2. Periode Postpartum
a. Periode Immediate Postpartum (Lahirnya plasenta-24 jam)
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB
5. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti
sedia kala.
Pathway
Postpartum
Psikologis Episiotomi
(Insisi)
(Insisi)
Proses parenting Fase taking in
Terputusnya
inkontinuitas jaringan
Luka jaritan
Nyeri akut
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada postpartum yaitu, sebagai berikut:
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen trauma jalan lahir
b. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
c. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan - Pantau: vital sign, tanda - Mengidentifikasi
trauma jalan lahir. asuhan keperawatan infeksi. penyimpangan dan
selama ...x... diharapkan kemajuan sesuai
tidak terjadi infeksi intervensi yang
dengan kriteria hasil: dilakukan.
- Tanda infeksi tidak
ada (kalor, dolor, - Kaji pengeluaran lochea, - Mengidentifikasi
rubor, tumor, warna, bau dan jumlah. kelainan pengeluaran
fungsiolaisa) lochea secara dini.
- Luka episiotomi
kering dan bersih, - Kaji luka perineum, - Keadaan luka
takut berkemih dan keadaan jahitan. perineum berdekatan
BAB tidak ada. dengan daerah basah
mengakibatkan
kecenderunagn luka
untuk selalu kotor dan
mudah terkena
infeksi.
4. Evaluasi
Adapun evaluasi dari semua tindakan keperawatan mengenai Asuhan
Keperawatan Post Partum Normal (episiotomi) yaitu :
a. Rasa nyeri teratasi
b. Tingkat pengetahuan ibu bertambah mengenai perawatan payudara
c. Pemenuhan ADL terpenuhi.
d. Resiko cidera tidak terjadi
e. Infeksi tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA