6. Darah/lendir abnormal.
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
T0 N1 M0
Stadium II A T1 N1 M0
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium II B
T3 N0 M0
T0 N2 M0
T1 N2 M0
Stadium III A
T3 N1 M0
T3 N2 M0
T4 N0 M0
Stadium III B T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C Sembarang T N3 M0
Stadium IV Sembarang T Sembarang N M1
I. Terapi Kanker
Pengobatan utama penyakit kanker ditujukan untuk mrmbinasakan sel-sel
kanker dengan membunuhnya atau membuangnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan oerasi atau pembedahan, penyinaran atau radiasi, dan kemoterapi.
Penyinaran atau radiasi bertujuan agar se-sel kanker tidak daat tumbuh untuk
membelah diri. Sinar yang diberikan berupa sinar X atau isotop radioaktif.
Tentunya tidak hanya mengenai sel sakit, sel sehat yang terletak di dekatnya
juga akan terimbas, sehingga menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu, pengobatan ini diberikan pada jenis kanker yang responsif terhadap
dosis sinar yang diberikan dan daat ditolerir oleh penderita. Penyinaran biasanya
diberikan dalam satu seri, misalnya lima hari dalam seminggu selama 4-6
minggu. Kemoterapi adalah memberikan obat-obatan pembunuh sel kanker atau
obat-obatan yang mengacaukan keseimbangan hormonl. Dewasa ini,
kemoterapi berkembang berkembang menjadi imunoterapi. Imunoterapi adalah
pengobatan yang mempengaruhi kekebalan agar tubuh daat melawan kanker
dengan kekuatannya sendiri. Pengobatan aknker dapat dilakukan dengan satu
cara. Misalnya pembedahan saja. Dapat pula dilakukan dengan kombinasi dua
atau tiga cara sekaligus. Keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada
stadium kanker saat ditemukan. Semakin dini ditemukan, pengobatan semakin
mudah dilakukan karena kanker belum menajalar. Pengobatan juga tergantung
pada toleransi penderita yang dipengaruhi keadaan gizi dan psikologisnya. Oleh
karena itu, selain pengobatan utama, diperlukan terai pendukung yang dapat
berupa penguatan diet dan terapi psiologis (Uripi, 2005).
B. Tujuan Kemoterapi
Tujuan kemoterapi antara lain:
1. Mencapai kesembuhan.
2. Mencapai masa bebas penyakit yang lama.
3. Memperkuat efek pengobatan lain (operasi atau radioterapi).
4. Mengecilkan tumor sebelum pembedahan atau radioterapi.
B. Indikasi
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari teknik ini adalah
1. Menurunkan tekanan darah, Menurunkan ketegangan otot, Menurunkan
stress atau kecemasan
4. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
C. Kontraindikasi
Fritz (2005) dalam Mashudi (2011) beberapa hal yang mungkin menjadi
kontraindikasi penggunaan relaksasi otot progressif adalah :
1. Cedera akut
2. Penyakit jantung berat/akut
3. Ketidaknyamanan musculoskeletal
D. Manfaat
Relaksasi otot progresif ini sendiri adalah untuk mengatasi berbagai macam
permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat
membangun emosi positif dari emosi negatif. Keempat permasalahan tersebut
dapat menjadi suatu rangkaian bentuk gangguan psikologis bila tidak diatasi.
Gerakan 1.
Ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara menggenggam
tangan kanan sambil membuat kepalan semakin kuat, sambil merasakan
ketegangan, kemudian kepalan dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik.
Setelah selesai tangan kanan kemudian dilanjutkan tangan kiri.
Gerakan 2.
Gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang. Gerakan ini dilakukan
dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan
sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan awah menegang, jari-jari
menghadap langit-langit
Gerakan 3.
Gerakan ini untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah otot besar yang
terdapat di bagian atas pangkal lengan, diawali dengan menggenggam kedua
tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot-otot bisep akan menjadi tegang
Gerakan 4.
Ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk mengendurkan bagian
otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-
tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Focus
perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu punggung
atas, dan leher
Gerakan 5.
Gerakan yang ditujukan untuk melemaskan otot dahi dengan mengerutkan dahi
dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
Gerakan 6.
Gerakan yang ditujukan untuk melemaskan otot mata dengan cara menutup mata
keras-keras sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7.
Gerakan yang ditujukan untuk melemaskan otot rahang dengan cara
mengatupkan rahang dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang.
Gerakan 8.
Gerakan yang ditujukan untuk melemaskan otot bibir dengan cara bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Gerakan 9.
Ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher bagian depan maupun belakang.
Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan. Dilakukan dengan meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat,
kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi
sehingga dapat dirasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung
atas.
Gerakan 10.
Bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan dengan cara membawa kepala
ke muka kemudian diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
Gerakan 11.
Bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat dilakukan dengan
cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan
lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik kemudian
rileks. Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot-
otot menjadi lemas.
Gerakan 12.
Dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada dengan cara menarik napas panjang
untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan
beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke
perut. Pada saat ketegangan dilepas, dapat dirasakan napas normal dengan lega.
Gerakan 13.
Bertujuan untuk melatih otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara
menarik kuat-kuat perut ke dalam kemudian menahannya sampai perut menjadi
kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk perut.
Gerakan 14.
Bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua
telapak kaki sehingga otot paha teras tegang.
Gerakan 15.
Mengunci lutut sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis.
4. Setelah menyelesaikan semua gerakan, rileks dengan menghitung dari hitungan 5
sampai 1 perlahan, napas dalam dan berkata buka mata, dan berkata “Rileks atau
OK
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA: Elsevier Mosby.
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Nurjannah, I. 2014. ISDA : Intan’s Screening Diagnoses Assesment. Versi Bahasa
Indonesia. Yogyakarta : Moco Media.
Price, S. A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta: EGC.
Shierly, E. O. 2001. Oncology Nursing 4th editiom. St. Louis: Mosby Company.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. 2006 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV-Jilid II. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta
Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC.