PBL Mandiri Blok 16 2
PBL Mandiri Blok 16 2
Seorang bapak berusia 45 tahun dibawa ke dokter oleh keluarganya karena kira-kira
30 menit setelah makan siang merasa ulu hatinya tidak enak, lemas, berkeringat. 2 minggu
sebelumnya bapak tersebut baru menjalani operasi lambung, karena didiagnosis mengidap
ulcus gaster yang sangat kronis. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum sakit sedang,
kesadaran apatis, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 45x/menit, reguler, lemah, suhu 37oC.
pada pemeriksaan mata: konjungtiva tidak anemis. Leher : tidak tampak pembesaran, pulmo :
tidak ada kelainan. Cor : tidak ada kelainan. Laboratorium : Hb 12 g/dL, leukosit : 6500/uL,
GD puasa : 70 mg/dL, GD 2 jam PP : 120 mg/dL.
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui berbagai hal tentang dumping sindrom, seperti pemeriksaannya,
gejala-gejalanya, epidemiologi, patologi, penatalaksanaan, etiologi, prognosis, komplikasi,
dan pencegahannya.
Bagi pasien yang pertama kali datang ke dokter, pertanyaan yang perlu diajukan adalah data
pribadi pasien seperti:
2. Jenis kelamin
3. Umur pasien
5. Status perkawinan
6. Agama
7. Suku bangsa
3
8. Alamat
9. Pendidikan
10. Pekerjaan
11. Riwayat keluarga yang meliputi kakek dan nenek sebelah ayah, kakek dan nenek
sebelah ibu, ayah, ibu, saudara kandung dan anak-anak
1. Apakah individu pernah mengalami partial atau gastrectomy komplit? Lalu vagotomy?
Dan hasil dari anamnesis adalah kira-kira 30 menit setelah makan siang merasa ulu
hatinya tidak enak, lemas, berkeringat. 2 minggu sebelumnya bapak tersebut baru menjalani
operasi lambung, karena didiagnosis mengidap ulcus gaster yang sangat kronis.
2.2. Pemeriksaan
2.2.1.Pemeriksaan Fisik2
2.2.2.Pemeriksaan Penunjang3
5
- pemeriksaan gula darah
- Endoscopy juga digunakan untuk membedakan dari ulcus yang rekuren, reflux
alkaline gastritis, dan gastric remnant carcinoma.
2.3.Diagnosis
2.3.1.Working Diagnosis 4
Working diagnosis merupakan diagnosis utama tentang penyakit yang diderita pasien
setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap pasien. Berdasarkan pengertian
tersebut didapatkan working diagnosis untuk kasus ini yaitu dumping sindrom.
6
kenyang, nyeri kram abdomen, mual, muntah, dan diare yang bersifat explosive. Gejala
vasomotor seperti diaphoresis, flushing, pusing, palpitasi, dan keinginan yang sangat untuk
berbaring.
Gejala-gejala ini bervariasi pada tiap individu. Sebagian besar pasien dengan dumping
tipe dini memiliki gejala baik gejala GI dan gejala vasomotor, sedangkan pasien dengan
dumping tipe lambat memiliki gejala vasomotor. Pasien dengan dumping berat sering
membatasi makanan mereka untuk menghindari gejala. Hal ini berakibat pada kehilangan
berat badan, dan berujung malnutrisi.
Gejala sistemik dumping tipe dini :
- Palpitasi
- Kelelahan
- Mau pingsan
- Pingsan
- Diaphoresis
- Sakit kepala
- Flushing
- Diare
- Mual
- Kram perut
- Borborygmi
- Perspirasi = diaphoresis
7
- Gemetaran
- Berkurangnya kesadaran
- Lapar
2.4.Different Diagnosis
Yaitu sumbatan yang terjadi karena tekukan tajam pada pertautan lambung dan
yeyunum (gastroyeyunostomi), udem akibat inflamasi, atau suatu tukak marginal.
Saat makanan, cairan empedu dan cairan pankreas tidak bisa masuk ke lambung
karena sumbatan parsial tersebut. Timbunan cairan di lengkung aferen mengakibatkan perut
kembung, nyeri epigastrium, rasa penuh, dan mual setelah makan. Keluhan ini menghilang
20-60 menit kemudian setelah penderita memuntahkan cairan empedu encer. Untuk mengatasi
gejala ini diperlukan pembedahan ulang.
SBS adalah kelainan malabsorpsi disebabkan oleh pembedahan pembuangan dari usus
kecil, atau dengan kemungkinan sangat jarang, akibat dari disfungsi komplit dari sebagian
besar usus. Sebagian besar kasus didapatkan, walaupun beberapa anak lahir dengan SBS
kongenital. Biasanya tidak terjadi sampai 2/3 dari usus kecil dibuang.
Gejala : Nyeri abdomen, diare dan steatorea, retensi cairan, penurunan berat badan dan
malnutrisi, kelelahan.
Ileus paralitik
Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan
kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan
mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.
PENYEBAB
8
Ileus mungkin disebabkan oleh :
- Kelainan di luar usus, seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal
(misalnya rendah kalium, tinggi kalsium)
- Obat-obat tertentu
- kembung
- muntah
- kram perut.
DIAGNOSA
- Pada pemeriksaan dengan stetoskop, suara bising usus berkurang atau hilang sama sekali.
2.5.Penatalaksanaan5
2. Karbohidrat kompleks
Pengobatan :
Octreotida : dipakai untuk jangka pendek, sebab akibat jangka panjang cukup buruk,
sebab sangat kuat menghambat insulin dan beberapa hormon intestinal.
- vasokonstriksi splanchnic
Terapi pembedahan :
- rekonstuksi pyloric
- jejunal interposisi
- konversi Roux-en-Y
10
2.6.Etiologi6
Pada dumping sindrom, makanan dan getah lambung bergerak ke usus kecil dalam
keadaan yang abnormal yaitu lebih cepat. Proses percepatan ini berhubungan dengan
perubahan pada lambung contohnya akibat pembedahan. Misalnya, ketika antara pylorus dan
duodenum terjadi gangguan atau dibuang dalam pembedahan, dumping sindrom dapat terjadi.
Hormon gastrointestinal dipercaya juga memiliki peran dalam dumping sindrom ini.
2.7.Patofisiologi7
Gejala dari dumping sindrom tipe dini (30-60 menit PP) diyakini sebagai hasil dari
terjadinya percepatan pengosongan lambung yang berisi makanan hiperosmolar kedalam usus
kecil. Hal ini membuat perpindahan cairan dari celah intravascular ke lumen usus, yang
berakibat pada distensi usus dan peningkatan frekuensi kontraksi usus. Percepatan pemasukan
dari makanan cair ke dalam usus kecil menginduksi gejala dumping pada individu sehat yang
tidak menjalani pembedahan lambung. Distensi usus sebagai penyebab dari gejala GI, seperti
nyeri kram perut, bloating dan diare. Kontraksi volume intravascular akibat perpindahan
cairan osmotik, mungkin bertanggung jawab untuk gejala vasomotor, seperti takikardi dan
lightheadedness.
Namun hipotesis ini dipertanyakan untuk beberapa alasan. Pertama, tingkat dari
dumping tidak sesuai berkaitan dengan volume dari hipertonik solution yang ditelan. Kedua,
infus intravena cukup untuk mencegah turunnya volume plasma PP, namun tidak
menghilangkan gejala dumping. Lebih lanjut, perhitungan intrajejunum osmolaritas dan kadar
glukosa Kalser dan Cohen menggunakan metode perfusi. Mereka menemukan bahwa derajat
11
pengenceran dari glukosa hiperosmolar pada pasien postgastrectomu mirip pada subyek
simptomatic maupun asimptomatic.
Salah satu efek dari hormon ini adalah perlambatan dari motilitas GI proximal dan
inhibisi dari sekresi. Fungsi ini disebut ileal brake. Menurut beberapa penulis bahwa
percepatan pelepasan dari hormon ini adalah usaha untuk mengaktivasi ileal brake, dengan
demikian memperlambat waktu transit proximal pada respons terhadap penghantaran
makanan ke usus kecil distal secara cepat.
Dumping tipe lambat terjadi 1-3 jam setelah makan. Patogenesis diperkirakan
memiliki keterkaitan dengan pembentukan awal dari hiperinsulinemic hipoglikemia.
Penghantaran cepat dari makanan ke usus kecil mengakibatkan tingginya konsentrasi
karbohidrat dalam usus kecil proksimal dan absorpsi cepat dari glukosa. Hal ini dikompensasi
dengan respons hiperinsulin. Tingkat insulin yang tinggi bertanggung jawab untuk
hipoglikemi dikedepannya. Glukosa intrajejunum menginduksi pelepasan insulin yang lebih
besar dibandingkan dengan infus glukosa intravena. Namun tingkat serum glukosa sama pada
kedua experimen. Efek dari perubahan pelepasan insulin setelah pemasukan glukosa enteral
dibandingkan dengan administrasi glukosa intravena disebut efek incretin.
Dua hormon diperkirakan memiliki peran penting pada efek incretin ini. Yaitu
glucose-dependent insulinotropic peptide dan GLP-1. Pada studi manusia, terjadi peningkatan
respon GLP-1 pada oral glucose challenge. Peningkatan respon GLP-1 terjadi pada pasien
dengan gastrectomy total, reseksi esophageal, dan partial gastrectomy. Lebih lanjut, korelasi
positif ditemukan antara peningkatan plasma GLP-1 dan pelepasan insulin. Respons
12
berlebihan GLP-1 memilki peran penting pada hiperinsulinemia dan hipoglikemia pada pasien
dengan dumping tipe lambat. Alasan kenapa beberapa pasien tetap asimptomatic setelah
pembedahan gaster dimana yang lainnya mengalami simptom lebih buruk tetap sulit
dimengerti.
2.8.Epidemiologi
Angka insiden dari sindrom dumping bervariasi tergantung dari tipe pembedahan yang
dilalui. Secara garis besar, terdapat 25-50% individu yang melalui bedah perut memiliki
gejala dari dumping sindrom; namun hanya 1-5% dari individu ini yang mengalami kegagalan
total. Dumping sindrom juga muncul pada 8.5-20% dari individu yang mengalami
pembedahan n.vagus/ vagotomy dan 10-40% individu setelah gastrectomy. Hampir 70%
individu yang melalui bedah bypass lambung mengalami sindrom dumping.
2.9.Komplikasi2
2.10.Prognosis8
Prognosisnya adalah baik, sebab gejala dari sindrom dumping umumnya membaik
dengan berjalannya waktu. Hanya 1-2% dari individu tetap mengalami gejala beberapa bulan
setelah pembedahan. Kebanyakan individu dengan sindrom dumping cukup ditangani
menggunakan modifikasi diet saja. Pengobatan jangka panjang seperti ocreotide dapat
mengurangi tingkat gejala sebesar 30-40% dari pasien. Keefektivan dari pembedahan sulit
dianalisis, sebab banyak dari prosedur yang dijalani memiliki hasil yang baik pada awalnya,
tapi pada jangka panjang mengalami kegagalan karena adanya rekurensi dari penyakit. Saat
ini, pembedahan tidak diutamakan untuk penanganan dari penyakit ini.
2.11.Pencegahan9
13
1. Perencanaan diet yang bergizi dan mencakup makanan kecil dan makanan
ringan. Enam kali atau lebih porsi kecil sehari mungkin dibutuhkan.
2. Hindari minuman pada waktu makan. Cairan harus diminum paling cepat satu
jam sesudah atau sebelum makan.
4. Mempertahankan praktek makan yang tidak stres. Pasien harus makan secara
perlahan dengan cara yang santai. Berbaring kira-kira satu jam setelah makan
juga dapat membantu mencegah sindrom dumping.
14
BAB III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari hasil yang didapat pada Bab II, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang
disepakati, yaitu 30 menit setelah makan siang merasa ulu hatinya tidak enak, lemas,
berkeringat. 2 minggu sebelumnya bapak tersebut baru menjalani operasi lambung, karena
didiagnosis mengidap ulcus gaster yang sangat kronis merupakan gejala dari sindrom
dumping adalah benar.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Petropoulos, Peter. "Dumping Syndrome." Ferri's Clinical Advisor: Instant Diagnosis and
Treatment. 2004 ed. St. Louis: Mosby, Inc., 2004.
2. Feldman M., Friedman LS, Sleisenger MH. "Protein-Losing Gastroenteropathy."
Sleisenger & Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 7th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders, 2002.
3. Thomson ABR, Katz J. Dumping syndrome: treatment. 26 Jan 2010. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/173594-workup#showall, 21 Mei 2011.
4. Thomson ABR, Katz J. Dumping syndrome: Diagnosis. 26 Jan 2010. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/173594-clinical#a0216, 21 Mei 2011.
5. Thomson ABR, Katz J. Dumping syndrome: Diagnosis. 26 Jan 2010. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/173594-treatment#showall, 21 Mei 2011.
6. Diunduh dari http://www.mayoclinic.com/health/dumping-
syndrome/DS00715/DSECTION=causes, 21 Mei 2011.
7. Thomson ABR, Katz J. Dumping syndrome: Diagnosis. 26 Jan 2010. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/173594-overview#a0104, 21 Mei 2011.
8. Diunduh dari http://www.mdguidelines.com/dumping-syndrome/prognosis, 21 Mei 2011.
9. Moore MC. Terapi diet dan nutrisi.Ed.II.Hipokrates, Jakarta,1997.
16