Anda di halaman 1dari 8

54

BAB V
PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Dipadu dengan Think Pair Share
Penerapan PBL dipadu dengan TPS adalah suatu
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pencarian dan membangun pengetahuan, menyediakan kondisi untuk
meningkatkan kemampuan analisis serta memecahkan masalah
kehidupan nyata sehingga akan memunculkan “budaya berpikir”
pada diri siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan
penerapan PBL dipadu TPS pada siklus 1 sampai siklus 2. Hasil
pengamatan ketercapaian PBL dipadu TPS baik oleh peneliti maupun
oleh siswa sebesar 92.8% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2.
Berdasarkan data terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, pada
siklus 1 tahapan PBL dipadu TPS dapat dilaksanakan dengan baik
walau tak sesempurna pada siklus 2. Adanya hambatan dalam siklus
tersebut memang mengakibatkan adanya tahapan yang tidak
dilaksanakan namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keseluruhan proses belajar.
Kendala yang dialami saat pelaksanaan siklus 1 yang sudah
dapat diatasi pada siklus 2 yang paling utama adalah kendalabelum
55

tampaknya peningkatan kemampuan analisis dan presentasi pada


siklus 1 namun kemudian telah berhasil tampak peningkatannya pada
siklus 2.
Pencapaian keterlakasanaan pembelajaran pada siklus 2
mengalami peningkatan. Pada data siklus 1 maupun siklus 2 tampak
para observer juga memiliki data yang sama satu sama lain. para
observer melihat keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara
keseluruhan. Pada siklus 2 semua langkah dapat terlaksana dengan
baik walaupun masih ada yang belum maksimal, namun peneliti
berusaha melakukan perbaikan di setiap pertemuan. Siswa muali
terbiasa melakukan PBL dipadu TPS, seperti pendapat Thorndike
(1977) bahwa dalam belajar memerlukan adanya latihan atau
pembiasaan.
Penerapan PBL dipadu dengan TPS ini dirasakan sangat
membantu siswa belajar aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini
dikarenakan, denga PBL dipadu dengan TPS siswa dibawa kedalam
masalah yang sesuai dengan pokok bahasan. PBL dipadu dengan
TPS tersebut dapat membantu siswa untuk belajar lebih aktif dan
berpikir analitik. Penerapan PBM dipadu dengan TPS masih banyak
membutuhkan bimbingan dari guru, bukan berarti guru mendominasi
dalam pembelajaran tetapi proses guru dalam mendampingi siswa
dalam setiap pembelajaran masih dibutuhkan untuk mengarahkan
siswa dalam setiap tahapan pembelajaran dan variasi dalam
pembelajaran dengan menggunakan gambar atau video lebih dapat
56

membuat siswa memahami materi pembelajaran dan dapat


mengurangi resiko kebosanan terhadap penerapan metode
pembelajaran yang sama secara terus menerus.

B. Kemampuan Analisis
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan
kemampuan analisis siswa dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami
peningkatan. Peningkatan kemampuan analisis siswa sebesar 11%.
Peningkatan kemampuan analisis siswa tidak terlepas dari
katakteristik sintaks model pembelajaran PBL dipadu dengan TPS.
Menurut Arends (2004) PBL merupakanpembelajaran yang
menghadapkan siswa dalam penyelidikan. PBL merupakan
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar menganalisis dan belajar
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran
(Nurhadi, 2004) dan TPS memberikan kepada siswa waktu untuk
berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain (Nurhadi,
2004).
Menurut Ennis (2001) menganalisis adalah cara berpikir
reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan
untuk menemukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Hal
senada disampaikan oleh Scriven & Paul (1987) bahwa keterampilan
menaganlisis merupakan bagian dari berpikir kritis atas informasi
yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau
57

komunikasi sebagai pedoman untuk meyakini dan bertindak.


Keterampilan ini ditandai oleh nilai-nilai intelektual yang bersifat
universal, yaitu kejelasan, ketepatan, konsistensi, ketelitian,
kesesuaian, bukti yang benar, pemikiran yang baik, kedalaman,
keluasan, dan keadilan. Pembelajaran berlangsung dengan
menekankan pada kemampuan berpikir siswa. Siswa dituntut untuk
melakukan pemecahan masalah secara individu dengan diberikan
waktu tertentu untuk berpikir, menggali informasi, mendiskusikan
secara berpasangan, menganalisis, kemudian dicari solusi. Solusi dari
permasalahan tersebut tidak harus hanya mempunyai satu jawaban
yang benar, artinya siswa juga dituntut untuk belajar secara kreatif
dan lebih mandiri terutama dalam menggali dan memecahkan
permasalahan. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan
serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan keadaan yang
ada di lingkungannya sehingga siswa tidak hanya mempelajari teori
namun juga melihat fakta.
Pembelajaran dengan strategi PBL dipadu TPS mengajarkan
siswa untuk berpikir kritis secara mandiri dalam mencari pemecahan
masalah dalam dunia nyata berdasarkan masalah yang diangkat
dalam pembelajaran. Ketika pemecahan masalah digunakan sebagai
proses dalam pembelajaran, focus kegiatan belajar sepenuhnya
berada pada siswa yaitu berpikir menemukan solusi dari suatu
masalah termasuk proses untuk memahami suatu konsep dan
prosedur tertentu yang terkandung dalam masalah tersebut. Menurut
Herman (2005) kondisi seperti ini telah memicuterjadinya konflik
58

kognitif sebagai akibat dari masalah yang diberikan kepada siswa.


Dalam situasi konflik kognitif, siswa akan memanfaatkan
kemampuan kognitifnya dalam upaya mencari justifikasi dan
konfirmasi terhadap pengetahuanyang ada di dalam pikirannya.
Melalui aktivitas mental seperti ini, kemampuan kognitif siswa
mendapat kesempatan untuk diberdayakan dan dimantapkan. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa dalam PBL siswa telah berupaya
secara maksimal menggunakan segenap kemampuan yang dimiliki.
Jadi pembelajaran dengan menggunakan PBL dibandingkan dengan
pembelajaran biasa, dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
Pembelajaran kooperatif tertuang dalam model pembelajaran
TPS. Model pembelajaran TPS merupakan model pembelajaran yang
dapat mengaktifkan semua siswa. Dalam pembelajaran kooperatif
setiap siswa saling bekerja sama dengan yang lain, berdiskusi dan
berpendapat, menilai kemampuan pengetahuan dan saling
mengisikekurangan anggota lainnya. Apabila bisa diorganisasikan
secara tepat maka akan lebih menguasai konsep yang diajarkan. Bagi
siswa yang lebih menguasai konsep, diharapkan bisa lebih
berkembang dengan menyalurkan pengetahuannya pada siswa
lainnya (Lie, 2000)
Kemampuan analisis dapat dikembangkan melalui latihan
yang terarah dan tuntutan berpikir melalui aktivitas pembelajaran.
Latiha dan tuntutan berpikir dapat diterapkan dengan pola interaksi
siswa yang terdiri dari 3 tahap yaitu tahap think pair dan share.
Tahap think mengkondisikan siswa untuk dapatbekerja sendiri. Alur
59

berpikir kritis dimulai dari pemahaman terhadap permasalahan.


Siswa berusaha mandiri untuk menyeleaikan permasalahan dengan
mengasah pikirna untuk menganalisis permasalahan, mengkaji
literature, dan menentukan asumsi untuk menjawab soal LKS. Tahap
think melatih kemampuan analisis secara individu.
Tahap pair mengkondisikan siswa untuk bekerja secara
berpasangan. Masing-masing anggota menyumbangkan pemikiran
dan hasil kajian literature kemudian dipikirkan bersama untuk
mencapai suatu kesepakatan jawaban.kerja sama antar siswa
menciptakan kondisi saling ketergantungan positif dimana setiap
anggota kelompok saling ketergantungan satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas bersama. Diskusi kelompok dapat mengasah
kejelian dan ketelitian dalam menganalisis secara kolaboratif.
Kemampuan analisis meningkat seiring dengan kepekaan siswa. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Achmad (2007) yaitu kemampuan
analisis dapat ditumbuhkan melalui kerja kelompok. Pembentkan
kelompok dapat mengaktifkan siswa, memotivasi siswa untuk
berpikir. Siswa dapat berdiskusi, memberikan pendapat, saran
maupun menyanggah. Semakin banyak masukan, maka analisis
semakin terasah sehingga hasil semakin baik.
Tahap share memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapat di depan kelas. presentasi diikuti oleh
kegiatan diskusi secara klasikal yang memberikan masukan berupa
pendapat, pertanyaan saran maupun sanggahan.
60

Proses pembelajaran juga sesuai dengan pembelajaran


konstruktivisme yang menekankan pengembangan kemampuan siswa
dalam menemukan mermasalahan dan jawaban yang berhubungan
dengan masalah yang sedang dibahas. Dalam hal ini, peran guru
sangat diharapkan dapat memberikan motivasi yang kuat pada siswa
agar seluruh anggota kelompok bersatu padu untuk mengikuti
pembelajaran dan diskusi siswa tidak menyimpang dari topic
pembelajaran.
Hasil penelitian juga didukung oelh penelitian yan dilakukan
oleh Berlianti (2011) dalam penelitian terhadap siswa kelas VII
semester 1 SMP PGRI Ngraho Bojonegoro menyatakan bahwa
model PBL dapat meningkatkan kemampuan analisis pada
pembelajarna IPA dan penelitian yang dilakukan Afcariono (2008)
dalam penelitian terhadap siswa kelas X-A SMA Negeri 1 Ngantang
menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan analisis
siswa.

C. Kemampuan Presentasi Siswa


Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan
kemampuan presentasi siswa dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami
peningkatan. Peningkatan kemampuan presentasi siswa sebesar
6.75%. Peningkatan kemampuan analisis siswa tidak terlepas dari
katakteristik sintaks model pembelajaran PBL dipadu dengan TPS.
Arsad (1991) menyatakan bahwa presentasi adalah suatu
peristiwa penyampaian maksud seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami
61

oleh orang lain. Hal ini berarti presentasi dapat diartikan sebagai
salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat menyampaikan
sesuatu pada orang lain (Saifuddin, 2015). Maka dapat dilihat
kesesuaian pemilihan model pembelajaran PBL dipadu dengan TPS
untuk meningkatkan kemampuan presentasi siswa. Sintaks kedua
model pembelajaran tersebut memiliki bagian akhir untuk
menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. pada PBL terletak
pada fase mempresentasikan hasil karya dimana hasil karya disusun
berdasarkan hasil analisis siswa terhadap maslah. Pada TPS terletak
pada fase share dimana kelompok membagikan hasil diskusi (pair).
Kesesuainan sintaks ini lah yang membuat perpaduan PBL dan TPS
dinilai bisa meningkatkan kemampuan presentasi siswa.
Saifuddin (2015) juga menyampaikan presentasi merupakan
salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif
antinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan sehingga gagasan-
gagasan yang ada di dalm pikiran pembicara dapat dipahami orang
lain. presentasi berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara
aktif melalui lambang-lambang bunyi.
Keterampilan presentasi bermanfaat dalam melakukan
interaksi komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam
kehidupan bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain
bergantung pada tingkat keterampilan presentasi yang dimiliki
seseorang, misalnya profesi guru, wartawan, jaksa, dan penceramah
(Guntur, 1993).

Anda mungkin juga menyukai