menyita perhatian masyarakat selama tahun 2016. Sosok terdakwa Jessica Kumala
Wongso yang diduga meracuni temannya itu seolah tak lepas dari sorotan publik.
Perjalanan kasus ini dimulai ketika empat orang yang berteman sejak kuliah di
Billy Blue College, Australia, memiliki rencana untuk bertemu di Indonesia.
Mereka adalah Mirna, Jessica, Hani Boon Juwita, dan Vera. Pertemuan
berlangsung pada 6 Januari 2016 lalu di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta
Pusat. Namun, Vera tidak ikut dalam pertemuan tersebut dan namanya tak banyak
disebut dalam kasus ini.
Hari itu, Jessica tiba terlebih dahulu di Olivier sebelum pukul 16.00 untuk
menghindari 3 in 1. Dia berinisiatif memesan es kopi vietnam dan dua cocktail.
Sementara Mirna tiba bersama Hani. Saat keduanya tiba, Jessica sudah menunggu
di meja 54 dengan pesanan minuman yang sudah dihidangkan. Es kopi vietnam
sengaja dipesan untuk Mirna. Tak lama setelah bertegur sapa, Mirna langsung
meminum es kopi vietnam dan kejang-kejang. Dia meninggal dalam perjalanan
menuju Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Kejati DKI Jakarta tak hanya satu kali mengembalikan berkas perkara
kematian Mirna. Catatan Kompas.com, berkas perkara itu lima kali bolak-balik
diserahkan penyidik dan dikembalikan Kejati DKI sebelum akhirnya dinyatakan
lengkap atau P21 pada 26 Mei 2016, setelah kurun waktu 118 hari Jessica ditahan.
Pelimpahan tahap kedua dari penyidik dilakukan pada 27 Mei 2016 kepada
Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Pusat. Penyidik menyerahkan Jessica dan
sejumlah alat bukti. Pada hari itu, Jessica resmi menjadi tahanan Kejari Jakarta
Pusat dan dititipkan di Rutan Pondok Bambu.
Banyaknya massa yang menonton sidang Jessica tak hanya terjadi saat
putusan. Pada persidangan-persidangan sebelumnya, ruang sidang selalu dipenuhi
masyarakat yang datang langsung ke PN Jakarta Pusat karena penasaran
menyaksikan sidang secara langsung. Beberapa stasiun TV bahkan menyiarkan
langsung sidang tersebut. Perhatian publik juga dituangkan dengan adanya warga
yang membuat kopi merek sianida. Namun, penjualan kopi yang menampilkan
wajah Jessica itu dihentikan karena tidak mengantongi izin pihak Jessica. Hal lain
yang menyita perhatian yakni sikap salah satu anggota majelis hakim, Binsar
Gultom, yang kontroversial. Binsar dinilai memihak terhadap Mirna. Pengacara
Jessica bahkan sempat meminta Binsar diganti dan diadukan ke Komisi Yudisial
(KY). Hal lainnya yang meramaikan perkara kematian Mirna yakni munculnya
nama Amir Papalia di akhir-akhir persidangan. Nama Amir pertama kali
disebutkan Jessica dalam dupliknya. Menurut Jessica, Amir melihat Arief
memberikan kantong plastik hitam kepada barista Olivier, Rangga Dwi Saputra,
satu hari sebelum kematian Mirna. Namun, persoalan tersebut tidak jelas akhirnya
dan tidak memengaruhi putusan sidang.
Banding
Salah satu poin dalam memori banding setebal 148 halaman tersebut
terkait jenazah Mirna yang tidak diotopsi. Meski tidak diotopsi, hakim
berkeyakinan bahwa Mirna tewas karena meminum kopi yang mengandung
sianida. Selain itu, dalam memori banding tersebut pengacara menyoroti masalah
Close Circuit Television (CCTV) yang dipertimbangkan hakim untuk memvonis
Jessica 20 tahun penjara. Menurut pengacara, CCTV yang dihadirkan dalam
persidangan bukanlah yang asli. Tak hanya itu, pengacara juga menilai tidak ada
saksi mata yang melihat Jessica menaruh racun sianida ke dalam cangkir kopi
yang diminum Mirna sebelum dia meninggal dunia. Kemudian, dalam tahap
penuntutan, Jaksa Penuntut Umum menyebutkan motif Jessica membunuh Mirna
karena dia sakit hati dinasehati Mirna. Namun, saat hakim membacakan
pertimbangannya, mereka malah menyebut Jessica membunuh Mirna lantaran
cemburu melihat hubungan Mirna dengan suaminya, Arief Soemarko.