruh. Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum
adalah suatu keadaan kronis yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya
mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.
Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat bahwa banyak
segi yang harus dipertimbangkan.Hal ini berhubung dengan dinamika terjadinya gangguan
cemas serta terapinya yang begitu kompleks.Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan
dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam menentukan prognosis gangguan cemas
menyeluruh.
Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah menunjukkan
kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam interaksi sosialnya, maka
prognosisnya lebih baik daripada penderita yang sebelumnya banyak menemui kesulitan dalam
pergaulan, kurang percaya diri, dan mempunyai sifat tergantung pada orang lain. Kematangan
kepribadian juga dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menanggapi kenyataan-
kenyataan, keseimbangan dalam memadukan keinginan-keinginan pribadi dengan tuntutan-
tuntutan masyarakat, integrasi perasaan dengan perbuatan, kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan lain sebagainya.Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka
prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik.
Mengenai hubungan dengan terapi, semakin cepat dilakukan terapi pada gangguan kecemasan
menyeluruh, maka prognosisnya menjadi lebih baik. Demikian pula dengan situasi tempat
pengobatan, semakin pasien merasa nyaman dan cocok dengan situasinya, maka hasilnya akan
lebih baik dan akan mempengaruhi prognosisnya. Pengobatan sebaiknya dilakukan sebelum
gejala-gejala menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan sampingan misalnya
untuk mendapatkan simpati, perhatian, uang, dan peringanan dari tanggung jawabnya. Jika
gejala-gejala sudah merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tersebut, maka
kemauan pasien untuk sembuh berkurang dan prognosis akan menjadi lebih jelek.
Faktor stres juga ikut menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh. Jika stres
yang menjadi penyebab timbulnya gangguan cemas menyeluruh relatif ringan, maka prognosis
akan lebih baik karena penderita akan lebih mampu mengatasinya. Kalau dilihat dari lingkungan
hidup penderita, sikap orang-orang di sekitarnya juga berpengaruh terhadap prognosis. Sikap
yang mengejek akan memperberat penyakitnya, sedangkan sikap yang membangun akan
meringankan penderita. Demikian juga peristiwa atau masalah yang menimpa penderita misalnya
kehilangan orang yang dicintai, rumah tangga yang kacau, kemunduran finansial yang besar akan
memperjelek prognosisnya.

Anda mungkin juga menyukai